Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

Disusun Oleh:
Amina Az Zahra
NIM:
19004

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
2021/2022
PNEUMONIA

A. DEFINISI
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari
suati infeksi saluran nafas bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk
disertai sesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus,bakteri,
mycoplasma, dan substansi asing, berupa radng paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi serta dapat dilihat melalui gambaran radiologi (Nurarif, 2015).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru) tepatnya
di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri,
jamur, maupun mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran pernafasan
bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak nafas. Hal ini diakibatkan oleh
adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi
substansi asing yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada
paru-paru (Abdjul dan Herlina, 2020).

B. KLASIFIKASI
Menurut Departemen Kesehatan RI, Pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pneumonia berat bila disertai nafas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bawah kedam pada waktu menarik nafas.
2. Pneumonia ringan bila disertai dengan adanya peningkatan frekuensi pola nafas.
3. Bukan Pneumonia (penyakit paru lain) tidak ditemukan adanya perubahan
frekuensi pola nafas dan tidak ada tarikan dinding dada pada saat bernafas.

C. ETIOLOGI
Menurut Nurarif (2015), Etiologi Pneumonia terdiri dari:
1. Bacteria Pneumococcus, Streptococcus Hemolytikus, Streptococcusaureus,
Haemogillus Influenzae, Mycobacterium Tuberculosis.
2. Virus: Virus Influenza, Adenovirus.
3. Jamur Hitoplasma Capsulatum, Cryptococcus Neuroformans, Blastomyces
Dermatitides. Aspirasi: makanan,kerosene, (minyak tanah,bensin,) cairan aminon,
benda asing.
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit
menahun trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik
yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2005).

D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Jalan nafas secara normal steril dari benda asing dari area sublaringeal sampai unit
paru paling ujung. Paru dilindungi dari infeksi bakteri dengan beberapa mekanisme:
1. Filtrasi partikel dari hidung.
2. Pencegahan aspirasi oleh reflek epiglottal.
3. Penyingkiran material yang teraspirasi dengan reflek bersin.
4. Penyergapan dan penyingkiran organisme oleh sekresi mukus dan sel siliaris.
5. Pencernaan dan pembunuhan bakteri oleh makrofag.
6. Netralisasi bakteri oleh substansi imunitas lokal.
7. Pengangkutan partikel dari paru oleh drainage limpatik.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan
organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute
hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari
cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag
bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu mencapai bakteri
sampai darah atau pleura visceral
Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan
aliran darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-
to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja
jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia.
(Bennete, 2013)
Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu (Bradley et.al., 2011):
1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung
pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-
mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast
juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang
interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus
ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak
akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah
yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah
menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula.
PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas
akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat
dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak
kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga
ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala
(Misnadiarly, 2008).
Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita antara lain
:
1. Batuk nonproduktif
2. Ingus (nasal discharge)
3. Suara napas lemah
4. Penggunaan otot bantu napas
5. Demam
6. Cyanosis (kebiru-biruan)
7. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
8. Sakit kepala
9. Kekakuan dan nyeri otot
10. Sesak napas
11. Menggigil
12. Berkeringat
13. Lelah
14. Terkadang kulit menjadi lembab
15. Mual dan muntah

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah Pneunomia
adalah:
1. Sinar-X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misalnya: lobar, broncial),
dapat juga menyatakan akses
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membatu diagnosis keadaan
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Broncoscopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkut benda asing

G. KOMPLIKASI
a. Abses paru
Abses paru di dalam paru-paru diding tebal, nanah mengisi rongga yang dibentuk
ketika infeksi atau peradangan merusak jaringan paru-paru.

b. Efusi pleural dan empiema


Daerah yang sempit di antara dua selaput pleural secara normal berisi sejumlah kecil
cairan yang membantu melumasi paru-paru. Sekitar 20% pasien yang diopname untuk
radang paru-paru, cairan ini membangun di sekeliling paru-paru. Dalam banyak kasus
terutama pada streptococcus pneumoniae, cairan tetap steril, tetapi ada kalanya dapat
terkena infeksi dan bahkan berisi nanah (suatu kondisi yang disebut empiema).
Radang paru-paru dapat juga disebabkan pleura sehingga terjadi peradangan yang
mana dapat mengakibatkan terganggunya jalan nafas dan sakit yang akut.

c. Kegagalan paru-paru
Udara mungkin memenuhi area antara selaput-selaput pleural yang menyebabkan
pneumothorak atau kegagalan paru-paru. Kondisi bisa berupa suatu kesulitan dari
radang paru-paru (terutama sekali radang paru-paru pneumococcal) atau sebagian dari
prosedur pelanggaran yang digunakan untuk melakukan efusi pleural.

