Refrat DR Endah
Refrat DR Endah
Refrat DR Endah
REFERAT
Penulis :
Anggi Wulandari S.ked
030.11.030
Pembimbing :
dr. Tri Endah, Sp.U
1
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmatNya
yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang
berjudul Batu Saluran Kemih pada kepaniteraan klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Budhi Asih.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada :
1. Dr. Tri Endah, Sp.U, selaku pembimbing yang telah memberikan
kesempatan dan bimbingannya sehingga makalah presentasi kasus ini
dapat terselesaikan.
2. Semua dokter dan staf Ilmu Bedah RSUD Budhi Asih
3. Rekan-rekan kepaniteraan klinik Ilmu Bedah RSUD Budhi Asih
Penulis berharap makalah presentasi kasus ini dapat menambah
pengetahuan dan memahami lebih lanjut mengenai Batu Saluran Kemih serta
salah satunya untuk memenuhi tugas yang diberikan pada kepaniteraan klinik di
RSUD Budhi Asih.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyaknya
kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini sangat penulis harapkan.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak. Terimakasih
Anggi Wulandari
030. 11. 030
2
Lembar Pengesahan
Anggi Wulandari
030.11.030
Pada tanggal:
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih
Pembimbing
3
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal orang dewasa panjangnya 10-12 cm, lebar 5-7 cm, dan
ketebalannya 3 cm. Pada batas cekungan medial, tiap ginjal berhadapan dengan
columna vertebralis. Di dekat cekungan pertengahan tersebut (pada 1/3 tengah
tepi medial ginjal), terdapat lekukan yang disebut hilum renalis, dimana arteri
renalis dan nervi renalis masuk ke ginjal, serta vena renalis dan pelvis renalis
5
keluar dari ginjal. Pada ginjal, terdapat dua kutub, yaitu kutub superior dengan
kutub inferior. Permukaan pada ginjal terdiri atas permukaan anterolateral dan
posteromedial sebab sumbu panjangnya inferolateral dan sumbu transversalnya
posterolateral.
Terdapat tiga lapisan jaringan yang mengelilingi ginjal, dari dalam ke luar
yaitu kapsula renalis/ kapsula fibrosa, kapsula adipose/ perinephric fat capsule,
dan fascia renalis. Ketiga lapisan tersebut melindungi ginjal dari trauma dan
membuat ginjal tetap terletak pada tempatnya.
6
disebut Piramid renalis. Hilus Renalis : cekungan pada 1/3 tengah
batas medial ginjal.
3. Papilla renalis : apex dari medulla yang berproyeksi ke calyx minor
4. Processus renalis/medulla arrays : Bagian medula yang menjorok
ke korteks
5. Columna renalis Bertini : Bagian korteks yang masuk ke medulla
6. Sinus renalis : bagian hilus renalis yang tidak berisi struktur (hanya
berisi lemak)
7. Lobus renalis : terdiri atas pyramid renalis, korteks renalis di
sekitarnya, dan setengah dari tiap kolumna renalis di samping
pyramid renalis tersebut
8. Calix minor (7-14): duktus yang merupakan muara papilla renalis
keluarkan urin
9. Calix major (2-1): 3-5 calix minor yang menyatu membentuk
struktur ini
10. Pelvis renalis : 2-3 calix major membentuk struktur ini
11. Ureter : lanjutan dari pelvis renalis ke arah vesica urinaria
7
Darah masuk ke ginjal melalui arteri renalis. Arteri renalis ini
mendapatkan aliran darah dari aorta abdominal. Arteri renalis bercabang menjadi
arteri segmental. Kemudian arteri segmental bercabang menjadi arteri interlobar
yang berjalan di bagian luar medulla. Arteri interlobar yang berjalan ke perbatasan
korteks dan medulla disebut arteri arkuata Arteri arkuata bercabang-cabang
membentuk arteri interlobular yang berada di antara lobus renalis. Arteri
interlobular akan bercabang menjadi arteriola afferent yang akan masuk ke
corpuscle renalis menjadi kapiler glomerular lalu keluar dari corpuscle renalis
sebagai arteriola efferent. Kemudian arteriola efferent terbagi-bagi untuk
membentuk kapiler peritubular. Kalpiler ini berlanjut menjadi vena interlobular,
lalu darah keluar ke vena arkuata, kemudian ke vena interlobar dan darah dari
ginjal keluar melalui vena renalis ke vena cava inferior.
b. Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pielum (pelvis renalis)
menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal,
masing-masing satu untuk setiap ginjal.
Dinding ureter terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel transisional, otot
polos sirkuler dan otot polos longitudinal. Kontraksi dan relaksasi kedua otot
polos itulah yang memungkinkan terjadinya gerakan peristaltic untuk mengalirkan
urin ke vesika urinaria, sehingga jika terdapat sumbatan pada lumen ureter, otot
polos akan berkontraksi secara berlebihan, yang bertujuan untuk mendorong atau
mengeluarkan sumbatan itu dari saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai
nyeri kolik yang datangnya secara berkala, sesuai dengan irama peristaltic ureter.
8
vesika urinaria. Ketiga tempat tersebut, dimana batu atau benda lain yang berasal
dari ginjal seringkali tersangkut.
c. Vesica urinaria
Buli-buli atau vesika urinaria, sering juga disebut kandung kemih,
merupakan tempat untuk menampung urin yang berasal dari ginjal melalui
ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh
melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis
(pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum dan organ
reproduksi.
d. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica
urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada
pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 23-25 cm dan juga
9
berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),
sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3-5 cm. selain itu, Pria
memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (perbatasan vesika
urinaria dan uretra dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra
anterior dan posterior, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya
memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat
volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pars prostatika, pars membranosa
dan pars spongiosa. Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (4
cm). Berada dibawah simfisis pubis dan bermuara di anterior vagina. Terdapat
m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun
tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.
II. FISIOLOGI
10
2. Proses reabsorbsi: pada proses ini, bahan-bahan yang masih diperlukan di
dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal,
sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan
urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Glukosa dan asam
amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa
osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino
dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan
garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi
reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang
masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat
sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.
3. Proses sekresi: sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dan
zat-zat yang tidak diperlukan tubuh dialirkan ke papilla renalis selanjutnya di
teruskan keluar melalui urin.
11
III. BATU SALURAN KEMIH
Definisi
Batu saluran kemih adalah adanya batu di dalam saluran kemih, mulai dari
ginjal hingga uretra. Komposisi batu yang terbentuk dapat terdiri dari salah satu
atau campuran dari asam urat, kalsium oksalat, kalsium fosfat, struvit, sistin
ataupun xantin.4
Batu ginjal adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu
(deposit mineral kristal) di dalam pelvis atau calyces dari ginjal. Pembentukan
batu ginjal dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran kencing, tetapi biasanya
terbentuk pada dua bagian ginjal, yaitu di pelvic dan calcyx renalis. Batu
staghorn adalah batu ginjal yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal
yang memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu
staghorn.1
Batu Ginjal
12
Sinonim
Epidemiologi
Etiologi
13
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin seperti pada fimosis, striktur uretra, stenosis meatus,
hipertrofi prostat, refluks vesiko-ureter, ureterokel; gangguan metabolik seperti
pada hiperparatiroidisme, hiperuresemia, hiperkalsiuria; infeksi saluran kemih
oleh mikroorganisme penghasil urea (proteus mirabilis); dehidrasi maupun suhu
lingkungan yang tinggi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor
intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik
yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya.1,7,8
14
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih
tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar. Beberapa teori
pembentukan batu adalah :2,3
1. Teori Nukleasi : Batu terbentuk didalam urine karena adanya inti batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh
(supersaturated) akan mengendap didalam nukleus itu sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran
kemih.
2. Teori Matriks : Matriks organik terdiri atas serum/protein urine
(albumin,globulin dan mukoprotein) merupakan kerangka tempat
diendapkannya kristal-kristal batu.
