Anda di halaman 1dari 15

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran

ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan


mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada
gangguan orientasi realitas.
1) Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi
hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
A. Faktor presipitasi
Penyebab halusinasi dapat di lihat dari lima dimensi menurut
(Yosep, 2011).
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat di timbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, pengguanaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan waktu tidur dalam waktu
yang lama.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
di atasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi
dapat berupa printah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup
lagi menentang perintah tersebut sehingga dengan kondisi tersebut
klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
implus yang menekan, namum merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengembil seluruh perhatian
klien dan tidak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.

1
4) Dimensi sosial
Klien mengaggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu
sangatlah membahayakan, klien asik dengan halusinasinya. Seolah-
olah dia merupakan tempat akan memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia
nyata. Isi halusinasi di jadikan system kontrol oleh individu tersebut,
sehingga jika sistem halusinasi berupa ancaman, dirinya maumpun
orang lain. Oleh karna itu, aspek penting dalam melakukan intervensi
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalam interpersonal yang memuaskan, serta
menguasakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu
berinteraksi dengan lingkungan dan halusinasi tidak langsung.
5) Dimensi spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menysucikan diri. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk.

B. Manifestasi klinik/ tanda gejala


Menurut (Yosep, 2011) yaitu:
1) Halusinasi pendengaran
Data subyektif :
a. Mendengar sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
b. Mendengar suara atau bunyi
c. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
d. Mendengar seseorang yang sudah meninggal
e. Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau
yang membahayakan

2
Data Objektif
a Mengarahkan telinga pada sumber suara
b Bicara atau tertawa sendiri
c Marah marah tanpa sebab
d Menutup telinga mulut komat kamit
e Ada gerakan tangan
2) Halusinasi penglihatan
Data subyektif :
a Melihat orang yang sudah meninggal
b Melihat makhluk tertentu
c Melihat bayangan
d Melihat sesuatu yang menakutkan
e Melihat cahaya yang sanat terang
Data obyektif :
a Tatapan mata pada tempat tertentu
b Menunjuk kea rah tertentu
c Ketakutan pda objek yang dilihat
3) Halusinasi penghidung
Data subyektif :
a Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, fase, bau
masakan, dan parfum yan menyengat
b Klien mengatakan sering mencium bau sesuatu
Data obyektif :
a Ekspresi wajah seperti sedang mencium
b Adanya gerakan cuping hidung
c Mengarahkan hidung pada tempat tertentu
4) Halusinasi peraba
Data subyektif :
a Klien mengatakan seperti ada sesuatu di tubuhnya

3
b Merasakan ada sesuatu di tubuhnya
c Merasakan ada sesuatu di bawah kulit
d Merasakan sangat panas, atau dingin
e Merasakan tersengat aliran litrik
Data obyektif :
a. Mengusap dan menggaruk kulit
b. Meraba permukaan kulit
c. Menggerak gerakan badanya
d. Memegangi terus area tertentu
5) Halusinasi pengecap
Data subyektif :
a Merasakan seperti sedang makan sesuatu
b Merasakan ada yang dikunyah di mulutnya
Data obyektif :
a Seperti mengecap sesuatu
b Mulutnya seperti mengunyah
c Meludah atau muntah
6) Halusinasi Chenesthetic dan kinestetik
Data subyektif :
a. Klien mengatakan tubuh nya tidak ada fungsinya
b. Merasakan tidak ada denyut jantung
c. Perasaan tubuhnya melayang laying
Data obyektif :
a. Klien menatap dan melihati tubuhnya sendiri
b. Klien memegangi tubuhnya sendiri

C. Mekanisme koping

4
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. Tahapan Halusinasi :
1) Tahapan I (Non- Psikotik)
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada
klien, tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini
halusinasi merupakan hal yang menyenangkan bagi klien.
Karakteristik :
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan
kecemasan
c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control
kesadaran

Perilaku yang muncul :

a. Tersenyum atau tertawa sendiri


b. Menggerakkan bibir tanpa suara
c. Pergerakan mata yang cepat
d. Respon verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi
2) Tahapan II (Non- Psikotik)
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami
tingkat kecemasan yang berat. Secara umum, halusinasi yang ada
dapat menyebabkan antipasti.
Karakteristik :
a. Pengalaman sensori menakutkan atau merasakan dilecehkan oleh
pengalaman tersebut
b. Mulai merasa kehilangan kontrol
c. Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul :

5
a. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan
darah.
b. Perhatian terhadap lingkungan menurun
c. Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
d. Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan
realita
3) Tahapan III (Non- Psikotik)
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat
kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
b. Isi halusinasi menjadi atraktif
c. Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir
Perilaku yang muncul :
a. Klien menuruti perintah halusinasi
b. Sulit berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
d. Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
e. Klien tampak tremor dan berkeringat
4) Tahapan IV (Non- Psikotik)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien
terlihat panic Perilaku yang muncul :
a. Resiko tinggi menciderai
b. Agitasi atau kataton
c. Tidak mampu merespon rangsangan yang ada
Timbulnya perubahan persepsi sensori halusinasi biasanya
diawali dengan seseorang yang menarik diri dari lingkungan karena
orang tersebut menilai dirinya rendah. Bila klien mengalami halusinasi
dengar dan lihat atau salah satunya yang menyuruh pada kejelekan
maka akan berisiko terhadap perilaku

6
D. Sumber koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang.
Individu dapat mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan
sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal
untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya,
dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

E. Penatalaksanaan umum
Terapi farmakologi untuk pasien jiwa menurut Kusumawati &
Hartono (2010) adalah:
1) Anti psikotik
Jenis : Clorpromazin (CPZ), Haloperidol (HLP)
Mekanisme kerja : Menahan kerja reseptor dopamin dalam otak
sebagai penenang, penurunan aktifitas motoric, mengurangi
insomnia, sangat efektif untuk mengatasi: delusi, halusinasi, ilusi,
dan gangguan proses berfikir.
Efek samping :
a. Gejala ekstrapiramidal seperti berjalan menyeret kaki, postur
condong kedepan, banyak keluar air liur, wajah seperti
topeng, sakit kepala dan kejang.
b. Gastrointestinal seperti mulut kering, anoreksia, mual,
muntah, berat badan bertambah.
c. Sering berkemih, retensi urine, hipertensi, anemia, dan
dermatitis.
2) Anti Ansietas
Jenis : Atarax,Diazepam(chlordiazepoxide)

7
Mekanisme kerja : Meradakan ansietas atau ketegangan yang
berhubungan dengan situasi tertentu.
Efek samping :
a. Pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung,
tremor,letih,depresi, sakit kepala, ansietas, insomnia, bicara
tidak jelas.
b. Anoreksia, mual, muntah, diare, kontipasi, kemerahan, dan
gatal-gatal.
3) Anti Depresan
Jenis : Elavil,asendin,anafranil, norpamin, ainequan, tofranil,
ludiomil, pamelor, vivacetil, surmontil.
Mekanisme kerja : Mengurangi gejala depresi, penenang.
Efek samping :
a. Tremor,gerakantersentak-sentak, ataksia, kejang, pusing,
ansietas, lemas, dan insomnia.
b. Pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, kram
abdomen, diare, hepatitis, icterus
c. Retensi urine, perubahan libido, disfungsi erelsi.
4) Anti Manik
Jenis : Lithoid, klonopin, lamictal
Mekanisme kerja : Menghambat pelepasan scrotonin dan mengurangi
sensitivitas reseptor dopamine
Efek samping : sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan memori,
suara tidak jelas, otot lemas, hilang koordinasi.
5) Anti Parkinson
Jenis : Levodova, trihexpenidyl (THP)
Mekanisme kerja : Meningkatkan reseptor dopamine untuk mengatasi
gejala parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik,
menurunkan ansietas, irritabilitas.

