Anda di halaman 1dari 16

Proposal Penelitian

Efektivitas Komunikasi Orang Tua Pada Anak Dalam Membentuk Perilaku


Positif Terhadap Motivasi Prestasi Belajar Anak
( Studi Kasus Orangtua Siswa SD Negeri Sangir Makassar)

Disusun Oleh :
Apriani Kasim 06520190037
B1 Ilmu Komunikasi

Fakultas Sastra
Prodi Ilmu Komunikasi
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa
shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Metode Penelitian
Komunikasi . Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan proposal ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan proposal.

Kami mohon maaf jika di dalam proposal ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia.

Makassar, Desember 2021

Penyusun
Daftar Isi……………………………………………………………………………....
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................
1 A. Latar Belakang ................................................................................................... ...
1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................. .....
C. Tujuan Penelitian................................................................................................ ......
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................. ......
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................................
A. Landasan Teori................................................................................................. ..........
B. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. ...........
C. Kerangka Berpikir.......................................................................................................
1. Efektivitas....................................................................................................................
2. Komunikasi Interpersonal............................................................................................
3. Orangtua.......................................................................................................................
4. Anak.............................................................................................................................
5. Motivasi Belajar...........................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................
A. Jenis Dan Lokasi Penelitian ....................................................................................
B. Pendekatan Penelitian .................................................................................................
C. Sumber Data.................................................................................................................
D. Metode Pengumpulan Data..........................................................................................
E. Instrumen Penelitian.....................................................................................................
F. Teknik Analisis Data.....................................................................................................
G. Pegujian Keabsahan Data.............................................................................................
Daftar Pusaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komunikasi untuk saat ini sangat dibutuhkan dan sangat mempengaruhi sebagai dasar
dari sebuah proses interaksi antar manusia satu dengan yang lainnya guna
memberikan makna dan pengaruh ketika manusia saling bertukar informasi, pikiran,
perasaan, dan kebutuhan lingkungan diluar diri sendiri. Berbagai macam bentuk
hubungan manusia yang mana di latar belakangi oleh berbagai alasan, kepentingan,
maksud dan tujuan dari setiap individu dari hal tersebut, masing-masing hubungan
tidak lain memerlukan suatu pola dan bentuk komunikasi yang dapat sama maupun
berbeda antara satu dengan yang lainnya. DeVito (2011) memaparkan bahwa sebuah
komunikasi itu mengacu pada suatu tindakan yang mana saling mempengaruhi oleh
manusia satu dengan yang lainnya, di dalam berlangsungnya komunikasi pada saat
proses mengirim dan menerima sebuah pesan pasti ada yang namanya gangguan (noise)
yang mana terjadi dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai berbagai pengaruh,
akan tetapi ada kesempatan untuk bagi seseorang untuk melakukan tindakan umpan
balik (feedback). Peran komunikasi bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan
utama yang mana digunakanuntuk proses bertukar sebuah pikiran dan menginformasikan
informasi guna memperluas sebuah pengetahuan. Manusia sendiri tidak akan lepas dari
suatu kegiatan berkomunikasi dan interaksi antara manusia satu dengan yang lainnya,
baik yang dilakukan secara tertutup (perseorangan), kelompok atau perkumpulan
organisasi karena setiap manusia sangat memerlukan kehidupan bermasyarakat (sosial)
yang sangat luas di kehidupannya. Sugiyo (2005: 3) menegaskan bahwa di dalam
komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal merupakan proses kehidupan
bersosial yang mana mampu mempengaruhi individu yang terlibat didalamnya. Ada
lima ciri-ciri dari komunikasi interpersonal yang mana didasari dari sebuah
keterbukaan (openness), empati (empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif
(positiveness), kesamaan (equality). Bagi kehidupan seseorang peran pendidikan di masa
kini menjadi proses kegiatan yang sangat penting karena melalui proses pendidikan di
lembaga sekolah yang mana dicapai melalui proses sebuah belajar mengajar, seseorang
mampu memperoleh sebuah wawasan dan pengalaman yang sangat endalam (inanna,
2018). Proses belajar itu sendiri selalu mempunyai hubungan erat dengan perubahan
watak dan sikap seseorang, baik dari cara berfikir seseorang dalam memecahkan
sebuah masalah atau tingkah laku yang terjadi pada aspek kepribadian seseorang dalam
perubahan hidupnya. Sebagai orang tua mereka juga ikut andil dalam meningkatkan
proses belajar mengajar, mereka juga harus berperan penting dalam perkembangkan
anak dan kehidupan seorang anak secara keseluruhan guna meliputi tingkah laku yang
diharapkan oleh orang tuanya. Nurul (2019:8) Menegaskan bahwa hakikat dan fungsi
orang tua dalam keluarga adalah sebagai pendidik yang paling awal dan paling utama
serta mempunyai peran dan fungsi besar bagi sebuah perkembangan anak dimasa yang
akan mendatang untuk mewujudkan kepribadian seorang anak. Subjek dari penelitian ini
adalah orang tua dan anak yang masih bersekolah dibangku SD di Kota Makassar
Khususya di jalan Sangir dengan alasan karena maraknya gadget yang semakin canggih
dan banyaknya berbagai game online membuat anak justru asik bermain sampai lupa
waktu belajar. Dengan demikian anak cenderung menghabiskan waktunya bersama
“Handphone” pribadinya dan justru menghabiskan kegiatannya dengan berkumpul
bersama teman-temannya untuk menikmati permainan dan mengabaikan momen
berkumpul dengan keluarga dan arahan dari orang tua. Adanya hal tersebut orang tua
merasa prihatin dan bahkan banyak komentar dari berbagai kalangan Bapak/ Ibu guru
bahwasanya anak anak itu sudah kecanduan dengan Handphone yang hasilnya
konsentrasi anak dalam belajar sangat rendah, bahkan minat belajarnya juga rendah
karena separuh fikirannya sudah terletak di Gadget / Handphone. Sebagai orang tua
terkadang tidak seratus persen memantau anakanaknya dalam kegiatan sehari-hari,
karena orang tua juga memiliki tanggung jawab dalam berkeluarga yakni mencukupi
kebutuhan sehari-harinya. Dengan melihat keadaan seperti ini banyak orang tua yang
mengeluh karena tingkah laku anak yang semakin hari berubah dan terkadang anak
suka mengabaikan nasihat atau perintah orang tua. Padahal disisi lain perhatian orang
tua itu sangat berperan penting bagi perkembangan anak terutama ketika anak
menginjak masa remaja, jurnal denga judul “Perkembangan Anak Usia Dini” (Khoironi,
2018). Ditambah maraknya persaingan digital semakin merambah dengan pesat dan
luas, justru itu sebuah tantangan terbesar bagi semua orang tua khususnya orang tua
di Desa Kacepit. Dengan adanya suatu perkembangan digital semakin pesat dan luas
ini juga berpengaruh terhadap proses belajar yang berhasil mengacu pada prestasi
belajar seorang anak. Jurnal yang berjudul perubahan media komunikasi dalam pola
komunikasi keluarga di era digital sudah membuktikan hasil riset di lapangan bahwa
perubahan teknologi informasi memiliki pengaruh terhadap nilai-nilai inti sebagaimana
modal cara mereka menjalani kehidupan, beradaptasi, dan berkomunikasi dalam
komunikasi keluarga di era digital (Ditha Prasanti, 2016). Berdasarkan hal yang sudah
dibahas diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam
mengenai “Efektivitas Komunikasi Orang Tua Pada Anak Dalam Membentuk Perilaku
Positif Terhadap Motivasi Prestasi Belajar Anak ( Studi Kasus Orangtua Siswa SD Negeri
Sangir Makassar)“

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana peran orangtua dalam perkembangan pendidikan prestasi anak?

Bagaimana efektivitas Komunikasi interpersonal orang tua pada anak dalam membentuk
perilaku positif?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari sebuah peneliti ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui efektivitas komunikasi interpersonal orang tua dan anak dalam
meningkatkan motivasi belajar.
2. Mengetahui hubungan komunikasi interpersonal orang tua dan anak dalam
meningkatkan motivasi belajar

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini untuk tambahan referensi dan sebagai acuan atau perbandingan dalam
mengembangkan dan memperdalam pengetahuan mengenai hal hal yang berhubungan
dengan Efektivitas Komunikasi Orang Tua Pada Anak Dalam Membentuk Perilaku Positif
Terhadap Motivasi Prestasi Belajar Anak dan peran penting dalam kecakapan kehidupan
berkomunikasi.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori Komunikasi dalam bahasa Inggris sangat dikenal dengan dua istilah yaitu
communication dan communications. Communication adalah suatu proses pengoperasian
lambang-lambang yang memiliki makna atau arti, sedangkan Communications adalah suatu
proses komunikasi yang mana menggunakan alat-alat mekanis, biasanya orang-orang
menyebutnya dengan istilah media massa. Berdasarkan pemaparan tersebut makna
komunikasi dikatakan sebagai proses pengoperasian lambang-lambang atau simbol yang
menyimpan berbagai arti dari orang satudengan orang lain yang mana didasari menggunakan
alat yaitu media massa. (Shoelhi Muhammad, 2009: 2). Penelitian ini, peneliti akan
menggunakan teori komunikasi interpersonal Joseph A. DeVito untuk mendukung penelitian.
Peneliti menggunakan teori ini karena didalam teori Joseph A. DeVito memiliki unsur atau
elemen penting yaitu : Sumber – Penerima (Source-Receiver), Pesan (message), Encoding-
Decoding, Media (Channel), Gangguan (Noise), Umpan Balik (feedback), Konteks (Context),
dan Etika (Ethics). Dengan begitu suatu proses komunikasi interpersonal orang tua dan anak
itu sangat memerlukan unsur atau elemen tersebut untuk mempermudahkan komunikasi
dengan baik dan sempurna sesuai apa yang diharapkan (Devito, 2007). Berikut adalah teori
yang penulis gunakan sebagai berikut:
a. Teori Komunikasi Interpersonal Devito
1. Efektivitas komunikasi interpersonal Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang
terjadi antara dua orang yang telah menjalin hubungandengan suatu cara “terhubung”.
Komunikasi ini juga terjadi di antara kelompok kecil, dibedakan dari publik atau komunikasi
massa; komunikasi sifat pribadi,dibedakan dari komunikasi yang bersifatumum; komunikasi
di antara orang-orang terhubung atau mereka yang terlibat dalam hubungan yang erat
(DeVito, 2007: 334). Komunikasi interpersonal akan mencakup seperti komunikasi antara
anak dengan ayahnya, majikan dengan karyawan, kakakberadik, guru dengan murid, orang
berpacaran, dua teman, dan sebagainya. Tipe-tipe interaksi ini yang terlintas dalam pikiran
ketika kita berpikir tentang percakapan. Dengan kemajuan teknologi, dan sekarang banyak
percakapan terjadi secara online (DeVito, 2007: 6), yaitu melalui Internet. Komunikasi online
sekarang adalah bagian utama dari pengalaman orang-orang di seluruh dunia. Komunikasi
menjadi penting secara personal, sosial, dan profesional ketika komunikasi ditandai dengan
hal-hal sebagai berikut:
1.1. Keterbukaan (oppenes) Keterbukaan adalah kemauan orang untuk mengungkapkan
informasi tentang dirinya yang mungkin secara normal disembunyikan, asalkan saja beberapa
pengungkapan tepat (DeVito, 2007: 112). Keterbukaan juga termasuk kemauan untuk
mendengarkan secara terbuka dan bereaksi secara jujur terhadap pesan orang lain.
1.2. Empati Empati adalah merasakan apa yang orang lain rasakan dari sudut pandang
seseorang tanpa kehilangan identitas kita (DeVito, 2007: 248). Empati memampukan kita
untuk mengerti seperti apa orang lain secara emosional (untuk bersimpati; berbeda, untuk
merasakan kepada seseorang, untuk merasa menyesal dan bahagia untuk seseorang).
1.3. Motivasi Sikap mendukung dalam komunikasi adalah perilaku yang lebih
mendeskripsikan dari pada mengevaluasi (DeVito, 2007: 266). Pesan deskriptif menyatakan
kondisi objek secara relatif apa yang kita lihat atau apa yang kita rasa, seperti melawan untuk
menilai pesan, yang mengekspresikan pendapat kita dan penilaian kita. Pesan deskriptif
mungkin membuat orang lain merasa didukung, di sisi lain menghakimi atau menilai pesan,
mungkin membela diri. Ini tentu saja tidak berarti semua komunikasi evaluatif bertemu
dengan tanggapan membela diri. Contohnya, seseorang akan menjadi aktor jika mau
meningkatkan teknik, sering menyambut evaluasi positif maupun negatif.
1.4. Sikap Positif Sikap positif dalam komunikasi interpersonal harus dilakukan dengan
penggunaan pesan positif dari pada negatif (DeVito, 2007: 224). Contohnya, gantikan pesan
negatif “Saya berharap anda tidak mengabaikan pendapat saya,” dengan mempertimbangkan
alternatif positif, “Saya merasa baik ketika anda menanyakan pendapat saya.” Gantikan
“Kamu terlihat mengerikan dengan rambut panjang,” dengan mempertimbangkan pesan
positif, “Kamu terlihat menawan dengan rambut pendek”.Seperti kita dapat mengharapkan,
pesan positif penting untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan hubungan dan
digunakan lebih sering oleh wanita, baik komunikasi tatap muka maupun CMC, daripada pria
(Gattis, Berns, Simpson, & Christensen, 2004)
1.5. Kesamaan 29 Istilah kesetaraan merujuk kepada tingkah laku atau pendekatan yang
mengajarkan setiap orang sebagai kontributor yang penting dan sangat penting kepada
interaksi dalam berbagai situasi, tentu saja akan ada ketidaksetaraan; orang akan lebih tinggi
dalam hirarki organisasional; lebih berpengalaman atau lebih efektif secara interpersonal
(DeVito, 2007: 291). Tetapi meskipun ini kenyataan, tingkah laku superioritas dihindari
komunikasi interpersonal yang secara umum lebih efektif ketika itu terjadi pada atmosfer
kesetaraan.

B. Tinjauan Pustaka
Dalam jurnalnya yang berjudul “Perubahan Media Komunikasi Dalam Pola Komunikasi
Keluarga di Era Digital” (Prasanti, 2016). Didalam penelitian ini penulis menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, Penelitian ini bertujuan guna untuk
mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dalam tulisan ini, pernyataan informan
menunjukkan bahwa terjadinya perubahan media komunikasi dalam keluarga digital tersebut
telah merubah sifat atau sikap manusia menjadi seseorang yang penyendiri (homo solidarius).
Di dalam penelitian ini belum membahas tentang peran penting sebuah keluarga dalam
mendidik anak guna mewujudkan masa depan. pada skripsinya yang berjudul “Komunikasi
orang tua kepada anak dalam mencegah terjadinya dampak negatif gadget” (Yosep Kaprino
Parto, 2017). Didalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan
metode studi kasus, Penelitian ini dimaksud untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
orang tua terhadap pemanfaatan gadget yang tepat pada anak. Dan mengetahui cara orang tua
memberikan pemahaman kepada anak tentang penggunaan gadget yang tepat dan bijaksana.
Didalam penilitian ini kurang menonjolkan sistem komunikasi interpersonal orang tua dan
anak. Di dalam penelitian ini belum memaparkan tentang efektivitas komunikasi
interpersonal orang tua dan anak dalam mendidik anak di era disruptif. Nurma, Wasidi, Ritha
Sinthia, (2017) pada jurnalnya yang berjudul “Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal
Orang Tua dan Anak Dengan Perilaku Kenakalan Remaja”. Didalam penelitian ini penulis
menggunakan metode korelasional. Penulis meneliti hal ini bertujuan untuk mendeskripsikan
bagaimana intensitas komunikasi interpersonal orang tua dan anak kelas X SMK Negeri 2
kota Bengkulu. Dan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk tindak kenakalan remaja.
Dalam penelitian ini belum memaparkan proses terjadinya kenakalan remaja yang mana
belum tentu disebabkan oleh orang tua saja melainkan kenakalan remaja juga bisa disebabkan
oleh proses pendewasaan seperti lingkaran pertemanan dan pengaruh media massa. Pratama
(2011) skripsi dengan judul “Pola Hubungan Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua
dengan Anak terhadap Motivasi Berprestasi pada Anak” studi kasus di SD 01 Pagi Cipulir
Kebayoran Lama Jakarta. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan
kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisa pola hubungan komunikasi
interpersonal antara orang tua dengan anak terhadap peningkatan motivasi berprestasi. Dalam
penelitian ini kurang menonjolkan efektivitas komunikasi orang tua dan anak dalam
mewujudkan prestasi belajar seorang anak. Desy (2018) skripsi dengan judul “Komunikasi
Interpersonal antara orang tua dengan anak remajanya dalam upaya menanggulangi
kenakalan remaja” studi kasus di Kelurahan Adi jaya Kecamatan Terbangi Besar Lampung
Tengah. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan
tujuan untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi interpersonal antara orang tua dengan
anak remajanya dalam upaya menanggulangi kenakalan remaja, dan mengetahui seberapa
kedalaman komunikasi interpersonal antara orang tua dengan anak remajanya. Di dalam
penelitian ini penulis kurang menonjolkan tentang efektivitas komunikasi orang tua dan anak.
Aseeyah (2018) skripsi yang berjudul “Peran Komunikasi Antara Anak dan Orang Tua
Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar” studi kasus Mahasiswa Thailand di UIN STS Jambi.
Penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan
tujuan untuk mengetahui apa bentuk komunikasi antara anak dan orang tua dalam
meningkatkan motivasi belajar, dan mengetahui keefektifan komunikasi antara anak dan
orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar. dalam penelitian ini penulis kurang
menonjolkan efek anak dalam malas belajar itu karena dipengaruhi oleh maraknya media
massa yang sangat pesat.

C. Kerangka Berpikir Tabel


Model penelitian diatas dapat diartikan bahwa komunikasi orang tua sebagai variabel (𝑥1),
komunikasi anak sebagai variabel(𝑥2), dan motivasi belajar sebagai variabel (Y). Maka
hubungan dari variabel-variabel tersebut dapat digambarkan secara sistematis sebagai
berikut: Komunikasi Orang Tua (X1) Komunikasi Anak (X2) Motivasi belajar( Y) 33 𝑌 =
𝑓(𝑥1, 𝑥2) Keterangan: 𝑌= Motivasi Belajar 𝑥1 = Komunikasi Orang Tua 𝑥2 = Komunikasi
Anak

1) Efektivitas
Efektivitas adalah keadaan atau kemampuan berhasilnya suatu pekerjaan yang dilakukan oleh
manusia guna memberikan sesuatu yang diharapkan untuk melihat efektivitas kerja pada
umumnya yang akan dipakai ada empat macam pertimbangan yaitu: pertimbangan ekonomi,
pertimbangan fisiologi, pertimbangan psikologi, dan pertimbangan sosial (Permata Wesha,
1992:148). Sedangkan, menurut Gibson (2013:46), Efektivitas adalah penilaian yang dibuat
sehubungan dengan pencapaian individu, kelompok, dan organisasi. Semakin dekat mereka
dengan pencapaian yang diharapkan, maka semakin efektiflah mereka dalam menjalankan
suatu pekerjaaan. Definisi efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga
tahun 2003, halaman 284 yang disusun oleh pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
Efektivitas adalah suatu akibat atau pengaruh dari usaha atau tindakan seseorang yang
mampu membawa hasil dan tujuan tertentu.

2) Komunikasi Interpersonal
Peranan komunikasi dimasa kini sangatlah penting bagi kehidupan manusia dalam
berinteraksi sosial dikehidupannya sehari-hari. Terutama komunikasi yang sangat sering
terjadi didalam masyarakat terkecil yaitu keluarga. Didalam komunikasi suatu timbal balik
(feedback) sangat 9 diharapkan dan sangatlah penting bagi berlangsungnya suatu komunikasi
dengan harapan mampu mencapai tujuan yang dimaksud dalam berkomunikasi dengan baik
dan sempurna.Dalam Istilah bahasa inggris komunikasi disebut dengan “communication”,
dari bahasa latin ýaitu “communicatus”, yang mempunyai makna berbagai atau milik
bersama.Komunikasi juga diartikan sebagai suatu proses sharing / saling tukar fikiran
diantara pihak- pihak yang melakukan kegiatan didalam komunikasi tersebut (A.Anditha
Sari:2017:1). Dalam bukunya “Ilmu Komunikasi” Deddy (2007:73) berpendapat bahwa
komunikasi interpesonal adalah kegiatan komunikasi antara orang-orang yang bertatap muka
(faceto face), yang memungkinkan setiap pesertanya mampu menangkap reaksi orang lain
secara langsung dan tepat sesuai sasaran, baik secara verbal atau non verbal. Komunikasi
interpersonal ini adalah bentuk proses komunikasi interpersonal yang melibatkan hanya dua
orang saja, seperti suami dengan istri, dua sejawat, orang tua terhadap anak-anaknya, guru
dengan murid dan sebagainya. Tubbs dan Moss (1996:16) mengungkapkan bahwa
komunikasi interpersonal adalah bentuk percakapan manusia satu dengan yang lainnya yang
mempunyai hubungan sangat erat. Dalam komunikasi interpersonal yang perlu diperhatikan
bukan intensitas dalam berkomunikasi namun bagaimana komunikasi itu terjalin dan berjalan
dengan baik. Suatu komunikasi bisa berjalan dengan baik dan benar maka harus diperlukan
beberapa faktor pendukung yaitu: citra diri (Self Image), citra pihak lain (The Image Of The
Others), lingkungan fisik, lingkungan sosial, kondisi, dan bahasa tubuh manusia. Beberapa
faktor yang menumbuhkan hubungan komunikasi interpersonal agar suatu komunikasi
interpersonal berjalan sesuai apa yang diharapkan dengan baik meliputi percaya (trush), sikap
suportif, dan sikap keterbukaan (Rakhmat, 2007:129-133). Sedangkan menurut Joseph
(1997:259) memaparkan bahwa komunikasi interpersonal yang efektif itu dimulai dengan
lima dasar kualitas umum yang perlu dipertimbangkan dengan baik dan benar, yang pertama
harus dimulai dari sikap keterbukaan, sikap empati, sikap mendukung, sikap positif, dan
kesetaraan. Jurnal Alfikaila (2009) dengan judul “Faktor-faktor pendukung kompetensi
komunikasi interpersonal: studi kasus pada mahasiswa tingkat pertama di universitas
paramadina” memaparkan bahwa dengan adanya hal seperti itu didalam suatu komunikasi,
maka harus didasari dengan faktor pendukung dan faktor penumbuhan hubungan didalam
komunikasi supaya komunikasi interpersonal berjalan dan saling menumbuhkan informasi
dengan baik dan bijak.
a. Ciri – ciri Komunikasi Interpersonal Yang menjadi dasar ciri- ciri komunikasi
interpersonal adalah adanya suatu proses interaksi dan transaksi sosial, yang berlangsung
secara langsung (face to face) dari sekelompok orang. Oleh karena itu, setiap orang yang
melakukan komunikasi antarpribadi akan membentuk suatu persepsi tertentu dari
komunikator dan komunikan. (Herri Zan Piester, 2017:106) Adapun ciri- ciri komunikasi
antarpribadi menurut Everett M.Rogest adalah Arus pesan cenderung dua arah, konteks
komunikasi dua arah, terjadi secara kebetulan, umpan balik sangat tinggi, kemampuan
mengatasi tingkat selektivitas, kecepatan jangkauan, efek yang terjadi biasanya timbulnya
perubahan sikap (Desry Indriani, 2018).
b. Jenis - jenis Komunikasi Interpersonal Proses terjadinya komunikasi interpersonal
dilakukan secara langsung baik dua orang atau lebih dari dua orang. Definisi tersebut
menggambarkan bahwasanya dalam suatu komunikasi interpersonal memiliki jenis yang
secara teoritis, komunikasi interpersonal dibagi menjadi dua jenis menurut sifatnya yaitu
komunikasi Diadik dan komunikasi Triadik (Desry Indriani, 2018).
c. Unsur – unsur Komunikasi Interpersonal Terdapat beberapa unsur penting dalam
menjalankan komunikasi interpersonal, unsur ini tidak dapat dipisahkan, apabila dipisahkan
maka komunikasi interpersonal tidak dapat terjadi. Adapun unsur-unsur komunikasi
interpersonal yaitu :sumber, pesan, media atau saluran, penerima, pengaruh, umpan balik, dan
lingkungan (Desry Indriani, 2018).
d. Tujuan dan Fungsi Komunikasi Interpersonal Pada dasarnya semua jenis komunikasi
mempunyai tujuan tidak terkecuali komunikasi interpersonal. Dengan begitu komunikasi
interpersonal menurut Widjaja dalam bukunya ilmu komunikasi pengantar studimemiliki
tujuan yaitu : mengenal diri sendiri dan orang lain, mengetahui dunia luar, menciptakan dan
memelihara hubungan menjadi bermakna, mengubah sikap dan perilaku, bermain dan
mencari hiburan, dan membantu orang lain (Desry Indriani, 2018). Sedangkan untuk fungsi
