Anda di halaman 1dari 106

TEKNOLOGI

PENGOLAHAN LIMBAH
PENCEMARAN

AIR UDARA
TANAH
TUJUAN PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR
• Untuk melindungi badan-badan air
dan area sekitar dari pencemaran air
limbah industri serta menghindari
dampak buruk terhadap kesehatan
manusia.
• Sebelum menentukan jenis pengolahan
yang akan digunakan, terlebih dulu
harus dilakukan analisis karakteristik
limbah cair industri, sehingga dapat
diketahui jenis pencemar yang
dominan pada industri tersebut.
TUJUAN ANALISIS
KARAKTERISTIK AIR LIMBAH :
• Menentukan apakah air limbah industri
sudah memenuhi standar kualitas atau baku
mutu
• Menentukan jenis dan teknologi pengolahan
yang tepat dalam perencanaan instalasi
pengolahan air limbah (IPAL)
• Mengukur kinerja IPAL
•analisis sample sesuai dengan baku mutu
limbah
•menghitung efisiensi pengolahan kualitas
effluent terhadap influent
• Menentukan perubahan atau modifikasi
IPAL
PARAMETER KUALITAS AIR LIMBAH
• Parameter Fisika :
Suhu, warna, padatan tersuspensi (TSS),
padatan terlarut (TDS), padatan total
(TS), kekeruhan.

• Parameter Kimia :
– pH, DO, BOD, COD.
– kation logam: Fe, Mn, Zn, Cd, Cr, Pb,
– anion : phosphat, klorida, nitrat, nitrit
– zat organik

• Parameter Biologi :
bakteri coli tinja dan total coli.
Tiap industri mempunyai parameter utama yang berbeda
(lihat SK Gub. 6/1999 atau perda kota/kab yang berlaku)
KARAKTERISTIK DOMINAN AIR LIMBAH
INDUSTRI
Secara umum, karakteristik dominan air limbah industri dapat
dikelompokkan menjadi :
• Anorganik :
TSS, Sisa Cl2, Sulfida (sebagai S), Besi terlarut (Fe), Fluorida (F),
Ammonia, TKN, Zat Padat Terlarut (TDS), Nitrat, Nitrit, Fosfat
(PO4), Sianida (CN)
• Organik :
BOD5, COD, Minyak & Lemak, MBAS
• Logam Berat :
Cu, Pb, Zn, Cr, Ni, Hg, Cd, Mn, Ti, Ba, Sn, As, Se, Co
• pH
KARAKTERISTIK LIMBAH DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KESEHATAN DAN LINGKUNGAN
Parameter Pengaruh
Organik Terlarut Deplesi DO
Adanya ‘sludge blanket’: terjadi
Organik Tersuspensi dekomposisi organik menyebabkan
deplesi DO dan bau
Mengubah rasa dan bau
Phenol/organik lain
karsinogonik
Logam Berat, Sianida dan Organik Keracunan
Toksik karsinogenik
Masalah estetika
Warna dan Kekeruhan Menghambat sinar matahari masuk
ke permukaan air
KARAKTERISTIK LIMBAH DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KESEHATAN DAN LINGKUNGAN

Parameter Pengaruh
Nitrogen dan Fosfor Eutrofikasi (Algae Blooming)
Materi non biodegradabel
(ch. ABS= alkyl benxene Toksik terhadap kehidupan akuatik
sulfonate)
Menghambat sinar matahari
Minyak dan Materi Terapung
Estetika

Materi volatil ( H2S dan organik


Pencemaran Udara
volatil)
KONDISI PARAMETER KUALITAS AIR
• Parameter Conservative / Kekal
Bentuk senyawa yang tetap sepanjang aliran sungai
kecuali perubahan alami.
Seperti, ion-ion logam

• Parameter Non-Conservative / Tak Kekal


Bentuk senyawa dan Kondisi berubah sepanjang aliran
sungai seperti, suhu, pH, kekeruhan (turbidity), DO dan
aliran air (potensial water current)
KARAKTERISTIK LIMBAH 5 INDUSTRI BESAR DI
JAWA BARAT
Polutan Lain-
No Jenis Industri
Organik Anorganik Logam Berat lain

