Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan ISSN 2338-493X

Volume 06, No. 03 (2018), hal 150-160

APLIKASI PREDIKSI KETERSEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN


KETAPANG MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF
TIRUAN RESILIENT-BACKPROPAGATION BERBASIS WEB

[1]
Muhammad Rijian Junanda, [2]Dwi Marisa Midyanti
[1],[2]
Jurusan Rekayasa Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura
Jalan Prof Dr. H. Hadari Nawawi Pontianak
Telp./Fax.: (0561) 577963
e-mail: [1]mrjunanda@siskom.untan.ac.id, [2]dwi.marisa@siskom.untan.ac.id

Abstrak

Ketersediaan pangan tergantung pada berbagai faktor seperti iklim, jenis tanah, curah hujan,
irigasi, komponen produksi pertanian yang digunakan, dan bahkan insentif bagi para petani
untuk menghasilkan tanaman pangan. Terjadi penurunan jumlah produksi tanaman padi, ubi
kayu, dan ubi jalar pada tahun 2015 dikarenakan besarnya permintaan konsumsi sedangkan
produksi ketersediaan pangan tidak mampu mengimbangi besarnya permintaan tersebut,
sehingga dikhawatirkan jumlah ketersediaan pangan untuk jenis tanaman tersebut mengalami
penurunan yang signifikan untuk beberapa tahun kedepan. Pertumbuhan jumlah penduduk dan
jumlah lahan pertanian yang semakin sempit dapat mengakibatkan terjadinya krisis kekurangan
pangan, oleh karena itu dibutuhkan sistem prediksi untuk memperkirakan jumlah ketersediaan
pangan untuk satu tahun kedepan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat aplikasi prediksi
ketersediaan pangan dan mencari kinerja mean square error (MSE) terbaik berdasarkan
parameter resilient-backpropagation (RPROP) yang digunakan. MSE digunakan untuk
mengukur kinerja keluaran yang dihasilkan oleh parameter resilient-backpropagation (RPROP).
Data yang digunakan adalah data luas tanam, data luas panen, data produktivitas, dan data
produksi untuk masing-masing jenis sereal. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh MSE
pelatihan sebesar 0.00371664 untuk padi, 0.00935488 untuk jagung, 0.012203 untuk ubi kayu
dan 0.0240659 untuk ubi jalar. MSE pengujian sebesar 0,001663 untuk padi, 0,001064 untuk
jagung, 0,00091 untuk ubi kayu dan 0,012694 untuk ubi jalar.

Kata Kunci : Sereal, Jaringan Syaraf Tiruan, MSE, Resilient, parameter.

1. PENDAHULUAN Provinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari


Ketersediaan pangan menurut Peta 20 Kecamatan yang memiliki produksi
Ketahanan dan Kerentanan Pangan adalah pertanian mayoritas yaitu padi, jagung, ubi
kondisi tersedianya pangan dari hasil kayu, dan ubi jalar. Menurut data dari Dinas
produksi dalam negeri, cadangan pangan, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten
serta pemasukan pangan, termasuk Ketapang, mayoritas jumlah produksi
didalamnya bantuan pangan yang tersedia tanaman sereal pada tahun 2015 mengalami
untuk di konsumsi. Ketersediaan pangan penurunan dibandingkan dengan tahun 2014.
merupakan salah satu komponen utama atau Penyebab penurunan produksi dikarenakan
subsistem dari ketahanan pangan. Produksi besarnya permintaan konsumsi, sedangkan
pangan tergantung pada berbagai faktor produksi ketersediaan pangan tidak mampu
seperti iklim, jenis tanah, curah hujan, irigasi, mengimbangi besarnya permintaan tersebut.
komponen produksi pertanian yang Jumlah penduduk yang terus bertambah dan
digunakan, dan bahkan insentif bagi para jumlah lahan yang semakin sempit juga
petani untuk menghasilkan tanaman pangan. menjadi faktor terjadinya krisis kekurangan
Menurut data dari BPS (Badan Pusat pangan. Apabila jumlah produksi pangan
Statistik) Kabupaten Ketapang, Kabupaten menurun dan tidak ada peningkatan produksi
Ketapang merupakan kabupaten terluas di pangan dari petani lokal dikhawatirkan

150
Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan ISSN 2338-493X
Volume 06, No. 03 (2018), hal 150-160

ketergantungan terhadap permintaan pangan pembelajaran), proses pembelajaran semakin


secara impor, oleh karena itu diperlukan lama. Sedangkan semakin besar learning rate,
sistem untuk memprediksi jumlah nilai bobot akan jauh dari bobot minimum.
ketersediaan pangan untuk satu tahun Untuk mengatasi hal tersebut, dikembangkan
kedepan. algoritma yang disebut RPROP. Algoritma
Penelitian yang menggunakan metode ini menggunakan tanda (positif atau negatif)
RPROP pernah dilakukan oleh Apriliyah dari gradient untuk menunjukkan arah
untuk memprediksi penjualan beban listrik penyesuaian bobot. Sedangkan ukuran
dengan hasil MSE (Mean Square Error) perubahan bobot ditentukan dengan nilai
sebesar 0.00002832 untuk unit Blimbing, penyesuaian ( ∆0 ).
0.000197 untuk unit Dinoyo, 0.00001836 Nilai penyesuaian mempunyai batas
untuk unit Kota dan 0.00000875 untuk unit bawah (∆𝑚𝑖𝑛 ) dan batas atas (∆𝑚𝑎𝑥 ).
Kebon Agung [1]. Parameter menggunakan ∆𝑚𝑖𝑛 = 10−6 dan
Penelitian lain yang menggunakan ∆𝑚𝑎𝑥 = 50. Parameter RPROP yang lain
RPROP pernah dilakukan oleh Susanti adalah faktor penurun (η-) dan faktor penaik
(2014) untuk memprediksi harga ayam yang (η+) atau dapat dikatakan sebagai laju
menghasilkan nilai MSE sebesar 0,0113 [2]. pembelajaran seperti pada backpropagation.
Penelitian yang berkaitan dengan Nilai laju pembelajaran yang digunakan
ketersediaan pangan pernah dilakukan oleh adalah 1.2 untuk nilai η+ dan 0.5 untuk nilai
Fuad (2011) untuk memprediksi ketersediaan η- .
beras menggunakan logika fuzzy dengan Menentukan jumlah nilai neuron
jaringan syaraf tiruan yang menghasilkan pada lapisan tersembunyi perlu dilakukan
rata-rata kesalahan (error) 0.3873 [3]. agar didapat hasil pelatihan optimal. Jika
Dari permasalahan yang telah jumlah neuron terlalu banyak akan
diuraikan pada alinea kedua, maka perlu mengakibatkan perhitungan memakan waktu
dibangun sebuah sistem untuk memprediksi lama, jika jumlah neuron terlalu sedikit, hasil
jumlah ketersediaan pangan untuk satu tahun keluaran akan menjadi besar [4].
kedepan dengan metode jaringan syaraf Biasanya jumlah neuron pada lapisan
tiruan, backpropagation merupakan salah tersembunyi ditentukan dengan kondisi:
satu metode jaringan syaraf tiruan yang 1. Jumlah neuron pada lapisan
sering digunakan untuk mengatasi kasus tersembunyi berjumlah 2/3 dari jumlah
prediksi karena mampu menghasilkan hasil neuron pada lapisan masukan.
prediksi dengan baik. Kekurangan dari 2. Jumlah neuron pada lapisan
metode ini adalah dibutuhkan pelatihan yang tersembunyi harus kurang dari 2 kali
cukup lama dan harus memilih nilai laju jumlah neuron pada lapisan masukan.
pembelajaran terbaik untuk mendapatkan 3. Jumlah neuron pada lapisan
hasil pelatihan yang optimal. Untuk tersembunyi berkisar antara jumlah
mengatasi hal tersebut dibutuhkan metode neuron pada lapisan masukan dan
resilient sehingga pelatihan backpropagation lapisan keluaran.
memiliki kinerja yang lebih baik. Penelitian ini menggunakan fungsi
Penggabungan metode backpropagation aktivasi sigmoid biner untuk menghitung
dengan metode optimasi resilient disebut keluaran jaringan pada backpropagation.
dengan Resilient-Backpropagation. Fungsi aktivasi sigmoid biner memiliki nilai
2. TINJAUAN PUSTAKA pada interval 0 sampai 1. Oleh karena itu,
Algoritma jaringan syaraf tiruan fungsi ini sering digunakan untuk jaringan
Resilient-Backpropagation (RPROP) syaraf yang membutuhkan nilai keluaran
merupakan hasil pengembangan algoritma yang terletak pada interval 0 sampai 1.
backpropagation. Pada backpropagation Fungsi aktivasi sigmoid biner ditunjukkan
perubahan bobot dipengaruhi oleh learning dengan persamaan 2.1.
rate (laju pembelajaran) dan tergantung dari
kesalahan pada bobot-bobot pembelajaran 1
𝜕𝐸
𝑓 (𝑥 ) = (1)
( ). Semakin kecil learning rate (laju 1 + 𝑒 −𝑥
𝜕𝑊𝑖𝑗

151
Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan ISSN 2338-493X
Volume 06, No. 03 (2018), hal 150-160

e. Hitung faktor δ unit tersembunyi


Algoritma Backpropagation: berdasarkan kesalahan disetiap unit
1. Fase Feed Forward: tersembunyi zj :
a. Tiap unit masukan xi (i = 1, 2, 3,...,n)
menerima sinyal dan meneruskannya δ_net j = ∑m
k=1 δk wkj (6)
ke semua unit lapisan tersembunyi.
b. Setiap unit di lapisan tersembunyi zj (j Nilai ini dikalikan dengan turunan fungsi
= 1, 2, 3, ..., p) menjumlahkan sinyal- aktivasi untuk mendapatkan informasi
sinyal input dengan bobotnya masing- kesalahan (error).
masing:
δj = δ_net j f′(z_net j ) = δ_net j zj (1 − zj ) (7)
z_net j = vj0 + ∑ni=1 xi vji (2)
Kemudian dihitung penyesuaian bobot ∆vji :
Dimana :
vjo = bobot garis yang menghubungkan bias ∆vji = δj x (8)
di unit masukan ke unit di lapisan
tersembunyi zj Aturan nilai penyesuaian:
vji = bobot garis dari unit masukan ke unit di
𝜕E(t) 𝜕E(t−1)
lapisan tersembunyi: zj 𝑚𝑖𝑛(∆ij (t − 1) ∗ 𝜂+ , ∆max ) , 𝑖𝑓 >0
𝜕wji 𝜕wji
Sinyal Output dihitung dengan fungsi ∆ji (t) =
𝑚𝑎𝑥 (∆ij(t − 1) ∗ 𝜂− , ∆min ) , 𝑖𝑓
(t)
𝜕E 𝜕E (t−1)
<0 (9)
𝜕wji 𝜕wji
aktivasi pada persamaan 2.1. { ∆ji (t−1)
, 𝑒𝑙𝑠𝑒 }

c. Unit di lapisan keluaran yk (k = 1, 2, 3, Dimana:


..., m) menjumlahkan sinyal-sinyal η- = learning rate penurun (faktor penurun)
dari unit tersembunyi dengan bobotnya η+ = learning rate penaik (faktor penaik)
masing-masing: 𝜕𝑬(𝒕)
= nilai kesalahan bobot pelatihan pada
𝜕𝑾𝒊𝒋
y_net k = wk0 + ∑nj=1 zj wkj (3) iterasi saat ini.
𝜕𝑬(𝒕−1)
= nilai kesalahan bobot pelatihan pada
Dimana: 𝜕𝑾𝒊𝒋

wko = bobot garis yang menghubungkan iterasi sebelumnya.


bias di unit lapisan tersembunyi ke unit
lapisan keluaran yk Fase penyesuaian bobot:
wkj =bobot garis dari unit lapisan tersembunyi Penyesuaian bobot pada RPROP
zj ke unit di lapisan keluaran yk. berbeda dengan backpropagation. Pada
Sinyal output dihitung dengan fungsi aktivasi RPROP, bobot pada data berikutnya dapat
pada persamaan 2.1. bertambah atau berkurang tergantung dengan
perubahan gradien error.
2. Fase Backpropagation
d. Unit di lapisan keluaran yk (k = 1, 2, 3,
..., m) menerima target (t) lalu 𝜕E (t)
dibandingkan dengan masukan yang −∆ji (t) , 𝑖𝑓 >0
𝜕wji (10)
diterimanya. Faktor kesalahan (error)
wji (t) = (t) 𝜕E (t)
dihitung dengan menggunakan +∆ji , 𝑖𝑓 <0
persamaan: 𝜕wji
{ 0, 𝑒𝑙𝑠𝑒 }
δk = (t k − yk )f′(y_net k) = (t k − yk )yk (1 − yk ) (4)
Algoritma RPROP:
Dimana: a. Inisialisasi penyesuaian awal:
δk = Kesalahan yang akan dipakai dalam ∆ ji (t − 1)Awal:
= ∆0 = 0,01 (11)
penyesuaian bobot lapisan di bawahnya. Gradient
Hitung penyesuaian bobot ∆wkj : 𝜕E
(t–1)=0
𝜕Wij (12)
∆wkj = δk zj (5)

152
Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan ISSN 2338-493X
Volume 06, No. 03 (2018), hal 150-160

b. Lakukan langkah-langkah berikut Perikanan Kabupaten Ketapang untuk


sampai bobot konvergen: melakukan pengumpulan data-data yang
𝜕E terkait dengan penelitian.
1. Hitung gradient (t)
𝜕W Pada penelitian prediksi ketersediaan
2. Untuk semua bobot, hitung nilai pangan di Kabupaten Ketapang data yang
penyesuaian dengan persamaan 9. dibutuhkan adalah:
1. Data luas tanam
𝜕E 𝜕E
a. Jika 𝜕W (t) * 𝜕W (t − 1) > 0 maka: 2. Data luas panen
ji
3. Data produktivitas panen
∆ij(t) = min(∆ij(t − 1) ∗ η+ ,∆max ) 4. Data produksi panen
(13)
Selanjutnya dilakukan tahap yang
𝜕E 𝜕E analisis dibagi menjadi analisis kebutuhan
b. Jika (t) * (t − 1) < 0 maka: perangkat lunak dan analisis kebutuhan
𝜕W 𝜕Wij
perngkat keras. Tahap perancangan juga
∆ij(t) = max(∆ij(t − 1) ∗ η- ,∆min ) (14) dibagi menjadi dua yaitu perancangan basis
data dan perancangan antarmuka.
𝜕E 𝜕E Perancangan basis data dilakukan untuk
c. Jika 𝜕W (t) * 𝜕W (t − 1) = 0 maka: merancang penyimpanan data-data pada
ij
penelitian prediksi ketersediaan pangan.
∆ij(t) = ∆ij (t − 1) (15) Perancangan antarmuka dilakukan dengan
merancang tampilan beserta fitur-fitur yang
3. Hitung perubahan bobot dengan dibutuhkan pengguna saat mengakses
persamaan 2.10. aplikasi.

𝜕E 4. PERANCANGAN
a. Jika 𝜕W (t) > 0 maka:
4.1. Perancangan Sistem
Perancangan model jaringan syaraf
w (t + 1) = w(t) − ∆ij(t) (16)
tiruan prediksi ketersediaan pangan di
𝜕E Kabupaten Ketapang menggunakan metode
b. Jika 𝜕W (t) < 0 maka: RPROP sebagai sistem prediksi. Data-data
yang telah dikumpulkan akan dibagi menjadi
w (t + 1) = w(t) + ∆ij(t) (17) data pelatihan dan data pengujian, setiap
masing-masing data memiliki nilai masukan
c. Selesai dan nilai keluaran.
a. Penetapan Masukan
Pada sistem prediksi ketersediaan
3. METODE PENELITIAN pangan di Kabupaten Ketapang
Metode penelitian dimulai dengan menggunakan metode RPROP, data yang
tahap studi pustaka yang bertujuan untuk digunakan sebagai masukan sistem adalah
mencari literatur baik dari buku, jurnal, atau data luas tanam sereal, data luas panen sereal,
melalui situs yang berhubungan dengan data produktivitas sereal dan data produksi
penelitian terkait. Pada penelitian Prediksi pangan sereal di Kabupaten Ketapang dari
Ketersediaan Pangan Di Kabupaten tahun 2010 sampai tahun 2016. Data diambil
Ketapang, referensi yang dibutuhkan antara dari Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan
lain tentang pengertian jaringan syaraf tiruan, Kabupaten Ketapang.
pengertian Resilient-Backpropagation b. Penetapan Keluaran
(RPROP), pengertian ketersediaan pangan, Metode jaringan syaraf tiruan dengan
pengertian Mean Square Error (MSE), pembelajaran terawasi membutuhkan target
pengertian diagram alir (flowchart) dan data keluaran sebagai pembanding untuk
flow diagram (DFD) dan pengertian bahasa menentukan keberhasilan pembelajaran.
pemrograman PHP dan SQL. Selanjutnya Data keluaran dibutuhkan pada proses
dilakukan tahap observasi dan Pengumpulan pembelajaran agar sistem prediksi yang
data yang dilakukan dengan mengunjungi diharapkan memberikan hasil yang optimal.
kantor Dinas Ketahanan Pangan dan

153
Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan ISSN 2338-493X
Volume 06, No. 03 (2018), hal 150-160

Pada penelitian prediksi ketersediaan pangan digunakan sebesar 100000. Parameter


di Kabupaten Ketapang menggunakan RPROP yang digunakan yaitu η+ bernilai
metode RPROP, data keluaran sistem yang dari 1 sampai 2, η- bernilai dari 0,1 sampai 1,
digunakan adalah data ketersediaan pangan ∆_max bernilai dari 10 sampai 100, dan
jenis sereal di Kabupaten Ketapang dari ∆_min bernilai dari 10-10 sampai 1, hal ini
tahun 2011 sampai tahun 2016. bertujuan untuk mencari nilai MSE terkecil
c. Arsitektur Jaringan RPROP dari iterasi-iterasi yang digunakan.
Arsitektur jaringan syaraf tiruan d. Perancangan Prosedural
RPROP merupakan metode yang memiliki Perancangan prosedural merupakan
satu lapisan tersembunyi. Pada proses gambaran alur tahap pelatihan dan pengujian.
pembelajaran terawasi jaringan syaraf tiruan, Pada tahap pelatihan, data latih beserta bobot
parameter pelatihan mempengaruhi awal pelatihan akan dilatih menggunakan
keberhasilan pembelajaran [5]. metode RPROP untuk mendapatkan bobot
Parameter yang akan digunakan pada akhir pelatihan. Bobot-bobot yang
metode RPROP ditunjukkan pada tabel 4.1 menghasilkan nilai MSE terendah dari hasil
pelatihan akan digunakan pada tahap
Tabel 4.1 Parameter Pelatihan RPROP. pengujian. Blok diagram pelatihan
Parameter Nilai/Fungsi ditunjukkan pada gambar 4.1.
Jumlah Neuron Lapisan Masukan 4
Jumlah Neuron Lapisan Keluaran 1
Jumlah Neuron Lapisan Tersembunyi 3
Gambar 4.1 Blok diagram pelatihan RPROP
Target Minimum Error (MSE) 10-5
Pada tahap pengujian data uji beserta
Fungsi Aktivasi Sigmoid Biner bobot yang menghasilkan nilai MSE terkecil
Maksimum Iterasi 100000 akan diuji menggunakan metode RPROP
η+ 1-2 untuk mendapatkan keluaran pengujian.
η- 0,1 – 1 Gambar 4.2 menunjukkan blok diagram
∆𝑚𝑎𝑥 10 – 100 tahap pengujian.
∆𝑚𝑖𝑛 10-10 – 1

Pada pelatihan metode RPROP, Gambar 4.2 Blok diagram pengujian


jumlah neuron pada lapisan masukan terdiri RPROP
dari 4 neuron yaitu data luas tanam (X1), data
luas panen (X2), data produktivitas (X3), dan e. Diagram Konteks Sistem
data produksi (X4) bahan pokok sereal. Data Diagram konteks merupakan
yang digunakan sebagai lapisan keluaran gambaran alur secara umum interaksi antara
berjumlah 1 neuron yaitu data ketersediaan external entity terhadap sistem. Perancangan
pangan sereal di Kabupaten Ketapang untuk diagram konteks harus jelas sehingga proses-
1 tahun kedepan (T). Lapisan tersembunyi proses yang melibatkan external entity
berada diantara lapisan masukan dan lapusan terhadap sistem dapat dipahami.Diagram
keluaran, jumlah neuron yang digunakan konteks sistem ditunjukkan pada gambar 4.3.
pada lapisan tersembunyi berjumlah 3.
Target minimum error yaitu nilai Mean
Square Error merupakan besar selisih antara
target dan keluaran perhitungan, nilai MSE di
set sekecil mungkin (10-5) agar hasil
keluaran mendekati target. Fungsi aktivasi
yang digunakan adalah fungsi sigmoid biner
dikarenakan data penelitian akan
dinormalisasi dalam rentang 0 sampai 1, dan Gambar 4.3 Diagram Konteks
keluaran dari fungsi sigmoid biner berkisar
antara 0 sampai 1. Maksimal iterasi yang Pada gambar 4.5, lingkungan sistem
adalah aplikasi prediksi ketersediaan pangan

154
Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan ISSN 2338-493X
Volume 06, No. 03 (2018), hal 150-160

di Kabupaten Ketapang dan entitas luar


(external entity) adalah admin. Alur panah 5. IMPLEMENTASI, PENGUJIAN
dari admin dan user menuju sistem DAN PEMBAHASAN
menunjukkan proses masukan. Sedangkan
5.1. Implementasi Perangkat Lunak
alur panah dari sistem menuju admin dan user
Tahap implementasi dilakukan untuk
merupakan keluaran sistem.
menerapkan hasil perancangan yang telah
dibuat. Pada penelitian prediksi ketersediaan
1. Data Flow Diagram (DFD) level 1
pangan di Kabupaten Ketapang, tahap awal
DFD level 1 merupakan detail proses-
implementasi dimulai dengan menentukan
proses yang melibatkan admin dan user
data masukan, data keluaran sistem, dan
terhadap sistem. Gambar 4.4 menunjukkan
parameter penelitian. Tahap selanjutnya
DFD level 1
adalah implementasi tampilan aplikasi dan
kode program.

5.1.1. Tampilan Aplikasi


Tampilan aplikasi bertujuan untuk
mengkomunikasikan fitur-fitur sistem yang
tersedia agar pengguna dapat mengerti dan
dapat menggunakan sistem. Berikut tampilan
sistem pada aplikasi prediksi ketersediaan
pangan.

a. Halaman Awal
Halaman awal merupakan halaman
pertama yang diakses saat aplikasi dibuka.
Gambar 4.4 DFD Level 1 Gambar 5.1 menunjukkan tampilan halaman
awal aplikasi.
1. Pada proses login, admin memasukkan
data login yaitu username dan password
untuk diproses. Data login yang telah
dimasukkan akan dicocokkan dengan
data login pada tb_admin, dan sistem
akan memvalidasi proses login tersebut.
2. Pada proses kelola data, admin
memasukkan data pangan yang akan
dikelola. Data yang dikelola akan
dikirim menuju tbl_pangan dan sistem
mengirim validasi data yang telah
dikelola menuju admin.
3. Pada proses latih data, admin melatih
data latih. Parameter pelatihan yang Gambar 5.1 Halaman Awal Aplikasi
digunakan pada pelatihan disimpan ke
dalam tbl_bobot. b. Halaman Manajemen Data
4. Pada proses uji data, admin melakukan Halaman manajemen data digunakan
pengujian data uji. Bobot-bobot admin untuk mengelola data-data prediksi
parameter terbaik yang telah disimpan ketersediaan pangan yaitu data luas tanam,
digunakan untuk menguji data. data luas panen, data produktivitas, data
5. Proses prediksi digunakan oleh user produksi dan data ketersediaan pangan untuk
dengan memasukkan data prediksi. masing-masing kecamatan di Kabupaten
Sistem akan melakukan prediksi Ketapang. Tampilan awal halaman
menggunakan bobot-bobot parameter manajemen data ditunjukkan pada gambar
terbaik dan mengirim hasil prediksi 5.2.
kembali menuju user.

