Anda di halaman 1dari 14

Eksistensi

Madrasah
dalam Penguatan
Pendidikan
Karakter
Saturday, 11 December 2021.
Part 1: Kedudukan Madrasah dalam sistem
Pendidikan Nasional

Part 2: Fungsi Madrasah dalam Pendidikan Karakter

Part 3: Name of section of report

Part 4: Pergumulan akhlak Ilahiyah dan akhlah


falsafiyah

Part 5: Rekonstruksi Akhlak


Kilas Balik Madrasah Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata madrasah
adalah sekolah atau perguruan biasanya yang berdasarkan
agama Islam. Selain itu beberapa ahli juga memberikan
pengertian madrasah sebagai sebuah lembaga pendidikan yang
menyediakan pembelajaran dalam pengetahuan agama Islam
Alur Eksistensi Madrasah
di Indonesia Madrasah
Masa Orde
Baru

Madrasah
Masa
Madrasah reformasi
Masa Kolonial
Jepang
Madrasah
Masa Orde
Lama

Madrasah
Masa Kolonial
Belanda
Kedudukan Madrasah
Masa Kolonial Belanda
Kebijakan pemerintah Belanda terhadap
pendidikan islam pada saat itu pada dasarnya
bersifat menekan – diskriminatif. Hal ini
disebabkan kekhawatiran pemerintah Belanda
akan bangkitnya militansi kaum muslimin
terpelajar dari madrasah tersebut. Oleh sebab itu,
pendidikan islam harus dikontrol, diawasi, dan
dikendalikan.

Belanda atas saran Snouck Hurgronje mulai


memperkenalkan sistem pendidikan klasikal
untuk memperluas pengaruh pemerintah
kolonialnya dan menandingi pengaruh madrasah
yang luar biasa. Pendidikan Islam selalu waspada
terhadap politik etis Belanda.
Kedudukan Madrasah
Masa Kolonial Jepang
Kebijakan diskriminatif berlanjut pada masa penjajahan
Jepang, walau lebih longgar dan memberikan sedikit
kebebasan, kebijakan pemerintah Jepang lebih
berorientasi pada penguatan pengaruh dan kekuasaan di
Indonesia. Untuk mendapat simpati dan dukungan umat
islam, Jepang menawarkan bantuan dana bagi sekolah dan
madrasah, selain itu untuk mengontrol gerakan pendidikan
islam pemerintahan Jepang juga banyak mengangkat
kalangan priyayi untuk menduduki jabatan-jabatan di Kantor
Urusan Agama. Diantara tugas kantor ini adalah
mengorganisir pertemuan dan pembinaan guru-guru
agama.

Dengan alasan pertemuan dan pembinaan inilah


pendidikan islam, pesantren dan madrasah tetap dapat
dipantau dan dikontrol. Namun demikian pemberian sedikit
kelonggaran terhadap perkembangan pendidikan islam ini
menjadi babak baru bagi perkembangan dan perluasan
pendidikan islam pada masa awal kemerdekaan.
Kedudukan Madrasah
Masa Orde Lama
Pada masa Orde Lama pendidikan agama yang
diselenggarakan di madrasah berbentuk
pendidikan nonformal di bawah pembinaan
Departemen Agama. Departemen Agama, yang
baru berdiri pada tahun 1946, intensif
memperjuangkan pendidikan Islam untuk
madrasah. Saat itu juga pengetahuan umum mulai
masuk ke madrasah. Pada masa ini pula, untuk
meningkatkan kualitas penyelenggaraan
pendidikan, madrasah kemudian didukung oleh
pengadaan pendidikan khusus guru agama (PGA).
Pendidikan madrasah telah diakui sebagai bagian
dari Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
setelah lahirnya UU Nomor 12 Tahun 1954
menjadi rujukan legal pertama kedudukan
madrasah dalam Sidiknas.
Kedudukan Madrasah
Masa Orde Baru
Eksistensi madrasah sebagai Lembaga
pendidikan khusus yang memiliki derajat sama
dengan sekolah-sekolah yang bernaung di bawah
Departemen Pendidikan pada saat itu mulai diakui

pada tanggal 25 Maret 1975, yaitu dengan


lahirnya Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga
menteri. SKB tiga menteri ini mengatur dan
memperjelas fungsi madrasah yang disejajarkan
dengan sekolah umum, sekaligus menghindari
adanya tumpang tindih peraturan antara Kemenag
dan Kemendikbud saat itu. Kiprah madrasah dan
kedudukan legal madrasah dikuatkan kembali
dalam dalam UU Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989
pasal 11 ayat 1. Kemudian disamakannya MI
dengan SD, MTS dengan SMP, dan MA dengan
SMA/SMK.
Kedudukan Madrasah
Masa Reformasi
Selanjutnya, UU Sisdiknas No. 2 Tahun 1989
berubah menjadi UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem pendidikan nasional (UU
Sisdiknas). Pada UU Sisdiknas yang baru tersebut

kedudukan madrasah menjadi semakin kuat.


Madrasah secara tegas terintegrasi dalam
Sisdiknas yang sejajar dengan pendidikan umum
di bawah Kementerian Pendidikan Nasional.

Undang-Undang ini dinilai bagi penggerak


pendidikan islam sebagai titik awal kabangkitan
pendidikan islam. Karena secara eksplisit, UU ini
menyabutkan peran dan kedudukan pendidikan
islam serta menjiadikan posisi pendidikan agama
(termasuk pendidikan islam) sebagai bagian
integral dari sistem pendidikan nasional
Conclusion
PESANTREN UMUM
(NASIONALIS) (SEKULER)

MADRASAH
Eksistensi Madrasah untuk konteks
indonesia merupakan sintesis dr
sistem pendidikan pesantren dan
sekolah umum (produk belanda).
Harapannya dapat melahirkan
keilmuan integratif, umum dan agama.

"Kedudukan madrasah saat ini bukan menjadi


suplemen (pelengkap), melainkan menjadi bagian
dari substansi pada sistem pendidikan nasional."
Fungsi Madrasah dalam
Pendidikan Karakter
Hal itu selaras dengan visi dan misi dari kemenag:

Visi:
“Kementerian Agama yang profesional dan andal dalam membangun masyarakat yang
saleh, moderat, cerdas dan unggul untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat,
mandiri, dan berkepribadian berdasarkan gotong royong”.
"Gerakan
Penguatan Misi:
Pendidikan 1. meningkatkan kualitas kesalehan umat beragama;
Karakter 2. memperkuat moderasi beragama dan kerukunan umat beragama;
sebagai Fondasi 3. meningkatkan layanan keagamaan yang adil, mudah dan merata;
dan Ruh Utama 4. meningkatkan layanan pendidikan yang merata dan bermutu;
Pendidikan." 5. meningkatkan produktivitas dan daya saing pendidikan;
6. memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance).
Mengapa Pendidikan Karakter itu
Penting?
Keempat proses
psikososial (olah hati,
Olah Hati olah pikir, olah raga,
Olah Pikir
(Spiritual and dan olahrasa dan karsa)
(intellectual
emotional tersebut secara holistik
development)
development) dan koheren memiliki
saling keterkaitan dan
saling melengkapi,
"Gerakan
yang bermuara pada
Penguatan Olah Raga dan Olah Rasa dan pembentukan karakter
Pendidikan
Kinestetik (Physical Karsa (Affective yang menjadi
and kinestetic
Karakter and Creativity perwujudan dari nilai-
development)
sebagai Fondasi development) nilai luhur.
dan Ruh Utama
Pendidikan."
Tahap Pembiasaan
Fungsi Madrasah
dalam Penguatan sebagai awal perkembangan karakter anak.

Pendidikan Karakter
sebagai tempat Tahap pemahaman dan penalaran
pembentukan akhlak
mulai memahami dan menalar terhadap nilai, sikap,
dan kepribadian perilaku, dan karakter siswa.

Tujuan pendidikan madrasah tidak Tahap penerapan


semata-mata untuk memperkaya pikiran
murid dengan pengetahuan-pengetahuan, Menerapkanberbagai perilaku dan tindakan siswa dalam
tetapi untuk meninggikan moral, melatih kenyataan sehari-hari.
dan mempertinggi semangat, menghargai 3
nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan. Tentu Tahap Pemaknaan
membentuk akhlak butuh waktu yang
tidak sebentar. Terdapat empat tahapan suatu tahap refleksi dari para siswa melalui penilaian
pendidikan karakter yang perlu dilakukan, terhadap seluruh sikap dan perilaku yang telah mereka
yaitu: pahami dan lakukan dan bagaimana dampak dan
kemanfaatannya dalam kehidupan, baik bagi dirinya maupun
orang lain.
Sebagai sub system pendidikan
nasional, madrasah tidak hanya
dituntut untuk dapat
1 Madrasah sebagai Wadah Media
Sosialisasi Nilai-Nilai Keagamaan

menyelenggarakan pendidikan dasar


dan menengah yang berciri khas
keagamaan, tetapi lebih jauh Madrasah sebagai
madrasah dituntut pula memainkan
peran lebih sebagai basis dan
2 Pemeliharaan Tradisi
Keagamaan
benteng tangguh yang akan menjaga
dan memperkukuh etika dan moral
bangsa.

3
Madrasah Sebagai Benteng
dan Moralitar Bangsa

Anda mungkin juga menyukai