Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya dan hidayahnya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

…………..11 Desember 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN

A. Pelayanan Publik………………………………………………………………………………………………………………………...5
B. Proses Pembuatan KTP……………………………………………………………………………………………………………….6

SIMPULAN ……………………………………………………………………………………………………………………………………………..9

SARAN…………………………………………………………………………………………………………………………………………………….9

DAFTAR PUSTAKA

FORMULIR PENILAIAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketetapan atau keputusan pemerintahan yang baik dan bijak adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang bertanggung jawab (akuntabilitas), sejalan dengan prinsip
demokratis, efektif, dan efisien. Pembangunan disini tidak hanya bersifat fisik atau materi,
melainkan juga menyangkut segalah aspek SDM, SDA, dan sosial. Selain itu pemerintah yang
dicita-citakan masyarakat adalah juga mengandung prinsip mengikutsertakan masyarakat dan
swasta (partisipasi), terbuka (transparansi), kesetaraan, semua warga masyarakat mempunyai
kesempatan dan hak yang sama untuk ikut serta dalam pembangunan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. salah satu bentuk atau kriteria suatu ketetapan pemerintah
tersebut baik adalah dengan melihat bentuk pelayanan kepada masyarakat. Bagaimana respon
masyarakat terhadap pelayanan publik yang di gagas oleh pemerintah. Pelayanan publik yang
berkualitas adalah pelayanan yang mampu memuaskan masyarkat.

Untuk itu, argumen dasar dari penelitian ini adalah bahwa untuk bisa menilai kualitas
pelayanan publik, diperlukan suatu pemahaman yang bisa membantu memahami bagaimana
seharusnya lembaga pelayanan publik ini bekerja sehingga bisa menghasilkan output yang
berkualitas. Output yang berkualitas disini mencakup output yang bagus dan sesuai dengan
tingkat kepuasan masyarakat. Pelayanan pembuatan E-KTP merupakan salah satu contoh
bentuk pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur pemerintah. Proyek E-KTP ini
dilatarbelakangi oleh sistem pembuatan KTP konvensional di Indonesia yang memungkinkan
seseorang dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis data
terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi
peluang penduduk yang ingin berbuat curang terhadap negara dengan menduplikasi KTP-nya.
Untuk itu E-KTP hadir sebagai wujud solusi pemerintah dalam menangani kasus tersebut.
Uniknya pembuatan E-KTP ini mengalami respon yang tidak tentu oleh masyarakat. Sehingga
terjadi berbagai kasus yang membuat penanganan E-KTP ini tersendat.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana pelayanan dan pembuatan KTP elektronik ini berlangsung?

1.3 Tujuan penulisan

Menentukan taraf kesuksesan mengenai pelayanan dalam pembuatan KTP elekronik


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelayanan Publik

Untuk dapat menilai bagaimana mutu pelayanan publik yang diberikan oleh aparat birokrasi,
sekiranya perlu adanya kriteria dimensi yang menunjukan suatu pelayan publik yang diberikan
itu dapat dikatakan baik atau buruk. Hal ini berguna sebagai tolok ukur universal sehingga bisa
dipertanggungjawabkan. Ukuran kualitas pelayanan tidak hanya ditentukan oleh penyedia
layanan saja akan tetapi justru lebih banyak ditentukan oleh para pengguna layanan, dalam hal
ini adalah masyarakat. karena masyarakat adalah objek yang menjadi tujuan pelayanan itu
sendiri. Untuk menghitung keberhasilan pelayanan publik atas kepuasan masyarakat terdapat
lima dimensi kualitas pelayanan. Lima dimensi pelayanan tersebut adalah bukti fisik,
kehandalan, tanggapan, empati, jaminan atau kepastian, dan perhatian tulus.
Prosedur pelayanan adalah serangkaian tata kerja yang sudah terencana dan menjadi pola
urutan yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, dengan harapan dapat memberikan
pelayanan yang memuaskan. Dalam hal ini terdapat 4 hal yang bisa menjadi tolok ukur yaitu
Kejelasan informasi pelayanan,keterbukaan biaya pelayanan, ketepatan waktu pelayanan, dan,
proses pelayanan.
Selain itu Kemampuan mutlak diperlukan oleh para pegawai yang disertai dengan ketrampilan
dan pengalaman agar dalam menjalankan tugas, ia dapat menghindari atau memperkecil
kesalahan yang dibuatnya dan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan.
Dari berbagai sumber, penulis menilai proses pelayanan KTP atau sekarang dikenal dengan E-
KTP memiliki banyak kelemahan. Hal ini berdasarkan respon kepuasan masyarakat dan juga
kasus-kasus yang terjadi dalam proses pelayanan E-KTP. Kelemahan-kelemahan ini jika
diperinci sebagai berikut:
1. Kondisi lingkungan di beberapa kantor perlayanan administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil memiliki fasilitas luas gedung yang minim sehingga mengakibatkan
kenyamanan pelanggan menjadi sangat rendah.
2. Komunikasi pelayanan yang dikembangkan oleh Kantor pelayanan administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil diberbagai daerah belum sepenuhnya dijalankan
secara maksimal. Seringkali terjadi miss communication atau kesalahan pemberian
informasi kepada masyarakat terutama kepada pengurusan pembuatan E-KTP. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya berita dan kabar yang simpang-siur tidak menentu. Sering
juga dalam pelayanannya terjadi perbedaan kebijakan antara daerah dan pusat.
3. Fasilitas pelayanan di berbagai daerah belum banyak mendukung. Tidak hanya terjadi di
wilayah kabupaten tetapi juga kota. Hal ini diperkuat dengan perbedaan presepsi
pandangan dan ketidaktahuan akan teknologi modern. Sehingga terkadang pengurusan
E-KTP masih melakukan cara sistem lama.
4. kejelasan informasi mengenai proses pembuatan E-KTP di masih belum cukup jelas. Hal
itu dikarenakan kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai informasi yang
dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga menjadi kendala dalam proses pelayanan. Kita
mengetahui bahwa cangkupan masyarakat sangat luas dan kompleks. Dimulai dari
cangkupan usia, pendidikan, generasi, kondisi ekonomi, sosial dan geografi alam.
Sedangkan sosialisasi pemerintah lebih mengedepankan sosialisasi berbasis media
elektronik. Sedangkan kita mengetahui masyarakat tidak semua melek dan terjangkau
oleh media elektronik.
5. ketepatan waktu pelayanan disebagian daerah dalam pengurusan pembuatan E-KTP
masih belum maksimal. hal ini terbukti bahwa banyaknya kasus pembuatan E-KTP
memerlukan waktu yang sangat lama di sejumlah daerah. Bahkan ada yang lebih dari
dua tahun pengurusan E-KTP. Hal ini membuat masyarakat resah. Dikarenakan E-KTP
merupakan salah satu syarat untuk mendaftar atau melakukan pelayanan publik yang
lain. Selain itu masyarakat harus bolak-balik ke pusat pelayanan E-KTP hanya untuk
memastikan dan juga mengurus E-KTP tersebut.

B. Proses Pembuatan KTP

Selain pelayanan publik yang menjadi tolok ukur kepuasan masyarakat, indikator yang
harus kita telaah adalah proses didalamnya yaitu proses pembuatan E-KTP. Hal ini perlu
ditinjau mengingat bahwa pelayanan yang tidak maksimal pasti terdapat managemen
yang tidak benar. Akar masalah dalam pelayanan publik yang tidak efektif dan efisien
adalah managemen yang ada didalamnya buruk.
Untuk itu perlu kita telaah mengenai managemen proses pembuatan E-KTP ini guna
mengetahui masalah apa yang ada didalamnya dan mencari solusi untuk permasalahan
yang terjadi dalam pembuatan E-KTP ini.
Dalam proses pembuatan KTP , terdapat berbagai jenis masalah. Hal ini dapat diperinci
sebagai berikut:
1. Waktu jadi pembuatan E-KTP mengalami ketidakjelasan dan kurun waktu yang lama
dan terjadi hampir di banyak wilayah bahkan di kota besar. Seharusnya dengan
adanya teknologi modern dan berbasis data elektronik, pengurusan E-KTP
berlangsung lebih cepat. Hal ini karena pendataan dan file arsip berbentuk digital
dan proses pendaftarannya bisa berbasis sistem digital.
Namun, kenyataannya waktu yang dibutuhkan untuk E-KTP ini berlangsung lama dan
tidak ada kejelasan dari managemen tentang selesainya pengurusan E-KTP. Terdapat
adanya sistem lama yang masih digunakan dan kebijakan yang berbasis sistem lama.
Seharusnya ada beberapa alur proses managemen yang bisa kita pangkas karena
kita menggunakan sistem berbasis digital.
2. Pegawai dan pengurus pembuatan E-KTP banyak yang melakukan pelanggaran
hingga jatuh kasus korupsi.
3. Administrasi dan birokrasi yang berbelit-belit. Ada yang memakai sistem lama dan
modern sehingga ada pro dan kontra.
4. Dalam pembuatan E-KTP, masyarakat dibebankan untuk menunggu dengan waktu
yang tidak diketahui. Bahkan dalam antrian pengurusan, masyarakat diharuskan
mengantri cukup lama untuk pengurusan E-KTP.
5. Proses pelayanan menjadi tidak lancar, hal itu disebabkan oleh banyaknya volume
warga yang membuat E-KTP.
6. Untuk dibeberapa daerah masih kurangnya sumber daya manusia dalam pelayanan
pembuatan E-KTP. Sehingga proses pembuatan dan administrasi terganggu.

Selain kendala-kendala diatas, masih banyak faktor kecil lain yang membuat jalannya
proses pembuatan E-KTP sangatlah sulit. Padahal kita tahu bahwa KTP adalah kartu
identitas kita sebagai warga penduduk dimana sangat penting sebagai bukti bahwa kita
warga penduduk.

Berdasarkan pemaparan diatas maka sudah sewajibnya bagi pemerintah untuk


melakukan tindakan lebih lanjut. Upaya tersebut adalah dengan melakukan tindakan
atau langkah -langkah dalam rangka meningkatkan kualitas dari suatu pelayanan sesuai
dengan KEPMENPAN melalui surat edaran MENKO WASBANGPAN nomor
56/MK/WASPAN/6/98 yang ditujukan kepada semua menteri kabinet reformasi
pembangunan, Gubernur Bank Indonesia, para Gubernur, pemimpin lembaga non
departemen, dan Bupati/Walikota yaitu sebagai berikut :
a. Dalam waktu secepat-cepatnya mengambil langkah-langkah perbaikan mutu
pelayanan masyarakat pada masing-masing unit kerja/kantor pelayanan termasuk
BUMN dan BUMD.
b. Langkah perbaikan mutu pelayanan masyarakat tersebut diupayakan dengan cara
berikut :
1) Menerbitkan pedoman pelayanan yang antara lain memuat persyaratan, prosedur,
biaya tarif pelayanan, dan batas waktu penyelesaian pelayanan, baik dalam bentuk
buku panduan atau pengumuman dan melalui media informasi lainnya.
2) Menempatkan petugas yang bertanggungjawab melakukan pengecekan
kelengkapan persyaratan permohonan untuk kepastian mengenai diterima atau
ditolaknya berkas permohonan tersebut pada saat itu juga.
3) Menyelesaikan permohonan pelayanan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan
dan apabila batas waktu yang telah ditetapkan terlampaui, maka permohonan
tersebut bearti disetujui.
4) Melarang atau menghapus biaya tambahan yang dititipkan pihak lain dan
meniadakan segala bentuk penguntan diluar biaya pelayanan yang telah ditetapkan.
5) Sedapat mungkin menerapkan pola pelayanan secara terpadu (satu atap atau satu
pintu) bagi unit-unit kerja atau kantor pelayanan yang terkait dalam proses atau
menghasilkan satu produk pelayanan.
KESIMPULAN

Berdasarkan dari pemaparan singkat mengenai pelayanan dan pembuatan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) maka bisa dikatakan kualitas pelayanan kurang maksimal. Hal ini
dikarenakan masih buruknya pelayanan dan pembuatan KTP sesuai indicator-indikator
pelayanan. Selain itu jika dilihat dari proses pembuatan KTP elektronik atau E-KTP,
terdapat banyak kecurangan dan juga management yang tidak sesuai. Belum lagi di
berbagai daerah masih kurang SDM nya.

SARAN

Sebaiknya pemerintah melihat masalah ini lebih serius karena menyangkut hajat orang
banyak. Juga pemerintah harus segera bertindak cepat guna mencari solusi atas
masalah yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Moenir. 2001. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara


Warella, Y. 1997. Administrasi Negara Dan Kualitas Pelayanan Publik. Semarang: FISIP
UNDIP
Rihandoyo. 2018. Analisis pelayanan E-KTP Indonesia. Jurnal ilmiah. Semarang : UNDIP
As’ari.2004. Pedoman Praktikum: Penyusunan Standar Pelayanan (SP) dan Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM). Semarang: FISIP UNDIP
LEMBER PENILAIAN

No. Elemen Skor Penilaian Penguji


Maks
I. Identitas Makalah
1 Judul makalah 4
2 Keperluan ditulisnya makalah 2
3 Nama penulis makalah 2
4 Tempat dan waktu penulisan makalah 2

II. Bagian Teks Utama Makalah.


5 Latar Belakang memaparkan::
 Hal-hal yang melandasi perlunya ditulis makalah (secara 10
teoritis
maupun praktis),
 Masalah yang memerlukan 5
pemecahan/penjelasan/pendeskrip-
sian /penegasan dan tujuan penulisan
6 Topik-topik Bahasan pada bagian inti:
 Kejelasan Pokok Pikiran yang disampaikan 20
 Tampak hasil rujukan yang dirujuk dari banyak sumber 10
(>3 sumber buku atau artikel)
 Solusi yang ditawarkan penyusun makalah 20
7 Penutup memaparkan:
 Kesimpulan atau penegasan atau ringkasan pembahasan 5

III. Sistematika Makalah


8 Makalah terorganisasi dengan baik dan lengkap: 5
9 Memuat daftar rujukan/pustaka dan lampiran (jika ada) 10

IV. Lain-Lain
10 Ketepatan waktu mengumpulkan makalah 5

Jumlah Skor Maksimal 100

Instrumen penilaian:
Nama Presenter : .......................................................................................
Nama Penilai :........................................................................................
Tanggal Penilaian : .......................................................................................

Anda mungkin juga menyukai