155
Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan ISSN 2338-493X
Volume 06, No. 03 (2018), hal 150-160

Gambar 5.2 Halaman Manajemen Data

c. Halaman Pelatihan Gambar 5.4 Halaman Prediksi


Halaman pelatihan digunakan admin
untuk melatih data-data yang telah dikelola di 5.1.2. Hitungan Manual
dalam form parameter pelatihan. Gambar 5.3 Proses prediksi ketersediaan pangan di
menunjukkan tampilan halaman pelatihan Kabupaten Ketapang menggunakan metode
beserta history pelatihan. RPROP dimulai dengan melakukan pelatihan
data. Tujuannya adalah untuk mencari bobot-
bobot yang menghasilkan nilai Mean Square
Error (MSE) terkecil sehingga dapat
digunakan pada proses prediksi. Berikut
contoh pelatihan untuk satu baris data pada
jenis sereal padi:
Tentukan nilai masukan dan target pelatihan:
𝑥1 = 3740
𝑥2 = 3764
𝑥3 = 35,62
𝑥4 = 13323
𝑡 = 11777
Dimana:
𝑥1 = Data luas tanam
𝑥2 = Data luas panen
𝑥3 = Data produktivitas
𝑥4 = Data produksi
𝑡 = Data ketersediaan pangan
Lakukan normalisasi data masukan dan
target. Tentukan nilai maksimal dan minimal
dari masing-masing data. Nilai tersebut
Gambar 5.3 Halaman Pelatihan diambil dari keseluruhan data yang tersedia,
nilai diambil dari data terbesar dan terkecil.
d. Halaman Prediksi 𝑥1𝑚𝑎𝑥 = 5322
Halaman prediksi digunakan oleh 𝑥1𝑚𝑖𝑛 = 116
admin dan pengguna untuk memprediksi 𝑥2𝑚𝑎𝑥 = 4906
jumlah ketersediaan pangan untuk jenis 𝑥2𝑚𝑖𝑛 = 26
sereal padi, jagung, ubi jalar dan ubi kayu 𝑥3𝑚𝑎𝑥 = 53,8
pada masing-masing kecamatan di 𝑥3𝑚𝑖𝑛 = 19,92
Kabupaten Ketapang. Halaman awal prediksi 𝑥4𝑚𝑎𝑥 = 15996
ditunjukkan pada gambar 5.4. 𝑥4𝑚𝑖𝑛 = 76

156
Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan ISSN 2338-493X
Volume 06, No. 03 (2018), hal 150-160

𝑡𝑚𝑎𝑥 = 15996 𝛿𝐸
= Gradien kesalahan pada bobot lapisan
𝛿𝑤
𝑡𝑚𝑖𝑛 = 76
masukan menuju lapisan tersembunyi
Sehingga proses normalisasi untuk masukan 𝛿𝐸
𝑥1 adalah sebagai berikut: = Gradien kesalahan pada bias lapisan
𝛿𝑏1
(𝑥1 −𝑥1𝑚𝑖𝑛 )
𝑥1′ = masukan menuju lapisan tersembunyi
(𝑥1𝑚𝑎𝑥− 𝑥1𝑚𝑖𝑛 ) 𝛿𝐸
(3740 − 116) = Gradien kesalahan pada bobot lapisan
𝛿𝑣
𝑥1′ = tersembunyi menuju lapisan keluaran
(5322 − 116)
𝛿𝐸
= 0,6961 = Gradien kesalahan pada bias lapisan
𝛿𝑏2
Lakukan normalisasi terhadap data-data yang
tersembunyi menuju lapisan keluaran.
lain, sehingga hasil normalisasinya sebagai
Selanjutnya menentukan delta perubahan
berikut:
bobot dan bias pada masing-masing jaringan.
𝑥1 = 0,6961 0,01 0,01 0,01
𝑥2 = 0,7659
𝑥3 = 0,4634
0,01 0,01 0,01
∆𝑤(𝑡 − 1) = [ ]
𝑥4 = 0,8321 0,01 0,01 0,01
𝑡 = 0,7349 0,01 0,01 0,01
Inisialisasi bobot-bobot dan bias awal ∆𝑏1 (𝑡 − 1) = [0,01 0,01 0,01]
pelatihan untuk masing-masing lapisan: 0,01
0,8696 0,6685 0,4387 ∆𝑣(𝑡 − 1) = [0,01]
0,7257 0,5052 0,5534 0,01
𝑤= [ ] ∆𝑏2 (𝑡 − 1) = 0,01
0,8247 0,4739 0,2698
0,2362 0,6884 0,6251 Dimana:
∆𝑤 = Delta perubahan bobot lapisan
𝑏1 = [0,5144 0,6071 0,2501] masukan menuju lapisan tersembunyi.
0,7451 ∆𝑏1 = Delta perubahan bias lapisan masukan
𝑣 = [0,2639] menuju lapisan tersembunyi
0,7277 ∆𝑣 = Delta perubahan bobot lapisan
𝑏2 = 0,2402 tersembunyi menuju lapisan keluaran
Dimana : ∆𝑏2 = Delta perubahan bias lapisan
𝑤 = Bobot pada lapisan masukan menuju tersembunyi menuju lapisan keluaran.
lapisan tersembunyi
𝑏1 = Bias dari lapisan masukan menuju Fase Feed Forward:
lapisan tersembunyi Hitung output pada lapisan tersembunyi
𝑣 = Bobot pada lapisan tersembunyi menuju menggunakan persamaan 2.
lapisan keluaran 𝑧𝑛𝑒𝑡 1 = 𝑏11 + (𝑥1 ∗ 𝑣11 ) + (𝑥2 ∗ 𝑣12 )
𝑏2 = Bias dari lapisan tersembunyi menuju + (𝑥3 ∗ 𝑣13 ) + (𝑥4 ∗ 𝑣14 )
lapisan keluaran 𝑧𝑛𝑒𝑡 1 = 0,5144 + (0,6961 ∗ 0,8696) +
Tentukan parameter resilient pelatihan, (0,7659 ∗ 0,7257) + (0,8321 ∗
yaitu: 0,8247) + (0,7349 ∗ 0,2362)
𝛼 + = 1,2 𝛼 − = 0,5 𝑧𝑛𝑒𝑡 1 = 2,2544
∆𝑚𝑎𝑥 = 50 ∆𝑚𝑖𝑛 = 10−6 𝑧𝑛𝑒𝑡 2 = 𝑏12 + (𝑥1 ∗ 𝑣21 ) + (𝑥2 ∗ 𝑣22 )
Tentukan gradien awal kesalahan pada + (𝑥3 ∗ 𝑤23 ) + (𝑥4 ∗ 𝑣24 )
masing-masing bobot dan bias jaringan. 𝑧𝑛𝑒𝑡 2 = 0,6071 + (0,6961 ∗ 0,6685) +
0 0 0 (0,7659 ∗ 0,5052) + (0,8321 ∗
𝛿𝐸 0 0 0
(𝑡 − 1) = [ ] 0,4739) + (0,7349 ∗ 0,6884)
𝛿𝑤 0 0 0
0 0 0
𝑧𝑛𝑒𝑡 2 = 2,2519
− − − − −= [0 0 0] 𝑧𝑛𝑒𝑡 3 = 𝑏13 + (𝑥1 ∗ 𝑣31 ) + (𝑥2 ∗ 𝑣32 )
0 + (𝑥3 ∗ 𝑣33 ) + (𝑥4 ∗ 𝑣34 )
− − − − −= [0]
𝑧𝑛𝑒𝑡 3 = 0,2501 + (0,6961 ∗ 0,4387) +
0
− − − − −= 0 (0,7659 ∗ 0,5534) + (0,8321 ∗
0,2698) + (0,7349 ∗ 0,6251)
Dimana: 𝑧𝑛𝑒𝑡 3 = 1,6245

157
Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan ISSN 2338-493X
Volume 06, No. 03 (2018), hal 150-160

Aktivasi output pada lapisan tersembunyi Hitung gradien kesalahan pada bias lapisan
menggunakan fungsi aktivasi sigmoid biner tersembunyi menuju lapisan keluaran.
seperti pada persamaan 1. 𝛿𝐸
1 (𝑡) = 𝛿𝑘 ∗ 1
𝛿𝑏2
𝑧1 = 𝛿𝐸
(1 + 𝑒 −𝑧𝑛𝑒𝑡 1 )
(𝑡) = 0,0148 ∗ 1
1 𝛿𝑏2
𝑧1 = 𝛿𝐸
(1 + 𝑒 −2,2544 ) (𝑡) = 0,0148
𝑧1 = 0,9050 𝛿𝑏2
1 Hitung kesalahan pada lapisan tersembunyi
𝑧2 = menggunakan persamaan 6 dan 7.
(1 + 𝑒 −𝑧𝑛𝑒𝑡 2 )
1 𝑑1 = 𝛿𝑘 ∗ 𝑤11 ∗ 𝑧1 ∗ (1 − 𝑧1 )
𝑧2 = 𝑑1 = 0,0148 ∗ 0,7451 ∗ 0,9050 ∗ (1 − 0,9050)
(1 + 𝑒 −2,2519 ) 𝑑1 = 0,0009
𝑧2 = 0,9048 𝑑2 = 𝛿𝑘 ∗ 𝑤12 ∗ 𝑧2 ∗ (1 − 𝑧2 )
1 𝑑2 = 0,0148 ∗ 0,2639 ∗ 0,9048 ∗ (1 − 0,9048)
𝑧3 =
(1 + 𝑒 −𝑧𝑛𝑒𝑡 3 ) 𝑑2 = 0,0003
1 𝑑3 = 𝛿𝑘 ∗ 𝑤13 ∗ 𝑧3 ∗ (1 − 𝑧3 )
𝑧3 = 𝑑3 = 0,0148 ∗ 0,7277 ∗ 0,8354 ∗ (1 − 0,8354)
(1 + 𝑒 −1,6245 )
𝑧3 = 0,8354 𝑑3 = 0,0014
Hitung gradien kesalahan pada bobot lapisan
Hitung nilai output pada lapisan keluaran
masukan yang menuju lapisan tersembunyi
menggunakan persamaan 3.
𝑦𝑛𝑒𝑡 = 𝑏2 + (𝑧1 ∗ 𝑤11 ) + (𝑧2 ∗ 𝑤12 ) + (𝑧3 ∗ 𝑤13 )
pertama (Wj1), kedua (Wj2) dan ketiga (Wj3)
menggunakan persamaan 8, sehingga matriks
𝑦𝑛𝑒𝑡 = 0,2402 + (0,9050 ∗ 0,7451) + (0,9048 ∗ 0,2639)
kesalahan bobot pada lapisan masukan yang
+ (0,8354 ∗ 0,7277)
menuju lapisan tersembunyi menjadi.
𝑦𝑛𝑒𝑡 = 1,7613

