Anda di halaman 1dari 2

Kasus PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Melakukan Praktik Monopoli di Area Medan

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) diputus bersalah oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU) Nomor 09/KPPU-L/2016 terkait perkara monopoli distribusi gas di Medan, Sumatera
Utara. Ketua majelis KPPU menyatakan bahwa PT PGN terbukti secara sah dan meyakinkan
melanggar pasal 17 UU No. 5 Tahun 1999. PT PGN terbukti memanfaatkan posisi tawar yang
lebih kuat dalam penyusunan dokumen kontrak yang tertuang dalam perjanjian jual beli gas
(PJGB). Sehingga memberatkan pelanggan, terutama yang terkait dengan penetapan harga.Ini
yang menyebabkan harga gas di wilayah ini jauh lebih mahal, bahkan jika dibandingkan dengan
harga gas di negara tetangga.

Atas putusan tersebut, PGN juga didenda Rp 9,92 miliar untuk disetor ke kas negara. Perkara ini
bermula saat investigasi praktik monopoli ini dilakukan KPPU sejak 2014. Menurut investigator
KPPU adstiga indikasi yang menunjukkan bahwa PGN menyalahgunakan posisi mereka.

Pertama, PGN secara sepihak tanpa mempertimbangkan daya beli dari konsumennya untuk
menentukan harga jual gas. Kedua, penetapan harga dilakukan oleh PGN dinilai sangat jauh dari
wajar. Ketiga, klausul dalam perjanjian jual beli yang cenderung merugikan konsumennya.
Akibatnya, konsumen tidak punya daya tawar di saat pelaksanaan PJBG. Apalagi, tidak ada
substitusi penyedia gas di Sumatera Utara. Hal ini dianggap merugikan konsumen lantaran PGN
seolah-olah mengabaikan daya beli pelanggan.

Menurut data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), harga gas
industri di Sumatera Utara bisa mencapai US$13,9 hingga US$13,94 per MMBTU. Angka ini
terbilang lebih tinggi dibandingkan Jawa Timur sebesar US$8,01 sampai US$8,05 per MMBTU
atau Jawa bagian Barat sebesar US$9,14 hingga US$9,18 per MMBTU. Sementara, sebagai
perbandingan, harga gas di Tanah Air yaitu US$10-US$12 per MMbtu, tertingi di Asia Tenggara.
Sementara itu, harga gas di Malaysia US$4,47 per MMbtu, Singapura US$4 per MMbtu,
Vitenam US$7,5 per MMbtu dan Filipina US$5,43 per MMbtu. Selain itu, terdapat pula pasokan
gas dari fasilitas regasifikasi Liquefied Natural Gas (LNG) Arun, yang pasokannya berasal dari
Sulawesi dan Papua. Dalam hal ini, KPPU menduga PGN menguasai 100 persen jaringan gas di
Sumatera Utara.

Menurut pertimbangan majelis komisi, PGN memenuhi unsur melakukan monopoli dengan
melanggar pasal 17 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sedangkan, menurut
pertimbangan majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Barat menyatakan bahwa PGN tidak
melanggar pasal 17 karena PGN merupakan objek yang dikecualikan dalam pasal 50 huruf a
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Demikian, sama dengan majelis hakim Pengadilan Negeri
Jakarta Barat menurut Mahkamah Agung bahwa kegiatan PGN yang menetapkan harga jual gas
bumi melalui pipa area Medan pada bulan Agustus-November 2015 merupakan objek yang
dikecualikan pasal 50 huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan tidak dapat dinyatakan
melanggar pasal 17 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Analisis penyelesaian dalam kasus tersebut sesuai pandangan mahasiswa sebagai pelaku
usaha:

Sebagai pelaku usaha yang mempunyai hak monopoli khususnya menguasai cabang-cabang
produksi dan kekayaan alam untuk hajat hidup orang banyak sebaiknya lebih berhati-hati dalam
menjalankan kegiatan usaha. Menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai pedoman
dalam melakukan kegiatan usaha agar tidak merugikan konsumen. Penetapan harga yang
dilakukan memang ditetapkan oleh PGN yang notabenenya adalah BUMN yang telah
disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan dan dilaporkan kepada menteri ESDM
melalui ditjen migas. Pada putusan KPPU, lebih berfokus pada pemenuhan unsur unsur pasal 17
untuk menyatakan bahwa PGN melakukan monopoli. Padahal dalam kegiatan PGN tersebut
termasuk ke dalam objek yang dikecualikan dalam pasal 50 huruf a UU No. 5 Tahun 1999.
Sehingga dalam kasus tersebut sebenarnya PGN sudah berpedoman pada peraturan perundang
undangan yang berlaku dan sejatinya penetapan harga yang ditetapkan oleh PGN tersebut
merupakan sesuai dengan pedoman yang diberikan pemerintah. Komisis Pengawas Persaingan
Usaha di Indonesia dalam menyelidiki kasus persaingan usaha harus memperhatikan berbagai
aspek dalam memberikan putusan dan gugatan agar dugaan dugaan pelanggaran yang
dibuktikan oleh KPPU tepat pada sasarannya dan tidak menyebabkan kerugian terhadap pihak
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai