Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peran energi dalam memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat seiring
dengan perkembangan zaman. Salah satu bentuk energi yang tidak dapat terlepas dari
kehidupan manusia adalah energi listrik. Kebutuhan energi listrik terus meningkat seiring
dengan pertumbuhan penduduk, industri, dan transportasi. Air merupakan salah satu energi
terbarukan yang jumlahnya melimpah, air sebagai pembangkit tenaga listrik merupakan
pilihan yang tepat untuk menggantikan energi fosil yang jumlahnya semakin berkurang dan
mahal.
Pembangkitan dengan energi air merupakan salah satu pembangkit yang ramah
lingkungan, ini dikarenakan dalam proses konversi energi, tenaga air hanya dipinjam
sebagai pemutar turbin yang kemudian air tersebut dikembalikan lagi ke jalur utamanya.
Tidak ada reaksi kimia dalam proses ini sehingga proses konversi tersebut tidak
menghasilkan polusi atau hal-hal yang mencemari lingkungan. Hal ini juga merupakan
salah satu alasan untuk menjadikan energi air sebagai energi utama.
Untuk menggunakan energi air dalam pembangkitan tentunya diperlukan desain
yang detail dan baik agar potensi energi air yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan
maksimal. Desain PLTM yang baik merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan potensi
air yang ada sebagai energi yang siap pakai. Manfaat lain yang kita dapatkan adalah dengan
adanya PLTM ini akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat yang berdampak
baik terhadap peningkatan taraf hidup dan sumber daya masyrakat agar lebih baik.
Kebutuhan listrik masyarakat dan penerangan jalan sangat terbatas. Hal ini
didasarkan pada ketersediaan sumber daya air, kemampuan memelihara dan membiayai
serta besarnya biaya pembangunan. Kemampuan pemerintah yang terhalang oleh biaya
yang tinggi dari perluasan jaringan listrik. Hal ini sebagai pendorong peneliti untuk
pemanfaatkan debit air yang melimpah sebagai pembangkit listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTM).
Salah satu lokasi yang berpotensi sebagai membangkit listrik adalah sungai yang
terletak di Desa Aik Berik Kabupaten Lombok Tengah. Potensi ini didasarkan dengan
adanya aliran sungai Kokok Babak Bawah. Awalnya aliran sungai ini hanya digunakan
1
sebagai pengairan saja bagi masyarakat setempat, dengan demikian pemanfaatan potensi
energi yang ada tidak maksimal. Hal ini mendorong peneliti untuk mengambil usulan tugas
akhir dengan judul “Perencanaan Teknik Rinci Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTM) Sungai Kokok Babak Bawah Batukliang Utara Lombok Tengah”
1.4. Tujuan
1. Membuat perencanaan teknik rinci PLTM yang berada di aliran Sungai Kokok Babak
Bawah.
2. Mengetahui besarnya kapasitas daya yang dibangkitkan dan produksi energi PLTM
Kokok Babak Bawah selama satu tahun.
1.5. Manfaat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan, memberikan informasi secara umum dan dapat dijadikan
acuan untuk mengembangkan sistem pembangkit listrik yang bersumber dari energi
terbarukan khususnya didaerah terpencil yang belum terjangkau listrik tetapi memiliki
potensi hidrologi yang cukup besar.
2
2. Bagi institusi, dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari Prog. Studi S1 Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram pada Sungai Kokok Babak Bawah Desa
Aik Berik Kabupaten Lombok Tengah.
3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi perbandingan dalam melakukan atau
mengembangkan penelitian ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Saeful, (2007), melakukan penelitian tentang “Studi Awal Perencanaan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)”. Pada penelitian ini membahas tentang bagaimana
perencanaan bangunan sipil seperti Bendung Intake, saluran, Pipa Pesat (Penstock),
perencanaan Turbin, fasilitas tenaga transmisi mekanik, perencanaan kelistrikan, dan sistem
distribusinya.
Asrori,Yudiyanto E,(2011), melakukan penelitian tentang “Perencanaan Turbin Air
Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (Studi Kasus Proyek PLTM Buleleng 2 x 600
kW)”.Pada penelitian ini membahas tentang jenis turbin yang digunakan, bagaimana
spesifikasi turbin (kecepatan putar, kecepatan spesifik dan diameter runner) dan tingi tekan
hisap (suction head) agar tidak terjadi kavitasi.
Dimayati, A.M, (2014), melakukan penelitian tentang “Studi Kelayakan Bangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)”. Pada Penelitian ini membahas tentang
bagaimana analisis debit air dan tinggi jatuh air yang baik, sehingga didapatkan
penempatan lokasi dan jaringan yang tepat untuk pembangunan PLTMH.
Wibowo, H, dkk, (2015), melakukan penelitian tentang “Kajian Teknis Dan
ekonomi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)”. Pada penelitian
ini membahas tentang bagaimana menentukan debit air, tinggi jatuh efektif, sehingga dapat
menentukan kapasitas daya yang mampu dibangkitkan oleh PLTMH tersebut. Dengan
demikian dapat dilakukan analisis kelayakan investasi dengan metode Net Present Value
(NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Payback Period (PBP), dan Internal Rate Return (IBR)
sehingga didapat kesimpulan apakah perencanaan tersebut berada dalam setatus layak
investasi atau tidak.
Prasetianto, A, dkk, melakukan penelitian tentang “Perencanaan pembangkit
tenaga mini hidro”. Pada penelitian ini membahas bagaimana menenntukan debit andalan,
perhitungan daya yang bisa dihasilkan dan desain bagunan tenaga air. Metode yang
digunakan untuk menentukan debit banjir rencana yaitu Metode Rasional. Perhitungan
4
debit andalan menggunakan metode weibull, sehingga debit andalan didapat 1,8 m3/detik
dan daya yang dihasilkan sebesar 641 kW.
2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
2.2.1 Debit Air
Debit air adalah kecepatan aliran zat cair per satuan waktu. Untuk dapat
menentukan debit air maka kita harus mengetahui satuan ukuran volume dan satuan ukuran
waktu terlebih dahulu, karena debit air berkaitan erat dengan satuan volume dan satuan
waktu dimana satuan volume adalah m3 dan satuan waktu adalah detik. Pengukuran debit
dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
Pengukuran debit secara langsung adalah pengukuran debit yang dilakukan dengan
peralatan berupa alat pengukur arus (current meter), pelampung, zat warna dan lain-lain.
Pengukuran debit secara tidak langsung adalah pengukuran debit yang dilakukan dengan
menggunakan rumus hidrolika seperti Manning atau Chezy. Pengukuran dilakukan dengaan
cara mengukur parameter hidroulis yaitu luas penampang sungai, keliling basah, dan
kemiringan gaaris energi. Gambar 2.1 berikut adalah contoh kurva lama debit yang
diperoleh dari hasil pengukuran debit air sungai.
Gambar 2.1 Grafik kurva lama debit. (Handy Wibowo, dkk, 2015)
5
2.2.2 Kavitasi
Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir sehingga
membentuk gelembung-gelembung uap disebabkan karena berkurangnya tekanan cairan
tersebut sampai di bawah titik jenuh uapnya. Jika kavitasi timbul pada turbin yang sedang
berjalan maka akan terjadi gejala-gejala yang berbahaya terhadap turbin, diantaranya
menurunnya efisiensi, timbulnya getaran, terdengarnya berisik, dan lain-lain. Dalam turbin
air, kavitasi terutama terjadi pada bagian-bagian sudu rotor yang menghisap air, pada ujung
sebelah bawah dan atas dari roda putar, pada pisa isap, pada bagian belakang sudu rotor,
dan sebagainya.
Faktor kavitasi dari thoma adalah yang umum dipakai, dan merupakan amgka
indeks bertambahnya kavitasi :
H a−H v −H s
σ= (2-1)
H
dengan: H = tinggi jatuh efektif (m)
H a= tekanan uap air sebelah bawah sudu rotor atau pada bagian atas pipa lepas (m)
H v = tinggi isap (m)
H s = tekanan atmosfir (m)
2.2.3 Kapasitas Daya PLTM
Pembangkitan tenaga air adalah suatu bentuk perubahan tenaga dari tenaga air
dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, dengan menggunakan turbin air
dan generator. Daya yang dihasilkan dapat dihitung berdasarkan rumus berikut (Buku
Pegangan Teknik Tenaga Listrik Hal 2):
P=g × Q× H ×❑T ×❑G (2-2)
dengan : g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
Q = debit air (m3/det)
H = tinggi jatuh bersih (m)
T = efisiensi turbin
G = efisiensi generator
Umumnya debit yang besar membutuhkan fasilitas dengan ukuran yang besar untuk,
misalnya, bangunan ambil air (intake) dan saluran air dan turbin. Oleh karena itu tinggi
6
jatuh yang besar dengan sendirinya lebih murah. Skema dari prinsip kerja dari sebuah
PLTM ditunjukkan pada gambar. 2.2.
.
Gambar 2.2 Bagian-bagian dari PLTM. (Handy Wibowo, dkk, 2015)
Berdasarkan daya yang dihasilkan pembangkit tenaga hidro terbagi menjadi
beberapa jenis sebagai berikut.
Tabel 2.1 Klasifikasi pembangkit tenaga hidro.
Klasifikasi Daya Keterangan
Pembangkit
Pemasok daya listrik pada sistem grid
Large hydro > 100 MW
yang besar
Medium hydro 15 – 100 MW Pemasok daya listrik pada sistem grid
Small hydro 1 – 15 MW Pemasok daya listrik sistem grid
Pembangkit yang berdiri sendiri dalam
memasok daya listrik kepada konsumen
Minihydro 100 Kw < x < 1 MW
(stand alone schemes) atau sebagai
pemasok daya pada sistem grid
Sebagai pemasok daya yang berjumlah
Microhydro 5 – 100 kW sedikit atau industri perdesaan yang
terpisah jauh dari sistem grid
Pico hydro < 5 kW
(Sumber : Buku 2C Pedoman Studi Kelayakan Mekanikal Elektrical; 2009)
7
2.2.4 Perkiraan Beban dan Perhitungan Biaya Pembangkit Energi Listrik
1. Perkiraan Beban
Langkah pertama dari perencanaan dan pengoperasian suatu pembangkit
diperlukan terlebih dahulu dilakukan suatu perkiraan beban yang harus dilayani, karena
sifat dari energi listrik itu sendiri tidak dapat disimpan melainkan langsung habis
digunakan oleh konsumen. Oleh karena itu daya yang dibangkitkan harus selalu sama
dengan daya yang digunakan konsumen. Apabila pembangkit daya listrik tidak
mencukupi kebutuhan konsumen, maka hal ini ditandai dengan turunnya frekuensi
dalam sistem. Sebaliknya apabila pembangkitan daya lebih besar dari kebutuhan
konsumen, maka frekuensi akan naik. Adapun frekuensi yang diizinkan di Indonesia
adalah 50 Hz dengan batas-batas penyimpangan yang masih diizinkan.
Karena kebutuhan konsumen yang terus berubah-ubah sepanjang waktu, maka
untuk mempertahankan frekuensi agar tetap, maka diusahakan daya yang dibangkitkan
diubah-ubah sepanjang waktu disesuaikan dengan kebutuhan konsumen agar frekuensi
masih tetap terjaga konstan. Maka dalam pembangkitan diperukan perencanaan operasi
pembangkit yang cukup rumit dan menyangkut biaya bahan bakar yang cukup mahal,
diperlukan perkiraan beban atau perkiraan kebutuhan konsumen sebagai dasar dari
perencanaan operasi.
a. Beban Rata-rata
Beban rata-rata adalah jumlah beban untuk suatu waktu tertentu dengan
menghitung seberapa besar beban terpakai dengan lama waktu pembebanan itu
terjadi. Hal ini dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut berikut (Modul 7
Perkiraan Beban dan Perhitungan Biaya Pembangkit Listrik. Universitas Mercu
Buana. Hal 2):
jumlah beban x jam pembebanan
Bebanrata−rataharian= (2-3)
24 jam
b. Beban Puncak (maksimum dimand)
Beban yang terjadi pada waktu tertentu dengan jumlah beban tertinggi
dengan jumlah beban mendekati beban terpasang dan dapat dilihat setelah
dikelompokan menjadi beban pemakaian setiap jamnya dalam satu hari dan dibuat
kurvanya.
8
c. Kurva Lama Beban
Kurva lama beban merupakan bagian dari perencanaan beban yang
berfungsi untuk kegiatan perencanaan dan pengoperasian suatu pembangkit.
Dengan kurva lama beban diketahui kebutuhan energi dan durasi kebutuhan daya,
kurva lama beban dapat diperoleh dari kurva beban harian, bulanan, tahunan. Luas
daerah di bawah kurva lama beban adalah jumlah energi yang dikonsumsi selama
satu hari, satu bulan, satu tahun. Untuk mendapatkan kurva lama beban ini
dilakukan dengan menyusun grafik kurva beban setiap tingkatan. Beban pada
kurva lama beban dihubungkan dengan durasi pemakaiannya.
Dalam pembangkit hidro perlu diketahui jumlah energi diantara tingkat-
tingkat beban yang berbeda, hal ini dinyatakan dalam kurva lama beban energi.
Kurva lama beban yang dinyatakan dalam masa 8760 jam (1 tahun) disebut kurva
lama beban tahunan, sangat berguna untuk studi ekonomi pembangkit tenaga
listrik.
2. Faktor-faktor Dalam Pembangkitan
Dalam proses pembangkitan perlu diperhatikan beberapa faktor diantaranya:
a. Faktor Beban
Faktor beban dalah perbandingan antara besarnya produksi listrik untuk
satu selang waktu (misalnya satu hari atau satu bulan) terhadap beban puncak
dengan selang waktu yang sama. Biasanya dalam tahunan dan dapat dihitung
dengan rumus berikut (Modul 7 Perkiraan Beban dan Perhitungan Biaya
Pembangkit Listrik. Universitas Mercu Buana. Hal 5):
Produksi /unit yang disuplai
Faktor beban tahunan= (2-4)
MD X Waktu( jam)
Bagi penyedia listrik, faktor beban sistem diinginkan setinggi mungkin
karena faktor beban yang semakin tinggi berarti semakin rata beban sistem
sehingga tingkat pemanfaatan alat yang ada dalam sistem dapat diusahakan
setinggi mungkin.
b. Faktor Kapasitas
Faktor kapasitas adalah perbandingan antara jumlah energi yang
diperoduksi setahun dengan jumlah beban yang dilayani satu tahun (8760 jam) dan
9
didefinisikan sebagai berikut berikut (Modul 7 Perkiraan Beban dan Perhitungan
Biaya Pembangkit Listrik. Universitas Mercu Buana. Hal 5):
Produksi dalam1 tahun
Faktor KapasitasTahunan= (2-5)
Kapasitas pembangkit x( 8760 jam)
c. Faktor Utilitas Pembangkit (Plant Utility Factor)
Faktor utilitas adalah rasio antara KWh yang dibangkitkan terhadap
produksi kapasitas pembangkit dalam KW dan jumlah jam penggunaan
pembangkit dan dapat didefinisikan sebagai berikut berikut (Modul 7 Perkiraan
Beban dan Perhitungan Biaya Pembangkit Listrik. Universitas Mercu Buana. Hal
5):
Output Pembangkit dalam KWh
PUF= (2-6)
kapasitas pembangkit x jumlah jam pengoperasian pembangkit
d. Biaya Pembangkitan
Untuk mengetahui berapa besar biaya untuk pembangkitan tenaga listrik
per KWh perlu diketahui terlebih dahulu jumlah biaya dikeluarkan atau
diperkirakan akan dikeluarkan untuk kurun waktu tertentu misalnya satu tahun.
Kemudian jumlah biaya pembangkitan satu tahun ini dibagi dengan produksi atau
jumlah tenaga listrik. Adapun macam-macam biaya tersebut adalah sebagai
berikut:
Biaya tetap yang terdiri atas investasi (modal) pembangkit termasuk juga
biaya pegawai, biaya administrasi, suku bunga, dan lain-lain.
Biaya variable yang terdiri atas biaya pemeliharaan, bahan bakar.
Jadi untuk biaya produksi dapat didefinisikan sebagai berikut (Modul 7 Perkiraan
Beban dan Perhitungan Biaya Pembangkit Listrik. Universitas Mercu Buana. Hal
6):
10
dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan masa pengembalian modal (pay back)
oleh karena itu masa pengembalian modal menentukan layak atau tidaknya
dibangun sebuah pembangkit setelah dibandingkan dengan umur ekonomis
pembangkit tersebut. Masa pengembalian modal dapat dihitung dengan terlebih
dahulu mengetahui biaya tahunan aquivalen yang dihitung dengan rumus berikut
(Modul 7 Perkiraan Beban dan Perhitungan Biaya Pembangkit Listrik.
Universitas Mercu Buana. Hal 6):
A=P[ X ] (2-8)
A=P¿ ] (2-9)
dengan: P = Investasi
I = suku bunga
N = umur ekonomis pralatan
A = pembayaran tahunan
X = factor pengembalian modal
11
2. Bangunan Sadap (Intake)
Intake adalah bangunan di sisi kiri atau kanan bendung yang berfungsi untuk menyadap
air sungai dengan kebutuhan dan dialirkan ke saluran pembawa sesuai dengan debit
yang telah direncanakan.
3. Saluran Pembawa (Head Race)
Saluran pembawa adalah saluran yang berfungsi untuk mengalirkan air dari intake ke
bak penenenang atau pengendap sesuai dengan debit yang direncanakan.
12
5. Bak Penenang (Forebay)
Bak penenang berfungsi untuk mengurangi kecepatan air yang masuk dari saluran,
sehingga turbulensi air pada saat masuk ke dalam penstock berkurang untuk dapat
membangkitkan daya yang optimal.
13
baja roll kemudian plat tersebut digabungkan menjadi satu kesatuan membuat
bentuk silinder, baja yang dilapis cat atau dilapis coating umur pemakaiannya
bisa mencapai 20 tahun. Sambungan yang dilakukan adalah flanger, pengelasan
di lokasi, dan sambungan mekanik.
Unplastized polyvinyl choloride (uPVC)
Bahan uPVC jarang digunakan pada pembangkit tenaga air di dunia. Harganya
relatif mahal, memiliki diameter 25 mm sampai 500 mm, dan cocok untuk
tekanan tinggi. Secara umum diameter umumnya konstan untuk range pressure
ratting menggunakan diameter yang ada di pasaran. Memiliki gaya gesek yang
rendah, tahan terhadap korosi, transportasi menuju lokasi mudah namun umurnya
pendek antara 5 sampai 10 tahun. Penstock jenis ini rentan terhadap suhu tinggi
maka lebih baik ditempatkan di dalam permukaan tanah agar terhindar dari panas
matahari secara langsung.
High density pyethlene (HDPE)
HDPE adalah alternatif dari uPVC tetapi lebih mahal, diameter yang tersedia di
pasaran mulai dari 25 mm sampai lebih dari 1 m. HDPE mempunyai rugi
gesekan paling kecil dan tahan terhadap korosi, secara umum sambungan dengan
dipanaskan dan fusi dibawah tekanan dan menggunakan alat khusus. Diameter
yang kecil menggunakan sambungan fitting.
Glass reinforced plastic (GRP)
Penstock GRP terbuaat dari bahan resin diperkuat dengan serat fiber spiral dan
inert filler seperti pasir. GRP dapat digunakan pada kondisi tekanan tinggi,
bahayanya ringan dan memilki rugi gesekan yang rendah. Bahannya rapuh,
sehingga pada saat pemasangan harus hati-hati. Sambungan yang biasa
digunakan adalah spigot dan soket dengan model flexibel seal.
Beton
Penstock bahan beton tidak cocok digunakan pada tekanan inoderate. Bahannya
berat dan pengangkutan ke lokasi sangat sulit. Karaktristik rugi gesek yang bagus
harus mengeluarkan biaya yang mahal. Sambungan menggunakan ring karet.
14
b. Diameter Penstock
Diameter penstock dapat ditentukan dengan beberapa persamaan berikut:
Referensi Hydro Inventory Study PLN, 1999 :
Referensi Hydro Inventory Study PLN, 1999:
D1 = 0,785 Q0,407 (2-10)
dengan: Q = Debit rencana (m3/dtk)
Referensi dari Hydro Power Ilynich
Q 3
0 .1 4
D2 = 5 . 2 1 .1 C (2-11)
H
dengan: Q = debit rencana
H = tinggi jatuh efektif
C = korosi yang diijinkan
Hanbook of Applied Hydraulics hal 536
0 .466
P
D3 = 0 .175 (2-12)
H
dengan: D = diameter Penstock (m)
P = daya
H = tinggi jatuh efektif
c. Kecepatan aliran penstock
Menentukan Kecepatan aliran penstock menggunakan rumus berikut:
4. Q
v=
π . d2
dengan v = kecepatan aliran (m/s)
d = diameter penstock (m)
15
Gambar 2.6 Contoh Pipa Pesat (Penstock). (Saeful, 2007)
7. Rumah Pembangkit (Power Hause)
Rumah pembangkit berfungsi untuk melindungi alat-alat pembangkit serta merupakan
pusat kontrol dari sistem pembangkit.
16
Turbin ini dibuat sedemikian sehingga rotor (runner) bekerja karena aliran air,
disini beda tinngi diubah menjadi kecepatan karena perbedaan tinggi. Khas dari turbin
impuls adalah Turbin pelton dan crossflow yang biasanya digunakan untuk tinggi
terjun (head) yang tinggi.
a. Turbin pelton
Kontruksi Turbin pelton ditunjukkan pada gambar 2.8 berikut.
Keterangan gambar :
1 = Ember 3 = Mulut Pancaran 5 = Deflektor
2 = Rumah 4 = Jarum 6 = Mulut Pengerem Pancaran
17
digolongkan sebagai turbin berkecepatan rendah. Aliran air mengalir melalui pintu
masuk pipa, dan diatur oleh baling-baling pemacu dan masuk ke putaran kipas
turbin. Setelah air melewati putaran kipas turbin, air berada pada putaran kipas yang
berlawanan, sehingga memberikan efisiensi tambahan. Akhirnya, air mengalir dari
casing baik secara bebas atau melalui tabung dibawah turbin. Prinsip kerja turbin
crossflow ditunjukkan pada gambar 2.9 berikut.
18
Turbin ini dibuat sedemikian sehingga rotor bekerja karena aliran air dengan
tinggi terjun karena tekanan, yang termasuk jenis ini adalah:
a. Turbin Fracis
Turbin francis digunakan untuk berbagai keperluan (wide range) dengan
tinggi terjun menengah (medium head). Kontruksi turbin francis ditunjukkan pada
gambar 2.10.
Keterangan gambar :
1 = Rotor
2 = Poros Utama
3 = Sudu Antar
4 = Tutup
5 = Bantalan
6 = Cincin Kukuh
7 = Rumah Siput
8 = Pipa Lepas
19
Keterangan gambar :
1 = Rumah Siput
2 = Sudu Antar
3 = Rotor
4 = Pipa Lepas
5 = Poros Utama
6 = Bantalan
7 = Servo Motor
8 = Tutup Atas
9 = Cincin Pelepas Air
Gambar 2.11 Kontruksi turbin aliran diagonal. (A. Arismunandar, dkk, 1972)
c. Turbin Baling-baling (Propeller Turbine)
Turbin ini dipakai untuk tinggi terjun yang rendah. Turbin baling-baling
digolangkan menjadi dua menurut kontruksi bilah rotornya, yaitu turbin baling-
baling dengan bilah rotor tetap dan turbin kaplan dengan bilah sudu yang dapat
digerakkan secara otomatis dan hidrolik. Ada lagi turbin baling-baling jenis lain
yang disebut turbin tabung (tabular), dipakai untuk tinggi terjun yang rendah
sekali. Kontruksi turbin baling-baling ditunjukkan pada gambar 2.12.
Keterangan gambar :
1 = Rumah Siput
2 = Sudu Antar
3 = Rotor
4 = Poros Rotor
5 = Pipa Lepas
6 = Poros Utama
7 = Bantalan
8 = Tutup Atas
9 = Cincin Pelepas Air
20
Berikut adalah tipe turbin yang biasa digunakan pada Pembangkit Tenaga Air
disajikan pada tabel 2.1.
Daerah operasi berbagai jenis turbin air relatif spesifik, sehingga memungkinkan
digunakan beberapa jenis turbin. Mengacu pada daya output yang dibangkitkan,
ketersediaan debit air dan tinggi jatuh bersih, turbin tersebut dapat diaplikasikan pada
PLTM untuk kelistrikan off-grid masyarakat. Secara mendasar daerah kerja operasi turbin
(menurut Keller) dikelompokkan berdasarkan tinggi jatuh air (head), seperti disajikan pada
Tabel 2.2.
Bila daya putar P (kW), tinggi terjun efektip H (m) dan jenis turbin diberikan,
maka rumus kecepatan jenis atau cepat jenis (sfecific speed) adalah sebagai berikut (Buku
Pegangan Teknik Tenaga Listrik Hal 65):
P1 /2
n s=n 5/ 4 (2-13)
H
dengan: n = putaran turbin (rpm)
21
P = daya yang keluar dari setiap rotor (runner) (kW)
H = tinggi jatuh efektif (m)
Batasan cepat jenis (ns) ditentukan dalam hubungan dengan tinggi terjun efektif untuk tiap
jenis turbin (Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik Hal 65):
Turbin Pelton : 12 ≤ ns≤ 23 (2-14)
20.000
Turbin Prancis : ns ≤ +30 (2-15)
H +20
20.000
Turbin Aliran Diagonal : ns ≤ + 40 (2-16)
H +20
20.000
Turbin baling-baling : ns ≤ +50 (2-17)
H +20
Bila diketahui tinggi jatuh air efektif dan debit maksimumnya, maka dapat diketahui pula
daya yang keluar. Jika kecepatan jenis diketahui, maka dapat dihitung kecepatan putar n,
berdasarkan rumus (Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik Hal 65):
H 5/ 4
n = ns P1 /2
(rpm) (2-18)
Kecepatan lari (runaway speed) suatu turbin adalah kecepatan putar turbin tanpa
beban dengan debit tertentu. Kecepatan maksimum yang mungkin terjadi disebut kecepatan
lari maksimum. Pada turbin yang memiliki rotor yang dapat digerakkan, ini akan terjadi
bila kedudukan sudu rotor (runner blade) dan baling-baling antar (guide vane) yang
berbeda-beda dan tak ada hubungannya satu sama lain. Apabila tinggi jatuh air berubah-
ubah, maka dipakai kecepatan lari terbesar yaitu sesuai dengan H yang terbesar. Pada
umumnya kecepatan lari adalah 1,85 kali kecepatan putar normal (kecepatan putar yang
direncanakan) untuk turbin pelton, 1,6-2,2 kali untuk turbin Francis, 1,8-2,3 kali untuk
turbin aliran air diagonal dan 2,2-3,2 kali untuk turbin Kaplan.
Pemilihan jenis turbin dapat diperhitungkan dengan mempertimbangkan parameter-
parameter khusus yang mempengaruhi sistem operasi turbin yaitu:
1. Faktor tinggi jatuhan air efektif (net head) dan debit yang akan dimanfaatkan untuk
operasi turbin merupakan faktor utama yang mempengaruhi pemilihan jenis turbin
(Gambar 2.13 diagram Q/H).
22
2. Faktor daya (power factor) yang diinginkan berkaitan dengan head dan debit yang
tersedia.
3. Kecepatan putaran turbin yang akan ditransmisikan ke generator. Sebagai contoh untuk
sistem transmisi antara generator dengan turbin dengan head rendah sebuah turbin
reaksi dapat mencapai putaran yang diinginkan.
2.3.3 Generator
Generator adalah suatu peralatan yang berfungsi mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Umumnya generator yang digunakan pada PLTM adalah generator arus
bolak-balik (AC ,alternating current) 3 fasa. Keuntungannya adalah :
a. banyak tersedia di pasaran dan harga yang relatif murah
b. dimensi generator 3 fasa lebih kecil, dan
c. menghemat pemakaian penghantar tembaga lebih dari 75%
Terdapat dua macam generator yang dapat diadopsi untuk membangkitkan daya
listrik dari energi yang diperoleh turbin air yaitu :
1. Generator Sinkron
23
Hal paling tampak yang membedakan antara generator sinkron dari generator
induksi asinkron adalah generator sinkron dieksitasi dua kali. Pada generator asinkron
energi listrik dihasilkan hanya oleh putaran rotor terhadap stator, sedangkan pada
generator sinkron energi listrik dihasilkan oleh putaran rotor terhadap stator dan lilitan
rotor yang diumpani sumber arus DC. Kontruksi generator sinkron ditunjukan pada
gambar 2.14.
24
Untuk mengetahui bagaimana generator sinkron tiga fasa dapat bekerja
membangkitkan tegangan 3 fasa secara mendetail, maka pertama-tama akan
dijelaskan urutan proses sampai dapat terjadi adanya medan magnet pada
konduktor rotor, yaitu sebagai berikut:
Ujung-ujung kumparan medan dari rotor generator sinkron tiga fasa
dihubungkan ke suatu sistem penguat medan, baik sistem penguat tanpa sikat
atau sistem penguat dengan sikat.
Karena kumparan medan pada kutub menonjol merupakan rangkaian tertutup,
maka pada saat tegangan (generator) pada sistem penguat medan dinyalakan,
akan mengalir arus DC pada kumparan medan rotor. Hasilnya, aliran arus DC
pada kumparan medan rotor akan menimbulkan adanya gaya gerak
magnet/medan magnet yang besarnya tetap (DC) pada kumparan medan rotor.
Karena kumparan medan rotor dililitkan pada inti kutub rotor yang tebentuk
dari bahan dengan permeabilitas tinggi seperti baja atau besi, maka adanya
g.g.m DC pada kumparan medan akan menyebabkan terjadinya aliran fluks
magnet DC pada inti kutub yang arahnya menuju stator.
b. Pembangkitan Tegangan AC
Peroses terbangkitnya tegangan AC 3 fasa pada generator sinkron adalah sebagai
berikut:
Fluks medan DC tersebut akan melewati celah udara untuk selanjutnya
mencapai permukaan dari stator berikut konduktor dari kumparan jangkar
yang ada di dalamnya.
Selanjutnya apabila poros tempat terpasangnya rotor ini diputar dengan suatu
alat penggerak utama (prime mover), dapat berupa turbin air, turbin uap/gas,
dan sebagainya, maka hal ini akan menyebabkan rotor juga akan ikut
berputar, begitu pula dengan fluks medan DC yang mengalir dari rotor ke
stator.
Berdasarkan hukum Induksi Faraday bahwa tegangan akan terinduksi pada
suatu konduktor yang bergerak memotong fluks magnet atau sebaliknya,
maka pada konduktor kumparan stator (diam) yang menerima aliran fluks
25
medan rotor yang bergerak memotong dirinya akan terinduksi suatu gaya
gerak listrik (tegangan), e sebesar (Ida Bagus Fery Citarsa, 2012):
e = B x l x v (Volt) (2-19)
dengan: B = rapat fluks aliran medan rotor (Weber/m2)
l = panjang konduktor yang menerima fluks (m)
v = kecepatan gerak (relatif) konduktor stator terhadap fluks medan
rotor (m/dt)
Berdasarkan hukum Induksi Faraday yang sama, dapat juga dikatakan bahwa
tegangan akan terinduksi pada suatu lilitan yang menerima fluks magnet
yang berubah besarnya terhadap waktu, maka pada kumparan stator (dengan
N lilitan) yang menerima aliran fluks medan DC dari rotor yang berubah
terhadap waktu (dɸ/dt) karena rotor berputar terhadap stator, akan terinduksi
suatu gaya gerak listrik (tegangan), e sebesar (Ida Bagus Fery Citarsa, 2012):
dɸ −d ( N ɸ ) dλ
e=−N = = (Volt) (2-20)
dt dt dt
26
Gambar 2.15 Sistem penguat menggunakan sikat terhubung ke mesin sinkron. (Ida
Bagus Fery Citarsa; 2012)
Terdiri dari:
a. Cincin-cincin geser (slip rings)
Merupakan 2 buah cincin logam yang dipasang pada rotor sebagai tempat
dipasangnya ke 2 buah ujung kumparan dari medan. Cincin yang umumnya terbuat
dari tembaga ini akan ikut berputar karena terikat pada poros umum antara
keduanya terisolasi satu sama lain.
b. Sikat (brush)
Merupakan peralatan statis (diam) yang diposisikan menyentuh permukaan cincin
geser yang berputar mengikuti poros, dimana sikat ini ditunjang melalui suatu
kerangka. Sikat ini berfungsi untuk menyalurkan arus listrik dari sumber DC ke
cincin geser untuk selanjutnya ke kumparan medan.
Sikat ini terbuat dari bahanm karbon, pemilihan karbon disebabkan karena karbon
memiliki konduktivitas (kemampuan hantar listrik) yang baik, selain itu juga
kehalusan permukaannya tidak akan membuat lecet cincin geser saat keduanya
bergesekan, untuk meningkatkan konduktivitasnya sejumlah kecil tembaga dapat
juga dicampur pada karbon tersebut.
c. Konduktor penghubung
Merupakan penghubung dan sebagai media hantar aliran arus antar terminal
sumber DC dengan sikat.
27
d. Sumber tegangan DC
Berfungsi sebagi pensuplai tegangan dan arus DC, umumnya merupakan generator
searah dengan bagian rotornya dipasang seporos dengan rotor mesin sinkron.
Generator DC tersusun dari beberapa komponen utama yaitu: penguat medan
utama (pilot exciter), medan utama (main exciter), jangkar, komutator
(comumutator), dan sikat sebagai terminal.
28
2. Penguat tanpa menggunakan sikat
Gambar 2.16 Sistem penguat tanpa menggunakan sikat terhubung ke mesin sinkron.
(Ida Bagus Fery Citarsa; 2012)
Terdiri dari:
a. Penyearah jembatan 3 fasa
Merupakan peralatan penyearah 3 fasa yang menggunakan penyearah jembatan
yang berfungsi untuk menyearahkan arus AC 3 fasa dari sumber tegangan AC 3
fasa menjadi arus DC yang akan dialirkan ke kumparan medan mesin sinkron.
Peralatan penyearah ini dipasang pada poros mesin sinkron.
b. Konduktor mesin sinkron
Merupakan penghubung dan sebagai media hantar aliran arus antara sumber
tegangan AC ke penyearah jembatan 3 fasa.
c. Sumber tegangan AC 3 fasa
Berfungsi sebagi pensuplai tegangan dan arus AC, umumnya berupa generator AC
3 fasa dengan bagian jangkarnya dipasang pada rotor yang seporos dengan rotor
mesin sinkron, sementara bagian medannya dipasang pada stator. Generator AC 3
fasa tersusun dari beberapa komponen utama yaitu : penguat medan utama, medan
utama, jangkar.
29
Penggunaan sikat atau slip ring untuk menyalurkan arus eksitasi ke rotor generator
mempunyai kelemahan karena besarnya arus yang mampu dialirkan pada sikat arang relatif
kecil. Untuk mengatasi keterbatasan sikat arang, pada generator pembangkit menggunakan
sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat (brushless excitation).
Pada masa kini eksitasi/penguatan medan yang lebih umum digunakan adalah
sistem penguatan tanpa sikat. Sistem ini memiliki keuntungan diantaranya sebagai berikut:
a. Energi yang diperlukan untuk eksitasi diperoleh dari poros utama (main shaft),
sehingga keandalannya tinggi.
b. Biaya perawatan berkurang karena pada sistem eksitasi tanpa sikat (brushless
excitation) tidak terdapat sikat, komutator dan slip ring.
c. Pada sistem eksitasitanpa sikat (brushless excitation) tidak terjadi kerusakan isolasi
karena melekatnya debu karbon pada farnish akibat sikat arang.
d. Selama operasi tidak diperlukan pengganti sikat, sehingga meningkatkan keandalan
operasi dapat berlangsung kontinu pada waktu yang lama.
e. Pemutus medan generator (Generator field breaker), field generator dan bus exciter
atau kabel tidak diperlukan lagi.
2. Generator Induksi
Generator induksi adalah generator yang menggunakan prinsip induksi
elektromagnetik dalam pengoperasiannya. Generator ini dapat bekerja pada putaran
rendah serta tidak tetap kecepatannya, sehingga generator induksi banyak digunakan
pada pembangkit listrik dengan daya yang rendah. Generator induksi merupakan jenis
pembangkit listrik alternatif yang cocok untuk skala kecil atau beban rumah tangga.
Hal ini disebabkan karena harga generator induksi relatif lebih murah dibanding
dengan generator sinkron. Kelemahan generator induksi adalah kinerjanya sangat
dipengaruhi oleh beban.
Generator induksi menggunakan penguat yang dihasilkan sendiri sehingga
sering disebut dengan generator induksi berpenguat sendiri. Pada generator induksi
berpenguat sendiri, eksitasi diperoleh dari kapasitor yang dipasang parallel pada
terminal keluaran generator.
30
Terlepas dari karakteristik teknis dan non-teknis, kedua generator tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam aplikasinya. Tabel 2.3 menguraikan perbandingan antara
generator sinkron dan generator induksi.
31
Berikut adalah persamaan-persamaan untuk menetukan jumlah kutub dan kecepatan
standar generator.
Kecepatan generator sinkron didasarkan pada persamaan (Adhy Kurniawan, dkk. 2009):
120 × f
Ns= (2-21)
P
dengan : P = jumlah kutub
Ns =Kecepatan putar (rpm)
f = Frekuensi ( 50 Hz)
Dengan demikian jumlah kutub (P) dapat diketahui dengan persamaan:
120 x f
P= (2-22)
Ns
Kecepatan generator asinkron menggunakan persamaan (Adhy Kurniawan, dkk. 2009):
N r =N s ( 1−s ) (2-23)
32
Sistem transmisi daya langsung (direct drives) ini daya dari poros turbin rotor
langsung ditransmisikan ke poros generator yang bersatu dengan sebuah kopling.