1 Tekstil TSS,BOD Sulfida (sbg S), Krom total (Cr) pH,T


COD,O&G, ammonia
phenol

2 Makanan & Minuman TSS,COD, Ammonia, pH,T


BOD,O&G phosphat

3 Pelapisan Logam Sianida total Cu, Pb, Zn, total Cr, pH,T
(CN) Ni, Cr+6, Cd tersisa

4 Sabun,deterjen & TSS,BOD,COD, Phosphat pH,T


produk minyak nabati O&G,MBAS

5 Farmasi TSS,BOD,COD, Nitrogen pH,t


total(sbg N), Phenol
Total
PEMILIHAN PROSES
PENGOLAHAN AIR LIMBAH
1. Karakteristik air limbah
[TSS, TDS, biodegradable material, komponen
organik / inorganik & material toksik]
Pertimbangan rasio BOD/COD rendah (<0.5)
 FISIKA DAN KIMIA
Pertimbangan rasio BOD/COD tinggi (>0.5)
 BIOLOGI
2. Kualitas efluen yang diinginkan
Surat Keputusan Gubernur Propinsi
Jawa Barat No. 6/1999

3. Biaya dan ketersediaan lahan


PROSES PENGOLAHAN
Berdasarkan TAHAPAN PROSES
dikenal :
1. Proses pengolahan primer
(pendahuluan / awal)
2. Proses pengolahan sekunder
(fisik, kimia, biologi)
3. Proses pengolahan tersier
(lanjut/advanced)
4. Proses pengolahan lumpur
PROSES PENGOLAHAN
Berdasarkan JENIS PROSES juga
dikenal :

1. Proses pengolahan fisik


Mengandalkan proses fisik
2. Proses pengolahan kimiawi
Mengandalkan reaksi kimia
3. Proses pengolahan biologis
Mengandalkan aktivitas
mikroorganisma
SKEMA PENGOLAHAN : FISIK – KIMIA – BIOLOGI
FLOTASI

FiILTRASI
SEDIMENTASI
KOAGULASI AKHIR
FLOKULASI
SEDIMENTASI

PENYARINGAN
AIR KASAR, PENGOLAHAN
PENGENDAPAN OKSIDASI TERSIER
LIMBAH
PASIR, REDUKSI
EQUALISASI, PENGOLAHAN FILTRASI
SEDIMENTASI, LUMPUR ACTIVE CARBON
NETRALISASI ION EXCHANGE
Dewatering ELECTRODIALYSIS
Thickening REV-OSMOSIS
PENGOLAHAN
Digesting IRADIASI ION
AEROBIK
Filterpress, etc ULTRAVIOLET
DISINFEKSI

PENGOLAHAN INSINERASI
ANAEROBIK COMPOSTING
PROSES ‘RECYCLED’
PRODUKSI WATER

PRIMER/ SEKUNDER/ SLUDGE TERSIER/


14
AWAL FIS-KIM-BIO TREATMENT ADVANCE
PENGOLAHAN AWAL / PRIMER
TUJUAN :
Menyiapkan air limbah agar proses
selanjutnya menjadi lebih ringan /
efisien
KARENA :
Debit dan karakteristik air limbah
dapat berubah sehingga tidak sesuai
dengan kriteria perencanaan dan
berpotensi mengganggu proses
selanjutnya
PENGOLAHAN PRIMER/PRIMARY
TREATMENT
1. Penyaringan kasar (Screening)
2. Penyisihan pasir (Grit chamber)
3. Tangki Aliran Rata-rata (Equalisasi)
4. Netralisasi
SCREENING
– Tujuan untuk menghilangkan :
• materi-materi kasar (coarse material) :
plastik, daun-daunan, kertas, kayu dan
lain-lain,
• materi-materi halus (fine material) : benang
fiber, serta zat padat tersuspensi.
– Materi-materi tersebut umumnya dipisahkan
dengan melewatkan air limbah melalui bar
screen
PENYARINGAN KASAR (SCREENING)
Tujuan : untuk menyisihkan material kasar
Ukuran Kisaran Tipe dan
material ukuran material
kasar bukaan Screen

Gambar: Bar Screen


GAMBAR TIPE-TIPE SCREEN

Inclined Fixed Screen


Rotary Drum Screen

Rotary Disc Screen Centrifugal Screen


GRIT REMOVAL
• untuk menghilangkan pasir / padatan

• Pasir diendapkan dan dibuang dengan cara


mengalirkan air limbah dengan kecepatan
sekitar 0,4 m/det di dalam suatu grit
chamber

• Removal BOD ~ 60 %
GRIT CHAMBER
TANGKI ALIRAN RATA-RATA
(EQUALIZATION TANK)

• Proses ekualisasi, dalam sebuah tangki pencampur


(a mixing basin): untuk mengatasi variasi jam-jam-
an yang terjadi, baik pada konsentrasi maupun
debit (flows)
• Pada proses ini juga harus ada sebuah kolam
pembuangan (a spill pond), untuk menampung
slugs dari limbah yang terkonsentrasi yang dapat
mengganggu proses selanjutnya
TANGKI ALIRAN RATA-RATA
(EQUALIZATION TANK)
Tujuan : untuk menyeimbangkan/merata-rata
aliran dan konsentrasi (mengatasi
fluktuasi).
opsional

Inlet Q max

Q ave
mixer
aerator
Q min

Outlet
NETRALISASI
• Proses netralisasi, jika
diperlukan, diletakkan
ASAM setelah proses ekualisasi.
• Bila diperlukan,
BASA
dilakukan penambahan
asam atau alkali (basa)
• Menetralkan pH, untuk
mempersiapkan limbah
sebelum dilakukan
proses pengolahan
biologi.
• Jika air limbah setelah melalui pengolahan
primer banyak mengandung unsur-unsur
ANORGANIK  diolah dengan proses
pengolahan fisik-kimia.
• Sebaliknya, jika air tersebut banyak
mengandung unsur ORGANIK  proses
pengolahan biologis.
PENGOLAHAN SEKUNDER

• PENGOLAHAN FISIK

• PENGOLAHAN KIMIA

• PENGOLAHAN BIOLOGI
PENGOLAHAN FISIK

• Mengandalkan proses fisika


(gravitasi)
• juga karakteristik impurities

– SEDIMENTASI
– FLOTASI
– FILTRASI
– SEPARASI
PENGOLAHAN FISIK
SEDIMENTASI
• Proses penyisihan dasar digunakan untuk
menyisihkan lumpur kasar dalam air limbah.
• Menyisihkan partikel dan koloid dari air
limbah.
• Partikel koloid terlalu kecil untuk
mengendap, sehingga perlu ditambahkan
bahan kimia (koagulan) untuk membentuk
partikel yang berukuran lebih besar (flok)
sehingga dapat mengendap lebih cepat.
PROSES SEDIMENTASI
• proses dimana benda-benda halus yang
sudah menggumpal dan siap mengendap,
• sebagai hasil dari proses koagulasi &
flokulasi,
• dilewatkan dalam sebuah tanki/bak
pengendap dengan waktu detensi
tertentu,
• sehingga dapat mengendap
TIPE TANGKI SEDIMENTASI

1. PERSEGI 2. LINGKARAN

Parameter- 1. EFISIENSI [%]


parameter 2. BEBAN PERMUKAAN [SO]
operasi 3. WAKTU TINGGAL [TD]
SEDIMENTASI
FLOTASI
Pengambilan material
• Untuk menyisihkan terapung di permukaan

materi yang terapung Inlet /Material terapung


(komponen /minyak & lemak <<

hidrokarbon), karena c

berat jenisnya < berat


jenis air.
• Jenis Flotasi a.l:
– Flotasi gravitasi
MODEL SEDERHANA
– Flotasi udara terlarut Flotasi Gravitasi
FLOTASI
FILTRASI
• Menyaring materi-materi halus yang tidak dapat
mengendap pada tanki sedimentasi
• Umumnya menggunakan pasir sebagai media
penyaring (single media) dengan diameter yang
tidak seragam (un-uniform)
• ataupun kombinasi dari pasir dan anthrasit (dual
media) atau lainnya.
FILTRASI
PENGOLAHAN KIMIA
• Bahan-bahan kimia ditambahkan
untuk mengubah kondisi
kesetimbangan dan menyebabkan
pengendapan dari bahan-bahan
yang tidak diinginkan (pencemar)
• Bahan-bahan pengoksidasi
digunakan pada kondisi dimana
komponen yang direduksi akan
disisihkan

–KOAGULASI
–FLOKULASI
PENGOLAHAN KIMIA
• Koagulasi menggunakan bahan kimia
sering digunakan sebagai unit, terkait
dengan proses sedimentasi atau filtrasi,
dimana kondisi partikel-partikel
berukuran kecil dan koloid akan
membentuk partikel-partikel berukuran
lebih besar (flock) yang dapat
mengendap
• Proses secara kimia merupakan proses
konversi sedangkan penyisihan aktual
dilakukan melalui pemisahan secara fisik
produk-produk padatan, cairan, atau gas
hasil reaksi kimia yang terjadi
KOAGULASI
• Penggumpalan partikel-partikel koloid menjadi
partikel-partikel kecil (fine flocs) dengan
penambahan bahan kimia.
• Partikel koloid adalah : Partikel stabil dan
berukuran sangat kecil yaitu antara 1 nm - 0,1
nm. Bahan kimia yang ditambahkan disebut
Koagulan.
• Koagulan memiliki muatan listrik yang
berlawanan dengan muatan listrik partikel
koloid.
JENIS KOAGULAN
NAMA FORMULA BENTUK REAKSI pH
DG AIR
Alumunium Al2(SO4)3.xH2O Bongkah, Asam 6,0 – 7,8
Sulfat bubuk
Sodium NaAlO2 Bubuk Basa 6,0 – 7,8
Aluminat Na2Al2O4
PAC (Poly Aln(OH)mCl3n-m Cair, bubuk Asam 6,0 – 7,8
Alumunium
Chlorida)
Ferri Sulfat Fe2(SO4)3.9H2O Kristal halus Asam 4-9

Ferri Chlorida FeCl3.6H2O Bongkah, Cair Asam 4-9

Ferro sulfat FeSO4.7H2O Kristal Halus Asam > 8,5


JAR TEST

Fungsi :
memperoleh dosis optimum koagulan dan flokulan di
dalam sampel air yang mampu menghasilkan sisa
kekeruhan paling rendah dan flok yang paling stabil
FLOKULASI
• Penggumpalan partikel-partikel kecil (mikroflok)
menjadi gumpalan (flok) yang cukup besar dan
mudah untuk mengendap
• Kadang-kadang diperlukan penambahan bahan
kimia untuk memperkuat flok yang terbentuk.
• Bahan kimia yang ditambahkan disebut flokulan
(coagulant aid).
• Flokulan dapat menetralisir daya tolak partikel
koloid, sehingga membantu penggumpalan.
ILUSTRASI PROSES KOAGULASI
DAN FLOKULASI
-
- -
- +
+
Al3+ Al3+
-
- -
-
+ +
Al3+ +
Al 3+
MAKROFLOK
MIKROFLOK

PARTIKEL TERPISAH PARTIKEL BERSATU BERAT DAN MENGENDAP


PROSES KOAGULASI -
FLOKULASI

Colloidal Coagulation Reaction Flocculation Reaction

CONTOH FLOK
UNIT KOAGULASI-FLOKULASI-SEDIMENTASI

UNIT TERPISAH UNIT GABUNGAN


PENGOLAHAN BIOLOGI

JENIS BIOREAKTOR MODEL


PERTUMBUHAN TERSUSPENSI

• Stabilization Ponds
• Aerated Lagoon
• Lumpur Aktif
– Konvensional
– Kontak stabilisasi
– Parit oksidasi/extended aeration
STABILIZATION PONDS
(KOLAM STABILISASI)

• Metoda yang biasa digunakan untuk mengolah


limbah dimana lahan tersedia dan polusi air tanah
oleh organik toksik dan logam berat tidak jadi
masalah.
• Terdiri atas:
– Kolam Anaerob
– Kolam Fakultatif
– Kolam Maturasi
STABILIZATION PONDS
(KOLAM STABILISASI)
FUNGSI DARI KOLAM STABILISASI
Jenis Kedalaman Waktu Fungsi Efisiensi
Kolam (m) retensi Penyisihan
(hari)
Anaerobik 2-5 3-5 • Mengendapkan BOD : 40 – 60%
padatan SS: 50 – 70%
• Penyisihan BOD
• Stabilisasi influen
Fakultatif 1-2 4-6 Penyisihan BOD BOD: 50 – 70%
SS > karena algae
Maturasi 1-2 12 - 18 • Penyisihan BOD: 30 – 60%
pathogen SS : 20 – 40 %
• Penyisihan Nitrogen 40 –
nutrient 60%
KOLAM FAKULTATIF
Kedalaman Rata-rata 1,5 m Sinar matahari
Waktu tinggal : 20 – 40 hari

