LP PNEUMONIA. Amina Az
LP PNEUMONIA. Amina Az
Disusun Oleh:
Amina Az Zahra
NIM:
19004
A. DEFINISI
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari
suati infeksi saluran nafas bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk
disertai sesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus,bakteri,
mycoplasma, dan substansi asing, berupa radng paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi serta dapat dilihat melalui gambaran radiologi (Nurarif, 2015).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru) tepatnya
di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri,
jamur, maupun mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran pernafasan
bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak nafas. Hal ini diakibatkan oleh
adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi
substansi asing yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada
paru-paru (Abdjul dan Herlina, 2020).
B. KLASIFIKASI
Menurut Departemen Kesehatan RI, Pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pneumonia berat bila disertai nafas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bawah kedam pada waktu menarik nafas.
2. Pneumonia ringan bila disertai dengan adanya peningkatan frekuensi pola nafas.
3. Bukan Pneumonia (penyakit paru lain) tidak ditemukan adanya perubahan
frekuensi pola nafas dan tidak ada tarikan dinding dada pada saat bernafas.
C. ETIOLOGI
Menurut Nurarif (2015), Etiologi Pneumonia terdiri dari:
1. Bacteria Pneumococcus, Streptococcus Hemolytikus, Streptococcusaureus,
Haemogillus Influenzae, Mycobacterium Tuberculosis.
2. Virus: Virus Influenza, Adenovirus.
3. Jamur Hitoplasma Capsulatum, Cryptococcus Neuroformans, Blastomyces
Dermatitides. Aspirasi: makanan,kerosene, (minyak tanah,bensin,) cairan aminon,
benda asing.
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit
menahun trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik
yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2005).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah Pneunomia
adalah:
1. Sinar-X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misalnya: lobar, broncial),
dapat juga menyatakan akses
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membatu diagnosis keadaan
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Broncoscopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkut benda asing
G. KOMPLIKASI
a. Abses paru
Abses paru di dalam paru-paru diding tebal, nanah mengisi rongga yang dibentuk
ketika infeksi atau peradangan merusak jaringan paru-paru.
c. Kegagalan paru-paru
Udara mungkin memenuhi area antara selaput-selaput pleural yang menyebabkan
pneumothorak atau kegagalan paru-paru. Kondisi bisa berupa suatu kesulitan dari
radang paru-paru (terutama sekali radang paru-paru pneumococcal) atau sebagian dari
prosedur pelanggaran yang digunakan untuk melakukan efusi pleural.
e. Gagal nafas
Kegagalan yang berhubungan dengan pernafasan adalah suatu hal yang penting-
penting yang dapat menyebabkan kematian pada diri pasien dengan radang paru-paru
pneumoccocal. Kegagalan dapat terjadi karena perubahan mekanik dalam paru-paru
yang disebabkan oleh radang paru-paru (kegagalan ventilatory) atau hilangnya
oksigen di dalam nadi ketika radang paru-paru mengakibatkan arus darah menjadi
tidak normal (kegagalan pernapasan hypoxemic).
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Pneumonia antara lain:
1. Manajemen umum
a. Humidifikasi : Humidifer atau Nebulizer jika sekret yang kental atau
berlebihan
b. Oksigenasi : jika pasien memiliki PaO2
c. Fisioterapi : berperan dalam mempercepat resolusi Pneumonia, pasien harus
didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan
kemampuan ventilator
d. Hidrasi : pemantauan asupan dan pengeluaran, cairan tambahan untuk
mempertahankan hidarasi dan mencairkan sekresi
2. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika masalah
sekunder seperti emfisema terjadi.
3. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien Pneumonia perlu diberikan terapi secepatnya makan biasanya
diberikan antibiotik golongan penicillin G untuk infeksi pneumonia virus,
eritromecin, tetraciclin, derifat tetraciclin untuk infeksi pneumonia.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Manajemen umum
a. Aktifitas istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat.
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi).
d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
f. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
a. sputum: merah muda, berkarat
b. perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
c. premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
d. Bunyi nafas menurun
e. Warna: pucat/sianosis bibir
g. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,
demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetarPenyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan
rumah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d proses inflamasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi,
nyeri.