d. Komplikasi radang paru-paru yang lain


Di dalam kasus-kasus yang jarang, infeksi peradangan mungkin dapat menyebar dari
paru-paru ke hati dan dapat menyebar ke seluruh tubuh, kadang-kadang menyebabkan
bisul pada otak dan bagian tubuh atau organ-organ yang lain. Hemoptisis yang parah
(batuk darah) adalah komplikasi radang paru-paru serius yang lain. Selain itu
komplikasi yang lain yaitu perikarditis, meningitis dan atelektasis.

e. Gagal nafas
Kegagalan yang berhubungan dengan pernafasan adalah suatu hal yang penting-
penting yang dapat menyebabkan kematian pada diri pasien dengan radang paru-paru
pneumoccocal. Kegagalan dapat terjadi karena perubahan mekanik dalam paru-paru
yang disebabkan oleh radang paru-paru (kegagalan ventilatory) atau hilangnya
oksigen di dalam nadi ketika radang paru-paru mengakibatkan arus darah menjadi
tidak normal (kegagalan pernapasan hypoxemic).

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Pneumonia antara lain:
1. Manajemen umum
a. Humidifikasi : Humidifer atau Nebulizer jika sekret yang kental atau
berlebihan
b. Oksigenasi : jika pasien memiliki PaO2
c. Fisioterapi : berperan dalam mempercepat resolusi Pneumonia, pasien harus
didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan
kemampuan ventilator
d. Hidrasi : pemantauan asupan dan pengeluaran, cairan tambahan untuk
mempertahankan hidarasi dan mencairkan sekresi
2. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika masalah
sekunder seperti emfisema terjadi.
3. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien Pneumonia perlu diberikan terapi secepatnya makan biasanya
diberikan antibiotik golongan penicillin G untuk infeksi pneumonia virus,
eritromecin, tetraciclin, derifat tetraciclin untuk infeksi pneumonia.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Manajemen umum
a. Aktifitas istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat.
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi).
d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
f. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
a. sputum: merah muda, berkarat
b. perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
c. premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
d. Bunyi nafas menurun
e. Warna: pucat/sianosis bibir
g. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,
demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetarPenyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan
rumah

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d proses inflamasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi,
nyeri.
3. Intoleransi aktivitas b.d proses inflamasi, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
4. Risiko tinggi infeksi b.d adanya organisme infektif.
5. Nyeri b.d proses inflamasi
6. Cemas b.d kesulitan bernafas, prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah sakit).
Perubahan proses keluarga b.d penyakit dan atau hospitalisasi anak

INTERVENSI
N Diagnosa Keperawatan SLKI-SIKI
O
(SDKI) SLKI SIKI
1. D0001 Setelah dilakukan Observasi
Bersihan jalan nafas b.d sekresi intervensi 1. Monitor pola nafas
yang tertahan keperawatan 2. Monitor bunyi
Dibuktikan dengan: diharapkan bersihan nafas
- Sputum berlebih jalan nafas meningkat 3. Identifikasi
- Batuk tidak efektif dengan kriteria hasil: kemampuan batuk
- Tidak mampu batuk - Produksi 4. Monitor sputum
- Mengi, Wheezing, atau sputum (jumlah, warna,
onki kering menurun aroma)
- Dispnea - Mengi 5. Monitor tanda &
- Pola nafas berubah menurun gejala infeksi
- Frekuensi nafas bertambah - Wheezing saluran nafas
menurun Teraupetik
- Frekuensi 6. Posisikan semi
nafas dalam fowler
rentang normal 7. Berikan minuman
- Batuk efektif air hangat
meningkat 8. Lakukan section
- Pola nafas selama 15 detik
meningkat 9. Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
10. Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari
11. Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
12. Kolaborasi
pemberian
broncodilaor

2. D0005 Setelah dilakukan Observasi


Pada nafas tidak efektif b.d intervensi 1. Monitor pola
deformitas dinding dada. keperawatan, nafas (frekuensi,
Dibuktikan dengan: diharapkan pola nafas kedalaman usaha
- Penggunaan otot bantu membaik dengan nafas)
pernafasan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi
- Fase ekspirasi memanjang - Kapasitas vital nafas tambahan
- Dispnea membaik (Gurgling, mengi,
- Pola nafas abnormal - Tekanan wheezing, ronki)
(takipnea, bradipnea, ekspirasi 3. Auskultasi bunyi
hipoventilasi) meningkat nafas
- Perbafasan cuping hidung - Tekanan 4. Monitor saturasi
- Tekanan ekspirasi inspirasi oksigen
menurun meningkat Teraupetik
- Tekanan inspirasi menurun - Dispnea 5. Posisikan semi
menurun fowler
- Penggunaan 6. Berikan fisioterapi
otot bantu dada
nafas menurun 7. Berikan oksigen,
- Frekuensi jika perlu
nafas membaik kolaborasi
8. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator
3. D0130 Setelah dilakukan Observasi
Hipertermia b.d proses penyakit intervensi 1. Identifikasi
(infeksi keperawatan penyebab
mycobacteriumtubercolusis). diharapkan hipertemia
Dibuktikan dengan: termogulasi membaik
2. Monitor suhu
- Suhu tubuh diatas nilai dengan kriteria hasil:
normal - Menggigil tubuh
- Kejang membaik 3. Monitor warna dan
- Takikardi - Takikardi suhu kulit
- Takipnea membaik
- Kulit terasa hangat - Takipnea Teraupetik
membaik 4. Longgarkan atau
- Sehu tubuh lepaskan pakaian
membaik 5. Berikan cairan oral
- Sehu kulit 6. Lakukan kompres
membaik dingin
- Tekanan darah
7. Sesuaikan suhu
membaik
- Ventilasi lingkungan dengan
mebaik kebutuhan pasien

