Refrat DR Endah

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 34

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BEDAH

PERIODE 16 MEI 2016 – 30 Juli 2016

RS PENDIDIKAN : RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


BUDHI ASIH

REFERAT

Batu Saluran Kemih

Penulis :
Anggi Wulandari S.ked
030.11.030

Pembimbing :
dr. Tri Endah, Sp.U

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI

1
LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmatNya
yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang
berjudul Batu Saluran Kemih pada kepaniteraan klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Budhi Asih.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada :
1. Dr. Tri Endah, Sp.U, selaku pembimbing yang telah memberikan
kesempatan dan bimbingannya sehingga makalah presentasi kasus ini
dapat terselesaikan.
2. Semua dokter dan staf Ilmu Bedah RSUD Budhi Asih
3. Rekan-rekan kepaniteraan klinik Ilmu Bedah RSUD Budhi Asih
Penulis berharap makalah presentasi kasus ini dapat menambah
pengetahuan dan memahami lebih lanjut mengenai Batu Saluran Kemih serta
salah satunya untuk memenuhi tugas yang diberikan pada kepaniteraan klinik di
RSUD Budhi Asih.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyaknya
kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini sangat penulis harapkan.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak. Terimakasih

Jakarta, 20 Juli 2016

Anggi Wulandari
030. 11. 030

2
Lembar Pengesahan

Referat yang berjudul:

“Batu Saluran Kemih ”

Yang disusun oleh

Anggi Wulandari

030.11.030

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing:

dr. Tri Endah, Sp. U

Pada tanggal:

Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih

Periode 16 Mei – 30 Juli 2016

Jakarta, 20 Juli 2016

Pembimbing

dr. Tri Endah, Sp. U

3
BAB I

PENDAHULUAN

Sistem urogenitalia atau genitourinaria terdiri atas sistem organ


reproduksi dan saluran kemih. Keduanya dijadikan satu kelompok sistem
urogenitalia. Sistem perkemihan merupakan salah satu sistem yang penting dalam
tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan
uretra, yang menyelenggarakan serangkaian proses dimana salah satu tujuannya
adalah mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, asam basa,
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme melalui urin seperti urea, kreatinin, asam
urat, dll. Gangguan pada sistem perkemihan dapat menimbulkan masalah
kesehatan yang serius yang salah satunya disebabkan karena adanya obstruski
saluran kemih akibat batu.1,2
Batu saluran kemih (urolithiasis) adalah adanya batu di dalam saluran
kemih, mulai dari ginjal hingga uretra. Batu ini dapat terbentuk dari kalsium,
fosfat, atau kombinasi asam urat yang biasanya larut dalam urin. Penyakit ini
merupakan salah satu dari tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disamping
infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna (BPH).1 Di Indonesia
penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari jumlah pasien di
klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit ini di Indonesia
belum dapat ditetapkan secara pasti. Namun dari data dalam negeri yang pernah
dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah penderita batu ginjal yang mendapat
tindakan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo dari tahun ke tahun, mulai 182 pasien
pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002, peningkatan ini sebagian
besar disebabkan mulai tersedianya alat pemecah batu ginjal non-invasif ESWL
(Extracorporeal shock wave lithotripsy)

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI SALURAN KEMIH


Sistem urinaria atau disebut juga sebagai sistem ekskretori adalah sistem
organ yang memproduksi, menyimpan dan mengalirkan urine. Pada manusia
normal, organ yang terdiri ginjal beserta sistem pelvikalises, ureter, buli-buli
atau vesika urinaria dan uretra.1,2,3
a. Ginjal
Sepasang ginjal berwarna kemerahan, berbentuk seperti kacang merah,
terletak di atas pinggang diantara peritoneum dan dinding posterior
abdomen (retroperitoneal). Ginjal berada diantara T12 dan L3, dimana
terlindungi oleh iga 11 dan 12. Ginjal kanan sedit lebih dibawah posisinya
daripada ginjal kiri, karena terdesak oleh liver.

Ginjal orang dewasa panjangnya 10-12 cm, lebar 5-7 cm, dan
ketebalannya 3 cm. Pada batas cekungan medial, tiap ginjal berhadapan dengan
columna vertebralis. Di dekat cekungan pertengahan tersebut (pada 1/3 tengah
tepi medial ginjal), terdapat lekukan yang disebut hilum renalis, dimana arteri
renalis dan nervi renalis masuk ke ginjal, serta vena renalis dan pelvis renalis

5
keluar dari ginjal.  Pada ginjal, terdapat dua kutub, yaitu kutub superior dengan
kutub inferior. Permukaan pada ginjal terdiri atas permukaan anterolateral dan
posteromedial sebab sumbu panjangnya inferolateral dan sumbu transversalnya
posterolateral.
Terdapat tiga lapisan jaringan yang mengelilingi ginjal, dari dalam ke luar
yaitu kapsula renalis/ kapsula fibrosa, kapsula adipose/ perinephric fat capsule,
dan fascia renalis. Ketiga lapisan tersebut melindungi ginjal dari trauma dan
membuat ginjal tetap terletak pada tempatnya. 

Pada penampang coronal ginjal, dapat terlihat bangunan-bangunan


pada ginjal, yaitu:
1. Cortex renalis : bagian superficial ginjal yang lebih gelap dan
berkontak dengan kapsula fibrosa. 
2. Medula renalis : bagian di bawah cortex yang lebih terang dan
terdiri atas 9-14 struktur triangular atau conical yang jelas yang

6
disebut Piramid renalis. Hilus Renalis : cekungan pada 1/3 tengah
batas medial ginjal.
3. Papilla renalis : apex dari medulla yang berproyeksi ke calyx minor
4. Processus renalis/medulla arrays : Bagian medula yang menjorok
ke korteks
5. Columna renalis Bertini : Bagian korteks yang masuk ke medulla
6. Sinus renalis : bagian hilus renalis yang tidak berisi struktur (hanya
berisi lemak)
7. Lobus renalis : terdiri atas pyramid renalis, korteks renalis di
sekitarnya, dan setengah dari tiap kolumna renalis di samping
pyramid renalis tersebut
8. Calix minor (7-14): duktus yang merupakan muara papilla renalis
keluarkan urin
9. Calix major (2-1): 3-5 calix minor yang menyatu membentuk
struktur ini
10. Pelvis renalis : 2-3 calix major membentuk struktur ini
11. Ureter : lanjutan dari pelvis renalis ke arah vesica urinaria

Pendarahan A/V Renalis

7
Darah masuk ke ginjal melalui arteri renalis. Arteri renalis ini
mendapatkan aliran darah dari aorta abdominal. Arteri renalis bercabang menjadi
arteri segmental. Kemudian arteri segmental bercabang menjadi arteri interlobar
yang berjalan di bagian luar medulla. Arteri interlobar yang berjalan ke perbatasan
korteks dan medulla disebut arteri arkuata Arteri arkuata bercabang-cabang
membentuk arteri interlobular yang berada di antara lobus renalis. Arteri
interlobular akan bercabang menjadi arteriola afferent yang akan masuk ke
corpuscle renalis menjadi kapiler glomerular lalu keluar dari corpuscle renalis
sebagai arteriola efferent. Kemudian arteriola efferent terbagi-bagi untuk
membentuk kapiler peritubular. Kalpiler ini berlanjut menjadi vena interlobular,
lalu darah keluar ke vena arkuata, kemudian ke vena interlobar dan darah dari
ginjal keluar melalui vena renalis ke vena cava inferior.

b. Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pielum (pelvis renalis)
menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal,
masing-masing satu untuk setiap ginjal.

Dinding ureter terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel transisional, otot
polos sirkuler dan otot polos longitudinal. Kontraksi dan relaksasi kedua otot
polos itulah yang memungkinkan terjadinya gerakan peristaltic untuk mengalirkan
urin ke vesika urinaria, sehingga jika terdapat sumbatan pada lumen ureter, otot
polos akan berkontraksi secara berlebihan, yang bertujuan untuk mendorong atau
mengeluarkan sumbatan itu dari saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai
nyeri kolik yang datangnya secara berkala, sesuai dengan irama peristaltic ureter.

Terdapat beberapa tempat di mana diameter ureter relative lebih kecil


dibandingkan tempat lain. Tempat yang mengalami penyempitan itu adalah pada
perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvi-ureter junction, tempat pada
ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis dan pada saat ureter masuk ke

8
vesika urinaria. Ketiga tempat tersebut, dimana batu atau benda lain yang berasal
dari ginjal seringkali tersangkut.

Untuk kepentingan pembedahan, ureter dibagi menjadi dua bagian, yaitu


ureter pars abdominalis yang membentang mulai dari pelvis renalis sampai
menyilang vasa iliaka dan ureter pars pelvika, yang membentang dari persilangan
vasa iliaka sampai muaranya di dalam vesika urinaria. Disamping itu, secara
radiologis dibagi menjadi ureter 1/3 proksimal (mulai dari pelvis renalis sampai
batas atas sacrum), 1/3 medial (mulai dari batas atas sacrum sampai pada batas
bawah sacrum), 1/3 distal (mulai batas bawah sacrum sampai masuk ke vesika
urinaria).

c. Vesica urinaria
Buli-buli atau vesika urinaria, sering juga disebut kandung kemih,
merupakan tempat untuk menampung urin yang berasal dari ginjal melalui
ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh
melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis
(pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum dan organ
reproduksi.

Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang


terdiri atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai
tiga permukaan (superior dan dua permukaan inferolateral dextra dan sinistra
dan permukaan posterior). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor
(otot longitudinal yang paling dalam, ditengah adalah otot sirkular, dan paling
suretra iternum membentuk suatu segituga yang disebut trigonum vesicae atau
trigonum buli-buli. Vesicae urinaria kapasitas maksimal menampung urin
untuk orang dewasa kurang lebih 300-450ml.

d. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica
urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada
pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 23-25 cm dan juga

9
berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),
sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3-5 cm. selain itu, Pria
memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (perbatasan vesika
urinaria dan uretra dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra
anterior dan posterior, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya
memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat
volunter).

Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pars prostatika, pars membranosa
dan pars spongiosa. Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (4
cm). Berada dibawah simfisis pubis dan bermuara di anterior vagina. Terdapat
m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun
tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.

II. FISIOLOGI

Fungsi ginjal adalah:4 a) memegang peranan penting dalam pengeluaraan


zat-zat toksik atau racun. b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
mengeluarkan sisa-sisa metabolism akhir dari protein, ureum, kreatinin dan
ammonia. Tahap pembentukan urin:

1. Proses filtrasi (penyaringan): Proses pembentukan urin diawali dengan


penyaringan darah yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler
glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi
pada glomerulus mempermudah proses penyaringan. Bahan-bahan kecil yang
dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium,
klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi
bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat
glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak
mengandung protein

10
2. Proses reabsorbsi: pada proses ini, bahan-bahan yang masih diperlukan di
dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal,
sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan
urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Glukosa dan asam
amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa
osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino
dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan
garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi
reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang
masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat
sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.
3. Proses sekresi: sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dan
zat-zat yang tidak diperlukan tubuh dialirkan ke papilla renalis selanjutnya di
teruskan keluar melalui urin.

11
III. BATU SALURAN KEMIH

Definisi

Batu saluran kemih adalah adanya batu di dalam saluran kemih, mulai dari
ginjal hingga uretra. Komposisi batu yang terbentuk dapat terdiri dari salah satu
atau campuran dari asam urat, kalsium oksalat, kalsium fosfat, struvit, sistin
ataupun xantin.4

Batu ginjal adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu
(deposit mineral kristal) di dalam pelvis atau calyces dari ginjal. Pembentukan
batu ginjal dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran kencing, tetapi biasanya
terbentuk pada dua bagian ginjal, yaitu di pelvic dan calcyx renalis. Batu
staghorn adalah batu ginjal yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal
yang memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu
staghorn.1

Batu Ginjal

12
Sinonim

Nephrolithiasis, kidney stones, renal stones, urinary stones, kidney


calculi, renal calculi, acute nephrolithiasis, urinary tract stone disease

Epidemiologi

Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data


yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636
kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah
pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian
adalah sebesar 378 orang. Dari data dalam negeri yang pernah dipublikasi
didapatkan peningkatan jumlah penderita batu ginjal yang mendapat tindakan di
RSUPN-Cipto Mangunkusumo dari tahun ke tahun mulai 182 pasien pada tahun
1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002, peningkatan ini sebagian besar
disebabkan mulai tersedianya alat pemecah batu ginjal non-invasif ESWL
(Extracorporeal shock wave lithotripsy) yang secara total mencakup 86% dari
seluruh tindakan (ESWL, PCNL, dan operasi terbuka). Prevalensi penderita batu
ginjal berdasar wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,6 persen.
Prevalensi tertinggi di DI Yogyakarta (1,2%), diikuti Aceh (0,9%), Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Sulawesi Tengah masing–masing sebesar 0,8 persen.
Prevalensi penyakit batu ginjal berdasarkan wawancara meningkat seiring
dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 55-64 tahun (1,3%),
menurun sedikit pada kelompok umur 65-74 tahun (1,2%) dan umur ≥75 tahun
(1,1%). Prevalensi lebih tinggi pada laki-laki (0,8%) dibanding perempuan
(0,4%).5

Etiologi

13
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin seperti pada fimosis, striktur uretra, stenosis meatus,
hipertrofi prostat, refluks vesiko-ureter, ureterokel; gangguan metabolik seperti
pada hiperparatiroidisme, hiperuresemia, hiperkalsiuria; infeksi saluran kemih
oleh mikroorganisme penghasil urea (proteus mirabilis); dehidrasi maupun suhu
lingkungan yang tinggi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor
intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik
yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya.1,7,8

Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

 Herediter (keturunan): Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.


 Usia: Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
 Jenis kelamin: Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan.
Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah:
 Geografi: Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal
sebagi daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika
Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu sauran kemih.
 Iklim dan temperatur
 Asupan air: Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran
kemih.
 Diet: Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
 Pekerjaan: Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life style.

14
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih
tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar. Beberapa teori
pembentukan batu adalah :2,3

1. Teori Nukleasi : Batu terbentuk didalam urine karena adanya inti batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh
(supersaturated) akan mengendap didalam nukleus itu sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran
kemih.
2. Teori Matriks : Matriks organik terdiri atas serum/protein urine
(albumin,globulin dan mukoprotein) merupakan kerangka tempat
diendapkannya kristal-kristal batu.
3. Teori Penghambat Kristalisasi : Urine orang normal mengandung zat-zat
penghambat pembentuk kristal, antara lain : magnesium, sitrat, pirofosfat,
mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat
itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu didalam saluran
kemih.

Patofisiologi

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis urethra-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis
seperti pada hyperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.1,2,3
Mekanisme pembentukan batu dapat dibagi menjadi 3 tahap yang
berkesinambungan, yaitu: (a) kejenuhan urin, (b) adanya kondisi yang
memungkinkan terjadinya nukleasi, dan (c) adanya inhibitor. Dalam pembentukan
batu, urin yang jenuh merupakan suatu prasyarat absolut untuk pengendapan
kristal. Semakin besar konsentrasi dari ion-ion, semakin mudah ion-ion tersebut

15
mengendap. Konsentrasi ion yang rendah menimbulkan keadaan undersaturation
dan peningkatan kelarutan. Seiring dengan peningkatan konsentrasi ion, suatu saat
ion-ion tersebut akan mencapai satu titik yang disebut solubility product (Ksp).
Konsentrasi di atas titik ini disebut keadaan metastable dan berpotensi untuk
memulai pembentukan endapan. Ketika konsentrasi larutan menjadi semakin
tinggi, ion-ion akan mencapai formation product (Kfp). Tingkat kejenuhan di atas
Kfp ini disebut keadaan unstable, dan dapat terjadi pembentukan endapan secara
spontan. Endapan ini tersusun atas kristal-kristal yang terdiri dari bahan-bahan
organik dan non-organik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut berada
dalam keadaan metastable (tetap larut) dalam urin jika tidak ada keadaan tertentu
yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal ini saling
mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan
menjadi agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang
lebih besar. Agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk
retensi kristal), dan bersama bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga
memebentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.1,2,3
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks
ginjal. Batu yang mengisi pielum dan labih dari dua kaliks ginjal memeberikan
gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn. Batu yang
terbentuk dan menetap di ginjal (nefrolithiasis) jarang menimbulkan gejala,
kalaupun ada batu pada kaliks ginjal memberikan rada nyeri ringan sampai berat
karena distensi dari kapsul ginjal. Begitu juga baru pada pelvis renalis, dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat .Batu yang ukurannya
kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan dan tidak menimbulkan nyeri.
Nyeri baru timbul ketika ukuran batu ginjal yang lebih besar dari 5 mm memasuki
ureter (uretherolithiasis) dan menimbulkan obstruksi kronik berupa
hidroureter/hidronefrosis. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri
pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan
kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises
ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran

16
kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya
meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan
sensasi nyeri. Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat
saluran kemih, biasanya pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic
junction), dan ureter. Nyeri bersifat tajam dan episodik di daerah pinggang (flank)
yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan pada batu ureter distal
sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini.1,2,3
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan
nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai
infeksi didapatkan demam-menggigil.1,2,3

Jenis Batu Ginjal

 Batu kalsium

Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu ±70-80% dari seluruh batu saluran
kemih, yaitu terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua
unsur itu.1

Faktor terjadinya batu kalsium adalah:

Hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250-300 mg/24
jam. Terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara lain:

 Hiperkalsiuri absorbtif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbsi


kalsium melalui usus.
 Hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi
kalsium melalui tubulus ginjal

17
 Hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorbsi kalsium
tulang yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor
paratiroid.
a. Kalsium oksalat adalah yang paling banyak menyebabkan batu saluran kemih
(70-75%), batu terdiri dari kalsium oksalat, laki-laki 2 kali lebih sering
daripada wanita. Angka kejadian tertinggi usia 30-50 tahun. Batu kalsium
oksalat terjadi karena proses multifaktor, kongenital dan gangguan metabolik
sering sebagai faktor penyebab. Dua bentuk yang berbeda yaitu:
o Whewellite (Ca Ox Monohidrate), berbentuk padat, warna cokat/ hitam
dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
o Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (Ca Ox Dihidrat):
batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite, namun tipe ini
memiliki angka residif yang tinggi.

Batu kalsium oksalat dapat dianalisis melalui darah dan air kemih. Sering terjadi
gangguan metabolisme kalsium seperti hiperkalsiuria dan hiperkalsemia atau
keduanya (normal>2,5mmol/l). Gangguan metabolisme urat merupakan tanda
pembentukan batu kalsium oksalat, sehingga perlu diperhatikan bila kadar asam
urat >6,4 mg/100 ml. Peningkatan ekskresi asam oksalat terjadi pada 20-50%
pasien dengan batu oksalat. Tingginya ekskresi oksalat berhubungan dengan
pembentukan batu rekuren. Sitrat dan magnesium merupakan unsur penting yang
dapat menghambat terjadinya kristalisasi. Ekskresi yang rendah dari sitrat akan
meningkatkan risiko pembentukan batu kalsium oksalat.

 Batu asam urat


Lebih dari 15% batu saluran kemih dengan komposisi asam urat. Pasien
biasanya berusia 60 tahun. Pada pasien berusia lebih muda biasanya juga
menderita kegemukan. Laki-laki lebih sering daripada wanita. Batu asam urat
dibentuk hanya oleh asam urat. Diet menjadi risiko penting terjadinya batu
tersebut. Diet dengan tinggi protein dan purin serta minuman beralkohol

18
meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah.
Sebanyak 20-40% pasien pada Gout akan membentuk batu, oleh karena itu
tingginya asam urat yang berakibat hiperurikosuria. Batu asam urat ini adalah tipe
batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan
terapi kemolisis. Analisis darah dan air kemih pada batu asam urat: asam urat
>380 µmol/dl (6,4 mg/100 ml), pH air kemih ≤ 5,832. 16

 Batu kalsium fosfat

Dua macam batu kalsium fosfat terjadi tergantung suasana pH air kemih.
Karbonat apatite (dahllite) terbentuk pada pH>6,8 dengan konsentrasi kalsium
yang tinggi dan sitrat rendah. Seperti pada batu kalsium oksalat, batu kalsium
fosfat juga merupakan batu campuran. Terjadi pada suasana air kemih yang alkali
atau terinfeksi. Terjadi bersama dengan CaOx atau struvit. Brushite (kalsium
hydrogen fosfat) terbentuk pada pH air kemih 6,5-6,8 dengan konsentrasi kalsium
dan fosfat yang tinggi.

Batu ini mempunyai sifat keras dan sulit dipecah dengan lithotripsy, cepat
terbentuk dengan angka kekambuhan yang tinggi. Sebanyak 1,5% monomineral,
0,5% campuran bersama dengan CaOx. Analisa darah dan air kemih menunjukkan
hiperkalsemia(>2-2,5 mmol/l). Penyebab terbentuknya batu kalsium oksalat renal
tubular asidosis dan infeksi saluran kemih. Kalsium dalam air kemih>2,5
mmol/liter dan pH air kemih>6,8).

 Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)

Disebabkan karena infeksi saluran kemih oleh bakteri yang memproduksi


urease (proteus, providentia, klebsiella dan psedomonas). Frekuensi 4-6%, batu
struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih
terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih>7. Pada kondisi
tersebut kelarutan fosfat menurun yang berakibat terjadinya batu struvit dan
kristalisasi karbon apatite, sehingga batu struvit sering terjadi bersamaan dengan

19
batu karbonat apatite. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat
penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat. Di
samping pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana air kemih menjadi
asam dengan methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan. Analisis
darah dan air kemih didapatkan pH air kemih >7, juga didapatkan infeksi pada
saluran kemih dan kadar ammonium dan fosfat air kemih yang meningkat.

 Batu Cystine

Batu Cystine terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan


ginjal. Frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, cystine, arginin, lysin
dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi, walaupun
manifestasi paling banyak terjadi pada dekade dua. Disebabkan faktor keturunan
dengan kromosom autosomal resesif, terjadi gangguan transport amino cystine,
lysin, arginin dan ornithine. Memerlukan pengobatan seumur hidup. Diet mungkin
menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan
protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi cystine dalam air kemih. Penting
apabila produksi air kemih melebihi 3 liter/hari. Alkalinisasi air kemih dengan
meningkatkan pH 7,5-8 akan sangat bermanfaat untuk menurunkan ekskresi
cystine dengan tiopron dan asam askorbat. Analisis darah dan air kemih
menunjukkan cystein darah dalam batas normal, cystine air kemih ≥0,8
mmol/hari. Kalsium, oksalat dan urat meningkat.

20
Gejala klinis

1. Batu di Kaliks Ginjal


Batu di kaliks ginjal memberikan gambaran nyeri dalam, rasa nyeri
tumpul pada pinggang atau punggung dengan intensitas berat sampai
ringan. Nyeri mungkin diawali setelah mengkonsumsi cairan dalam
jumlah banyak. Batu di kaliks ginjal umumnya kecil dan banyak serta
dapat keluar secara spontan.2,3,6
2. Batu di Pelvis Ginjal
Batu pielum didapatkan dalam bentuk sederhana sehingga hanya
menempati bagian pelvis. Batu dapat tumbuh mengikuti susunan
pelvikalises sehingga bercabang menyerupai tanduk rusa. Batu dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala yang berat. Batu dengan
diameter > 1 cm umumnya mengobstruksi ureteropelvic junction yang
menyebabkan nyeri hebat pada sudut kostovertebra, lateral terhadap
sakrospinalis dan dibawah iga 12. Nyeri bervariasi dari nyeri tumpul
sampai nyeri tajam dan biasanya konstan dan sulit diabaikan. 2,3,6
3. Batu di Ureter Atas dan Tengah

21
Batu di ureter atas dan tengah menyebabkan nyeri punggung atau
pinggang yang berat dimana intensitasnya diperburuk bila batu bergerak
turun ke ureter dan menyebabkan obstruksi intermiten. Bila batu hanya
mengobstruksi sebagian lumen maka nyeri akan berkurang sedikit. Batu di
ureter tengah menyebabkan nyeri yang radiasinya ke anterior arah
abdomen tengah dan bawah. 2,3,6
4. Batu di Ureter Distal
Batu di ureter distal menyebabkan nyeri yang radiasinya ke lipatan
paha atau testis pada pria dan labia mayora pada wanita. Karena peristaltis
akan terjadi gejala kolik, yakni nyeri hilang timbul disertai perasaan mual
dengan atau tanpa muntah dengan myeri alih yang khas. Selama batu
masih menyumbat, serangan kolik akan berulang sampai batu bergeser dan
member kesempatan urin lewat. 2,3,6
Diagnosis dapat disalahartikan dengan torsi testis atau epididimitis.
Batu di ureter intramural dapat meningkatkan terjadinya sistitis, uretritis
atau prostatitis dengan menyebabkan nyeri suprapubik, frekuensi dan
unrgensi berkemih, disuria, stranguria serta gross hematuria. Pada wanita
nyerinya dapat disangka nyeri menstuasi, penyakit inflamasi pelvis dan
ruptur atau terputarnya kista ovarium. 2,3,6
5. Batu Kandung Kemih
Karena batu menghalangi aliran kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba berhenti
menetes disertai dengan nyeri. Bila pada saat sakit tersebut penderita
berubah posisi, pada suatu saat urin akan dapat keluar karena letak batu
berpindah. Bila berlanjut menjadi infeksi sekunder, selain nyeri, sewaktu
miksi juga terdapat nyeri menetap di suprapubik. 2,3,6
6. Batu Uretra
Batu uretra mungkin merupakan batu dari ureter atau kandung kemih
yang terbawa oleh ke uretra oleh aliran urin sewaktu miksi. Lokasi batu
menyangkut ini adalah di pars prostatika, bagian permukaan pars bulosa

22
dan di fosa navikular. Namun bisa juga di tempat lain. Gejala yang timbul
umumnya miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan nyeri. 2,3,6
7. Hematuria
Pasien sering mengalami gross hematuria intermiten atau biasanya urin
berwana teh.17
8. Infeksi
Batu ammonium fosfat (struvit) sering berkaitan dengan infeksi
proteus, pseudomonas, providencia, klebsiella dan stafilokokus. Meskipun
demikian, seluruh batu dapat menyebabkan infeksi sehubungan dengan
obstruksi dan stasis proksimal. Infeksi juga dapat menyebabkan persepsi
nyeri. Bakteri uropatogenik dapat mempengaruhi peristaltic ureter dengan
memproduksi eksotoksin dan endotoksin. Inflamasi lokal karena infeksi
dapat mengaktivasi kemoreseptor dan persepsi nyeri local dengan pola
referrl. Infeksi dapat berupa pionefrosis dan xanthogranulomatous
pyelonephrosis.
9. Demam
Demam terkait batu saluran kemih harus diawasi untuk tanda-tandak
sepsis. Terutama bila teraba masa di pinggang oleh adanya hidronefrosis
ginjal.
10. Mual Muntah
Obstruksi saluran kemih atas sering berhubungan dengan mual dan
muntah sehingga diperlukan untuk menganti cairan agar kembali ke
kondisi euvolemik. Namun, cairan jangan dpakai untuk dieresis agar batu
keluar.

Pemeriksaan fisik

Pasien dengan kolik ginjal akut biasanya mengalami nyeri hebat dan
seringkali mengurangi rasa nyerinya dengan memposisikan tubuhnya dalam posisi
yang tidak biasa. Hal ini membedakannnya dari pasien peritonitis, dimana pasien
peritonitis takut bergerak karena nyeri. Penderita dengan keluhan nyeri kolik

23
hebat, didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra (CVA), dapat disertai
takikardi, berkeringat, dan nausea. Teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis. Terlihat tanda gagal ginjal dan retensi urin, jika disertai infeksi
didapatkan demam dan menggigil. 2,3,6

Pemeriksaan penunjang

1. Radiologi
pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada kasus batu ginjal
adalah adalah foto polos abdomen, USG abdomen, CT-scan. Dari pemeriksaan
radiologi dapat menentukan jenis batu, letak batu, ukuran, dan keadaan anatomi
traktus urinarius. Secara radiologi, batu dapat berupa radio-opak dan radio-lusen.
a. Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
batu radio-opak di saluran kemih. Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium
fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai di antara batu jenis lain.
Batu Magnesium Ammoniak Phospat (MAP) memberikan gambaran semi-
opak. Sedangkan batu asam urat, batu matriks dan indinivar bersifat radio-
lusen.9

Foto polos Abdomen menunjukkan gambaran bayangan radio-opaque pada


renalis dextra dan cavum pelvis
b. Pielografi Intra Vena (IVP)

24
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan antomi dan fungsi ginjal,
selain itu IVP juga dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu
non-opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Pada yang
radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya
batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu
terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh
karena itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena
(PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan
menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang
menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi
sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan pielografi
retrograd.9

IVP, terdapat batu radio-opak ginjal kanan, hidronefrosis derajat I


dengan dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks, kaliks tampak
blunting, alias tumpul
c. USG

25
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan
IVP, yaitu pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal
ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan
USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli yang
ditunjukkan dengan echoic shadow, hidronefrosis dengan gambaran
dilatasi pelvis dan kaliks ginjal, pionefrosis, atau pengerutan ginjal. USG
dapat mendeteksi adanya batu dan dilatasi sistem kollektivus. Visualisasi
hidronefrosis yaitu: derajat 1, dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks,
kaliks berbentuk blunting, alias tumpul. Derajat 2, kaliks berbentuk
flattening, mendatar, derajat 3, dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor, kaliks
minor, tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias
menonjol. Derajat 4, ada penipisan korteks ginjal dan kaliks berbentuk
balloonong, alias menggembung.9
Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan menunjukkan batu
ureter dan tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen.9

Hidronefrosis
Ginjal Kanan Dan Pelebaran Sistem Kolektivus

26
USG Abdomen, tampak adanya calculus dengan hiperechoic shadow pada renal
sinistra dan hidronefrosis dengan pelebaran pelvis renalis

 Hidronefrosis Ginjal
Penyebab hidronefrosis adalah obstruksi kronis pada saluran kemih
pada traktus urinarius sehingga menyebabkan penimbbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter.9
Gambaran CT-Scan pada hisronefrosis adalah hidronefrosis yang
dini memberikan gambaran flattening, yaitu kaliks-kaliks yang mendatar.
Perubahan ini reversibel. Pada stadium lanjut akan memeperlihatkan
kaliks-kaliks yang berbentuk tongkat atau menonjol (clubbing)pada
tingkat yang lebih parah lagi akan terjadi destruksi parenkim ginjal dan
pembesaran sistem saluran kemih.9

27
CT –Scan ginjal dengan hidronefrosis

Laboratorium
1. Urine analisis, volume urine, berat jenis urine, protein, reduksi, dan
sediment. Bertujuan menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, dan
dijumpai kristal-kristal pembentuk batu.
2. Urine kultur meliputi: mikroorganisme adanya pertumbuhan kuman
pemecah urea, sensitivity test
3. Pemeriksaan darah lengkap, leuco, diff, LED,

28
4. Pemeriksaan kadar serum elektrolit, ureum, kreatinin, penting untuk
menilai fungsi ginjal, untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan
foto IVU dan asam urat, Parathyroid Hormone (PTH), dan fosfat sebagai
faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih (antara lain: kalsium,
oksalat, fosfat, maupun asaam urat di dalma darah atau di dalam urin)1 serta
untuk menilai risiko pembentukan batu berulang.2,3,4

Tatalaksana

1. Medikamentosa
Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum,
dan minum banyak supaya dapat mendorong keluar batu saluran kemih.
2. Intervensi bedah
a. ESWL (Extracorporal Shock Wave Lithotrypsi)
Teknik ini menggunakan getaran yang dapat memecah batu ginjal
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah keluar melalui saluran kemih
tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. ESWL hanya sesuai
untuk menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm serta
terletak di ginjal atau saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih (kecuali
yang terhalang oleh tulang panggul). Batu yang keras (misalnya kalsium
oksalat monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa kali tindakan1

29
b. PNL (Percutaneus Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu dengan memasukkan alat endoskopi ke
sistem kalises melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan dengan
memecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

c. Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan


memasukkan alat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli),
d. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi. Keterbatasan URS adalah tidak bisa
untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga perlu alat
pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk
menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman
masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.

3. Bedah terbuka
Di klinik-klinik yang belum memiliki fasilitas endourologi,
laparaskopi, maupun ESWL, pengambilan batu dilakukan dengan bedah
terbuka, antara lain: pielolitotomi dan nefrolitotomi untuk mengambil batu
di ginjal dan ureter.

 Simple Pyelolithotomy

30
Simple Pyelolithotomy merupakan sebuah tindakan operasi
terbuka yang biasanya dilakukan pada kasus-kasus batu ginjal. Metode
Operasi ini dilakukan pada batu staghorn yang belum terbentuk
sepenuhnya atau dengan kata lain semi staghorn yang terletak pada pelvis
ektra renal. Jika pelvis renalis kecil dan terletak intra renal atau ½ intra
renal dan ½ ekstra renal maka simple pyelolithotomy sulit untuk dilakukan
maka pada kasus ini kita memerlukan teknik Gil-Vernet (Extended
Pyrlolithotomy atau Pyelocalicolithotomy). Indikasi lain dari Simple
Pyelolithotomy adalah jika percutaneous renal surgical atau ESWL tidak
tersedia, dan jika ada komplikasi dari percutaneous renal surgical yang
telah terjadi sebelumnya maka metode ini dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan. Untuk persiapan preoperative hasil dari cultur urin harus
diperoleh dan diperlukan pemberian profilaksis antibiotic parenteral
sebelum dilakukan operasi. Intravenous urography diperlukan untuk
melihat anatomi dari traktus urinarius dan fungsi ginjal. Pada saat
pembedahan dilakukan pengikatan pada ureter yang bertujuan untuk
mencagah terlepasnya fragmen-fragmen batu ke ureter selama
dilakukannya operasi. Pelvis renalis dibebaskan dari jaringan lemak pada
permukaan posteriornya, sehingga pelvis renalis dalam keadaan terbuka.
Pengangkatan batu dapat dilakukan dengan bantuan jari atau dengan
menggunakan forcep. Batu dibawa ke pelvis renalis, diirigasi oleh larutan
saline untuk mengeluarkan fragmen-fragmen kecil yang mungkin masih
tertinggal. Fragmen-fragmen batu yang menetap atau yang masih
tertinggal dapat membentuk nidus dan menyebabkan terjadinya rekuren.

 Extended pyelolithotomy
Extended pyelolithotomy (Gil Vernet metode) adalah teknik yang dapat
digunakan untuk mengangkat batu ginjal yang kompleks pada pelvis
renalis dan yang telah meluas pada beberapa kaliks. Dengan menggunakan
metode ini pendekatan melalui insisi parenkim ginjal dapat dihindari
sehingga resiko yang menyebabkan memburuknya fungsi ginjal

31
postoperasi dapat dikurangi. Kasus-kasus dimana pelvis renalis terletak
intra renal atau jika ukuran batu besar dapat dilakukan insisi extended
pyelolithotomy (Gil-Vernet) untuk membantu mengangkat batu. Teknik
ini memungkinkan juga untuk mengangkat batu ginjal yang complex dan
sisa-sisa batu di dalam kaliks yang masih tertinggal mungkin dapat
diangkat melalui Nephrotomy Radial.
 Bivalve Nephrolithotomy
Bivalve nephrolithotomy atau Anatropik nephrolithotomy pertama kali
diperkenalkan oleh Smith dan Boyce pada tahun 1967. Meskipun metode
Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) dan Electro Shock Wave
Lithotripsy (ESWL) tengah berkembang saat ini namun, Bivalve
Nephrolithotomy masih digunakan untuk pasien dengan Staghorn Calculi
dimana bagian terbesar dari batu berada pada caliceal dan infundibular.
Jika terjadi stenosis pada infundibuar tindakan ini merupakan indikasi
utama. Indikasi lain dilakukannya teknik ini adalah apabila pecahan batu
tidak dapat dikeluarkan dengan pendekatan intrasinusal yang diperluas,
juga pada penderita yang sebelumnya telah dilakukan pyelolithotomy dan
kemudian menderita batu cetak ginjal.

Komplikasi

Batu ginjal yang hanya menimbulkan keluhan nyeri kolik renal mungkin
tidak mengalami masalah setelah nyeri berhasil diatasi. Apabila batu
tersebut menyababkan sumbatan atau infeksi. Sumbatan ini dapat menetap
dan batu berisiko menyebabkan gagal ginjal.

Pencegahan

Pencegahan berupa menghindari dehidrasi faktor resiko dengan minum


cukup air 2-3 liter per hari, diet rendah protein, rendah oksalat, rendah garam,
rendah purin untuk mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu, dan
beraktivitas harian yang cukup.10

32
BAB III

KESIMPULAN

Dalam istilah kedokteran penyakit batu ginjal disebut nephrolithiasis atau


renal calculi. Batu ginjal adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih
batu (deposit mineral Kristal) di dalam pelvis atau calyces dari ginjal.
Pembentukan batu ginjal dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran kencin.

Kejadian pada pria empat kali lebih tinggi daripada wanita, kecuali untuk
batu amonium magnesium fosfat (struvit), lebih sering terdapat di wanita. Usia
rata-rata BSK terjadi pada usia 30 sampai 50 tahun. Pembentukan batu ginjal
dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar pembentukan batu ginjal
dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik antara lain
umur, jenis kelamin dan keturunan. Faktor ekstrinsik antara lain kondisi geografis,
iklim, kebiasaan makan, zat atau bahan kimia yang terkandung dalam air dan lain
sebagainya.

Pencegahan berupa menghindari dehidrasi faktor resiko dengan minum


cukup air 2-3 liter per hari, diet rendah protein, rendah oksalat, rendah garam,
rendah purin untuk mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu, dan
beraktivitas harian yang cukup

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo Basuki B. Batu Ginjal dan Ureter dalam Dasar-Dasar Urologi.


Yogyakarta: Sagung Seto. 2011.p. 85-98
2. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Batu kandung kemih. Jilid I.
Edisi IV . 2006. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal:
563-5.
3. Sjamsuhidayat. De jong, wim. Buku ajar ilmu Bedah. Jakarta: EGC. P. 1024-
34.
4. Mochtar CA, Gaol HL. Batu Saluran Kemih. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta: Media Aesculapius; 2014. p.277-9
5. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013. 2015. p. 94-6
6. Tanagho EA. 2008. Smith’s General Urology 17th Edition. USA: Mc Graw
Hill. p 246-262.

7. Krisna DNP. Faktor risiko penyakit batu ginjal. Jurnal kesehatan


masyarakat. Kemas. 2011; 1. p.51-62.
8. Rully M A. batu staghorn pada wanita: faktor resiko dan tata laksana. Jurnal
ilmiah mahasiswa kedokteran Indonesia. 2010; 1(01): 52
9. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Cetakan keempat. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009. Hal 297-303
10. Wolf Stuard J, et al. Nephrolithiasis workup. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/437096-workup#aw2aab6b5b3.
Accessed on 8 Juni 2016.

34

Anda mungkin juga menyukai