DISUSUN OLEH:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
NASKAH AKADEMIK
TENTANG
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Perikanan, K. K. (2020, Juli 1). Konservasi Perairan Sebagai Upaya menjaga Potensi Kelautan
dan Perikanan Indonesia. Dipetik September 29, 2021, dari Kkp.go.id:
https://kkp.go.id/djprl/artikel/21045-konservasi-perairan-sebagai-upaya-menjaga-potensi-
kelautan-dan-perikanan-indonesia
Provinsi Bengkulu yang terletak di bagian pantai barat pulau sumatera dan
berhadapan langsung dengan samudera hindia, dengan garis pantai sepanjang
±525 km yang memanjang dari tenggara kearah barat daya, mulai dari kabupaten
Kaur yang berbatasan dengan provinsi Lampung hingga kabupaten Mukomuko
yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, memiliki potensi sumber
wilayah pesisir dan lautan yang cukup besar dari perspektif kemaritiman, baik
potensi kelautan dan perikanan, pariwisata, perhubungan dan maupun potensi
energi serta sumberdaya mineral. Dari bidang kemaritiman yang mencakup 4
(empat) sektor utama, yaitu sektor kelautan dan perikanan (termasuk sumberdaya
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil), sektor pariwisata bahari, sektor
perhubungan laut dan sektor energy sumberdaya mineral. Sebagian besar belum
dimanfaatkan dan dikelola secara optimal di Provinsi Bengkulu. Seyogyanyalah
jika semua potensi kemaritiman tersebut dimanfaatkan secara optimal dan
berkelanjutan, maka akan sangat diharapkan dapat memberi kontribusi yang besar
untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di provinsi Bengkulu,
khususnya masyarakat yang mendiami wilayah pesisir.
Wilayah laut yang menjadi zona Tangkap yakni seluas 12 Mil dari garis
pantai hal ini berdasarkan pasal 3ayat (1) huruf b Peraturan Daerah nomor 5
Tahun 2019 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Bengkulu Luas wilayahnya daratan Provinsi Bengkulu (tidak termasuk
luas wilayah pulau-pulau kecil) mencapai ± 19.795,15 km² atau setara dengan
1.979.515 hektar. Luas keseluruhan wilayah perairan laut yang dapat dikelola oleh
Provinsi Bengkulu, mencapai 206.127,6 km2 atau setara dengan 19.446.000
hektar, yang terdiri dari perairan laut territorial (sampai batas 12 mil) yaitu 12 x
1,852 km x 525 km = 11.667,6 km2 atau setara dengan 1.166.760 hektar, dan luas
perairan laut Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI-sampai batas 200 mil)
yaitu 525 km x 200 mil x 1,852 km = 194.460 km2 yang setara dengan
19.446.000 hektar. Jika dibandingkan antara luas wilayah daratan dan luas
wilayah perairan laut yang dapat dikelola, maka perbandingannya adalah
19.446.000 : 1.979.515 atau 1 : 9,8. Dengan kata lain, bahwa luas wilayah
perairan laut yang dapat dikelola Provinsi Bengkulu jauh lebih luas dibandingkan
luas wilayah daratan, yaitu 9,8 kali luas daratannya. Dalam wilayah perairan laut
Provinsi Bengkulu juga terdapat beberapa pulau kecil yaitu Kawasan Pulau
Enggano dengan beberapa pulau-pulau kecil disekitarnya (Pulau Dua, Pulau
Merbau, Pulau Bangkai, Pulau Satu dan Pulau Karang Baru), Pulau Tikus dan
Pulau Mega. Dua diantara pulau-pulau kecil tersebut, merupakan pulau kecil
terluar dari 92 pulau kecil terluar yang ada di seluruh wilayah perairan laut
Indonesia, yaitu Pulau Enggano dan Pulau Mega. Wilayah administrasi Provinsi
Bengkulu terdiri dari 10 kabupaten/kota. Dan 7 kabupaten/kota mempunyai
wilayah pesisir, yaitu Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Bengkulu Utara,
Kabupaten Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu, Kabupaten Seluma, Kabupaten
Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur. Wilayah pesisir di provinsi Bengkulu
mencakup 6 (enam) kabupaten dan 1 (satu) kota. Hal ini menunjukkan, bahwa
sebaran penduduk Provinsi Bengkulu sebagian besar berada di desa-desa wilayah
pesisir tersebut.
