Anda di halaman 1dari 7

PROSES IMPLEMENTASI MANAJEMEN KUALITAS

Arief Rahmana,1 Indryati Sunaryo,2 Dradjad Irianto,3 dan Ubuh Buchara Hidajat4
1 
Jurusan Teknik Industri, Universitas Widyatama, Bandung
2,3,4 
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, ITB

E-mail: arief.rahmana@widyatama.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari proses penerapan manajemen kualitas, yang terdiri dari tiga tahap yaitu
pengenalan, adopsi dan adaptasi. Penelitian strategi dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus di Perusahaan X,
yang merupakan perusahaan yang sudah memiliki kemampuan untuk mengekspor dan bersertifikat sistem penjaminan
kualitas. Metode pengumpulan data terstruktur wawancara dengan direktur, manajer, supervisor, dan karyawan
Perusahaan X. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap pengenalan ditunjukkan oleh pengakuan pelanggan
tentang kualitas produk, Perusahaan X mulai mengekspor, dan permintaan dari pelanggan asing untuk kualitas sistem
jaminan. Pada tahap adopsi ditunjukkan oleh rencana perusahaan untuk sertifikasi sistem jaminan kualitas, sertifikasi
sistem jaminan kualitas, dan peningkatan kualitas. Sementara itu, dalam tahap adaptasi ditunjukkan oleh sertifikasi
ulang sistem jaminan kualitas, peningkatan sistem jaminan kualitas, dan evaluasi proses produksi. Mereka memberikan
wawasan bahwa Perusahaan X telah melakukan peningkatan kualitas berkelanjutan melalui penerapan manajemen mutu
dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

Kata kunci: implementasi, manajemen kualitas, pengenalan, adopsi, adaptasi

ABSTRACT
This research is carried out to study implementation process of quality management, which consists of three stages
namely introduction, adoption, and adaptation. Research strategy in this research is case study research in Company X,
which is a company that already has the ability to export and certified quality assurace system. Prime method of collecting
data is structured interview with director, managers, supervisors, and employees Company X. The result indicate that in
the introduction stage are shown by customer recognition of quality product, Company X began to export, and demand of
foreign customer to quality assurance system. In the adoption stage are shown by company’s plan for certification of quality
assurance system, certification of quality assurance system, and quality improvement. Meanwhile, in the adaptation stage
are shown by recertification of quality assurance system, upgrading of quality assurance system, and production process
evaluation. Those result give insight that Company X has carried out continuous quality improvement through quality
management implementation with the aim to enhance customer satisfaction.

Key words: implementation, quality management, introduction, adoption, adaptation

PENDAHULUAN function that determine the quality policy, objective,


Implementasi manajemen kualitas dan program and responsibilities, and implement them by means
peningkatan kualitas dalam sebuah organisasi such as quality planning, quality control, quality
memiliki beberapa keuntungan di antaranya assurance, and quality improvement within quality
adalah dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, system” (Zhang, 2000). Manajemen kualitas yang
meningkatkan kesadaran karyawan akan kualitas, baik adalah mengintegrasikan perhatian pada
meningkatkan kinerja organisasi, dan mencapai kualitas produk, fokus pada konsumen, dan orientasi
efektivitas organisasi (Irianto, 2005). Keuntungan- pada karyawan dengan menyediakan pendekatan
keuntungan tersebut sangatlah penting bagi semua integral dengan isu-isu organisasi (Damayanti. 2005)
perusahaan, terutama di negara berkembang, seperti Berdasarkan persepsi tersebut, maka manajemen
Indonesia, di mana level kualitas relatif rendah dan kualitas didefinisikan sebagai kreasi dari sistem
perlu untuk terus ditingkatkan sebagai landasan organisasi, di mana ketika dipergunakan oleh
untuk menjalin kerjasama yang efektif antar anggota organisasi, dapat membimbing mereka
perusahaan. untuk meningkatkan nilai produk atau jasa kepada
Manajemen kualitas dapat didefinisikan sebagai konsumen.
berikut: “All activities of the overall management

