Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknologi Industri Pertanian Zita Letviany Sarungallo, Purwiyatno Hariyadi, Nuri Andarwulan, Eko Hari Purnomo

24 (3):209-217 (2014)

PENGARUH METODE EKSTRAKSI TERHADAP MUTU KIMIA DAN KOMPOSISI ASAM LEMAK
MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus)

THE EFFECT OF EXTRACTION METHOD ON THE CHEMICAL QUALITY AND FATTY ACID
COMPOSITION OF RED FRUIT (Pandanus Conoideus) OIL

Zita Letviany Sarungallo1,2), Purwiyatno Hariyadi1,3)*, Nuri Andarwulan1,3), Eko Hari Purnomo1,3)
1)
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Darmaga, PO Box 220. Bogor-16680
Email korespondensi: phariyadi@ipb.ac.id
2)
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua (UNIPA),
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari-98314, Papua Barat.
3)
Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, LPPM, IPB

ABSTRACT

Red fruit (Pandanus conoideus) oil has traditionally been used by native people of Papua. The most
common extraction methods involve cooking of red fruits at high temperature for very long time which may
causing deterioration of oil quality. The objective of this research was to study the effect of different extraction
methods on the chemical quality (moisture content, free fatty acids (FFA), iodine value, peroxide value, total
carotenoid, and total tocopherol),and fatty acid composition of red fruit oil. Extraction methods studied were (i)
wet (with water addition) and (ii) dry (additional water addition) extraction methods; Folch extraction method
was used as a method of reference. The results showed dry extraction method produced significantly (P <0.05)
better chemical quality of the resulted red fruit oil as compared to that of wet extraction method, especially with
respect to the lower level of FFA, higher level of total carotenoids and total tocopherols, but the same quality
with regards to its moisture content and peroxide value. The method of extraction of red fruit with a dry or wet
method did not affect the chemical properties of the oil indicated by the fatty acid composition and iodine values
were not significantly different (P <0.05) with the Folch method. The critical step forred fruit oil extraction was
associated with heat treatment during extraction, at which the presence of water, temperature, and time of
processing were identified as critical factors.
Keywords: red fruit (Pandanus conoideus), extraction, oil chemical quality, carotenoid and tocopherol

ABSTRAK
Minyak buah merah (Pandanus conoideus) secara tradisional telah dikenal dan digunakan oleh
masyarakat Papua. Teknik ekstraksi yang digunakan secara luas oleh masyarakat adalah ekstraksi basah dengan
proses pemasakan buah merah sehingga menyebabkan kerusakan minyak. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh metode ekstraksi terhadap kualitas kimia dan komposisi asam lemak dari minyak buah
merah yang dihasilkan. Metode ekstraksi yang dipelajari adalah (i) metode ekstraksi basah (dengan penambahan
air) dan (ii) metode ekstraksi kering (tanpa penambahan air); serta metode Folch digunakan sebagai metode
pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kimia minyak buah merah yang dihasilkan dengan
metode ekstraksi kering secara nyata (P<0,05) lebih baik dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan dengan
metode ekstraksi basah, terutama karena kadar asam lemak bebas (ALB) yang lebih rendah, serta kadar total
karotenoid dan tokoferol yang lebih tinggi, tapi memiliki kualitas yang sama berkaitan dengan kadar air dan nilai
peroksida. Tahapan dalam metode ekstraksi minyak buah merah baik dengan cara kering maupun basah dalam
kajian ini tidak mempengaruhi sifat kimia minyak yang dinyatakan oleh komposisi asam lemak dan bilangan iod
yang tidak berbeda nyata (P<0,05) dengan metode Folch. Faktor kritis untuk proses ekstraksi minyak buah merah
terletak pada tahap pemanasan, dimana parameter yang perlu dikendalikan adalah keberadaan air, suhu dan lama
proses.
Kata kunci: buah merah (Pandanus conoideus), ektraksi, sifat kimia minyak, karotenoid dan tokoferol

PENDAHULUAN yang meliputi α-karoten, β-karoten, β-kriptosantin,


α-tokoferol serta komponen fenol (Murtiningrum et
Buah merah (Pandanus conoideus) secara
al., 2005; Surono et al., 2008; Rohman et al., 2012;
tradisional digunakan sebagai sumber minyak oleh
Rohman et al., 2010). Minyak buah merah juga
masyarakat Papua. Menurut Murtiningrum et al.
terbukti berkhasiat bagi kesehatan secara in vivo,
(2012), kandungan lemak buah merah bervariasi,
yaitu menghambat tumor dan membunuh sel kanker
berkisar 11,2-30,7% (bk). Minyak buah merah
(Mun‘im et al., 2006; Moeljopawiro et al., 2007;
mempunyai kandungan asam lemak tidak jenuh,
Surono et al., 2008), antiinflamasi dan
terutama asam oleat, linoleat, linolenat dan
meningkatkan sel imun (Khiong et al., 2009),
palmitoleat, serta berbagai komponen minor aktif
menurunkan gula darah tikus (Rattus norvegicus)

J Tek Ind
*Penulis Pert.
untuk 24 (3): 209-217
korespondensi 209
Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Mutu Kimia …………………………………….