3. Teori Penghambat Kristalisasi : Urine orang normal mengandung zat-zat
penghambat pembentuk kristal, antara lain : magnesium, sitrat, pirofosfat,
mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat
itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu didalam saluran
kemih.
Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis urethra-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis
seperti pada hyperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.1,2,3
Mekanisme pembentukan batu dapat dibagi menjadi 3 tahap yang
berkesinambungan, yaitu: (a) kejenuhan urin, (b) adanya kondisi yang
memungkinkan terjadinya nukleasi, dan (c) adanya inhibitor. Dalam pembentukan
batu, urin yang jenuh merupakan suatu prasyarat absolut untuk pengendapan
kristal. Semakin besar konsentrasi dari ion-ion, semakin mudah ion-ion tersebut
15
mengendap. Konsentrasi ion yang rendah menimbulkan keadaan undersaturation
dan peningkatan kelarutan. Seiring dengan peningkatan konsentrasi ion, suatu saat
ion-ion tersebut akan mencapai satu titik yang disebut solubility product (Ksp).
Konsentrasi di atas titik ini disebut keadaan metastable dan berpotensi untuk
memulai pembentukan endapan. Ketika konsentrasi larutan menjadi semakin
tinggi, ion-ion akan mencapai formation product (Kfp). Tingkat kejenuhan di atas
Kfp ini disebut keadaan unstable, dan dapat terjadi pembentukan endapan secara
spontan. Endapan ini tersusun atas kristal-kristal yang terdiri dari bahan-bahan
organik dan non-organik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut berada
dalam keadaan metastable (tetap larut) dalam urin jika tidak ada keadaan tertentu
yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal ini saling
mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan
menjadi agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang
lebih besar. Agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk
retensi kristal), dan bersama bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga
memebentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.1,2,3
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks
ginjal. Batu yang mengisi pielum dan labih dari dua kaliks ginjal memeberikan
gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn. Batu yang
terbentuk dan menetap di ginjal (nefrolithiasis) jarang menimbulkan gejala,
kalaupun ada batu pada kaliks ginjal memberikan rada nyeri ringan sampai berat
karena distensi dari kapsul ginjal. Begitu juga baru pada pelvis renalis, dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat .Batu yang ukurannya
kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan dan tidak menimbulkan nyeri.
Nyeri baru timbul ketika ukuran batu ginjal yang lebih besar dari 5 mm memasuki
ureter (uretherolithiasis) dan menimbulkan obstruksi kronik berupa
hidroureter/hidronefrosis. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri
pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan
kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises
ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran
16
kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya
meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan
sensasi nyeri. Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat
saluran kemih, biasanya pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic
junction), dan ureter. Nyeri bersifat tajam dan episodik di daerah pinggang (flank)
yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan pada batu ureter distal
sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini.1,2,3
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan
nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai
infeksi didapatkan demam-menggigil.1,2,3
Batu kalsium
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu ±70-80% dari seluruh batu saluran
kemih, yaitu terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua
unsur itu.1
Hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250-300 mg/24
jam. Terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara lain:
17
Hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorbsi kalsium
tulang yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor
paratiroid.
a. Kalsium oksalat adalah yang paling banyak menyebabkan batu saluran kemih
(70-75%), batu terdiri dari kalsium oksalat, laki-laki 2 kali lebih sering
daripada wanita. Angka kejadian tertinggi usia 30-50 tahun. Batu kalsium
oksalat terjadi karena proses multifaktor, kongenital dan gangguan metabolik
sering sebagai faktor penyebab. Dua bentuk yang berbeda yaitu:
o Whewellite (Ca Ox Monohidrate), berbentuk padat, warna cokat/ hitam
dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
o Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (Ca Ox Dihidrat):
batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite, namun tipe ini
memiliki angka residif yang tinggi.
Batu kalsium oksalat dapat dianalisis melalui darah dan air kemih. Sering terjadi
gangguan metabolisme kalsium seperti hiperkalsiuria dan hiperkalsemia atau
keduanya (normal>2,5mmol/l). Gangguan metabolisme urat merupakan tanda
pembentukan batu kalsium oksalat, sehingga perlu diperhatikan bila kadar asam
urat >6,4 mg/100 ml. Peningkatan ekskresi asam oksalat terjadi pada 20-50%
pasien dengan batu oksalat. Tingginya ekskresi oksalat berhubungan dengan
pembentukan batu rekuren. Sitrat dan magnesium merupakan unsur penting yang
dapat menghambat terjadinya kristalisasi. Ekskresi yang rendah dari sitrat akan
meningkatkan risiko pembentukan batu kalsium oksalat.
18
meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah.
Sebanyak 20-40% pasien pada Gout akan membentuk batu, oleh karena itu
tingginya asam urat yang berakibat hiperurikosuria. Batu asam urat ini adalah tipe
batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan
terapi kemolisis. Analisis darah dan air kemih pada batu asam urat: asam urat
>380 µmol/dl (6,4 mg/100 ml), pH air kemih ≤ 5,832. 16
Dua macam batu kalsium fosfat terjadi tergantung suasana pH air kemih.
Karbonat apatite (dahllite) terbentuk pada pH>6,8 dengan konsentrasi kalsium
yang tinggi dan sitrat rendah. Seperti pada batu kalsium oksalat, batu kalsium
fosfat juga merupakan batu campuran. Terjadi pada suasana air kemih yang alkali
atau terinfeksi. Terjadi bersama dengan CaOx atau struvit. Brushite (kalsium
hydrogen fosfat) terbentuk pada pH air kemih 6,5-6,8 dengan konsentrasi kalsium
dan fosfat yang tinggi.
Batu ini mempunyai sifat keras dan sulit dipecah dengan lithotripsy, cepat
terbentuk dengan angka kekambuhan yang tinggi. Sebanyak 1,5% monomineral,
0,5% campuran bersama dengan CaOx. Analisa darah dan air kemih menunjukkan
hiperkalsemia(>2-2,5 mmol/l). Penyebab terbentuknya batu kalsium oksalat renal
tubular asidosis dan infeksi saluran kemih. Kalsium dalam air kemih>2,5
mmol/liter dan pH air kemih>6,8).
19
batu karbonat apatite. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat
penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat. Di
samping pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana air kemih menjadi
asam dengan methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan. Analisis
darah dan air kemih didapatkan pH air kemih >7, juga didapatkan infeksi pada
saluran kemih dan kadar ammonium dan fosfat air kemih yang meningkat.
Batu Cystine
20
Gejala klinis
21
Batu di ureter atas dan tengah menyebabkan nyeri punggung atau
pinggang yang berat dimana intensitasnya diperburuk bila batu bergerak
turun ke ureter dan menyebabkan obstruksi intermiten. Bila batu hanya
mengobstruksi sebagian lumen maka nyeri akan berkurang sedikit. Batu di
ureter tengah menyebabkan nyeri yang radiasinya ke anterior arah
abdomen tengah dan bawah. 2,3,6
4. Batu di Ureter Distal
Batu di ureter distal menyebabkan nyeri yang radiasinya ke lipatan
paha atau testis pada pria dan labia mayora pada wanita. Karena peristaltis
akan terjadi gejala kolik, yakni nyeri hilang timbul disertai perasaan mual
dengan atau tanpa muntah dengan myeri alih yang khas. Selama batu
masih menyumbat, serangan kolik akan berulang sampai batu bergeser dan
member kesempatan urin lewat. 2,3,6
Diagnosis dapat disalahartikan dengan torsi testis atau epididimitis.
Batu di ureter intramural dapat meningkatkan terjadinya sistitis, uretritis
atau prostatitis dengan menyebabkan nyeri suprapubik, frekuensi dan
unrgensi berkemih, disuria, stranguria serta gross hematuria. Pada wanita
nyerinya dapat disangka nyeri menstuasi, penyakit inflamasi pelvis dan
ruptur atau terputarnya kista ovarium. 2,3,6
5. Batu Kandung Kemih
Karena batu menghalangi aliran kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba berhenti
menetes disertai dengan nyeri. Bila pada saat sakit tersebut penderita
berubah posisi, pada suatu saat urin akan dapat keluar karena letak batu
berpindah. Bila berlanjut menjadi infeksi sekunder, selain nyeri, sewaktu
miksi juga terdapat nyeri menetap di suprapubik. 2,3,6
6. Batu Uretra
Batu uretra mungkin merupakan batu dari ureter atau kandung kemih
yang terbawa oleh ke uretra oleh aliran urin sewaktu miksi. Lokasi batu
menyangkut ini adalah di pars prostatika, bagian permukaan pars bulosa
22
dan di fosa navikular. Namun bisa juga di tempat lain. Gejala yang timbul
umumnya miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan nyeri. 2,3,6
7. Hematuria
Pasien sering mengalami gross hematuria intermiten atau biasanya urin
berwana teh.17
8. Infeksi
Batu ammonium fosfat (struvit) sering berkaitan dengan infeksi
proteus, pseudomonas, providencia, klebsiella dan stafilokokus. Meskipun
demikian, seluruh batu dapat menyebabkan infeksi sehubungan dengan
obstruksi dan stasis proksimal. Infeksi juga dapat menyebabkan persepsi
nyeri. Bakteri uropatogenik dapat mempengaruhi peristaltic ureter dengan
memproduksi eksotoksin dan endotoksin. Inflamasi lokal karena infeksi
dapat mengaktivasi kemoreseptor dan persepsi nyeri local dengan pola
referrl. Infeksi dapat berupa pionefrosis dan xanthogranulomatous
pyelonephrosis.
9. Demam
Demam terkait batu saluran kemih harus diawasi untuk tanda-tandak
sepsis. Terutama bila teraba masa di pinggang oleh adanya hidronefrosis
ginjal.
10. Mual Muntah
Obstruksi saluran kemih atas sering berhubungan dengan mual dan
muntah sehingga diperlukan untuk menganti cairan agar kembali ke
kondisi euvolemik. Namun, cairan jangan dpakai untuk dieresis agar batu
keluar.
Pemeriksaan fisik
Pasien dengan kolik ginjal akut biasanya mengalami nyeri hebat dan
seringkali mengurangi rasa nyerinya dengan memposisikan tubuhnya dalam posisi
yang tidak biasa. Hal ini membedakannnya dari pasien peritonitis, dimana pasien
peritonitis takut bergerak karena nyeri. Penderita dengan keluhan nyeri kolik
23
hebat, didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra (CVA), dapat disertai
takikardi, berkeringat, dan nausea. Teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis. Terlihat tanda gagal ginjal dan retensi urin, jika disertai infeksi
didapatkan demam dan menggigil. 2,3,6
Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi
pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada kasus batu ginjal
adalah adalah foto polos abdomen, USG abdomen, CT-scan. Dari pemeriksaan
radiologi dapat menentukan jenis batu, letak batu, ukuran, dan keadaan anatomi
traktus urinarius. Secara radiologi, batu dapat berupa radio-opak dan radio-lusen.
a. Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
batu radio-opak di saluran kemih. Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium
fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai di antara batu jenis lain.