Kelebihan konstruksi sistem transmisi ini menjadi lebih kompak, perawatan mudah,
efisiensi tinggi dan tidak memerlukan elemen mesin lain seperti belt dan pulley.
Pada sistem transmisi daya tidak langsung, sabuk dipakai untuk memindahkan daya
antara dua poros yang sejajar. Penggunaan sistem transmisi sabuk ini memerlukan
komponen pendukung seperti pulley, bantalan beserta asesorisnya dan kopling. Sistem
transmisi daya dengan sabuk menyebabkan perbedaan antara putaran turbin dan generator
yang dihubungkan (rasio putaran) sehingga range generator yang akan digunakan lebih luas
dan bervariasi.
Tranmisi langsung sering disebut dengan transmisi roda gigi, karena cara kerjanya
kontak secara langsung antara elemen poros penggerak dengan yang digerakan. Adapun
kelebihan dan kekurangan masing-masing transmisi ditunjukkan pada tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.6 Kelebihan dan kekurangan transmisi daya langsung dan transmisi daya tak
langsung.
Transmisi Daya Langsung Transmisi Daya Tak Langsung
Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan
1. Tidak terjadi slip 1. Memerlukan 1. Dapat 1. Memerlukan
ketelitian tinggi meneruskan tempat yang
2. Dapat dalam daya antara lebih luas
memindahkan perencanaan dan poros yang
daya yang besar perawatannya berjauhan 2. lebih sering
terjadi slip
3. Dapat digunakan 2. Biaya 2. Tidak perlu
untuk putaran pembuatan yang ketelitian yang 3. Tidak dapat
tinggi dan stabil cukup mahal. tinggi digunakan
dengan putaran
4. Tidak 3. Biaya tinggi
memerlukan pembuatan dan
tempat yang luas perawatannya
murah
(Sumber : http://www.academia.edu/11848101/Sistem_Transmisi_Tenaga)
2.3.5 Sistem Kontrol
Frekuensi dan tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator dipengaruhi oleh
kecepatan putar generator. Perubahan kecepatan putar generator akan menimbulkan
33
perubahan frekuensi tegangan listrik. Perubahan tersebut pada batasan-batasan tertentu
tidak membahayakan. Sistem kontrol berfungsi untuk menyeimbangkan energi input
dengan energi output dengan mengatur input (flow) atau mengatur output (listrik), sehingga
akan seimbang. Berdasarkan media yang dikontrol, sistem kontrol pada PLTM dibagi
menjadi 2 yaitu flow control dan load control.
Flow control dapat diartikan sebagai pengaturan besarnya daya hidrolik berupa
debit air yang masuk ke turbin dengan mengatur katup turbin (guide vane).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan flow control diantaranya:
Pembangkit memiliki kapasitas > 100 Kw
Hal ini mengingat bahwa flow control cukup rumit dan mahal sehingga perlu
diperhatikan untuk pembangkitan < 100 Kw, namun jika secara finansial dan alasan
teknis cukup mendukung maka masih memungkinkan.
Perubahan beban konsumen relatif kecil (stabil)
Reaksi flow control terhadap perubahan beban relatif lambat sehingga akan terjadi
shock pada generator ketika beban besar tiba-tiba disambungkan.
Pipa Penstock memiliki ketahanan terhadap water hammer
Apabila sebagian beban lepas atau semua beban lepas maka actuator akan menutup
guide vane turbine sehingga aliran tertahan dan membalik, tahanan air pada pipa
penstock akan meningkat secara dramatis sehingga sangat beresiko terhadap ketahanan
pipa penstock.
Generator memiliki ketahanan terhadap run away speed
Jika beban lepas dan guide vane belum menutup penuh aliran air yang masuk, turbin
dalam keadaan full power dan putaran generator menjadi sangat cepat (runaway speed)
keadaan ini sangat berbahaya bagi generator.
Bagian utama dari sistem kontrol daya terdiri dari panel kontrol dan ballast load.
Prinsip pengaturannya adalah menyeimbangkan antara daya yang dihasilkan generator
dengan beban daya konsumen. Saat beban konsumen berkurang kelebihan daya yang
dihasilkan generator akan dipindahkan ke ballast load. Adapun kelebihan dan kekurangan
dari load control dan flow control ditunjukkan pada tabel 2.6 berikut.
34
Tabel 2.7 Kelebihan dan kekurangan Kontrol Beban (Ballast Load) dan Kontrol Aliran
(flowcontrol)/ Governor.
Kontrol Beban (Ballast Load) ELC/IGC Kontrol Aliran (flowcontrol)/ Governor
Keuntungan Keuntungan Keuntungan Kekurangan
1. Respon cepat 1. Gelombang 1. Tidak 1. Respon lambat
cocok untuk tegangan berdampak cocok untuk
daya kecil mempunyai terhadap daya besar
(terbatas< 250 distorsi harmonik gelombang
kW) yang besar tegangan 2. .Jauhlebih
mahal dari
2. Murah 2. .Ada gangguan 2. Tidak kontrol beban
suara menderu berdampak pada (ELC/IGC
3. Pemasangan pada beban audio gangguan audio
mudah karena 3. Pemasangan
3. Aliran air gelombang komplek
4. Perawatan kontinyu tegangan
mudah sehingga tidak sempurna 4. Perawatan
dapat dilakukan membutuhkan
5. Sederhana penghematan 3. Energi air bisa tenaga mekanik
penggunaan dihemat sesuai dan elektrik
6. Bisa digunakan energi air dengan
untuk MODE kebutuhan daya
interkoneksi pada konsumen
ataupun stand
alone operation 4. Lebih cocok
untuk mode
interkoneksi
(Sumber : Dja’far Sodiq ; 2011)
35
BAB III
METODOLOGI PENELETIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan meliputi perencanaan teknik, perhitungan dan
analisa secara rinci terhadap PLTM. Perencanaan teknik terdiri dari desain dan pemilihan
jenis turbin, desain dan pemilihan generator, sistem transmisi daya mekanik, sistem
kontrol dan sistem eksitasi PLTM. Perhitungan dan analisis meliputi dimensi penstock,
kavitasi, kapasitas daya dan produksi energi tahunan PLTM. Setelah dilakukan
perencanaan teknik dan perhitungan, maka dilakukan analisis terhadap pembangunan
PLTM.