diabetik (Winarto et al., 2009) dan meningkatkan tahapan pengukusan yang diikuti dengan
fertilitas (Rifki, 2009). Oleh karena itu minyak buah pengempaan/jack pres) dapat menurunkan ALB dan
merah sangat berpotensi untuk dikembangkan meningkatkan rendemen minyak buah merah
sebagai bahan atau ingredient pangan fungsional. dibandingkan dengan ekstraksi basah.
Namun kandungan komponen aktif minyak buah Ekstraksi minyak buah merah dengan
merah tersebut sangat mudah mengalami perubahan metode basah lebih banyak digunakan oleh
selama proses ekstraksinya sehingga mempengaruhi masyarakat karena mudah dan hanya memerlukan
kualitasnya (Andarwulan et al., 2006). Disamping peralatan sederhana. Namun demikian, metode
itu karakteristik fisik, kimia dan fungsional minyak ekstraksi kering dikombinasikan dengan
sangat ditentukan oleh komposisi asam lemaknya pengempaan perlu dikembangkan, terutama untuk
(Scrimgeour, 2005). Dilaporkan pula bahwa metode aplikasi pada industri pengolahan minyak buah
ekstraksi minyak buah merah mempengaruhi merah. Oleh karena itu perlu dilakukan optimalisasi
komposisi asam lemaknya (Andarwulan et al., 2006; tahapan ekstraksi buah merah baik dengan cara
Pohan dan Wardayani, 2006). basah maupun cara kering agar menghasilkan
Secara umum, ekstraksi minyak dari bahan minyak yang berkualitas baik sehingga dapat
yang diduga mengandung minyak atau lemak, bisa diaplikasikan dengan mudah oleh masyarakat.
dilakukan dengan menggunakan tiga metode utama, Perbedaan utama dari ekstraksi minyak
yaitu (i) rendering atau pemanasan; yaitu dengan buah merah cara basah dan cara kering adalah
cara pemasakan dengan penambahan air (wet pemasakan buah dengan penambahan air (ekstraksi
rendering) dan pengukusan tanpa penambahan air basah) dan pengukusan buah tanpa air dengan
(dry rendering), (ii) pengempaan; baik dengan pengukus bertekanan (otoklaf) diikuti dengan
menggunakan kempa hidrolik (hydraulic press) pengempaan (ekstraksi kering). Fauzi dan Sarmidi
maupun kempa ulir (screw press), dan (iii) ekstraksi (2010) melaporkan bahwa sterilisasi selama 40
pelarut (solvent extraction) (Johnson, 2002). menit meningkatkan rendemen minyak sawit, namun
Secara tradisional, metode ekstraksi minyak meningkatkan pula jumlah kehilangan total β-
buah merah yang umum digunakan oleh masyarakat karoten, dimana kehilangan total β-karoten terendah
maupun produsen lokal di Papua adalah ekstraksi diperoleh pada proses sterilisasi selama 20 menit.
basah dengan proses pemasakan pipilan buah. Lubis et al. (2012) juga melaporkan (Tabel 1) bahwa
Pemasakan biasanya dilakukan dengan penambahan peningkatan lama pengukusan pada suhu 120 oC dari
air (rasio buah dan air 1:2-4) dalam waktu yang 30 menit menjadi 60 menit akan meningkatkan
cukup lama, berkisar antara 5-30 jam (Limbongan rendemen minyak buah merah dari 32,5% ke 35,0%
dan Malik, 2009), sehingga bisa menyebabkan Dalam kajian ini penentuan tahapan
terjadinya kerusakan minyak oleh panas, air ektraksi basah mengacu pada laporan Murtiningrum
berlebih, udara dan cahaya, yang berakibat pada et al. (2005) dan Andarwulan et al. (2006), yaitu
penurunan kualitas minyak buah merah yang pemasakan pipilan buah merah dengan perbandingan
dihasilkan. Metode ekstraksi yang beragam, dengan buah:air 1:2 selama 20 menit, dilanjutkan pemisahan
parameter proses yang juga beragam, telah pasta (campuran daging buah dan air) dari biji,
menyebabkan berbagai peneliti melaporkan kualitas pemanasan pasta selama ±1 jam sampai minyak
minyak buah merah yang berbeda-beda (Andarwulan terekstrak sempurna, dan pada tahap akhir dilakukan
et al., 1996; Murtiningrum et al., 2005; Pohan dan pemisahan minyak secara sentrifugasi. Pada tahapan
Wardayani, 2006; Lubis et al., 2012) sebagaimana ekstraksi kering dilakukan dengan mengacu Lubis et
disajikan pada Tabel 1. al. (2012), dimana buah merah dikukus dengan
Dari Tabel 1 terlihat bahwa ekstraksi basah otoklaf pada suhu 120oC selama 20 menit. Setelah
dengan waktu proses pemanasan sekitar 2 jam, pengukusan, buah merah dikempa menggunakan
menghasilkan minyak buah merah dengan asam kempa hidrolik dan hasil kempaan dipisahkan
lemak bebas (ALB) yang tinggi yaitu 20,5% melalui proses sentrifugasi.
(Murtiningrum et al., 2005). Pengurangan waktu Tujuan penelitian ini adalah untuk
pemanasan dalam pemasakan buah merah serta mempelajari pengaruh metode ektraksi basah dan
aplikasi pengukus bertekanan (otoklaf) dapat kering terhadap sifat kimia minyak buah merah yang
menurunkan ALB minyak buah merah yang dihasilkan, menggunakan minyak buah merah hasil
dihasilkan (Andarwulan et al., 2006; Pohan dan ekstraksi dengan pelarut sebagai pembanding. Selain
Wardayani, 2006). Selanjutnya, Pohan dan itu, terhadap minyak buah merah yang dihasilkan
Wardayani (2006) melaporkan bahwa ekstraksi juga dilakukan analisis komposisi asam lemak, total
minyak buah merah dengan cara kering (meliputi karotenoid, dan total tokoferol.

210 J Tek Ind Pert. 24 (3): 209-217


Zita Letviany Sarungallo, Purwiyatno Hariyadi, Nuri Andarwulan, Eko Hari Purnomo

Tabel 1. Kajian metode ekstraksi buah merah yang telah dilakukan


Metode Tahapan Hasil Peneliti
Ekstraksi Ekstraksi
Pemasakan buah merah Rendemen 15,9 % (bk) Murtiningrum
(dengan penambahan air, rasio Asam lemak bebas (ALB) 20,5% et al. (2005)
air:buah 1:2) selama 1 jam, Bilangan peroksida 4,4 mg O2/100g
pemisahan pasta buah merah Bilangan iod 63,1
dan pemasakan pasta 1 jam.
Pengukusan buah (dengan Rendemen 20% Andarwulan
penambahan air, rasio buah:air ALB 0,57% et al. (2006)
1:2) selama 30 menit, Bilangan peroksida 2,31 mg O2/100g
pemisahan pasta, pemasakan Bilangan iod 55,4
Basah pasta 45 menit, kemudian
(dengan disentrifugasi.
penambahan air) Pengukusan dalam otoklaf Rendemen 18% Andarwulan
100oC (dengan penambahan ALB 0,09% et al. (2006)
air, rasio buah:air 1:2) selama Bilangan peroksida 0,16 mg O2/100 g
15 menit, pemisahan biji dan Bilangan iod 67,8
pasta, pasta dikempa secara
hidrolik dan disentrifugasi.
Pemasakan buah merah Rendemen 4,6% Pohan dan
(dengan penambahan air, rasio ALB 6,96% Wardayani
buah:air = 1:4) selama 30 menit (2006)
dan pasta dikempa (jack pres)
Ekstraksi kering: pengukusan Rendemen 10,2% Pohan dan
buah (tanpa penambahan air) ALB 2,8% Wardayani
30 menit, dilumatkan (2006)
(menggunakan blender) dan
dikempa secara hidrolik
Kering (tanpa
Pengukusan buah (tanpa Rendemen 32,5 % Lubis et al.
penambahan air,
penambahan air) dengan (2012)
dikombinasi
otoklaf (120oC) 30 menit,
dengan
diikuti pengempaan dan
pengempaan
sentrifugasi.
hidrolik)
Pengukusan buah (tanpa Rendemen 35,0% Lubis et al.
penambahan air) dengan (2012)
otoklaf (120oC) 60 menit,
diikuti pengempaan dan
sentrifugasi.

BAHAN DAN METODE Peralatan yang digunakan meliputi alat


ekstraksi minyak buah merah yaitu timbangan,
Bahan dan Alat otoklaf, hydrolic press, rotary evaporator, sentrifus,
Bahan baku utama dalam penelitian ini kompor gas dan botol kaca (warna gelap/coklat).
adalah buah merah dengan nama lokal Monsor yang Peralatan untuk analisis minyak buah merah antara
diperoleh dari Kebun Percobaan Universitas Negeri lain timbangan analitik, oven, hot plate, water bath,
Papua (UNIPA)-Manokwari. Buah merah yang alat titrasi, spektrofotometer (Shimadzu UV-2450,
digunakan adalah buah segar yang dipanen pada Kyoto, Jepang), gas kromatografi (GC-2100 Series,
tingkat kematangan optimal yang ditandai dengan Shimadzu Co., dengan kolom DB-23 (30 m x 0,25
bulir buah telah berisi penuh (bernas), berwarna mm) dan ketebalan 0,25 μm, detektor Flame
merah tua, daun seludang terbuka dan 50% telah Ionization, monitor Hawlett Packard Panel dan
mengering. Buah merah diperam pada suhu kamar microliter syringe 10 μL), serta peralatan gelas
selama 2 hari sebelum diekstrak, untuk melunakkan lainnya.
daging buah dan memudahkan proses pemipilan.
Bahan kimia yang digunakan adalah berbagai bahan Ekstraksi Minyak Buah Merah
kimia dengan analytical grade untuk analisa kadar Ekstraksi basah. Pipilan buah merah
asam lemak bebas (ALB), bilangan iod, bilangan (±500g) ditambahkan air dengan perbandingan buah
peroksida, komposisi asam lemak, total karotenoid dan air 1:2, dan dimasak menggunakan kompor gas,
dan total tokoferol. sampai mendidih dan kemudian dipertahankan
selama 20 menit. Selanjutnya dilakukan pemisahan

J Tek Ind Pert. 24 (3): 209-217 211


Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Mutu Kimia …………………………………….

biji dan daging buah dengan cara pengadukan dan Pengukuran total tokoferol menggunakan
penyaringan. Campuran daging buah dan air (pasta) metode Wong et al. (1988). Sebanyak 0,01 g contoh
dimasak sampai mendidih selama ± 60 menit sampai dimasukkan dalam labu takar 10 ml dan
minyak terekstrak sempurna. Ekstrak dikumpulkan ditambahkan 5 mL toluen, 3,5 mL 2,2 bipiridin
dan dilakukan pemisahan fase minyak dan air (0,07% w/v dalam etanol 95%), 0,5 mL FeCl3.6.H2O
dengan sentrifugasi pada 3000 rpm selama 15 menit, (0,2% w/v dalam etanol 95%). Larutan ditepatkan
minyak yang dihasilkan dikemas dalam botol gelap. sampai 10 mL etanol 95%, lalu divorteks dan
Ekstraksi kering. Pipilan buah merah didiamkan selama 10 menit. Absorbansi larutan
(±300 g) dipanaskan menggunakan otoklaf sampai diukur pada spektrofotometer dengan panjang
mencapai suhu 120oC (tekanan 14,9 Psi), dan gelombang 520 nm. Blanko dibuat dengan cara yang
kemudian dipertahankan selama 20 menit. sama tanpa sampel. Konsentrasi total tokoferol
Pemanasan dihentikan dengan membuka katup dihitung berdasarkan kurva standar α-tokoferol
otoklaf dan mematikan sumber panasnya, dan dibuat dengan cara yang sama pada kisaran 100-
kemudian pipilan buah merah dikeluarkan dari 1500 ppm dalam toluen, dengan menggunakan
otoklaf. Pipilan buah merah yang telah dimasak rumus berikut:
kemudian dikempa dengan alat kempa hidrolik
(hydroulic press). Minyak kasar yang terekstrak mg A
Total tokoferol ( )=
kemudian dipisahkan dengan sentrifugasi pada 2000 kg MxW
rpm selama 10 menit. Minyak yang diperoleh
selanjutnya dikemas dalam botol gelap. Keterangan:
Ekstraksi pelarut (Folch et al., 1957). A = absorbansi sample
Sekitar 12 g daging buah merah dimaserasi yaitu M = gradient pada kurva standar
direndam dalam 80 mL pelarut campuran kloroform W = berat sampel (g)
dan methanol (2:1) selama 1 jam dan diaduk dengan
pengaduk magnet. Hasil maserasi kemudian Analisis Komposisi Asam Lemak
disaring menggunakan kertas saring dengan bantuan Analisa komposisi asam lemak minyak
pompa vakum. Kemudian, sebanyak 16 mL NaCl buah merah dilakukan dengan metoda esterifikasi
0,88% ditambahkan ke dalam larutan hasil trigliserida (Fatty Acid Methyl Esters) dan
penyaringan, dan selanjutnya dilakukan pemisahan selanjunya dianalisis menggunakan gas kromatografi
dengan labu pisah untuk mendapatkan fase minyak. (AOCS, 2003). Untuk mengkonfirmasi ketidak-
Sisa-sisa pelarut pada fase minyak diuapkan jenuhan asam-asam lemak minyak buah merah juga
menggunakan rotary evaporator pada suhu 40oC. dilakukan pengukuran bilangan iod berdasarkan
metode Wijs (AOAC, 2005).
Analisis Mutu Kimia
Parameter mutu kimia minyak buah merah Analisis Data
yang dianalisis adalah kadar air menggunakan Data hasil analisa minyak buah merah
metode oven (AOAC, 2005), ALB ditentukan ditabulasi dan dianalisis secara statistik dengan
berdasarkan metode titrasi (AOCS, 2003) dan Analisis Ragam, dan jika berbeda nyata dilanjutkan
bilangan peroksida menggunakan metode asam dengan Duncan's Multiple Range Test (DMRT)
asetat-khloroform (AOCS, 2003). menggunakan Program Statistical Analysis Software
Pengukuran total karotenoid menggunakan (SAS) 9.1.3.
metode Porim (2005) dan Knockaert et al. (2012)
dengan sedikit modifikasi. Sebanyak 0,01 g minyak HASIL DAN PEMBAHASAN
buah merah, ditambahkan 0,1% butylated
hydroxytoluene (BHT) dan heksan dalam labu ukur Sifat kimia minyak buah merah hasil
10 mL sampai tanda tera dan divortek. Selanjutnya ekstraksi dengan 3 metode yang dipelajari pada
absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada penelitian ini disajikan pada Tabel 2.
panjang gelombang 446 nm and 470 nm dengan
menggunakan heksan yang ditambahkan 0,1% BHT Kadar air
sebagai blanko. Total karotenoid dihitung Kadar air minyak buah merah hasil
menggunakan rumus berikut: ekstraksi dari ke-3 metode tidak berbeda nyata
(P<0,05) satu sama lain, berkisar antara 0,17-0,21%.
mg A x volume (mL x 104 ) Jika dibandingkan dengan kadar air maksimum pada
Konsentrasi karotenoid ( )=
kg E11%cm x berat sampel (g) CPO (maksimal 0,5%, SNI 2006), dan minyak
Keterangan: goreng (maksimal 0,3%, SNI 2002) maka kadar air
A = absorbansi pada λ maksimal minyak buah merah ini masih lebih rendah.
volume = total volume larutan sampel
1% = extinction coefficient yaitu 2560
E1cm
untuk β-karoten dalam heksan
(Hart dan Scott, 1995).