komunikasi itu sendiri pada umumnya mencakup segala jenis komunikasi termasuk
komunikasi interpersonal. Arrifudin Tike dalam bukunya “dasar-dasar komunikasi”
menjelaskan beberapa fungsi komunikasi interpersonal yaitu : informasi, sosialisasi, motivasi,
perdebatan dan diskusi, pendidikan, sikap kebudayaan, hiburan, dan integrasi.
e. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Suatu komunikasi dikatakan efektiv ketika suatu
pesan dapat diterima dengan baik dan dipahami oleh penerima, dengan begitu komunikasi
mampu berjalan dengan baik tanpa hambatan suatu apapun (Alo liliweri, 2015: 452). Di
dalam skripsi Desry Indriani yang berjudul komunikasi interpersonal antara orang tua
dengan anak Remajanya dalam upaya menanggulangi kenakalan remaja” pada tahun 2018
memaparkan bahwa komunikasi mampu berjalan dengan baik maka dibagi menjadi lima
level tahapan komunikasi yaitu :
i. Level Verbal Di dalam suatu komunikasi supaya menjadi efektif, seorang komunikan harus
menggunakan bahasa verbal yang baik yang mana menggunakan lisan maupun tulisan.
Dengan begitu seorang komunikan harus memilah kata yang baik dan mudah dipahami,
dimengerti untuk menggambarkan pikiran dan perasaan, tidak bertele-tele singkat jelas dan
padat (Desry Indriani, 2018).
ii. Level Komunikasi Secara Fisik Semua orang tidak dilahirkan dengan keadaan yang
sempurna, artinya semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Di luar
sana masih banyak yang kurang beruntung atau memiliki kekurangan fisik dengan begitu
tidak bisa berkomunikasi dengan baik seperti tuna netra, tuna daksa, dan lainnya. Para ahli
telah memprogramkan tanda-tanda bahasa nonverbal salah satunya ahli neuro-linguistic
mengatakan bahasa isyarat non verbal yang berasal dari isyarat atau biasa dikatakan dengan
bahasa tubuh manusia seperti kontak mata, gerak tubuh, sikap, postur, dan ekspresi wajah,
yang mampu digunakan untuk berkomunikasi (Desry Indriani, 2018).
iii. Level Komunikasi Audio Pada level komunikasi audio seorang komunikan diajak untuk
menerawang kembali sebuah kebiasaan seseorang dengan menggunakan suara untuk
berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, misalnya volume suara, nada, irama,
kecepatan, dan daya jangkau suara (Desry Indriani, 2018).
iv. Level Komunikasi Emosional Ketika kita berbicara kepada orang lain tidak sepenuhnya
orang menghargai dan menerima emosi kita ketika sedang berbicara dengan mereka. Yang
dianjurkan pada level ini ialah ketidakcerdasan kita untuk berkomunikasi secara emosional
sehingga membuat komunikasi menjadi tidak efektiv(Desry Indriani, 2018).
v. Level Komunikasi Energis Pada level ini mengingatkan untuk mengevaluasi dan
merefleksi diri agar dapat mengetahui apakah kita empunyai semacam energy yang
tersembunyi sehingga dapat digunakan 15 dngan baik dan dikenal dengan seorang
komunikator yang efektiv (Desry Indriani, 2018).
f. Hambatan Komunikasi interpersonal Kounikasi interpersonal atau biasa disebut dengan
komunikasi antarpribadi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia, baik secara
individu, maupun kelompok. Maka dari itu, dalam melakukan komunikasi tentu terdapat
kesenjangan dan permasalahan yang dapat menghambat suatu proses komunikasi.
Sebagaimana sudah dikemukakan oleh Anita Taylor dalam bukunya Jalaludin Rahmat yang
berjudul Psikolog Komunikasi, banyak hambatan dan rintangan komunikasi yang berakibat
kecil juga mempengaruhi efektivitas komunikasi (Desry Indriani, 2018). Ada empat jenis
hambatan Komunikasi efektif yaitu :
1. Hambatan Proses Hambatan proses yang dimaksud yaitu hambatan pengirim ini terjadi
jika pengirim tidak mengkomunikasikan pesannya karena tidak mempunyai pengetahuan
yang cukup. Hambatan penerima ini terjadi ketika seorang penerima tidak maksud apa yang
disampaikan oleh pengirim. Hambatan umpan balik ini biasa terjadi ketika pertemuan
berlangsung tidak ada suatu pertanyaan tentang apa yang sudah disampaikan (Jalaludin
Rahmat, 2005:119). 16
2. Hambatan Fisik Hambatan fisik yang dimaksud ini yaitu jarak geografis atau ruang antara
pengirim dan penerima pesan yang sangat jauh membuat orang tidak berkomunikasi dengan
baik. Persoalan jarak tidak hanya karena geografis terlalu jauh tetapi terlalu dekat juga dapat
menjdi hambatan keluasan berkomunikasi. Misal berdesakdesakan di lift, angkutan kota.
(Jalaludin Rahmat, 2005:119).
3. Hambatan Sematik Hambatan sematik yang dimaksud ini bersumber dari bahasa yang
digunakan seorang komunikan terhadap penerima pesan. Kata- kata yang dipilih mugkin
cocok akan tetapi belum tentu sesuai dengan ruang sosial, psikologis, atau waktu sehingga
penerima memberikan konotasi yang berbeda dari apa yang dimaksud oleh pengirim.
(Jalaludin Rahmat, 2005:120).
4. Hambatan Psikolog Dalam hambatan psikolog yang dimaksud ini dalah emosi. Ukuran
tinggi atau rendahnya emosi tergantung dari pengaruh faktor internal maupun eksternal
terhadap individu masingmasing. (Jalaludin Rahmat, 2005:121).