2
tatistic, B. P. (n.d.). bps.go.id. Retrieved Oktober 11, 2021, from bps.go.id:
https://www.bps.go.id/subject/56/perikanan.html
Namun meskipun Provinsi Bengkulu memiliki potensi laut yang memadai
ini tidak semata-mata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, ada
begitu banyak permasalahan yang ada diantaranya faktor internal dan eksternal,
dimana secara internal hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pemanfaatan
sumber daya, teknologi dan manajemen usaha. Kerusakan lingkungan tersebut
Laporan keempat IPCC (2007) dan laporan ke lima IPCC (2013) menempatkan
Indonesia sebagai salah satu Negara yang rentan akibat perubahan iklim.Laporan
ke lima IPCC menyatakan bahwa kawasan pesisir pantai di seluruh Asia
Tenggaraakan mengalami kenaikan muka air laut 10-15 persen lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata kenaikan muka air laut global. Bencana yang
terjadi akibat perubahan iklim tersebut membuat kerentanan terhadap
penangkapan ikan yang dikarenakan kenaikan permukaan air laut, meningkatnya
intensitas angin puting beliung tropis dan intrusi air laut. Kehidupan sosial
ekonomi nelayan sangat ditunjang dengan kondisi iklim yang ada, sehingga
adanya perubahan iklim memberikan penurunan pendapatan yang diperoleh
nelayan untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang membuatmasyarakat nelayan
berada pada ambang batas kemiskinan. Namun, sangat disayangkan
pemanfaatannya justru tidak maksimal.Seperti yang diketahui, saat ini potensi
sumber daya ikan di Provinsi Bengkulu yang bisa dimanfaatkan dengan baik
hanya 50 ribu ton. Dari ukuran potensi lestari yang dilaporkan 5 tahun terakhir
yaitu sebesar 126 ribu ton. Adanya pemanfaatan solar oleh pihak yang seharusnya
tidak berhak, Ada pada sektor keuangan. Nelayan disebut masih kurang dalam
akses permodalan untuk biaya operasional melaut (contohnya perlengkapan laut),
Akses nelayan Indonesia untuk mendapatkan informasi cuaca, gelombang
perairan, arah angin masih terbatas. Fasilitas penyimpanan pendingin di pelabuhan
masih kurang dan hasil tangkapan akan menurun kualitasnya jika tanpa kepastian
penjualan dan fasilitas penyimpanan pendingin., Pada bidang pemasaran, di mana
nelayan masih kurang akses untuk mengetahui harga pasar hasil tangkap yang
dapat menyebabkan fluktuasi harga, Kurangnya infrastruktur yang memadai
terutama di kawasan pesisir Nusantara.
3
https://www.bps.go.id/indicator/12/1886/1/jumlah-penduduk-hasil-proyeksi-menurut-provinsi-
dan-jenis-kelamin.html
Disamping itu permasalahan yang dialami nelayan juga terjadi akibat
tumpang tindih regulasi mengenai wilayah pesisir yang justru mengancam
keberadaan masyarakat pesisir beserta ruang hidupnya. Karena masih
menggunakan fasilitas dan cara tradisional berpengaruh terhadap daya jangkau
sehingga berdampak pula pada jumlah tangkapan ikan. Dengan adanya tangkapan
ikan yang sedikit maka hasil penghasilan yang didapatkan juga sedikit sehingga
masih kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari padahal nelayan dinegara
lain sudah mengadopsi kapal-kapal modern, Rendahnya tingkat pendidikan
nelayan, Permodalan yang masih terbatas. Konflik nelayan trawl dan tradisional
kerap terjadi di Bengkulu sejak tahun 1980-an. menyediakan prasarana dan sarana
yang dibutuhkan dalam mengembangkan usaha; . memberikan kepastian usaha
yang berkelanjutan; . meningkatkan kemampuan dan kapasitas Nelayan, Pembudi
Daya Ikan, dan Petambak Garam; menguatkan kelembagaan dalam mengelola
sumber daya Ikan dan sumber daya kelautan serta dalam menjalankan usaha yang
mandiri, produktif, maju, modern, dan berkelanjutan; dan mengembangkan
prinsip kelestarian lingkungan; . menumbuhkembangkan sistem dan kelembagaan
pembiayaan yang melayani kepentingan usaha; . melindungi dari risiko bencana
alam, perubahan iklim, serta pencemaran; dan . memberikan jaminan keamanan
dan keselamatan serta bantuan hukum. Disisi lain juga dapat dilihat bahwa
sepanjang pesisir pantai provinsi bengkulu ini manjadi penyumbang angka
kemiskinan yang cukup besar. Hal tersebut ditandai dengan permukiman yang
kumuh akibat dari tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah. Belum lagi
dengan bencana alam yang kerap terjadi serta ketergantungan nelayan terhadap
iklim, membuat sumber penghidupan masyarakat menjadi sangat terbatas.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
2. Kemiskinan
Nelayan yang mendiami wilayah pesisir di provinsi Bengkulu berada di
bawah garis kemiskinan dan selama ini menjadi golongan yang paling
terpinggirkan karena kebijakan dalam pembangunan yang lebih mengarah kepada
daratan. penduduk miskin di Indonesia di antaranya adalah masyarakat yang hidup
di kawasan pesisir dan pedesaan. Data statistik menunjukan bahwa upah riil
harian yang diterima seorang buruh tani (termasuk buruh nelayan) hanya sebesar
Rp. 30.449,- per hari. Jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan upah nominal
harian seorang buruh bangunan biasa (tukang bukan mandor) Rp. 48.301,- per
hari. Di Provinsi Bengkulu sendiri, jumlah nelayan miskin terdapat sekitar 17.000
kepala keluarga. Hal ini sangat kontras sekali bila dibandingkan dengan panjang
laut di Provinsi Bengkulu yaitu sepanjang 525 mil dengan potensi ikan yang dapat
dihasilkan sebanyak 149.000 dan baru dimanfaatkan oleh nelayan di Bengkulu
sebesar 16 % saja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, gaya hidup menabung dan teknologi
menjadi faktor penentu kemiskinan masyarakat nelayan di Kota Bengkulu.
3. Kurangnya Modal
Dikarena adanya faktor kemiskinan pada nelayan sehingga berdampak juga
pada modal nelayan. Para nelayan di Bengkulu masih kurang dalam akses
permodalan untuk biaya operasional melaut. Bahkan ada beberapa nelayan yang
tidak mempunyai kapal sendiri untuk menangkap ikan sehingga mereka harus
menyewa kapal kepada juragan (pemilik kapal). Perlengkapn yang digunakan pun
masih seadanya. Penangkapan ikan di Provinsi Bengkulu berpusat pada Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Pulau Baai yang merupakan pangkalan pendaratan
ikanterbesar di Provinsi Bengkulu. Di wilayah ini tercatat jenis-jenis kapal dan
alat tangkap yang beroperasi sebagai berikut:
Tabel. Jumlah Kapal Penangkapan dan Alat Tangkap di PPI Pulau Baai,Kota Bengkulu
13 Purse Seine 12
Motor
temple
Perahu 21
tanpa motor
4
Riyoto, dan Bambang Sumantri , ISSN: 1412-8837 Model Pengembangan Sumber Daya
Nelayan Berwawasan Agribisnis Di Kota Bengkulu, hlm AGRISEP 14 No. 2 September 2014 Hal:
217 - 22
beberapa nelayan yang terkadang harus terjebak ditengah badai karena tidak
adanya infornasi cuaca buruk yang akan terjadi.
Dari uraian di atas, maka Naskah Akademik disusun sebagai tahapan awal
dalam rangkaan proses penyusunan suatu peraturan perundang-undangan
yang selain menjadi landasan ilmiah bagi penyusunan rancangan peraturan
perundang-undangan. Kegunaan penyusunan naskah akademik rancangan
peraturan daerah tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Nelayan Di Provinsi
Bengkulu ini memberikan arah dan menetapkan ruang lingkup proses
perancangan peraturan perundang-undangan dan memberikan pencitraan
yang utuh terhadap suatu konsepsi permasalahan yang sedang dihadapi.
Naskah Akademik berguna bukan hanya sebagai bahan masukan bagi pembuat
Rancangan Peraturan Perundang-undangan yang akan dibahas bersama antara
eksekutif dengan legislatif.
1. Mengkaji dan meneliti secara akademik pokok-pokok materi yang ada dan
harus ada dalam Rancangan Peraturan Daerah Tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Nelayan di Provinsi Bengkulu;
BAB II
Produk hukum yang menjadi dasar pengaturan bagi ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat ditetapkan dalam bentuk peraturan daerah, dimana
peraturan daerah merupakan salah satu bentuk dari produk hukum daerah selain
peraturan kepala daerah dan peraturan bersama kepala daerah. Berdasarkan Pasal
263 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menyatakan pada pokoknya bahwa untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan
Tugas Pembantuan, Daerah membentuk Peraturan Daerah. Dimana Peraturan
Daerah tersebut dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala Daerah.