8
F. Diagnosa keperawatan
1) Akibat : Risiko perilaku kekerasan
2) Masalah utama : Gangguan persepsi : Halusinasi pendengaran
3) Etiologi : Defisit perawatan Diri
G. Fokus intervensi
Menurut Yosep (2011), yaitu: Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
1) Tujuan umum
Klien dapat mengontrol halusinasi
2) Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
d. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
e. Klien dapat memanfaatkan obat secara teratu.
3) Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan komunikasi
terapeutik
b. Sapa klien dengan sopan
c. Perkenalkan diri dengan sopan
d. Tanyakan nama klien dengan lengkap
e. Jelaskan tujuan pertemuan
f. Tunjukan sikap empati
g. Observasi tingkah laku klien terkait halusinasi
h. Bantu klien mengenal halusinasinya
i. Identivikai bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika
halusinasi
j. Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian pada klien

9
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI

TGL DX PERENCANAAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
1 2 3 4 5

14
Gangguan sensori Pasien mampu: Setelah….,pertemuan pasien dapat menyebutkan: SP.1 (Tgl….............................)
persepsi: Halusinasi  Mengenali yang  Isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus,  Bantu pasien mengenal halusinasi:
dialaminya perasaan - Isi
 Mengontrol  Mampu memperagakan cara dalam - Waktu terjadinya
halusinasinya mengontrol halusinasi. - Frekuensi
 Mengikuti program - Situasi pencetus
pengobatan secara - Perasaan saat terjadi halusinasi
optimal  Latih mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
Tahapan tindakannya meliputi:
- Jelaskan cara menghardik halusinasi
- Peragakan cara menghardik
- Minta pasien memperagakan ulang
- Pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
- Masukan dalam jadwal kegiatan
pasien.

15
Setelah….pertemuan pasien mampu: SP.2 (Tgl…...................................)
 Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
 Memperagakan cara bercakap-cakap dengan  Latih berbicara/bercakap dengan orang lain
orang lain saat halusinansi muncul
 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
Setelah….pertemuan pasien mampu: SP.3 (Tgl…....................................)
 Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2)
dan  Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul
 Membuat jadwal kegiatan sehari-hari dan Tahapannya:
mampu memperagakannya - Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur
untuk mengatasi halusinasi
- Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan
oleh pasien
- Latih pasien melakukan aktivitas
- Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang telah dilatih.
- Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan,
berikan penguatan terhadap perilaku
pasien yang positif.
Setelah…..pertemuan pasien mampu: SP.4 (Tgl…....................................)
 Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2 dan 3)
 Tanyakan program pengobatan

16
 Menyebutkan manfaat dari program  Jelaskan pentingnya pentingnya penggunaan
pengobatan obat pada gangguan jiwa
 Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai
program
 Jelaskan akibat bila putus obat
 Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
 Jelaskan pengobatan (5B)
 Latih pasien minum obat
 Masukan dalam jadwal harian pasien
Keluarga mampu: Setelah…..pertemuan, keluarga mampu: SP.1 (Tgl….....................................)
Merawat pasien di rumah Menjelaskan tentang halusinasi  Identifikasi masalah keluarga dalam
dan menjadi sistem merawat pasien
pendukung yang efektif  Jelaskan tentang halusinasi :
untuk pasien - Pengertian halusinasi
- Jenis halusinasi yang dialami pasien
- Tanda dan gejala halusinasi
- Cara merawat pasien halusinasi (cara
berkomunikasi, pemberian obat &
pemberian aktivitas kepada pasien)
- Sumber-sumber pelayanan kesehatan
yang bisa dijangkau
- Bermain peran cara merawat

17
- Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal
keluarga untuk merawat pasien
Setelah……pertemuan keluarga mampu: SP.2 (Tgl…...........................................)
 Menyelesaikan kegiatan yang sudah  Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
dilakukan  Latih keluarga merawat pasien
 Memperagakan cara merawat pasien  RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
merawat pasien
Setelah…..pertemuan keluarga mampu: SP.3 (Tgl…...........................................)
 Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan  Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1 dan 2)
 Memperagakan cara merawat pasien serta  Latih keluarga merawat pasien
mampu membuat RTL  RTL keluarga/jadwal keluarga untuk
merawat pasien
Setelah……pertemuan keluarga mampu: SP.4 (Tgl….........................................)
 Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan  Evaluasi kemampuan keluarga
 Melaksanakan Follow Up rujukan  Evaluasi kemampuan pasien
 RTL Keluarga :
- Follow Up
- Rujukan

18
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University Press.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi


I. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta:EGC

19

Anda mungkin juga menyukai