3) Orang tua
Didalam kamus besar Bahasa Indonesia dipaparkan bahwasanya, “Orang tua adalah ayah
atau ibu kandung dari seorang anak”. Sedangkan 17 menurut (A. H. Hasanuddin, 1984:155)
berpendapat bahwa, “Orang tua adalah ibu bapak yang dikenal mula pertama oleh putra-
putrinya”. Dan menurut H.M Arifin juga memaparkan tentang makna orang tua yaitu “Orang
tua itu adalah induk kepala keluarga”. Bahwasanya orang tua adalah penopang didalam suatu
kelompok keluarga. Dengan demikian orang tua juga menjadi sebuah tolak ukur atau sebuah
keberhasilan disuatu keluarga. “Komunikasi Orang Tua Kepada Anak Dalam Mencegah
Terjadinya Dampak Negatif Gadget” (Yosef Kaprino Parto, 2017) mengatakan bahwa
komunikasi orang tua dan anak itu tentunya sangat berpengaruh di suatu keluarga secara
keseluruhan dan kesejahteraan psikososial pada jiwa seorang anak. Karena komunikasi orang
tua dan anak itu sangat penting bagi kedua orang tua guna mempermudah dalam hal
mengontrol dan memantau keseharian anak dengan mudah. Orang tua juga berperan penting
dalam mengontrol pendidikan utama dan pertama bagi perkembangan seorang anak dalam
proses mencari sebuah jati diri, karena dari pengetahuan merekalah anak mula-mula
menerima arahan dan didikan dasar sebuah pendidikan atau pengetahuan sejak dini.
Pendidikan dan pengetahuan pada umumnya terjadi disuatu rumah tangga itu bukan karena
persoalan berpangkal tolak dari sebuah kesadaran dan sebuah pengertian yang lahir dari
pengetahuan yang mendidik melainkan ada kepala keluarga yaitu orang tua atau ibu dan ayah
yang sangat perperan dan amat berpengaruh terhadap pendidikan dan kemajuan pola berfikir
anak-anaknya.Pegetahuan orang tua terhadap anak-anaknya adalah wujud sebuah pendidikan
utama yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap seorang anak. Supaya dengan adanya
rasa kasih sayang yang sangat tulus itu, mampu memberikan rasa semangat dan percaya diri
seorang anak dalam melakukan segala aktivitasnya.