212 J Tek Ind Pert. 24 (3): 209-217


Zita Letviany Sarungallo, Purwiyatno Hariyadi, Nuri Andarwulan, Eko Hari Purnomo

Tabel 2. Mutu kimia minyak buah merah hasil ektraksi basah, ekstraksi kering dan ekstraksi pelarut (kloroform-
metanol).
Metode ekstraksi minyak buah merah
Sifat kimia minyak Ekstraksi pelarut
Ektraksi basah Ekstraksi kering
(kloroform-metanol)
Kadar air (%) 0,21±0,002a 0,18±0,002a 0,17±0,001a
a b
ALB (%) 8,50±0,62 7,24±0,41 7,99±0,24ab
a a
Peroksida (mg O2/100g) 0,38±0,001 0,37±0,01 0,37±0,01a
c b
Total Karotenoid (mg/kg) 12.695±1291 15.283±565 19.439±491a
c b
Total Tokoferol (mg/kg) 1.304±81 1.499±20 1.614±29a
*Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Rendahnya kadar air minyak buah merah metode ekstraksi kering, tidak dilakukan
ini diduga disebabkan karena adanya proses penambahan air sehingga reaksi hidrolisis dapat
sentrifugasi dalam proses ekstraksi ini cukup efektif diminimalisasi, dibandingkan dengan ekstraksi
memisahkan air, daging buah dan minyak. Adanya basah yang menggunakan air sebagai media
air dalam minyak dapat menyebabkan reaksi pemanasan, sehingga memungkinkan terjadinya
hidrolisis yang memicu kerusakan minyak, yang hidrolisis selama proses pengolahannya.
ditandai dengan meningkatkan kadar asam lemak Kadar ALB minyak buah merah yang
bebas (Ngando et al., 2006), sehingga kadar air dilaporkan ini (7,24-8,5%) juga lebih rendah
merupakan parameter penting dalam menentukan dibandingkan dengan kadar ALB minyak buah
kualitas minyak. merah hasil ekstraksi secara tradisional (ekstraksi
basah), yaitu 20,5% (Murtiningrum et al., 2005)
Asam Lemak Bebas (ALB) sampai 21,9% (Andarwulan et al., 2006). Perbedaan
Data pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa ini disebabkan karena tahapan ekstraksi kering yang
metode ekstraksi berpengaruh nyata (P<0,05) digunakan dalam kajian ini lebih efektif dan waktu
terhadap kadar ALB minyak buah merah. Kadar proses ekstraksinya jauh lebih singkat sehingga
ALB tersebut berkisar 7,24-8,5% dengan nilai reaksi hidrolisis menghasilkan ALB dapat direduksi.
terendah yang diekstrak dengan cara kering. Kadar Dilaporkan bahwa pemasakan yang dilakukan oleh
ALB mengindikasikan terjadinya reaksi hidrolisis Murtiningrum et al. (2005) adalah selama ±2 jam,
minyak. Hidrolisis lemak dapat dipicu oleh adanya dan Andarwulan et al. (2006) selama lebih dari 24
air dan aktivitas lipase pada buah (Ngando et al., jam. Lebih lanjut Andarwulan et al. (2006) juga
2006), yang dapat terjadi selama pasca panen melaporkan bahwa pengurangan waktu pemasakan
maupun selama proses ekstraksi minyak. akan mampu menurunkan ALB, walaupun rendemen
Kadar ALB minyak buah merah hasil minyak akan menurun. Dengan demikian ALB
ekstraksi cara kering secara nyata lebih rendah minyak buah merah sangat dipengaruhi oleh tahapan
dibandingkan dengan kadar ALB minyak hasil yang digunakan dalam metode ekstraksi, tahapan
ekstraksi basah, tetapi tidak berbeda nyata (P<0,05) ekstraksi serta aplikasi suhu, waktu dan
dengan kadar ALB minyak yang diekstrak dengan pengempaan.
pelarut. Prinsip metode ekstraksi basah minyak buah Jika dibandingkan dengan kadar ALB
merah adalah pemanasan atau pemasakan buah maksimal pada CPO (0,5%; SNI, 2006) maka kadar
dengan penambahan air (rasio buah dan air 1:2) pada ALB minyak buah merah yang dihasilkan dari
suhu 100oC selama 20 menit, selama pemasakan penelitian ini masih sangat tinggi. Mengacu pada
akan terjadi denaturasi protein (yang merupakan batas masksimum kadar ALB pada minyak goreng
pengemulsi minyak dan air), sehingga fase minyak (SNI, 2002), maka minyak buah merah ini masih
akan terpisah dari fase air. Pada proses ekstraksi memerlukan proses pemurnian, sehingga paling
kering, buah dipanaskan melalui proses pengukusan tidak akan mencapai kadar ALB maksimum 0,3%.
dengan otoklaf (tanpa air) pada suhu 120oC selama Pemurnian minyak kasar dapat dilakukan
20 menit, sehingga terjadi inaktivasi enzim (lipase), baik secara kimia maupun fisik tergantung tujuan
pelunakan jaringan, denaturasi protein yang merusak atau produk akhir, namun umumnya melalui 4
diding sel menyebabkan minyak keluar dari sel, tahapan yaitu degumming, netralisasi, bleaching, dan
peningkatan viskositas minyak. Dengan pengempaan deodorisasi (Lin dan Koseoglu, 2005; Basiron,
secara hidrolik minyak akan terekstrak dari jaringan 2005). Murtiningrum (2004) melaporkan bahwa
buah. pemurnian minyak buah merah (ekstraksi basah)
ALB pada dasarnya tidak terdapat dalam secara konvensional dengan tahapan degumming
minyak atau lemak pada jaringan hidup, namun (0,2% H2PO4), netralisasi (NaOH 16oBe),
dapat terbentuk oleh enzim (lipase) setelah pengkelatan (asam sitrat 0,005%), dan pemucatan
pemanenan buah melalui reaksi hidrolisis ikatan (arang aktif 4%) dapat menurunkan kadar ALB dari
ester pada lemak (lipolisis), dan dengan adanya 20,5% menjadi 0,28% dan bilangan peroksida dari
pemanasan dan air (Ngando et al., 2006). Dalam 4,4 mg O2/100 g menjadi 0,0 mg O2/100 g tetapi

