Anda di halaman 1dari 3

TAKEHOME ASSIGNMENT UNTUK NILAI UAS

TEMPLATE HASIL EKSEGESIS (TAFSIRAN)

Fakultas : Ilmu Teologi


Program Studi : Teologi
Semester : Gasal
Tahun Akademik : 2021 / 2022
Nama Matakuliah : Tafsir Perjanjian Baru: Surat-surat dan Apokaliptik
Kode Matakuliah : MKB 04 Th
Dosen Pengampu : Bernhardt Siburian, M.Th.
Nama Mahasiswa :
NIM :
Semester Berjalan : V (Lima)
Group : A
Nama Dosen Wali :

HASIL EKSEGESIS (TAFSIRAN)


Teks : Kitab Yakobus 1 Ayat 13
Thema : Dicobai

Baca : (Gordon D. Fee, 43-46)

I. Pendahuluan
Di sini kita diajar bahwa Allah bukanlah penyebab dosa siapa saja. Siapa pun
yang melancarkan penganiayaan terhadap manusia, dan apa pun ketidakadilan
dan dosa yang atasnya mereka bersalah dalam perbuatan itu, Allah tidak boleh
dipersalahkan untuk itu. Dan, apa pun dosa yang mungkin menggoda orang-orang
baik itu sendiri melalui ujian dan penderitaan mereka, Allah bukanlah
penyebabnya. Tampaknya di sini dianggap bahwa sebagian orang yang mengaku
beriman bisa saja jatuh pada saat pencobaan, bahwa tongkat yang memukul
mereka bisa jadi menggiring sebagian orang ke jalan-jalan yang jahat, dan
membuat mereka mengulurkan tangan pada kejahatan. Akan tetapi, meskipun ini
bisa terjadi, dan walaupun penjahat-penjahat seperti itu akan berusaha
mempersalahkan Allah untuk itu, mereka sendirilah yang harus sepenuhnya
dipersalahkan atas pelanggaran mereka.

II. Pembahasan
II.1. “Apabila Seorang Dicobai” (Sub Fokus I)
Pada sifat Allah, tidak ada suatu apa pun yang dapat mereka persalahkan: Apabila
seorang dicobai untuk berjalan di jalan kejahatan, atau melakukan apa saja yang
jahat, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah
tidak dapat dicobai oleh yang jahat. Semua kejahatan moral terjadi akibat adanya
suatu kekacauan dalam makhluk yang bersalah atas kejahatan itu, akibat tidak
adanya hikmat, atau kekuatan, atau kepatutan dan kemurnian dalam kehendak.
Tetapi siapa yang bisa mendakwa Allah yang kudus bahwa Ia tidak mempunyai
kesemuanya ini, yang justru merupakan hakikatNya? Tidak ada urusan darurat
apa pun yang dapat mencobai Allah untuk merendahkan atau menyangkal diri-
Nya, dan karena itu Ia tidak dapat dicobai oleh yang jahat.

II.2. “Dan Ia sendiri tidak mencobai siapa” (Sub Fokus II)

Dalam pemeliharaan-pemeliharaan Allah, tidak ada suatu apa pun yang dapat
dipersalahkan atas dosa siapa saja (ay. 13): Dan Ia sendiri tidak mencobai siapa
pun. Seperti halnya Allah sendiri tidak dapat dicobai oleh yang jahat, demikian
pula Ia tidak mungkin mencobai orang lain. Tidak mungkin Ia mendukung apa
yang menjijikkan bagi kodrat-Nya. Pikiran yang bersifat kedagingan ingin
mempersalahkan Allah atas dosa-dosanya. Dalam hal ini ada faktor keturunan
yang berperan. Adam, orangtua kita yang pertama, berkata kepada Allah,
perempuan yang Kautempatkan di sisiku menggodaku, dan dengan demikian,
pada dasarnya, ia mempersalahkan Allah karena sudah memberinya si penggoda.
Janganlah orang berkata demikian. Berbuat dosa itu sangat buruk, tetapi jauh
lebih buruk apabila kita, setelah berbuat salah, mempersalahkan Allah untuk itu,
dan berkata bahwa itu terjadi karena Dia. Orang yang mempersalahkan
kedudukan atau keadaan mereka di dunia ini atas dosa-dosa mereka, atau yang
mengaku bahwa sudah menjadi takdir mereka untuk berbuat dosa, berarti
mempersalahkan Allah, seolah-olah Dialah yang menyebabkan dosa. Penderitaan,
yang dikirimkan Allah, dimaksudkan untuk mengerjakan anugerah-anugerah kita,
bukan kebobrokan-kebobrokan kita.

III. Kesimpulan

Tidak ada seorang pun yang berbuat dosa dapat mengabaikan kesalahannya dengan
menimpakannya kepada Allah. Allah mungkin menguji kita supaya menguatkan iman kita,
tetapi tidak pernah untuk menuntun kita ke dalam dosa. Tabiat Allah menunjukkan bahwa
Dia tidak dapat menjadi sumber pencobaan untuk berbuat dosa. Yakobus kini beralih dari
pencobaan yang berada di luar diri manusia ke pencobaan yang ada di dalam diri manusia.
Kata pencobaan (ay. 12) mengandung arti menyeret orang ke dalam dosa. Mungkin yang
dipikirkan Yakobus di sini ialah doktrin Yahudi Yetzar ha ra' yang artinya "dorongan jahat."
Beberapa orang Yahudi mengemukakan bahwa karma Allah telah menciptakan segala
sesuatu, maka Dia juga telah menciptakan dorongan jahat ini. Kemudian. karena dorongan
jahat ini menyalahkan seseorang untuk berbuat dosa, maka sebetulnya Allah yang
menciptakan dorongan jahat tersebut bertanggung jawab atas kejahatan yang terjadi. Yakobus
menolak pengertian tersebut. Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak
mencobai siapa pun. 14. Sebaliknya daripada menyalahkan Allah atas adanya kejahatan,
manusia secara pribadi harus bertanggung jawab atas dosa-dosanya. Adalah keinginannya
sendiri yang menyeret dam memikat dirinya untuk berbuat dosa. Istilah menyeret dan
mengikat merupakan istilah dalam berburu dan perikanan yang di sini dipakai sebagai kiasan.

Anda mungkin juga menyukai