3. Intoleransi aktivitas b.d proses inflamasi, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
4. Risiko tinggi infeksi b.d adanya organisme infektif.
5. Nyeri b.d proses inflamasi
6. Cemas b.d kesulitan bernafas, prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah sakit).
Perubahan proses keluarga b.d penyakit dan atau hospitalisasi anak
INTERVENSI
N Diagnosa Keperawatan SLKI-SIKI
O
(SDKI) SLKI SIKI
1. D0001 Setelah dilakukan Observasi
Bersihan jalan nafas b.d sekresi intervensi 1. Monitor pola nafas
yang tertahan keperawatan 2. Monitor bunyi
Dibuktikan dengan: diharapkan bersihan nafas
- Sputum berlebih jalan nafas meningkat 3. Identifikasi
- Batuk tidak efektif dengan kriteria hasil: kemampuan batuk
- Tidak mampu batuk - Produksi 4. Monitor sputum
- Mengi, Wheezing, atau sputum (jumlah, warna,
onki kering menurun aroma)
- Dispnea - Mengi 5. Monitor tanda &
- Pola nafas berubah menurun gejala infeksi
- Frekuensi nafas bertambah - Wheezing saluran nafas
menurun Teraupetik
- Frekuensi 6. Posisikan semi
nafas dalam fowler
rentang normal 7. Berikan minuman
- Batuk efektif air hangat
meningkat 8. Lakukan section
- Pola nafas selama 15 detik
meningkat 9. Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
10. Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari
11. Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
12. Kolaborasi
pemberian
broncodilaor
Edukasi
8. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
9. Kolaborasi
pemberian cairan
elektrolit
10. Kolaborasikan
pemberian
antipiretik
11.
4. D0003 Setelah dilakukan Observasi
Gangguan pertukaran gas b.d intervensi 1. Monitor frekuensi,
ketidakseimbangan ventilasi- keperawatan irama, kedalaman
perfusi. diharapkan pertukaran dan upaya nafas
Dibuktikan dengan: gas meningkat dengan
2. Monitor adanya
- Dispnea kriteria hasil:
- Takikardi - Dispnea sumbatan jalan
- Bunyi nafas tambahan menurun nafas
- PCO2 meningkat/menurun - Bunyi nafas 3. Auskultasi bunyi
- PO2 menurun tambahan nafas
- Pusing menurun 4. Monitor saturasi
- Penglihatan kabur - Pusing oksigen
- Sianosis menurun
5. Monitor kecepatan
- Gelisah - Penglihatan
- Nafas cuping hidung kabur menurun aliran oksigen
- Pola nafas abnormal - Gelisah 6. Monitor
- Kesadaran menurun menurun kemampuan
- Nafas cuping melepaskan
hidung oksigen saat makan
menurun
- PCO2 Teraupetik
membaik 7. Pertahankan
- PO2 membaik kepatenan jalan
- Takikardia
8. Berikan oksigen
membaik
- Sianosis tambahan jika
membaik perlu
- Pola nafas
membaik Kolaborasi
- Warna kulit 9. Kolaborasi
membaik penentuan dosis
oksigen
10. Kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktifitas dan tidur
Edukasi
11. Anjurkan posisi
duduk
12. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
13. kolaborasikan
pemberian
medikasi sebelum
makan
6. D0056 Setelah dilakukan Observasi
Intoleransi aktifitas b.d tirah intervensi 1. Monitor kelelahan
baring, kelemahan, keperawatan fisik
ketidakseimbangan antara suplai diharapkan toleransi 2. Identifikasi
dan kebutuhan oksigen. aktifitas meningkat kemampuan
Dibuktikan dengan: dengan kriteria hasil: berpasrtisipasi
- Mengeluh lelah - Kemudahan dalam aktifitas
- Frekuensi jantung dalam tertentu
meningkat melakukan
- Dispnea aktifitas Teraupetik
- Sianosis sehari-hari 3.Latihan gerak pasif
meningkat dan aktif
- Kekuatan 4. Libatkan keluarga
tubuh bagian dalam aktifitas
atas dan
bawah Kolaborasi
meningkat 5.Anjurkan melakukan
- Keluhan lelah aktifitas secara
membaik bertahap
- Dispnea saat
aktifitas
menurun
IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang dilakukan
secara mandiri maupun kolaborasi dengan multidisiplin yang lain. Perawat bertanggung
jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien yang berorientasi pada
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan
dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat (Patrisiaet
al, 2020)
EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
membandingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang diharapkan.
Evaluasi juga dikakukan untuk mengidentifikasi sejauhmana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalama melakukan devaluasi, perawat seharusnta
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai
serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria hasil
(Patrisia et al, 2020).
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/521831047/LP-PNEUMONIA
https://id.scribd.com/doc/284458570/LP-Pneumonia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indoneesia. Jakarta Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan.