Keefektifan Herbisida Diuron Dan Ametrin Untuk Mengendalikan Gulma Pada Pertanaman Tebu
Keefektifan Herbisida Diuron Dan Ametrin Untuk Mengendalikan Gulma Pada Pertanaman Tebu
INTISARI
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma
pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma akan bersaing dalam hal mendapatkan air,
unsur hara, sinar matahari dan ruang gerak dengan tanaman tebu. Kadang-kadang, ada beberapa
jenis gulma yang mengeluarkan zat racun yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
pertunasan tebu. Kerugian pada tebu akibat dari persaingan tersebut terutama terlihat pada bobot
tebunya, besarnya kerugian akibat gulma ini sangat bervariasi tergantung dari jenis spesies
gulma dan kerapatannya.
BAB I PENDAHULUAN
Untuk menjaga agar pertumbuhan tanaman tebu tidak terganggu dan mencegah kerugian akibat
adanya gulma pada pertanaman tebu, maka perlu dilakukan pengendalian. Pengendalian gulma dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan cara kimiawi. Pengendalian gulma secara
kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia yang dapat menekan
pertumbuhan gulma. Bahan kimia ini disebut herbisida. Aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh
stadia pertumbuhan tanaman utama dan gulma. Untuk itu, ada beberapa macam herbisida bila dilihat dari
waktu aplikasinya, yaitu herbisida pra tumbuh dan herbisida pasca tumbuh. Herbisida pra tumbuh
diaplikasikan setelah benih tanaman ditanam tetapi belum berkecambah dan gulma pun belum tumbuh.
Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida mempunyai beberapa keuntungan diantaranya :
membutuhkan waktu yang lebih singkat, menghemat kebutuhan tenaga kerja, terhindar dari kerusakan
akar dan struktur tanah, mencegah terjadinya erosi dan total biaya yang lebih rendah dari perlakuan
manual.
Herbisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma pada pertanaman tebu adalah diuron dan
ametrin. Diuron memiliki kemampuan untuk menahan pencucian karena daya larutnya yang rendah dalam
air, sehingga persistensi diuron dalam tanah cukup lama yaitu sekitar 2-3 bulan. Kedua herbisida ini
bersifat sistemik dan selektif. Herbisida selektif adalah herbisida yang bila diaplikasikan dalam suatu
komunitas campuran maka dapat mematikan sekelompok tumbuhan tertentu (gulma) dan relatif tidak
mengganggu tumbuhan lain (tanaman budidaya). Herbisida ini diabsorbsi dan ditranslokasikan ke
seluruh bagian tanaman. Herbisida ini bekerja dengan cara menghambat proses fotosintesis.
1.2. Tujuan
Mengetahui keefektifan penggunaan herbisida diuron dan ametrin dalam mengendalikan gulma
pada pertanaman tebu lahan kering.
BAB II GULMA DI PERTANAMAN TEBU LAHAN KERING
Kehadiran gulma akan mempersulit pemeliharaan dan pemanenan serta menurunkan kualitas
penebangan tebu, baik yang dilakukan secara manual, maupun mekanik. Peng (1984) menyatakan
bahwa penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma pada pertanaman tebu bisa mencapai 6.6% hingga
11.7% pada berbagai jenis tanah yang beragam. Pengaruh buruk yang diberikan oleh gulma dapat dilihat
pada berkurangnya jumlah anakan tebu, batang tebu menjadi kecil, ruas pendek-pendek dan berwarna
pucat. Pada lahan kering gulma lebih beragam dan lebih berbahaya. Gulma-gulma dominan yang menjadi
pesaing kuat yang berakibat merugikan terdiri atas gulma daun lebar dan merambat, gulma daun sempit
dan teki-tekian.
Ametrin merupakan herbisida selektif untuk mengendalikan gulma pada tanaman tebu, nanas,
pisang, jagung dan kentang (Ashton dan Monaco, 1991). Herbisida ini dikembangkan di Swiss sejak
tahun 1952 sebagai herbisida yang menghambat fotosintesis (Tjitrosoedirdjo et al., 1984). Ametrin
termasuk herbisida golongan methiltio -s-triazine yang merupakan anggota kelompok herbisida triazine.
Herbisida ini diaplikasikan sebagai herbisida pra tumbuh maupun pasca tumbuh. Ametrin memiliki
kemampuan sebagai herbisida karena mempunyai gugus substitusi alkil dan amino pada posisi atom C ke
empat dan ke enam. Gugus pada atom C kedua sangat menentukan keselektifan herbisida ametrin. Gugus
metiltio (-SCH3) pada atom kedua menentukan keselektifan yang sedang (Gysin dalam Kuntohartono,
1976). Gambar rumus bangun ametrin dapat dilihat pada Gambar 2. Absorbsi terjadi lewat akar dan
translokasikan dengan cepat sekali melalui sistem apoplas, tetapi herbisida yang masuk lewat daun tidak
lagi ditranslokasikan. Di dalam tubuh tumbuhan herbisida ametrin ini mengalami degradasi yang kadang-
kadang sangat intensif sehingga tanaman resistan terhadap herbisida ini (Tjitrosoedirdjo et al., 1984).
Data berikut merupakan hasil penelitian yang dilakukan Agustanti (2006) terhadap bobot kering beberapa
jenis gulma:
Tabel 1. Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma total
Perlakuan
Dosis
12
Diuron 80%
2 kg/ ha
0,26b
1,96b
7,00bc
5,77b
Ametrin 80%
2 kg/ ha
0,27b
6,44b
9,27bc
9,80b
Manual
–
0,00b
1,45b
13,17b
11,77b
Aplikasi herbisida diuron 2 kg/ha lebih efektif menekan bobot kering gulma total hingga 12 MSA.
Diuron 2 kg/ha memberikan hasil yang lebih baik daripada ametrin 2 kg/ha. Secara umum diuron
memberikan hasil paling baik karena mampu mengurangi bobot kering hingga bernilai paling kecil (5,77
gram), diikuti ametrin (9,80 gram), manual (11,77), dan yang control memiliki pertumbuhan gulma paling
subur (57,47).
Tabel 2. Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma Digitaria adscendens
Perlakuan Dosis
Minggu Setelah Aplikasi (MSA) (gram/ 0,25 m²)
Rerata
2
8 12
Diuron 80% 2 kg/ ha1,02b 1,09b 1,60b 1,66b 1,3425
Ametrin 80% 2 kg/ ha1,02b 1,49b 2,39ab 1,80b 1,675
Manual – 1,00b 1,11b 1,40b 2,07b 1,395
Kontrol – 1,47a 2,43a 2,95a 3,48a 2,5825
*Keterangan : Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5 % uji Duncan
Sumber: Agustanti (2006).
Pada Tabel 2, disajikan pengaruh perlakuan gulma terhadap bobot kering gulma Digitaria adscendens.
Secara umum, diuron 2 kg/ ha sudah efektif menekan bobot kering gulma Digitaria adscendens
dibandingkan dengan ametrin 2 kg/ ha. Diuron 2 l/ ha tidak berbeda efektifitasnya dengan ametrin 2 l/ ha
dalam mengendalikan gulma Digitaria adscendens. Diuron 2 kg/ ha memberikan hasil yang lebih baik
dari ametrin 2 kg/ ha. Secara umum perlakuan manual masih mampu mengendalikan gulma Digitaria
adscendens jika dibandingkan dengan kontrol. Aplikasi diuron 2 kg/ ha dan 2 l/ ha cenderung efektif
mengendalikan gulma Digitaria adscendens dari 2 hingga 12 MSA. Aplikasi diuron 2 kg/ ha cenderung
efektif mengendalikan gulma Digitaria adscendens dari 2 hingga 12 MSA. Digitaria adscendens tergolong
rumput semusim. Gulma ini hidup berumpun dengan batang menjalar dan stolon yang mengeluarkan akar
dan tunas. Digitaria adscendens menghasilkan biji yang banyak sehingga sering dominan di areal tanaman
budidaya (Sastroutomo, 1990). Pengendalian gulma Digitaria adscendens dengan herbisida pra tumbuh
dapat mencegah gulma ini untuk tumbuh dan berkembang biak dan menghasilkan biji yang banyak
sehingga sering dominan pada jalur tanaman yang terbuka atau belum ternaung
Tabel 3. Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma Borreria alata
Perlakuan Dosis Minggu Setelah Aplikasi (MSA) (gram/ 0,25 m²) Rerata
2 4 8 12
Diuron 80% 2 kg/ ha1,01c 1,17b 1,40b 1,66b 1,31
Ametrin 80% 2 kg/ ha1,09b 1,86ab 1,81b 2,39b 1,7875
Manual – 1,00c 1,24b 2,32b 1,59b 1,615
Kontrol – 1,51a 2,28a 3,65a 3,65a 2,7725
*Keterangan : Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5 % uji Duncan
Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma Borreria alata dapat dilihat pada
Tabel 3. Aplikasi herbisida diuron 2 liter/ha dan 2 kg/ha efektif menekan bobot kering gulma Borreria
alata hingga 12 MSA. Secara umum, diuron 2 kg/ha memberikan hasil yang lebih baik dari diuron 2 l/ha.
Meskipun demikian, diuron 2 l/ha tidak berbeda jauh efektivitasnya dengan diuron 2 kg/ha. Pada 2 MSA,
diuron 2 l/ha dan 2 kg/ha memberikan hasil yang setara dengan diuron . Bobot kering gulma Borreria
alata terendah terjadi pada 2 MSA dengan dosis herbisida diuron 50 % sebesar 3 l/ha. Penambahan ke
taraf dosis yang lebih tinggi (2 l/ha dan 3 l/ha) cenderung memberikan nilai bobot kering yang lebih
rendah. Aplikasi herbisida diuron 80 % pada semua tingkat dosis cenderung efektif dalam mengendalikan
bobot kering gulma Borreria alata dari 2 hingga 12 MSA. Peningkatan dosis 2 kg/ha memberikan nilai
bobot kering terendah pada 2 dan 12 MSA, sedangkan peningkatan dosis 3 kg/ha memberikan nilai bobot
kering terendah pada 2 dan 4 MSA. Penambahan ke tingkat dosis yang lebih tinggi cenderung efektif
hingga 12 MSA. Jika dibandingkan dengan kontrol, perlakuan herbisida ametrin 50 % dan ametrin 80 %
efektif menekan bobot kering Borreria alata hingga 12 MSA. Perlakuan manual menunjukkan nilai bobot
kering gulma total yang lebih rendah dari perlakuan kontrol hingga 12 MSA. Secara umum diuron 80 %
cenderung lebih efektif dalam mengendalikan bobot kering gulma Borreria alata. Hal ini ditunjukkan oleh
bobot kering gulma Borreria alata total yang dihasilkan oleh semua perlakuan diuron 80 % cenderung
lebih rendah dari perlakuan herbisida diuron 50 % pada 2, 4 dan 8 MSA. Borreria alata termasuk gulma
semusim yang tumbuh merambat atau tegak, percabangan dari pangkal batang. Gulma ini berkembang
biak dengan biji (Sastroutomo, 1990).
Tabel 4. Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma Cleome rutidosperma
Perlakuan Dosis Minggu Setelah Aplikasi (MSA) (gram/ 0,25 m²) Rerata
2 4 8 12
Diuron 80% 2 kg/ ha1,01b 1,03c 1,13bc 1,12b 1,0725
Ametrin 80% 2 kg/ ha1,01b 1,11bc 1,05c 1,16b 1,0825
Manual – 1,00b 1,02c 1,55bc 1,29b 1,215
Kontrol – 2,04a 1,67a 2,71a 2,10a 2,13
*Keterangan : Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5 % uji Duncan
Tabel 5. Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma Cyperus kyllingia
Perlakuan Dosis Minggu Setelah Aplikasi (MSA) (gram/ 0,25 m²) Rerata
2 4 8 12
Diuron 80% 2 kg/ ha1,00b 1,16b 1,37b 1,00b 1,1325
Ametrin 80% 2 kg/ ha1,00b 1,00b 1,27b 1,00b 1,0675
Manual – 1,00b 1,11b 1,00b 1,00b 1,0275
Kontrol – 1,90a 1,91a 2,70a 1,60a 2,0275
*Keterangan : Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5 % uji Duncan
Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma Cyperus kyllingia dapat dilihat
pada Tabel 5. Diuron 50 % 1 l/ha memberikan penekanan yang lebih baik dari diuron 80 % kecuali pada
12 MSA diuron 50 % memberikan hasil bobot kering yang setara dengan diuron 80 % pada taraf dosis
yang sama. Diuron 80 % 2 l/ha dan 3 l/ha memberikan penekanan bobot kering yang lebih baik dari
diuron 50 % pada taraf dosis yang sama. Ametrin 50 % dosis 2 l/ha memberikan hasil yang lebih baik
dari diuron 50 % dengan dosis yang sama. Ametrin 80 % 2 l/ha memberikan hasil yang lebih baik dari
diuron 80 % pada dosis yang sama, kecuali pada 2 dan 12 MSA kedua herbisida tersebut memberikan
bobot kering yang setara. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan herbisida diuron 50 % sudah dapat
mengendalikan gulma Cyperus kyllingia dari 2 hingga 12 MSA. Penekanan terhadap bobot kering
terendah ditunjukkan oleh perlakuan herbisida diuron 50 % dengan dosis 2 l/ha pada 2 dan 8 MSA,
kecuali pada 4 MSA dosis terendah ditunjukkan oleh dosis 3 l/ha. Perlakuan manual memberikan
penekanan bobot kering terendah pada 2, 8 dan 12 MSA sebesar 1.00 gr/ 0.25 m2. Aplikasi herbisida
ametrin 50 % memberikan nilai bobot kering yang lebih rendah dari herbisida diuron 50 %. Aplikasi
diuron 80 % pada dosis 1 l/ha dan 2 l/ha sudah cukup mampu menekan pertumbuhan gulma Cyperus
kyllingia pada 2 dan 12 MSA. Namun secara umum penggunaan herbisida diuron 80 % sudah cukup
efektif dalam mengendalikan gulma Cyperus kyllingia. Perlakuan herbisida dan manual efektif menekan
bobot kering gulma Cyperus kyllingia dan memberikan pengaruh yang nyata jika dibandingkan dengan
kontrol. Pengendalian gulma dengan cara manual mampu menekan bobot kering gulma Cyperus
kyllingia. Cyperus kyllingia adalah tumbuhan teki tahunan, berbunga sepanjang tahun, tumbuh pada tanah
lembab dan berair terutama pada tanah alluvial yang terbuka atau sedikit ternaungi ; penyebarannya
meliputi 0-300 m, jarang sampai 1200 m di atas permukaan laut (Nasution, 1986).
cyperus cylinggia
Perlakuan dua formulasi herbisida diuron pada semua tingkat dosis efektif dalam mengendalikan
gulma hingga 12 MSA. Aplikasi herbisida diuron 50 % dan 80 % memberikan hasil yang berbeda nyata
dengan perlakuan kontrol dalam menekan bobot kering gulma total, gulma rumput, gulma daun lebar dan
gulma dominan. Daya berantas diuron terlihat lebih baik pada gulma golongan daun lebar dibandingkan
dengan gulma golongan rumput. Menurut Thomson (1967) diuron merupakan herbisida berspektrum luas,
namun diuron lebih baik mengendalikan gulma dari golongan daun lebar.
Namun konsentrasi bahan aktif yang lebih tinggi pada diuron 80 % meningkatkan kecepatan
absorbsi herbisida ini oleh gulma. Diuron 80 % lebih efektif menekan pertumbuhan gulma, hal ini
disebabkan oleh kandungan bahan aktif dalam herbisida diuron 80 % lebih tinggi dibandingkan dengan
herbisida diuron 50 %. Efektivitas diuron sebagai herbisida pra tumbuh sangat tergantung pada
ketersediaan air dalam tanah. Anonim (1979) menyatakan bahwa untuk mendapatkan efektivitas
maksimum dari herbisida pra tumbuh maka selama satu minggu setelah aplikasi kadar air tanah harus
berada pada kisaran 30 %.Efektivitas herbisida akan lebih baik pada tanah yang telah diolah, karena biji
gulma akan terangkat ke permukaan tanah dan dapat dikendalikan dengan lebih baik. Dari semua dosis
yang digunakan, kedua formulasi herbisida diuron dan ametrin yang diaplikasikan tidak menunjukkan
adanya gejala keracunan pada tanaman tebu dari awal hingga akhir pengamatan. Herbisida diuron secara
umum tidak beracun saat diaplikasikan pada tanaman tebu pada dosis yang direkomendasikan, meskipun
herbisida ini mengenai permukaan daun tanaman tebu, tetapi tidak akan menimbulkan gejala keracunan.
Keracunan pada tanaman tebu akibat aplikasi ametrin lebih be sar apabila daun tebu sudah terbentuk.
Hal ini disebabkan ametrin lebih banyak diserap melalui daun tebu daripada lewat akar. Respon gulma
terhadap efektivitas herbisida berbeda- beda dan kepekaan suatu jenis tumbuhan terhadap herbisida dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah bentuk permukaan daun tumbuhan, waktu aplikasi,
umur gulma dan jenis herbisida.
REFERENSI
Agustanti, V.M. F. (2006). Studi Keefektifan Diuron dan Ametrin Untuk Mengendalikan Pertanaman
Tebu (Saccharum officinarum L.) Lahan Kering. Jurnal Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ashton, F. M. dan F. J. Monaco. (1991). Weed Science: Principle and Practice John. Willey and Sons.
Inc, New York.
Kuntohartono, T. (1987). Pergeseran spesies gulma kebun tebu dan penanggulangannya. Makalah Temu
Lapang Gulma P.G. Cinta Manis: 9-16.
Peng, S. (1984). The Biology and Control of Weeds in Sugarcane. Elsevier, New York.