Edukasi
8. Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi
9. Kolaborasi
pemberian cairan
elektrolit
10. Kolaborasikan
pemberian
antipiretik
11.
4. D0003 Setelah dilakukan Observasi
Gangguan pertukaran gas b.d intervensi 1. Monitor frekuensi,
ketidakseimbangan ventilasi- keperawatan irama, kedalaman
perfusi. diharapkan pertukaran dan upaya nafas
Dibuktikan dengan: gas meningkat dengan
2. Monitor adanya
- Dispnea kriteria hasil:
- Takikardi - Dispnea sumbatan jalan
- Bunyi nafas tambahan menurun nafas
- PCO2 meningkat/menurun - Bunyi nafas 3. Auskultasi bunyi
- PO2 menurun tambahan nafas
- Pusing menurun 4. Monitor saturasi
- Penglihatan kabur - Pusing oksigen
- Sianosis menurun
5. Monitor kecepatan
- Gelisah - Penglihatan
- Nafas cuping hidung kabur menurun aliran oksigen
- Pola nafas abnormal - Gelisah 6. Monitor
- Kesadaran menurun menurun kemampuan
- Nafas cuping melepaskan
hidung oksigen saat makan
menurun
- PCO2 Teraupetik
membaik 7. Pertahankan
- PO2 membaik kepatenan jalan
- Takikardia
8. Berikan oksigen
membaik
- Sianosis tambahan jika
membaik perlu
- Pola nafas
membaik Kolaborasi
- Warna kulit 9. Kolaborasi
membaik penentuan dosis
oksigen
10. Kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktifitas dan tidur

5. D0019 Setelah dilakukan Observasi


Defisit nutrisib.d peningkatan intervensi 1. Identifikasi status
kebutuhan metabolisme. keperawatan nutrisi
Dibuktikan dengan: diharapkan status 2. Identifikasi
- Nafsu makan menurun nutrisi membaik
makanan yang
- Berat badan menurun dengan kriteria hasil:
- Bising usus hiperaktif - Berat badan disukai
- Membrane mukosa pucat membaik 3. Identifikasi
- Sariawan - Indeks Masa kebutuhan kalori
Tubuh (IMT) dan jenis makan
membaik 4. Monitor asupan
- Frekuensi makanan
makan mebaik
5. Monitor mual &
- Nafsu makan
membaik muntah
- Membrane 6. Monitor berat
mukosa badan
membaik
Teraupetik
7. Lakukan oral
hygien sebelum
makan
8. Berikan makan
yang tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
9. Berikan makana
yang tinggi protein
dan tinggi kalori
10. Berikan suplemen
makanan

Edukasi
11. Anjurkan posisi
duduk
12. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
13. kolaborasikan
pemberian
medikasi sebelum
makan
6. D0056 Setelah dilakukan Observasi
Intoleransi aktifitas b.d tirah intervensi 1. Monitor kelelahan
baring, kelemahan, keperawatan fisik
ketidakseimbangan antara suplai diharapkan toleransi 2. Identifikasi
dan kebutuhan oksigen. aktifitas meningkat kemampuan
Dibuktikan dengan: dengan kriteria hasil: berpasrtisipasi
- Mengeluh lelah - Kemudahan dalam aktifitas
- Frekuensi jantung dalam tertentu
meningkat melakukan
- Dispnea aktifitas Teraupetik
- Sianosis sehari-hari 3.Latihan gerak pasif
meningkat dan aktif
- Kekuatan 4. Libatkan keluarga
tubuh bagian dalam aktifitas
atas dan
bawah Kolaborasi
meningkat 5.Anjurkan melakukan
- Keluhan lelah aktifitas secara
membaik bertahap
- Dispnea saat
aktifitas
menurun

IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang dilakukan
secara mandiri maupun kolaborasi dengan multidisiplin yang lain. Perawat bertanggung
jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien yang berorientasi pada
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan
dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat (Patrisiaet
al, 2020)
EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
membandingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang diharapkan.
Evaluasi juga dikakukan untuk mengidentifikasi sejauhmana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalama melakukan devaluasi, perawat seharusnta
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai
serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria hasil
(Patrisia et al, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/521831047/LP-PNEUMONIA
https://id.scribd.com/doc/284458570/LP-Pneumonia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indoneesia. Jakarta Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai