Tugas Makalah TPKI
Tugas Makalah TPKI
Disusun Oleh :
ALYASA RAMADHAN
210621608101
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………
………..i
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh, oleh sebab
itu para lansia mudah sekali terkena penyakit seperti hipertensi.
Penyakit hipertensi akan menjadi masalah yang serius, karena jika tidak
ditangani sedini mungkin akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang
berbahaya seperti terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongestif, stroke, gangguan
penglihatan, dan penyakit ginjal. Hipertensi dapat dicegah dengan menghindari faktor
penyebab terjadinya hipertensi dengan pengaturan pola makan, gaya hidup yang benar,
hindari kopi, merokok dan alkohol, mengurangi konsumsi garam yang berlebihan dan
aktivitas yang cukup seperti olahraga yang teratur (Dalimartha, 2008).
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipertensi ?
2. Apa pemicu terjadinya hipertensi ?
3. Apa hubungan olahraga dengan tingkat hipertensi pada lansia ?
4. Bagaimana cara mencegah hipertensi ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui makna dari hipertensi
2. Mengetahui sebab terjadinya hipertensi
3. Mengetahui hubungan olahraga dengan tingkat hipertensi pada lansia
4. Mengetahui cara pencegahan penyakit hipertensi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tekanan darah bisa diartikan sebagai kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi
darah terhadap dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah utama yang berada dalam
tubuh. Besarnya tekanan ini bergantung pada resistensi pembuluh darah dan seberapa
keras jantung bekerja. Semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan semakin
sempit pembuluh darah arteri, maka tekanan darah akan semakin tinggi. Hipertensi
dapat diketahui dengan rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah. Setidaknya, orang
dewasa dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah, termasuk tekanan darah setiap
lima tahun sekali. Penulisan hasil tekanan darah berupa dua angka. Angka pertama atau
sistolik mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau
berdetak. Sementara itu, angka kedua atau diastolik mewakili tekanan di dalam
pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detaknya. Seseorang bisa dikatakan
mengalami hipertensi bila pembacaan tekanan darah sistolik pada pengukuran selama
dua hari berturut-turut menunjukkan hasil yang lebih besar dari 140 mmHg, dan/atau
pembacaan tekanan darah diastolik menunjukkan hasil yang lebih besar dari 90 mmHg.
Angka kejadian hipertensi pada lansia di Indonesia dari hasil survei kesehatan rumah
tangga tahun 1995 di Jakarta, menunjukkan tekanan darah tinggi cukup tinggi yaitu 83
per 1000 anggota rumah tangga. Di Poli Geriatri RSU Dr. Soetomo pada tahun 2005
jumlah kasus hipertensi pada lansia sebanyak 55,9%
3
Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin,
ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu obesitas,
kurang olah raga atau aktivitas, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar
kalium rendah, alkohollisme, stres, pekerjaan, pendidikan dan pola makan (Suhadak,
2010). Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya
umur maka semakin tinggi mendapat risiko hipertensi. Kejadian hipertensi makin
meningkat dengan bertambahnya usia, pembuluh darah dalam tubuh akan menjadi lebih
kaku dan mengeras. Akibat hal ini, jantung bekerja lebih keras untuk memompa. Pada
akhirnya, jantung yang terus bekerja dengan memompa secara lebih kuat inipun akan
menyebabkan munculnya hipertensi.
Penyebab hipertensi pada lansia berikutnya ini terjadi pada wanita yang telah
memasuki masa menopause. Dalam hal ini, diketahui bahwa risiko hipertensi pada
wanita akan lebih tinggi pada saat memasuki masa menopause, bahkan mencapai 41
persen. Hal ini pada dasarnya disebabkan oleh terjadinya penurunan kadar hormon
estrogen dalam tubuh selama masa menopause.
4
serba cepat dan serba mesin menyebabkan orang menjadi kurang gerak dan diikuti
dengan stres yang dapat mengundang berbagai penyakit kardiovaskuler seperti penyakit
jantung, tekanan darah tinggi dan stroke. Hal tersebut banyak dijumpai pada kelompok
usia pertengahan, tua dan lanjut, khususnya pada seseorang yang tidak melakukan
olahraga (Giriwoyo dan Sidik, 2012).
5
Pertama, jenis olahraga yang baik yaitu olahraga yang disesuaikan dengan
kondisi partisipan. Penyesuaian kondisi fisik dengan jenis olahraga diperlukan untuk
menghindari cedera saat melakukan latihan atau pada kondisi yang tidak
menguntungkan (Afriwardi, 2009). Kedua, tata cara olahraga yang baik yaitu olahraga
yang dilakukan dengan urutan pemanasan, gerakan inti dan pendinginan. Gerakan
pemanasan dapat dilakukan selama kurang lebih 5–10 menit, sehingga memungkinkan
otot-otot akan siap untuk menerima beban kerja saat melakukan latihan inti. Pemanasan
dapat dilakukan dengan berjalan atau berlari pada kecepatan lambat maupun dengan
melakukan gerakan-gerakan inti atau dasar olahraga yang akan dilakukan. Gerakan inti
dilakukan selama 30–45 menit sesuai dengan kemampuan fisik, kemudian diakhiri
dengan pendinginan diperlukan untuk memberikan kesempatan pada otot dan sistem
kardiovaskuler untuk memobilisasi zat-zat hasil metabolisme (Afriwardi, 2009). Waktu
olahraga yang baik yaitu waktu ketika suhu lingkungan tidak terlalu ekstrem.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses apoptosis atau kematian sel yang terprogram sangat penting bagi
tubuh. Hal ini disebabkan, karena dalam proses apoptosis, akan diketahui kapan
mereka harus membelah dan juga kapan mereka harus berhenti melipat ganda. Jika
sel gagal mengikuti proses apoptosis, maka akan mengakibatkan terbentuknya sel
kanker. Sel normal memerlukan keseimbangan antara kebutuhan fisiologik dan
keterbatasan-keterbatasan struktural sel dengan kemampuan metabolik, luarannya
adalah hasil yang tersusun seimbang atau homeostasis.
6
olahraga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi, namun
membutuhkan faktor lain yang juga dapat meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi.
7
Daftar Rujukan
Afriwardi. (2009). Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Andria, K. M. (2013). Hubungan antara Perilaku Olahraga, Stress, dan Pola Makan dengan
Tingkat Hipertensi Pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes, 112-113.
Care, G. H. (2014, February 19). Griswold Home Care. Retrieved from Griswold Home Care
Web Site: https://www.griswoldhomecare.com/blog/2014/february/causes-of-high-
blood-pressure-in-elderly-adults/
Lu Y., Lu M., Dai H., Yang P., Smith-Gagen J., Miao R., Yuan H. (2015). Lifestyle and Risk of
Hypertension: Follow-Up of a Young Pre-Hypertensive Cohort. International Journal
of Medical Sciences, 611.
Putriastuti, L. (2016). The Association between Exercise Habit and Incidence of Hypertension
among Patients. Surabaya: FKM_UNAIR.
W, Indriyani Nur. (2009). Deteksi Dini Kolesterol, Hipertensi & Stroke. Jakarta: milestone.