J Tek Ind Pert. 24 (3): 209-217 213


Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Mutu Kimia …………………………………….

menurunkan kadar -karoten dari 123 ppm menjadi suhu dan keasaman karena memiliki struktur dengan
0,66 ppm. Oleh karena itu kajian selanjutnya akan sistem ikatan rangkap terkonyugasi sehingga
difokuskan pada optimasi tahapan pemurnian mengandung banyak elektron reaktif dan mudah
minyak dengan meminimalisasi kehilangan teroksidasi.
komponen aktifnya. Minyak buah merah yang diekstrak dengan
pelarut menghasilkan dengan kandungan karotenoid
Bilangan Peroksida (BP) tertinggi yaitu sebesar 19.439±491 mg/kg, yang
Minyak buah merah hasil ke-3 metode mengalami penurunan pada ekstraksi kering menjadi
ekstraksi yang dipelajari pada penelitian ini 15.283±565 mg/kg dan pada ekstraksi basah menjadi
mempunyai bilangan peroksida (BP) berkisar 0,37- 12.695±1291 mg/kg. Tingginya total karotenoid
0,38 mg O2/100g, dan tidak berbeda nyata (P<0,05) pada minyak buah merah hasil ekstrak pelarut karena
satu sama lain (Tabel 2); nilai ini lebih rendah dari proses ekstraksinya dilakukan pada suhu kamar,
BP maksimum yang dipersyaratkan untuk minyak sehingga kerusakan karotenoid dapat diminimalisasi.
goreng (2 mg O2/100 g; SNI 2002). BP minyak buah Sementara itu, pada minyak hasil ekstraksi kering
merah dalam kajian ini juga lebih rendah mengalami penurunan kadar karotenoid sekitar 21%
dibandingkan dengan laporan Murtiningrum et al. dari karotenoid ekstrak pelarut, lebih rendah
(2005), yang mengekstraksi minyak secara basah dibandingkan dengan penurunan total karotenoid
(4,4 mg O2/100g), dan Sarungallo et al. (2009) yang pada minyak hasil ekstrasi basah sebesar 35%.
melaporkan minyak buah merah yang diekstrak Phenomena yang sama terjadi untuk tokoferol (Tabel
secara tradisional dari Distrik Merdey (17,6 mg 2), dimana ekstraksi kering dan ekstrasi basah
O2/100g). Perbedaan BP ini disebabkan terutama menyebabkan penurunan kadar total tokoferol,
karena perbedaan lama proses pemasakan. masing-masing, sebesar sekitar 7% dan 19% dari
Sebagaimana kadar ALB, rendahnya bilangan total tokoferol ekstrak pelarut sebesar 1614 mg/kg.
peroksida ini juga disebabkan karena waktu Pohan dan Wardayani (2006) juga melaporkan
ekstraksi yang lebih pendek, dimana Murtiningrum bahwa ekstraksi kering buah merah menghasilkan
et al. (2005) melakukan pemasakan selama lama ± 2 minyak dengan kadar total karotenoid (10450
jam. Sementara itu, ekstraksi secara tradisional dari mg/kg) dan tokoferol (13650 mg/kg) lebih tinggi
Merdey selain proses pemasakan buah merah selama daripada minyak hasil ekstraksi basah yaitu berturut-
30-40 menit, kemudian dilakukan proses pelumatan turut 8960 mg/kg dan 11440 mg/kg.
dan pengempaan, yang memerlukan waktu sampai Hasil ini menunjukkan bahwa ekstraksi
sekitar ±6 jam, kemudian dilanjutkan dengan kering (menggunakan otoklaf dilanjutkan dengan
pengendapan selama 24 jam (Sarungallo et al., pengempaan) dapat lebih meminimalisasi hilangnya
2009). Total waktu proses ektraksi yang mencapai komponen aktif buah merah, baik karotenoid
lebih dari 30 jam inilah yang menyebabkan minyak maupun tokoferol, dibandingkan dengan ekstraksi
buah yang dihasilkan mempunyai BP sangat tinggi. basah (perebusan). Adanya air berlebih pada proses
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan ekstraksi diduga akan memicu terjadinya reaksi
mempersingkat waktu ekstraksi, baik untuk cara hidrolisis dan oksidasi minyak sehingga
kering maupun ekstraksi basah, mampu menurunkan meningkatkan laju kerusakan komponen karotenoid
tingkat kerusakan oksidatif, yang dinyatakan dengan dan tokoferolnya. Dilaporkan pula bahwa proses
menurunnya bilangan peroksida. Hal yang sama pengolahan dengan menggunakan proses
telah dilaporkan oleh Andarwulan et al. (2006) pemanasan, homogenisasi dan tekanan tinggi, dapat
bahwa pengurangan waktu pemasakan buah dari 30 menyebabkan isomerisasi dan degradasi karotenoid
menit menjadi 15 menit dapat menurunkan BP beberapa produk pangan (Knockaert et al,. 2012;
minyak buah merah dari 2,31 mg O2/100 g menjadi Zeb, 2012).
0,16 mg O2/100 g.
Komposisi dan Ketidak-Jenuhan Asam Lemak
Kandungan Karotenoid dan Tokoferol Minyak Buah Merah
Minyak buah merah dikenal mempunyai Komposisi asam lemak minyak buah merah
kandungan karotenoid dan tokoferol yang sangat hasil ekstraksi dari ke-3 metode diperlihatkan pada
tinggi (Surono et al., 2008; Roreng dan Nishigaki, Tabel 3. Umumnya komposisi asam lemak minyak
2013). Tabel 2 memperlihatkan total karotenoid dan hasil ekstraksi secara basah maupun kering tidak
tokoferol minyak buah merah yang dihasilkan pada berbeda nyata (P<0,05) dengan ekstrak pelarut,
penelitian ini. Terlihat bahwa ke-3 metode ekstraksi kecuali beberapa asam lemak minor, yaitu asam
yang dipelajari, menghasilkan minyak buah merah lemak jenuh (C10 dan C18) dan asam lemak tidak
dengan kandungan total karotenoid dan tokoferol jenuh (C18:3) dan komponen yang tidak diketahui.
yang berbeda nyata (P<0,05) satu sama lain.
Menurut Wilska-Jeszka (2002), karotenoid dan
tokoferol sangat sensitif terhadap oksigen, cahaya,

214 J Tek Ind Pert. 24 (3): 209-217


Zita Letviany Sarungallo, Purwiyatno Hariyadi, Nuri Andarwulan, Eko Hari Purnomo

Tabel 3. Komposisi asam lemak dan bilangan iod minyak buah merah hasil dari ektraksi basah, ekstraksi kering
dan ekstraksi pelarut (kloroform-metanol).
Kadar asam lemak (g/100g minyak) minyak buah merah hasil tiga
metode ekstraksi
Komposisi asam lemak
Ekstraksi pelarut
Ektraksi basah Ekstraksi kering
(kloroform:metanol)
C8 0,02±0,001a 0,03±0,003a 0,03±0,001a
b b
C10 0,0025±0,0009 0,0024±0,0001 0,005±0,0001a
a a
C12 0,08±0,001 0,10±0,011 0,18±0,004a
a a
C14 0,08±0,006 0,08±0,003 0,12±0,005a
Asam lemak jenuh C16 17,07±1,488 a
16,82±1,28 a
17,12±0,77a
C18 0,75±0,095b 0,84±0,038b 1,18±0,12a
C20 0,15±0,015a 0,12±0,005a 0,14±0,015a
Total 18,13±1,40a 18,00±1,32a 18,78±0,87a
C16:1 0,83±0,047a 0,80±0,004a 0,88±0,13a
C18:1 59,35±0,766a 60,55±0,64a 60,04±3,86a
MUFA*
Asam C20:1 0,22±0,015a 0,28±0,002a 0,21±0,030a
lemak Total 60,40±0,83a 61,63±0,64a 61,13±4,22a
tidak C18:2 4,27±0,051a 5,27±0,79a 5,96±0,86a
jenuh PUFA** C18:3 0,87±0,001b 1,14±0,01a 1,11±0,09a
Total 5,14±0,050a 6,40±0,80a 7,08±1,03a
Total 65,54±0,78a 68,04±1,44a 68,30±3,19a
Unknown 1,59±0,081a 0,22±0,019b 0,34±0,045b
Total asam lemak 85,26±0,54a 86,26±2,78a 87,42±2,36a
a
Bilangan Iod 80,37±1,33 80,95±0,99a 80,09±0,15a
Ket: *MUFA : monounsaturated fatty acid
**PUFA : polyunsaturated fatty acid
***Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Secara umum, Tabel 3 menunjukkan bahwa (sekitar 80 mg/100 g) sesuai dengan hasil analisis
minyak buah merah tersusun atas asam lemak jenuh komposisi asam lemaknya (Tabel 3) yang
(ALJ) berkisar 18,00-18,78 g/100g dan asam lemak didominasi oleh asam lemak tidak jenuh dan tidak
tidak jenuh (ALTJ) sekitar 65,57-68,3 g/100g. menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) antar
Komponen utama ALJ minyak buah merah adalah perlakuan, dan menunjukkan bahwa ketidak-jenuhan
palmitat (C16:0) 16,82-17,12 g/100g, sedangkan minyak buah merah yang dihasilkan masih tinggi.
komponen utama ALTJ yaitu asam oleat (C18:1) Andawulan et al. (2006) melaporkan bahwa
berkisar 59,35-60,55 g/100 g, linoleat (C18:2) 4,27- ektraksi minyak buah merah secara tradisional
5,96 g/100 g, sedangkan linolenat (C18:3) 0,87-1,14 (pemasakan pasta 3 jam dan pengendapan minyak 24
g/100g. Komposisi alam lemak buah merah (Tabel jam) akan memiliki BI 42,6 g/100 g, dimana nilai BI
3) ini mirip dengan hasil peneliti terdahulu yang ini dapat ditingkatkan menjadi 67,8 g/100 g dengan
melaporkan bahwa komposisi asam lemak minyak pemanasan menggunakan otoklaf (100oC, 15 menit)
buah merah asal Jayapura (Papua) terdiri atas asam dan dilanjutkan dengan pengempaan. Nilai BI
oleat, linoleat, palmitoleat dan palmitat, masing- minyak buah merah pada penelitian ini lebih tinggi
masing sebesar 60,8 g/100 g, 7,5 g/100 g, 0,13 g/100 daripada nilai BI yang dilaporkan Andawulan et al.
g, dan 17,7 g/100g (Rohman et al., 2012). (2006) sebesar 67,8 g/ 100 g, maupun Murtiningrum
Tingkat ketidak-jenuhan asam lemak bisa et al. (2005) sebesar 63,12 g/100 g. Perbedaan ini
juga dinyatakan dengan bilangan Iod (BI). dapat disebabkan karena perbedaan klon buah merah
Pengamatan terhadap perubahan BI dapat digunakan serta tahapan proses dan waktu yang digunakan
untuk mengikuti adanya kerusakan oksidatif, dimana selama ekstraksi.
proses oksidasi akan menyebabkan asam lemak tidak Lebih lanjut, Tabel 3 memperlihatkan pula
jenuh minyak sangat terdegradasi, yang ditunjukkan bahwa minyak hasil ekstraksi basah mempunyai
dengan menurunnya BI (Scrimgeour, 2005; Basiron, kadar komponen yang tidak diketahui paling tinggi.
2005). Penelitian ini menunjukkan bahwa minyak Hal ini menimbulkan dugaan bahwa penggunaan
buah merah hasil ekstraksi basah (pemasakan) panas dalam ekstraksi basah dapat menyebabkan
maupun kering (pengukusan dan pengempaan) tidak asam lemak tidak jenuh lebih mudah terdegradasi
menunjukkan BI yang berbeda nyata (P<0,05) sehingga menghasilkan komponen yang tidak
dengan minyak hasil ekstraksi dengan pelarut (Tabel teridentifikasi, seperti aldehid, keton, alkohol dan
3). Tingginya nilai BI minyak buah merah ini asam organik rantai pendek (Atinafu dan Bedemo

J Tek Ind Pert. 24 (3): 209-217 215


Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Mutu Kimia …………………………………….

2011). Dugaan ini juga diperkuat dengan laporan (Pandanus conoideus L.). Prosiding
dari Andarwulan et al. (2006) yang menyatakan Seminar Nasional Perhimpunan Ahli
bahwa persentasi ALTJ minyak buah merah hasil Pangan Indonesia (PATPI), Yogyakarta,
ekstraksi basah menurun dengan semakin lamanya Indonesia. 2-3 Agustus 2006.
waktu pemanasan. Fenomena yang sama juga [AOCS] American Oil Chemists' Society. 2003.
dilaporkan oleh Caponio et al. (2006), yang Official Methods and Recommended
mengamati bahwa pemanasan beberapa minyak Practices of the AOCS. 5th ed. Champaign,
nabati (minyak zaitun virgin, minyak bunga matahari Illinois: AOCS.
dan minyak kacang) dengan oven biasa maupun [AOAC] Association of Analytical Chemist. 2005.
oven microwave pada suhu 70-230oC selama 15-45 Official Methods of Analysis of the AOAC.
menit, menyebabkan kadar ALTJ menurun. Wahington DC:AOAC.
Tingginya kandungan ALTJ (yang juga dinyatakan Atinafu DG dan Bedemo B. 2011. Estimation of
dengan tingginya BI) pada minyak buah merah juga total free fatty acid and cholesterol content
dapat mengindikasikan bahwa tahapan dalam in some commercial edible oils in ethiopia,
ekstraksi yang dilakukan (baik ekstraksi kering bahir DAR. J Cereal Oil Seeds. 2 (6): 71-
maupun ekstraksi basah) sudah dapat 76.
meminimalisasi terjadinya oksidasi ALTJ. Basiron Y. 2005. Palm Oil. Di dalam Shahidi F
(ed.), Edible Oil and Fat Products: Edible
KESIMPULAN DAN SARAN Oils. Volume 2. Bailey’s Industrial Oil and
Fat Products. Sixth Edition. New Jersey:
Kesimpulan John Wiley & Sons, Ltd.
Kualitas kimia minyak buah merah yang Caponio F, Pasqualone A, dan Gomes T. 2003.
dihasilkan dengan metode ekstraksi kering secara Changes in the fatty acid composition of
nyata (P<0,05) lebih baik dibandingkan dengan vegetable oils in model doughs submitted to
minyak yang dihasilkan dengan metode ekstraksi conventional or microwave heating. Int J
basah, yang ditunjukkan oleh kadar asam lemak Food Sci Technol. 38: 481-486.
bebas (ALB) yang lebih rendah, serta kadar total Johnson LA. 2002. Recovery, Refining, Converting,
karotenoid dan tokoferol yang lebih tinggi, namun and Stabilizing Edible Fats and Oils. Di
memiliki kualitas yang sama pada kadar air dan nilai dalam Akoh CC dan Min DB (ed.), Food
peroksida. Tahapan yang diaplikasikan dalam Lipids-Chemistry, Nutrition, and
metode ekstraksi minyak buah merah baik dengan Biotechnology. New York: Marcel Dekker,
cara kering maupun basah ini dengan waktu Inc.
ekstraksi yang relatif pendek (20 menit) tidak Fauzi NAM dan Sarmidi MR. 2010. Extraction of
mempengaruhi sifat kimia minyak yang dinyatakan heat treated palm oil and their stability on
oleh komposisi asam lemak dan bilangan iod yang β-carotene during storage. J Sci Technol. 2
tidak berbeda nyata (P<0,05) dengan ekstrak metode (1): 45-54.
Folch. Faktor kritis untuk proses ekstraksi minyak Folch J, Lees M, dan Sloane-Stanley GH. 1957. A
buah merah terletak pada tahap pemanasan, dimana simple method for the isolation and
parameter yang perlu dikendalikan adalah purification of total lipids from animal
keberadaan air, suhu dan lama proses. tissues. J Bio Chem. 226: 497-509.
Hart DJ dan Scott KJ. 1995. Development and
Saran evaluation of an HPLC method for the
Kajian selanjutnya difokuskan pada upaya analysis of carotenoids in foods, and the
penurunan kadar asam lemak bebas minyak melalui measurement of the carotenoid content of
optimasi tahapan proses pemurnian minyak mentah vegetables and fruits commonly consumed
buah merah yang diekstraksi secara kering, dengan in the UK. Food Chem. 54: 101-111.
meminimalisasi kehilangan komponen aktifnya. Karabulut I. 2010. Effects of α-tocopherol, β-
carotene and ascorbyl palmitate on
UCAPAN TERIMAKASIH oxidative stability of butter oil
triacylglycerols. Food Chem. 123: 622-627.
Terima kasih kepada Direktorat Jenderal Khiong K, Adhika OA, dan Chakravitha M. 2009.
Pendidikan Tinggi atas bantuan dana penelitian Inhibition of NF-κB Pathway as the
melalui Beasiswa Pendidikan Pasca Sarjana (BPPS) therapeutic potential of red fruit (Pandanus
tahun 2009-2013. conoideus Lam.) in the treatment of
inflammatory bowel disease. J Kedot
DAFTAR PUSTAKA Maranatha. 9 (1): 69-75.
Knockaert G, Lemmens L, Van-Buggenhout S,
Andarwulan N, Palupi NS, dan Susanti. 2006. Hendrickx M, Van-Loey A. 2012. Changes
Pengembangan Metode Ekstraksi dan in β-carotene bioaccessibility and
Karakterisasi Minyak Buah Merah