4) Anak
Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dipaparkan bahwa anak adalah seorang
laki-laki atau seorang perempuan yang belum meranjak dewasa dan belum mengalami masa
perubahan fisik, psikis dan pematangan fungsi seksual atau biasa disebut dengan pubertas.
Anak juga merupakan keturunan kedua, dimana kata “anak” merujuk pada lawan dari orang
tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. Didalam jurnal “Optimalisasi Perlindungan
Anak Melalui Penetapan Hukuman Kebiri”(Femmy Silaswaty Faried, 2017) memaparkan
bahwa anak adalah sebuah anugerah terbesar yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta
kepada makhluk hidup kepercayaanNya. Anak merupakan titipan dan amanah dari Sang
Maha Pencipta, oleh karena itu kita harus mensyukuri dan teramat sangat menjaga titipan
tersebut dengan baik dan benar, jangan sampai anak terjun secara bebas di pergaulan yang
bebas. Anak dalam konteks kebangsaan adalah sebuah 19 generasi penerus bangsa dan
pembangun negara, anak adalah penerus cita-cita bangsa maka dari itu anak harus senantiasa
mendapatkan hak asasinya dan mendapatkan hak perlindungan dalam setiap lingkungan, baik
dari lingkungan terkecil yaitu lingkungan keluarga, hingga menuju lingkungan terbesar yaitu
negara.

5) Motivasi Belajar
Motivasi adalah suatu perubahan energi di setiap tubuh manusia yang ditandai dengan
timbulnya afektif (perasaan) atau reaksi untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan (Mc.
Donald dan Syaiful, 2011:148). Teori ini menunjukkan bahwa motivasi belajar itu
disebabkan oleh suatu proses pencapaian tujuan yang dapat diukur dari cara kerja dan
keseharian seseorang dalam menanggapi suatu persoalan emosi dan reaksi sebagai akibat
terjadinya perubahan energi yang ada di dalam tubuh seseorang. Selain itu motivasi juga bisa
diartikan sebagai dorongan psikolog pada sikap seseorang sehingga dapat melakukan suatu
tindakan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu baik secara sadar maupun tidak sadar. Selain
itu, ada semangat tersendiri yang didapatkan dari motivasi, seperti yang telah dijelaskan oleh
salah satu ahli, (Jhon W. Sanstrock, 2010:510) berpendapat bahwa motivasi adalah sebuah
proses yang memberikan semangat, kegigihan, dan memberikan dorongan hidup manusia
dalam suatu kehidupan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
ini merupakan tipe penelitian yang menggambarkan mengenai suatu objek penelitian yang
dimiliki. Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya
melalui pengumpulan data. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan
fenomena yang diteliti maka tidak perlu mencari sampling lainnya.

1 2. Lokasi Penelitian SD Negeri Sangir Makassar. Jalan Sangir No.153 Makassar, Sulawesi
Selatan 90174

B. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ilmu komunikasi
mengenai komunikasi interpersonal.

C. Sumber Data

1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan atau yang diperoleh melalui cara penelitian
lapangan, terutama dengan menggunakan metode wawancara yang berkaitan dengan
permasalahan dalam peneletian ini. Dalam hal ini yang menjadi subjek dalam wawancara
adalah pejabat dari instansi yang terkait.
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah
ada

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data, yaitu:


1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejalagejala yang
diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai tujuan
penelitian direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol kedalam
(reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya).

2. Wawancara
Wawancara adalah dengan maksud tertentu. Wawancara yaitu teknis dalam upaya
menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah
tertentu sesuai dengan data. Wawancara mendalam digunakan untuk menambah data yang
diperlukan melalui tanya jawab mengenai judul yang terkait dalam permasalahan ini.