Aktivasi output pada lapisan keluaran 0,0006 0,0002 0,0010


menggunakan fungsi aktivasi sigmoid biner. 𝛿𝐸 0,0007 0,0003 0,0011
(𝑡) = [ ]
1 𝛿𝑤 0,0004 0,0001 0,0007
𝑦= 0,0008 0,0003 0,0012
(1 + 𝑒 −𝑦𝑛𝑒𝑡 )
1 Hitung gradien kesalahan pada bias lapisan
𝑦= masukan yang menuju lapisan tersembunyi
(1 + 𝑒 −1,7613 )
menggunakan persamaan 8, sehingga matriks
𝑦 = 0,8534 a gradien kesalahan pada bias lapisan masukan
Fase Backward: yang menuju lapisan tersembunyi menjadi:
Hitung kesalahan (error) pada target dan 𝛿𝐸
output jaringan. (𝑡) = [0,0009 0,0003 0,0014]
𝛿𝑏1
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = −(𝑡 − 𝑦)
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = −(0,7349 − 0,8534) Fase Resilient:
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 0,1184 Setelah mencari gradien kesalahan
Hitung kesalahan jaringan pada lapisan pada bobot dan bias masing-masing jaringan,
keluaran menggunakan persamaan 4. langkah selanjutnya mencari faktor naik atau
𝛿𝑘 = 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 ∗ 𝑦 ∗ (1 − 𝑦) turun dari gradien kesalahan yang telah
𝛿𝑘 = (−0,1184) ∗ 0,8534 ∗ (1 − 0,8534) didapat menggunakan resilient.
𝛿𝑘 = 0,0148 Pada bobot lapisan masukan menuju
Hitung gradien kesalahan pada bobot lapisan lapisan tersembunyi. Nilai faktor naik dan
tersembunyi menuju lapisan keluaran turun dicari dengan mengalikan antar elemen
menggunakan persamaan 5, sehingga matriks pada matriks gradien kesalahan iterasi
kesalahan pada bobot lapisan tersembunyi sebelumnya dengan iterasi saat ini (bukan
menuju lapisan keluaran pada iterasi saat ini perkalian matriks standar).
menjadi:
𝛿𝐸 0,0134 0 0 0 0,0006 0,0002 0,0010
𝛿𝐸 𝛿𝐸 0 0 0 0,0007 0,0003 0,0011
(𝑡) = [0,0133] (𝑡 − 1) ∗ (𝑡) = [
0 0 0
]∗[
0,0004 0,0001 0,0007
]
𝛿𝑣 𝛿𝑤 𝛿𝑤
0,0124 0 0 0 0,0008 0,0003 0,0012

158
Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan ISSN 2338-493X
Volume 06, No. 03 (2018), hal 150-160

0 0 0
𝛿𝐸 𝛿𝐸 0 0 0
(𝑡 − 1) ∗ (𝑡) = [ ]
𝛿𝑤 𝛿𝑤 0 0 0 𝑣𝑏𝑎𝑟𝑢 = 𝑣𝑙𝑎𝑚𝑎 − ∆𝑣(𝑡 − 1)
0 0 0
0,7451 0,01
Berdasarkan hasil perkalian tidak terjadi 𝑣𝑏𝑎𝑟𝑢 = [0,2639] − [0,01]
perubahan gradien (naik atau turun), maka 0,7277 0,01
nilai delta perubahan bobot yang digunakan 0,7351
adalah nilai delta pada iterasi sebelumnya 𝑣𝑏𝑎𝑟𝑢 = [0,2539]
(∆𝑤(𝑡 − 1)). Nilai bobot lapisan masukan 0,7177
menuju lapisan tersembunyi terbaru didapat
Terakhir mencari faktor naik atau turun pada
dengan nilai bobot sebelumnya dikurangi
bias lapisan tersembunyi yang menuju
dengan delta perubahan.
𝑤𝑏𝑎𝑟𝑢 = 𝑤𝑙𝑎𝑚𝑎 − ∆𝑤(𝑡 − 1) lapisan keluaran.
0,8696 0,6685 0,4387 0,01 0,01 0,01 𝛿𝐸 𝛿𝐸
𝑤𝑏𝑎𝑟𝑢 = [
0,7257 0,5052 0,5534
]− [
0,01 0,01 0,01
]
(𝑡 − 1 ) ∗ (𝑡) = 0 ∗ 0,0148
0,8247 0,4739 0,2698 0,01 0,01 0,01 𝛿𝑏2 𝛿𝑏2
0,2362 0,6884 0,6251 0,01 0,01 0,01 𝛿𝐸 𝛿𝐸
0,8596 0,6585 0,4287 (𝑡 − 1 ) ∗ (𝑡 ) = 0
0,7157 0,4952 0,5434 𝛿𝑏2 𝛿𝑏2
𝑤𝑏𝑎𝑟𝑢 = [ ]
0,8147 0,4639 0,2598 Berdasarkan hasil perkalian tidak terjadi
0,2262 0,6784 0,6151
perubahan gradien (naik atau turun), maka
Selanjutnya mencari bias baru lapisan
nilai delta perubahan bias yang digunakan
masukan menuju lapisan tersembunyi dengan
adalah nilai delta pada iterasi sebelumnya
mengalikan antar elemen pada matriks
(∆𝑏2(𝑡 − 1)). Nilai bias lapisan tersembunyi
gradien kesalahan iterasi sebelumnya dengan
menuju lapisan keluaran terbaru didapat
iterasi saat ini (bukan perkalian matriks
dengan nilai bias sebelumnya dikurangi
standar).
𝛿𝐸 𝛿𝐸 dengan delta perubahan.
(𝑡 − 1) ∗ (𝑡) = [0 0 0] ∗ [0,0009 0,0003 0,0014]
𝛿𝑏1 𝛿𝑏1 𝑏2𝑏𝑎𝑟𝑢 = 𝑏2𝑙𝑎𝑚𝑎 − ∆𝑏2(𝑡 − 1)
𝛿𝐸 𝛿𝐸
𝛿𝑏1
(𝑡 − 1) ∗
𝛿𝑏1
(𝑡) = [0 0 0] 𝑏2𝑏𝑎𝑟𝑢 = 0,2402 − 0,01
Berdasarkan hasil perkalian tidak terjadi 𝑏2𝑏𝑎𝑟𝑢 = 0,2302
perubahan gradien (naik atau turun), maka
nilai delta perubahan bias yang digunakan Hasil Pelatihan
adalah nilai delta pada iterasi sebelumnya Hasil pelatihan terbaik ditunjukkan pada
(∆𝑏1(𝑡 − 1)). Nilai bias lapisan masukan tabel 5.1
menuju lapisan tersembunyi terbaru didapat
dengan nilai bias sebelumnya dikurangi Tabel 5.5 Hasil terbaik dari perubahan
dengan delta perubahan. Parameter RPROP
𝑏1𝑏𝑎𝑟𝑢 = 𝑏1𝑙𝑎𝑚𝑎 − ∆𝑏1(𝑡 − 1)
𝑏1𝑏𝑎𝑟𝑢 = [0,5144 0,6071 0,2501] − [0,01 0,01 0,01]
𝑏1𝑏𝑎𝑟𝑢 = [0,5044 0,5971 0,2401]
Selanjutnya mencari bobot baru lapisan
tersembunyi menuju lapisan keluaran dengan
mengalikan antar elemen pada matriks
gradien kesalahan iterasi sebelumnya dengan
iterasi saat ini (bukan perkalian matriks
standar).
𝛿𝐸 𝛿𝐸 0 0,0134
(𝑡 − 1) ∗ (𝑡) = [0] ∗ [0,0133]
𝛿𝑣 𝛿𝑣 0,0124
0
𝛿𝐸 𝛿𝐸 0
(𝑡 − 1) ∗ (𝑡) = [0]
𝛿𝑣 𝛿𝑣
0
Berdasarkan hasil perkalian tidak terjadi
perubahan gradien (naik atau turun), maka
nilai delta perubahan bobot yang digunakan
adalah nilai delta pada iterasi sebelumnya Hasil terbaik untuk sereal Padi hasil
(∆𝑣(𝑡 − 1)). Nilai bobot lapisan masukan terbaik didapatkan dengan menggunakan
menuju lapisan tersembunyi terbaru didapat parameter η+ 1.2, η- 0.8, ∆𝑚𝑎𝑥 50 dan
dengan nilai bobot sebelumnya dikurangi ∆𝑚𝑖𝑛 10-6 dengan MSE sebesar 0.00371664.
dengan delta perubahan.

159
Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan ISSN 2338-493X
Volume 06, No. 03 (2018), hal 150-160

Untuk sereal Jagung hasil terbaik didapatkan DAFTAR PUSTAKA


dengan menggunakan parameter η+ 1.2, η- [1]. Apriliyah. (2008). Perkiraan Penjualan
0.4, ∆𝑚𝑎𝑥 50 dan ∆𝑚𝑖𝑛 10-6 dengan MSE Beban Listrik Menggunakan Jaringan
sebesar 0.00935488. Untuk sereal Ubi Kayu Syaraf Tiruan Resilient-
hasil terbaik didapatkan dengan Backpropagation (RPROP). Malang:
menggunakan parameter η+ 1.2, η- 0.8, ∆𝑚𝑎𝑥 Kursor, Vol. 4, no. 2, pp. 41-47.
50 dan ∆𝑚𝑖𝑛 10-6 dengan MSE sebesar [2]. Susanti, Nanik. (2014). Penerapan
0.012203. Untuk sereal Ubi Jalar hasil terbaik Model Neural Network
didapatkan dengan menggunakan parameter Backpropagation Untuk Prediksi
η+ 1.1, η- 0.5, ∆𝑚𝑎𝑥 50 dan ∆𝑚𝑖𝑛 10-6 Harga Ayam. Kudus: Prosiding
dengan MSE sebesar 0.0240659. SNATIF Ke-1 Tahun 2014, ISBN 978-
602-1180-04-4..
6. KESIMPULAN [3]. Fuad FM, M. (2008). Prediksi
Berdasarkan hasil pelatihan dan Ketersediaan Beras di Masyarakat
pengujian terhadap sistem prediksi jumlah Dengan Menggunakan Logika Fuzzy
Ketersediaan Pangan di Kabupaten Ketapang dan Jaringan Syaraf Tiruan Dalam
menggunakan Resilient-Backpropagation Upaya Meningkatkan Ketahanan
(RPROP), maka kesimpulan yang dapat Pangan. Madura: Agrointek, Vol. 5,
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai No. 1, Maret 2011.
berikut: [4]. Karsoliya, Saurabh. (2012).
1. Kinerja RPROP pada data jenis sereal Approximating Number of Hidden
padi menghasilkan Mean Square Error layer neurons in Multiple Hidden
(MSE) pelatihan sebesar 0.00371664 Layer BPNN Architecture. India:
dan MSE pengujian sebesar 0,001663. International Journal of Engineering
Kinerja RPROP pada data jenis sereal Trends and Technology- Vol. 3 Issue
jagung menghasilkan Mean Square 6-2012.
Error (MSE) pelatihan sebesar [5]. Kusumadewi, S., & Hartati, S. (2009).
0.00935488 dan MSE pengujian sebesar Neuro-Fuzzy Integrasi Sistem Fuzzy
0,001064. Kinerja RPROP pada data dan Jaringan Syaraf Edisi 2.
jenis sereal ubi kayu menghasilkan Yogyakarta: Graha Ilmu
Mean Square Error (MSE) pelatihan
sebesar 0.012203 dan MSE pengujian
sebesar 0,00091. Kinerja RPROP pada
data jenis sereal ubi jalar menghasilkan
Mean Square Error (MSE) pelatihan
sebesar 0.0240659 dan MSE pengujian
sebesar 0,012694.
2. Berdasarkan hasil kinerja masing-
masing data jenis sereal menunjukkan
bahwa MSE pengujian lebih baik dari
hasil MSE pelatihan, sehingga bobot
yang menghasilkan MSE terbaik dapat
digunakan untuk memprediksi
ketersediaan pangan.

7. SARAN
Adapun hal yang menjadi saran untuk
pengembangan sistem prediksi jumlah
ketersediaan pangan di Kabupaten Ketapang
agar menjadi lebih baik kedepannya adalah
dengan menggunakan data perbulan agar
hasil prediksi bisa didapatkan dengan lebih
akurat.

160

Anda mungkin juga menyukai