216 J Tek Ind Pert. 24 (3): 209-217


Zita Letviany Sarungallo, Purwiyatno Hariyadi, Nuri Andarwulan, Eko Hari Purnomo

concentration during processing of carrot Rifki. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah
puree. Food Chem. 133: 60-67. Merah (Pandanus Conoideus) terhadap
Limbongan J dan Malik A. 2009. Peluang Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Mencit
pengembangan buah merah (Pandanus (Mus Musculus). [Skripsi]. Semarang:
conoideus Lamk) di Provinsi Papua. J Universitas Islam Sultan Agung.
Litbang Pert. 28 (4): 134-141. Rohman A, Riyanto S, Yuniarti N, Saputra WR,
Lin L dan Koseoglu SS. 2005. Membrane Utami R, Mulatsih W. 2010. Antioxidant
Processing of Fats and Oils. Di dalam activity, total phenolic, total flavanoid of
Shahidi F (ed.), Edible Oil and Fat extracts and fractions of red fruit (Pandanus
Products: Processing Technologies. conoideus Lam). IFRJ. 17: 97-106.
Volume 5. Bailey’s Industrial Oil and Fat Rohman A, Sugeng R, dan Che Man YB. 2012.
Products. Sixth Edition. New Jersey: John Characterizaton of red fruit (Pandanus
Wiley & Sons, Ltd. conoideus Lam) oil. IFRJ. 19 (2): 563-567.
Lubis EH, Wijaya H, dan Lestari N. 2012. Roreng MK dan Nishigaki T. 2013. Buah merah dan
Mempelajari ekstraksi dan stabilitas total penduduk Papua. Warta Indus Hasil Pert.
karotenoid, dan α- dan β-cryptoxanthin 30 (1): 1-8.
dalam esktrak buah merah (Pandanus Sarungallo ZL, Murtiningrum, dan Paiki SNP. 2009.
conoideus Lamk). J Riset Tek Ind. 6 (12): Sifat fisikokimia minyak kasar dan hasil
126-140. degumming dari buah merah (Pandanus
Moeljopawiro S, Anggelia MR, Ayuningtya D, conoideus L.) yang diekstrak secara
Widaryanti B, Sari Y, Budi IM. 2007. Tradisional Merdey. J Agrotek 1(6): 9-15.
Pengaruh sari buah merah (Pandanus Scrimgeour C. 2005. Chemistry of Fatty Acids. Di
conoideus Lamk) terhadap pertumbuhan sel dalam Shahidi F (ed.), Edible Oil and Fat
kanker payudara dan sel kanker usus besar. Products: Chemistry, Properties, and
Berkala Ilmiah Biol. 6 (2): 121-130. Health Effects. Volume 1. Bailey’s
Mun‘im A, Andrajati R, dan Susilowati H. 2006. Uji Industrial Oil and Fat Products. Sixth
hambatan tumorigenesis sari buah merah Edition. New Jersey: John Wiley & Sons,
(Pandanus conoideus Lam.) terhadap tikus Ltd.
putih betina yang diinduksi 7,12 [SNI] Standar Nasional Indonesia 01-2901-2006.
dimetilbenz (A) antrasen (Dmba). Majalah 2006. Minyak kelapa sawit. Badan
Ilmu Kefarmasian 3 (3): 153-161. Standarisasi Nasional. Jakarta.
Murtiningrum. 2004. Ekstraksi minyak dengan [SNI] Standar Nasional Indonesia 01-3741-2002.
metode wet rendering dari buah merah 2002. Minyak goreng. Badan Standarisasi
(Pandanus conoideus L.) dan pemurnian Nasional. Jakarta.
dengan filtrasi membran. [Tesis]. Bogor: Surono I, Endaryanto TA, dan Nishigaki T. 2008.
Institut Pertanian Bogor. Indonesian Biodiversities, from Microbes to
Murtiningrum, Ketaren S, Suprihatin, Kaseno. 2005. Herbal Plants as Potential Functional
Ekstraksi minyak dengan metode wet Foods. J Fac Agric Shinshu Univ. 44 (1.2):
rendering dari buah merah (Pandanus 23-27.
conoideus L.). J Tek Ind Pert. 15: 28-33. Wilska-Jeszka J. 2002. Food Colorants. Di dalam
Murtiningrum, Sarungallo ZL, dan Mawikere NL. Sikorski ZE, (ed.). Chemical and
2012. The exploration and diversity of red Functional Properties of Food Components,
fruit (Pandanus conoideus L.) from Papua Second Edition. New York: CRC Press.
based on its physical characteristics and P212-215.
chemical composition. J Bio Diversity. 13 Winarto, Maduyan M, dan Anisah N. 2009. The
(3): 124-129. effect of Pandanus conoideus Lam. oil on
Ngando EGF, Dhouib R, Carriere F, Zollo PHA, pancreatic β-cells dan glibenclamide
Arondel V. 2006. Assaying lipase activity hypoglycemic effect of diabetic wistar rats.
from oil palm fruit (Elaeis guineensis Jacq.) Berkala Ilmu Kedokteran. 41: 11-19.
mesocarp. Plant Physiol Biochem. 44: 611- Wong ML, Timms RE, dan Goh EM. 1988.
617. Colorimetric determination of total
Pohan HG dan Wardayani NIA. 2006. Mempelajari tocopherols in palm olein and stearin.
proses ekstraksi dan karakterisasi minyak JAOCS. 65: 258-261.
buah merah (Pandanus conoideus L). Zeb A. 2012. Oxidation and formation of oxidation
Warta Indus Hasil Pert. 23 (2): 26-41. products of β-carotene at boiling
PORIM. 2005. PORIM Test Methods. Malaysia: temperature. Chem Phys Lipids. 165: 277-
Palm Oil Research Institute of Malaysia; 281.
Ministry of Primary Industries.

J Tek Ind Pert. 24 (3): 209-217 217

Anda mungkin juga menyukai