Dengan demikian peraturan daerah ini berisi ketentuan yang menjadi dasar
kewenangan Pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menjalankan tugas
memberikan perlindungan dan pemberdayaan terhadap Nelayan di provinsi
Bengkulu. Dengan demikian pembentukan dasar hukum perlindungan dan
pemberdayaan terhadap Nelayan di provinsi Bengkulu tersebut harus ditetapkan
dalam bentuk Peraturan Daerah. Dengan demikian Pembentukan Peraturan
Daerah tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Nelayan Di Provinsi Bengkulu
harus sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik serta untuk memberi
perlindungan bagi para nelayan dari penyalahgunaan wewenang di dalam
penyelenggaraan perlindungan dan pemberdayaan ini dengan mempertimbangkan
semua aspek yang terkait. Pengaturan hukum tentang Perlindungan Dan
Pemberdayaan Nelayan Di Provinsi Bengkulu untuk memberikan kepastian
hukum, melidungi kepentingan umum, dan meningkatkan kesejahteraan
merupakan salah satu urusan wajib pemerintah daerah yang bertonggak pada
peningkatan kualitas hidup kepada masyarakat salah satunya dilingkungan hidup
nelayan.
BAB III
EVALUASI & ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT
a. kejelasan tujuan;
b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan
d. dapat dilaksanakan;
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. kejelasan rumusan;
g. keterbukaan.
a. kedaulatan;
b. kemandirian;
c. kebermanfaatan;
d. kebersamaan;
e. Keterpaduan
f. Keterbukaan
g. efisiensi-berkeadilan;
h. keberlanjutan;
i. kesejahteraan;
a. Nelayan Kecil;
b. Nelayan Tradisional;
5
Hans Kelsen, (Ebook) Teori Umum tentang Hukum dan Negara, terjemahan Raisul
Muttaqien dari judul asli: General Theory of Law and State, (Bandung: Penerbit Nusamedia dan
Penerbit Nuansa, 2006), h. 40.
6
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 2000), h. 19
Landasan Filosofis
Landasan Yuridis
(1) Segi formal, yakni landasan yuridis yang memberi kewenangan untuk
membuat peraturan tertentu; dan
(2) Segi materiil, yaitu landasan yuridis untuk mengatur hal-hal tertentu.
Landasan Sosiologis
b. kemandirian;
c. kebermanfaatan
d. kebersamaan;
e. keterpaduan;
f. keterbukaan;
g. efisiensi-berkeadilan;
h. keberjanjutan;
i. kesejahteraan;
Dalam Penyusunan Raperda ini bertujuan agar terbentuk Peraturan daerah yang
mengatur tentang :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luasnya lingkup muatan materi yang akan diatur dalam peraturan ini yang
meliputi ketentuan Perlindungan terhadap nelayan di provinsi Bengkulu harus
disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tentang pemerintah daerah
serta Peraturan perundang-undangan di atasnya khususnya yang mengatur
mengenai perlindungan nelayan. Perlindungan terhadap nelayan di provinsi
Bengkulu. Rancangan Peraturan Daerah juga harus disesuaikan dengan
perkembangan masyarakat dan menjadi jawaban atas permasalahan yang selama
ini dihadapi oleh nelayan di Provisi Bengkulu. Perlindungan terhadap nelayan di
provinsi Bengkulu juga merupakan kewajiban pemerintah sebagai amanah
Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Pengaturan tersebut harus dalam bentuk produk hukum
Peraturan Daerah agar dapat memberikan legalitas bagi tindakan hukum
Pemerintah Daerah dan bagi para nelayan tersebut, atas kondisi tersebut maka
Pemerintah Provinsi Bengkulu perlu segera menetapkan Peraturan Daerah yang
mengatur tentang Perlindungan terhadap nelayan di provinsi Bengkulu.
B. Saran
https://www.bps.go.id/indicator/12/1886/1/jumlah-penduduk-hasil-proyeksi-
menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html
Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Cet III, Pusat Studi Hukum
(PSH) Fak Hukum UII, Yogyakarta, 2004
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 2000)
Hans Kelsen, (Ebook) Teori Umum tentang Hukum dan Negara, terjemahan
Raisul Muttaqien dari judul asli: General Theory of Law and State,
(Bandung: Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2006),