Batu Magnesium Ammoniak Phospat (MAP) memberikan gambaran semi-
opak. Sedangkan batu asam urat, batu matriks dan indinivar bersifat radio-
lusen.9
24
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan antomi dan fungsi ginjal,
selain itu IVP juga dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu
non-opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Pada yang
radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya
batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu
terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh
karena itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena
(PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan
menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang
menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi
sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan pielografi
retrograd.9
25
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan
IVP, yaitu pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal
ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan
USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli yang
ditunjukkan dengan echoic shadow, hidronefrosis dengan gambaran
dilatasi pelvis dan kaliks ginjal, pionefrosis, atau pengerutan ginjal. USG
dapat mendeteksi adanya batu dan dilatasi sistem kollektivus. Visualisasi
hidronefrosis yaitu: derajat 1, dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks,
kaliks berbentuk blunting, alias tumpul. Derajat 2, kaliks berbentuk
flattening, mendatar, derajat 3, dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor, kaliks
minor, tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias
menonjol. Derajat 4, ada penipisan korteks ginjal dan kaliks berbentuk
balloonong, alias menggembung.9
Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan menunjukkan batu
ureter dan tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen.9
Hidronefrosis
Ginjal Kanan Dan Pelebaran Sistem Kolektivus
26
USG Abdomen, tampak adanya calculus dengan hiperechoic shadow pada renal
sinistra dan hidronefrosis dengan pelebaran pelvis renalis
Hidronefrosis Ginjal
Penyebab hidronefrosis adalah obstruksi kronis pada saluran kemih
pada traktus urinarius sehingga menyebabkan penimbbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter.9
Gambaran CT-Scan pada hisronefrosis adalah hidronefrosis yang
dini memberikan gambaran flattening, yaitu kaliks-kaliks yang mendatar.
Perubahan ini reversibel. Pada stadium lanjut akan memeperlihatkan
kaliks-kaliks yang berbentuk tongkat atau menonjol (clubbing)pada
tingkat yang lebih parah lagi akan terjadi destruksi parenkim ginjal dan
pembesaran sistem saluran kemih.9
27
CT –Scan ginjal dengan hidronefrosis
Laboratorium
1. Urine analisis, volume urine, berat jenis urine, protein, reduksi, dan
sediment. Bertujuan menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, dan
dijumpai kristal-kristal pembentuk batu.
2. Urine kultur meliputi: mikroorganisme adanya pertumbuhan kuman
pemecah urea, sensitivity test
3. Pemeriksaan darah lengkap, leuco, diff, LED,
28
4. Pemeriksaan kadar serum elektrolit, ureum, kreatinin, penting untuk
menilai fungsi ginjal, untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan
foto IVU dan asam urat, Parathyroid Hormone (PTH), dan fosfat sebagai
faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih (antara lain: kalsium,
oksalat, fosfat, maupun asaam urat di dalma darah atau di dalam urin)1 serta
untuk menilai risiko pembentukan batu berulang.2,3,4
Tatalaksana
1. Medikamentosa
Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum,
dan minum banyak supaya dapat mendorong keluar batu saluran kemih.
2. Intervensi bedah
a. ESWL (Extracorporal Shock Wave Lithotrypsi)
Teknik ini menggunakan getaran yang dapat memecah batu ginjal
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah keluar melalui saluran kemih
tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. ESWL hanya sesuai
untuk menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm serta
terletak di ginjal atau saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih (kecuali
yang terhalang oleh tulang panggul). Batu yang keras (misalnya kalsium
oksalat monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa kali tindakan1
29
b. PNL (Percutaneus Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu dengan memasukkan alat endoskopi ke
sistem kalises melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan dengan
memecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
3. Bedah terbuka
Di klinik-klinik yang belum memiliki fasilitas endourologi,
laparaskopi, maupun ESWL, pengambilan batu dilakukan dengan bedah
terbuka, antara lain: pielolitotomi dan nefrolitotomi untuk mengambil batu
di ginjal dan ureter.
Simple Pyelolithotomy
30
Simple Pyelolithotomy merupakan sebuah tindakan operasi
terbuka yang biasanya dilakukan pada kasus-kasus batu ginjal. Metode
Operasi ini dilakukan pada batu staghorn yang belum terbentuk
sepenuhnya atau dengan kata lain semi staghorn yang terletak pada pelvis
ektra renal. Jika pelvis renalis kecil dan terletak intra renal atau ½ intra
renal dan ½ ekstra renal maka simple pyelolithotomy sulit untuk dilakukan
maka pada kasus ini kita memerlukan teknik Gil-Vernet (Extended
Pyrlolithotomy atau Pyelocalicolithotomy). Indikasi lain dari Simple
Pyelolithotomy adalah jika percutaneous renal surgical atau ESWL tidak
tersedia, dan jika ada komplikasi dari percutaneous renal surgical yang
telah terjadi sebelumnya maka metode ini dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan. Untuk persiapan preoperative hasil dari cultur urin harus
diperoleh dan diperlukan pemberian profilaksis antibiotic parenteral
sebelum dilakukan operasi. Intravenous urography diperlukan untuk
melihat anatomi dari traktus urinarius dan fungsi ginjal. Pada saat
pembedahan dilakukan pengikatan pada ureter yang bertujuan untuk
mencagah terlepasnya fragmen-fragmen batu ke ureter selama
dilakukannya operasi. Pelvis renalis dibebaskan dari jaringan lemak pada
permukaan posteriornya, sehingga pelvis renalis dalam keadaan terbuka.
Pengangkatan batu dapat dilakukan dengan bantuan jari atau dengan
menggunakan forcep. Batu dibawa ke pelvis renalis, diirigasi oleh larutan
saline untuk mengeluarkan fragmen-fragmen kecil yang mungkin masih
tertinggal. Fragmen-fragmen batu yang menetap atau yang masih
tertinggal dapat membentuk nidus dan menyebabkan terjadinya rekuren.
Extended pyelolithotomy
Extended pyelolithotomy (Gil Vernet metode) adalah teknik yang dapat
digunakan untuk mengangkat batu ginjal yang kompleks pada pelvis
renalis dan yang telah meluas pada beberapa kaliks. Dengan menggunakan
metode ini pendekatan melalui insisi parenkim ginjal dapat dihindari
sehingga resiko yang menyebabkan memburuknya fungsi ginjal
31
postoperasi dapat dikurangi. Kasus-kasus dimana pelvis renalis terletak
intra renal atau jika ukuran batu besar dapat dilakukan insisi extended
pyelolithotomy (Gil-Vernet) untuk membantu mengangkat batu. Teknik
ini memungkinkan juga untuk mengangkat batu ginjal yang complex dan
sisa-sisa batu di dalam kaliks yang masih tertinggal mungkin dapat
diangkat melalui Nephrotomy Radial.
Bivalve Nephrolithotomy
Bivalve nephrolithotomy atau Anatropik nephrolithotomy pertama kali
diperkenalkan oleh Smith dan Boyce pada tahun 1967. Meskipun metode
Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) dan Electro Shock Wave
Lithotripsy (ESWL) tengah berkembang saat ini namun, Bivalve
Nephrolithotomy masih digunakan untuk pasien dengan Staghorn Calculi
dimana bagian terbesar dari batu berada pada caliceal dan infundibular.
Jika terjadi stenosis pada infundibuar tindakan ini merupakan indikasi
utama. Indikasi lain dilakukannya teknik ini adalah apabila pecahan batu
tidak dapat dikeluarkan dengan pendekatan intrasinusal yang diperluas,
juga pada penderita yang sebelumnya telah dilakukan pyelolithotomy dan
kemudian menderita batu cetak ginjal.
Komplikasi
Batu ginjal yang hanya menimbulkan keluhan nyeri kolik renal mungkin
tidak mengalami masalah setelah nyeri berhasil diatasi. Apabila batu
tersebut menyababkan sumbatan atau infeksi. Sumbatan ini dapat menetap
dan batu berisiko menyebabkan gagal ginjal.
Pencegahan
32
BAB III
KESIMPULAN
Kejadian pada pria empat kali lebih tinggi daripada wanita, kecuali untuk
batu amonium magnesium fosfat (struvit), lebih sering terdapat di wanita. Usia
rata-rata BSK terjadi pada usia 30 sampai 50 tahun. Pembentukan batu ginjal
dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar pembentukan batu ginjal
dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik antara lain
umur, jenis kelamin dan keturunan. Faktor ekstrinsik antara lain kondisi geografis,
iklim, kebiasaan makan, zat atau bahan kimia yang terkandung dalam air dan lain
sebagainya.
33
DAFTAR PUSTAKA
34