36
Gambar 3.1 Peta lokasi PLTM Kokok Babak Bawah.
Penelitian ini direncanakan selama 6 (enam) bulan dengan perincian sebagai
berikut:
a. Proses penyelesaian proposal dilakukan pada 3 bulan pertama yang dimulai pada bulan
Februari sampai April yang dimulai dengan sebagaimana pada poin 3.4.
b. Proses pengerjaan hasil penelitian sekaligus penyelesaian laporan penelitian dilakukan
pada bulan berikutnya yaitu bulan Mei hingga bulan Juli.
37
3. Pengambilan Data
Sebelum merencanakan PLTM seperti penentuan diameter pipa pesat (penstock),
perencanaan turbin, pemilihan generator, sistim control dan transmisi daya mekanik,
terlebih dahulu menentukan debit air perencanaan (Q = m3/s), dan tinggi terjun (head)
(m). Kedua data tersebut diperoleh dari PT Sumber Daya Investasi dan berikut adalah
data-data yang telah diperoleh diantaranya:
a. Debit Sungai Kokok Babak Bawah
Aliran sepanjang tahun yang digunakan untuk membangkitkan turbine
digunakan Qf (firm flow) yaitu sebesar Q100% = 1.7 m3/dt (365 hari) yang akan
membangkitkan daya andalan hidrolis dengan daya andalan Pf (firm power)
sebesar 667.08 kW untuk Operasi 1 Unit Turbine.
Aliran tambahan Qs (scondary flow), merupakan aliran tambahan yang
kejadiannya lebih dari 6 bulan dalam satu tahun yaitu sebesar Q 50% = 3.1 m3/dt
(182 hari). Aliran ini akan membangkitkan daya tambahan Ps (scondary
power) dengan daya hidrolis sebesar 1216.44 kW untuk Operasi 2 unit Turbine.
Aliran sisa Qd (dump flow), merupakan aaliran tambahan yang kejadiannya
kurang dari 6 bulan dalam satu tahun yaitu sebesar Q = 4.25 m 3/dt. Aliran ini
akan menambahkan daya sisa Pd (dump power) dengan daya hidrolis sebesar
1662 kW untuk Operasi 2 Unit Turbine.
b. Kurva lama debit
Gambar 3.2 Kurva Durasi Debit pada Bendung Koko Babak Bawah
38
c. Tinggi jatuh air setinggi 40 meter
4. Interview
Merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan teknik
wawancara dan observasi dengan orang-orang yang berpengalaman dibidang PLTM.
3.4.2 Perencanaan Sistem
1. Perencanaan Bangunan Sipil
Bendung intake (weir)
Saluran pembawa (headrace)
Bak Penenang (forebay)
Pipa Pesat (penstock)
Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan Pipa Pesat (Penstock) adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan diameter pipa pesat (penstock) dengan persamaan (2-10).
b. Menentukan Panjang pipa pesat (penstock).
c. Menggambar layout perencanaan pipa pesat (penstock).
Rumah Pembangkit (power Hause)
a. Menggambar layout perencanaan rumah pembangkit (power Hause), termasuk
sistem penangkal petir untuk bangunan power hause.
2. Perencanaan Turbin
Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan turbin adalah sebagai berikut:
a. Memilih jenis turbin mengacu pada diagram Q/H pada gambar 2.13 sesuaikan
dengan data debit dan head.
b. Menentukan kecepatan spesifik (ns) dan runway speed
c. Menentukan dimensi turbin.
d. Menggambar layout perencanaan turbin.
3. Perencanaan generator
Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan generator adalah sebagai berikut:
a. Menentukan jumlah fasa dan jenis generator.
b. Menentukan jumlah kutub generator
39
c. Menentukan kecepatan standart generator sesuai dengan kebutuhan perencanaan
sebagaimana yang disajikan pada tabel 2.5.
d. Menentukan sistem eksitasi generator mengacu pada poin 2.3.3.
e. Memilih teknologi genenrator yang sesuai dengan perencanaan (point a – d).
f. Menggambar layout generator.
4. Perencanaan Trasmisi Daya Mekanik
Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan transmisi daya mekanik
adalah sebagai berikut:
a. Memilih jenis sistem transmisi daya mekanik mengacu pada tabel 2.6.
b. Membandingkan efesiensi dari masing-masing transmisi daya.
c. Menggambar layout transmisi.
5. Perencanaan Sistem Kontrol
Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan sistem kontrol adalah sebagai
berikut:
a. Memilih sestem kontrol mengacu pada tabel 2.7.
b. Menggambar layout sistem kontrol.
6. Gambar Perencanaan
Untuk mempermudah dalam menggambar desain perencanaan yang telah
direncanakan, penulis menggunakan program Autocad 2007 dengan gambar rencana 2
dimensi.
7. Diagram Alir Perencanaan
Langkah penelitian yang diambil dapat dibuat menjadi diagram alir yang dapat dilihat
pada Gambar 3.3 berikut:
40
Mulai
Persiapan Penelitian:
Pengajuan Judul
Study Literatur
Survey Lapangan
Identifikasi
Kebutuhan Data
Pengambilan Data:
Data debit air dan
tinggi jatuh efektif
didapat dari PT. SDI
Data
Tidak
Cukup?
Ya
Gambar
Perencanaan
Penulisan
Laporan TA
Selesai
41
Daftar Pustaka
Arismunandar, A., dan Kuwahara., 1972, Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik, PT
Pradnya Paramita: Jakarta
Saiful, 2007., Studi Awal Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Pada
Saluran Irigasi Terergenit Bayan Lombok Barat, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Mataram.
Citarsa, Ida. B.F., 2012, Buku Ajar Mata Kuliah Mesin Listrik 1, Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Mataram.
Kurniawan, A., dkk., 2009. Buku 2C Pedoman Studi Kelayakan Mekanikal Elektrikal,
Direktorat Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral.
Wibowo, H, dkk., (2015). Kajian Teknis Dan ekonomi Perencanaan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Di Sungai Lematang Kota Pagar Alam, tersedia di
http://cantilever.unsri.ac.id
Anonim., 2015, Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Distrik Biri
Dan Distrik Koragi Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua, tersedia di protarih.org,
diakses 4 Februari 2016.
Anonim, Modul 7 Perkiraan Beban dan Perhitungan Biaya Pembangkit Listri,. Universitas
Mercu Buana, tersedia di kk.mercubuana.ac.id, diakses 04 April 2016
42
43