Fotosintesa: CO2 + H2O→ O2 + sel algal

Organik terlarut
& tersuspensi Efluen terlarut
limbah
Zona Aerob
Degradasi aerob: organik + O2 → CO2 + sel

Endapan
Zona Fakultatif
Solid, algae,
bakteri

asidifikasi
Lumpur organik Sel + gas
methanasi

Zona Anaerob
AERATED LAGOON
AERATED LAGOON
(LAGUNA TERAERASI)

• Persamaannya dengan kolam stabilisasi adalah:


– Kedalamannya sekitar 2 – 5 m
– Area permukaan yang sangat luas
– Alirannya kontinyu
• Perbedaannya:
– Oksigen didapat secara mekanis, dengan surface aerator,
sedang pada kolam stabilisasi, oksigen didapat dari
proses fotosintesa, dengan adanya algae
TYPE DARI AERATED LAGOON
Naturally Aerated Lagoon
MH

aerasi

Sintesis Alga Oxidasi


aerob
O2 CO2+nutrien

Bakteri
Reduksi
anaerob
LUMPUR AKTIF

(Resirkulasi Lumpur)

Ratio resirkulasi 25 – 30 %
Tujuan resirkulasi lumpur : menambah biomassa aktif
OXIDATION DITCH SYSTEM / SISTEM PARIT
OKSIDASI
SBR (SEQUENCING BATCH
REACTOR)
• Sistem Lumpur Aktif secara batch
• Menggunakan bak tunggal yang
berfungsi sebagai reaktor dan
sedimentasi
• SBR (Sequencing Batch Reactor),
beroperasi berdasarkan tahapan
(siklus): Fill – React – Settle – Decant.
OPERASI DARI SBR
PERATURAN PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999


Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun
1997 Tentang Indeks Standar Pencemaran Udara
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun
1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
4. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 107 Tahun 1997 Tentang
Pedoman Teknis Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks
Standar Pencemaran Udara
BAKU MUTU EMISI
1. Standar batas-batas pencemaran udara secara kuantitatif
diatur dalam Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Mutu
Udara Emisi.
2. Baku Mutu Udara Ambien menunjukkan batas kadar yang
diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di
udara, tetapi tidak menimbulkan gangguan pada makhluk
hidup.
3. Baku Mutu Udara Emisi menunjukkan batas kadar yang
diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk
dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara sehingga
tidak mengakibatkan pencemaran yang melampaui batas
Baku Mutu Udara Ambien.
4. Dengan ketentuan tersebut, perusahaan yang
mengeluarkan emisi akan berusaha untuk menjaga agar
sesuai dengan ketentuan tersebut. Secara tidak langsung,
hal tersebut telah dapat mengendalikan laju pencemaran
udara.
TAHAPAN PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA DARI
INDUSTRI
• Tahap pertama, pada input dengan cara menggunakan bahan
bakar yang ramah lingkungan seperti bahan bakar gas, batubara
yang mengandung kadar sulfur rendah, atau baggase yang telah
dikeringkan (bila industri tersebut menggunakan bahan bakar bio
mass).
• Tahap kedua, menggunakan proses produksi yang ramah
lingkungan seperti proses gasifikasi, pirolisis atau exhaust gas
recirculation.
• Tahap ketiga, merupakan teknologi tahap akhir berupa
pemasangan peralatan penyaring polutan debu dan gas-gas seperti
bag house, EP (Elektrostatik Precipitator), Cyclon untuk polutan
debu dan De-NOx untuk mengurangi kadar NOx dan FGD (Flue Gas
Desulfurisasi) untuk mengurangi kadar SO2.
ALAT PENGENDALI PENCEMARAN
UDARA
BENTUK PARTIKEL
PERALATAN PPU UNTUK
PARTIKULAT
GRAVITY SETTLING CHAMBERS
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN CYCLONE
(MECHANICAL COLLECTOR)
PARTICULATE WET SCRUBBERS
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
WET SCRUBBERS
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
FABRIC FILTERS
PEMILIHAN ALAT
PENGENDALI PARTIKULAT
PENGENDALI PENCEMAR UDARA
BERBENTUK GAS
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
ALAT PENGENDALI PENCEMARAN
UDARA GAS
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Anda mungkin juga menyukai