3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap dokumen-
dokumen yang berisi data yang menunjang analisis penelitian. Dimana peneliti akan
mengumpulkan informasi berupa arsip-arsip, buku-buku dan lainnya yang berkaitan dengan
pembahasan dalam penulisan ini. Peneliti melakukan dokumentasi atau penyimpanan data-
data yang diperlukan untuk penelitian. Bahan-bahan dokumentasi berupa artikel-artikel, hasil
wawancara, foto. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan
interpretasi data.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data disebut juga sebagai instrumen riset adalah alat yang dipilih
dan digunakan untuk peneliti dalam kegiatan pengumpulan data yang masih bersifat abstrak,
maka instrumen riset ini merupakan sarana yang bisa diwujudkan dalam bentuk benda. Riset
kualitatif, instrumen utama adalah periset mempunyai kebebasan untuk menggali data tanpa
aturan-aturan ketat seperti pembuatan kuesioner, periset bebas menilai keadaan, bebeas
menentukan data, mana yang dipakai dan tidak dipakai untuk keberhasilan suatu penelitian
tidak lepas dari instrumen yang digunakan.Tanpa instrumen yang baik, tujuan penelitian tidak
akan tercapai. Oleh karena itu peneliti dituntut dapat menemukan data yang akan diangkat
dari fenomena, peristiwa atau dokumen tertentu. Tujuan penelitian kualitatif kebanyakan
tidak bersifat hipotesis, melainkan dimaksudkan untuk pengertian lebih mendalam mengenai
berbagai variabel atau bersifat mendeskripsikan keadaan masa lampau atau fenomena yang
sedang terjadi saat ini.

F. Teknik Analisis Data

1. Reduksi Data Reduksi data merupakan bentuk analisis data yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data
dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.

2. Penyajian Data Penyusunan data adalah pengorganisasian data kedalam satu bentuk
tertentu sehingga terlihat secara lebih utuh. Dalam penyajian data, peneliti melakukan secara
induktif yakni menguraikan setiap permasalahan dalam pembahasan penelitian ini dengan
cara pemaparan secara umum kemudian menjelaskan dalam pembahasan yang lebih spesifik.

3. Penarikan Kesimpulan Langkah selanjutnya dalam menganalisis data kualitatif adalah


ditemukan kesimpulan dan verifikasi, setiap kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat
Sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Upaya penarikan kesimpulan yang dilakukan peneliti secara
terus menerus selama berada dilapanga. Setelah pengumpulan data, peneliti mulai mencari
arti penjelasan-penjelasan dari hasil data yang dikumpulkan. Kesimpulan-kesimpulan itu
kemudian diverifikasi selama penelitian berlangsung mempertimbangkan dan meninjau
kembali catatan lapangan sehingga terbentuk penegasan kesimpulan.

G. Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, teknik keabsahan data yang digunakan adalah teknik triangulasi yaitu
teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang diluar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding data itu. Teknik triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode dan sumber. Teknik triangulasi metode dilakukan dengan
membandingkan dan mengecek balik antara data hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi tersebut sejalan, tidak bertentangan dan menunjukkan kesamaan arti dan makna.
Sedangkan teknik triangulasi sumber adalah cara membandingkan dan memeriksa kembali
derajat kepercayaan dari suatu informasi yang telah diperoleh peneliti dari sumber lain yang
berbeda. Ditunjukkan dengan adanya kesamaan antara data hasil pengamatan dengan
wawancara, adanya kesamaan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2015 hal. 53.


Andry. Pola Komunikasi Pada Hubungan Jarak Jauh Anak dan Orang Tua Dalam Menjaga
Hubungan Keluarga (Studi Komunikasi Keluarga pada Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Fisip
Unhas yang Berasal dari Luar Daerah).Skripsi.Makasar:Universitas Hasanudin.
Cholid Narbuko, Ahmad, 2010. Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, hal.76 Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 1990,
hal 629.
Ditha Prasanti, (2016) pada jurnalnya yang berjudul “Perubahan Media Komunikasi Dalam
Pola Komunikasi Keluarga di Era Digital”. H.M. Arifin,Hubungan Timbal Balik Pendidikan
Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Bulan Bintang, Jakarta, 1987 h.74.
Harsanto Budi 2014. Inovasi pembelajaran Di Era Digital. Bandung:Unpad Press.
Ifan, Muhammad 2016. “Peran Orang di era digital”Surabaya 2016.
Ihromi, T.O. 2000. Bunga Rampai:Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 86
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi. 2007, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nurma Sari Siregar, Wasidi, Ritha Sinthia (2017) pada jurnalnya yang berjudul “Hubungan
Antara Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dengan Perilaku Kenakalan Remaja”.
Ahmadiansah, R. (2020).
Setya A., Gelgel N., & Pradipta A. (2020). Commodifications of Islmaic Values In The Ads
of “Hijab Fresh” Body Lotion. Jurnal INJECT, 5, 1.
https://inject.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/index Diakses pada tanggal 10 November
2020 Pukul 17.00 WIB.
Rakhmat, Jalaludin.2007. Psikologi Komunikasi.Bandung: Remaja Rosdakarya Soekanto,
Soerjono.2009. Sosiologi Keluarga. Jakarta: RinckaCipta. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif dan R & D,Bandung: Alfabeta Yosep Kaprino Parto (2017) pada skripsinya yang
berjudul “Komunikasi orang tua kepada anak dalam mencegah terjadinya dampak negatif
gadget”. Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam,Bumi Aksara, Jakarta, Cet. X, 2012 h. 35.
Fauzi Abubakar. 2015. Pada jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Interpersonal
Antara Dosen dan Mahasiswa Terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Akademik
Mahasiswa”.

Anda mungkin juga menyukai