105
Manajemen kualitas mengalami evolusi yang tersaji pada Gambar 1. Berdasarkan model yang
dimulai dari kualitas inspeksi (inspection quality), tersaji pada Gambar 1 tersebut, terlihat bahwa proses
pengendalian kualitas (quality control), penjaminan impelementasi manajemen kualitas akan dimulai
kualitas (quality assurance), sampai dengan dari tahap introduksi, kemudian tahap adopsi, dan
manajemen kualitas total (total quality management). selanjutnya tahap adaptasi.
Total Quality Management (TQM) merupakan Tahap implementasi merupakan fase di mana
proses untuk mengelola kualitas; sebuah filosofi perusahaan menerapkan metode Six Sigma untuk
yang menekankan pada perbaikan dalam segala hal, perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) di
yang terdiri atas sejumlah prinsip dan merupakan seluruh level bisnis perusahaan. Pada tahap ini, faktor
fondasi untuk melakukan perbaikan berkelanjutan yang mendukung proses implementasi Six Sigma di
(Rampersad, 2005). perusahaan: 1) Komitmen pimpinan. Pada tahap
Pendekatan yang digunakan dalam konsep ini, pimpinan harus membuktikan komitmennya
manajemen kualitas adalah pendekatan sistem. dengan turut terlibat dalam proses perbaikan
Manajemen kualitas tidak hanya terdiri dari sistem berkelanjutan dan harus konsisten menjalankan
nilai, melainkan didukung oleh teknik dan alat apa yang dikomunikasikan. 2) Struktur organisasi
(Hansso, 2003). Implementasi manajemen kualitas Six Sigma. Struktur organisasi Six Sigma yang
berkaitan dengan manajemen perubahan organisasi, terdiri dari agen-agen Six Sigma yang sesuai dengan
sehingga diperlukan tahapan untuk menerapkannya proses bisnis perusahaan mendukung penerapan Six
di perusahaan. Tahapan implementasi terdiri Sigma pada tahap implementasi. Apabila perusahaan
dari beberapa langkah yaitu pembentukan bermaksud untuk mengimplementasikan Six Sigma
komitmen, penentuan tujuan, pengembangan misi, pada keseluruhan proses bisnisnya, maka agen Six
pemahaman proses, pemilahan proses (breaking Sigma dalam struktur organisasi Six Sigma harus
down), monitoring, dan penyesuaian (Oakland, sesuai dengan proses bisnis perusahaan. Black Belt
1995). Pendapat lain mengatakan bahwa tahapan Manufaktur mendukung proyek Six Sigma di divisi
implementasi manajemen kualitas terdiri dari tahap Manufaktur, dan Black Belt komersil mendukung
pemahaman konsep dan filosofi, tahap persiapan proyek Six Sigma di Divisi Komersil atau Divisi Non
dan perencanaan, tahap implementasi, dan tahap Manufaktur. 3) Kebijakan Perusahaan. Kebijakan
evaluasi (Taylor, 1996). perusahaan yang sejalan dengan manajemen
Irianto (2005) mengidentifikasi tiga tahap kualitas Six Sigma, antara lain kebijakan staf yang
untuk implementasi manajemen kualitas, yaitu mewajibkan staf perusahaan untuk terlibat dalam
tahap inisiasi, tahap adopsi, dan tahap adaptasi. proses perbaikan dengan mengerjakan proyek Six
Tahap inisiasi juga dapat didefinisikan sebagai Sigma mendukung pada tahap implementasi. Hal ini
tahap introduksi, yaitu tahap di mana pimpinan merupakan mekanisme yang mendukung anggota
perusahaan mulai mengenal dan memahami perusahaan untuk menjalankan perbaikan secara
konsep manajemen kualitas sebelum akhirnya berkelanjutan. 4) Manajemen Personalia. Perusahaan
berkomitmen untuk mengimplementasikannya di harus menyadari bahwa karyawan adalah aset
perusahaan. Tahap adopsi sejalan dengan persiapan perusahaan yang menjadi kunci keberhasilan
dan perencanaan, termasuk pengembangan misi. perusahaan jangka panjang, sehingga keterlibatan
Tahap adaptasi meliputi monitoring, penyesuaian dan mereka menjadi faktor pendukung implementasi Six
perbaikan. Pada penelitian ini, tahapan implementasi Sigma. Mekanisme yang dapat mendukung proses
mengadopsi konsep yang digunakan oleh Irianto implementasi pada tahap ini adalah mekanisme
(2005), yang terdiri atas tahap introduksi, adopsi, dan paksaan (coercive mechanism) dan mekanisme
adaptasi. promosi (promotion mechamism). Mekanisme paksaan
yang dapat mendukung berjalannya proyek Six
METODE Sigma sebagai upaya perbaikan proses antara lain
Model penelitian yang digunakan dalam penilaian, penghargaan, dan jenjang karir karyawan
mengkaji proses implementasi manajemen kualitas yang dihubungkan dengan Six Sigma. Mekanisme

Gambar 1. Model Penelitian

106 Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Agustus 2010: 105–111
promosi yang mendukung antara lain melakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
kegiatan cerdas cermat, kuis, kompetisi, dan buletin Pengakuan atas kualitas produk, kemampuan
Six Sigma yang sifatnya memotivasi staf untuk untuk melakukan ekspor ke berbagai negara, dan
terlibat dalam proyek Six Sigma. 5) Manajemen tuntutan dari para pelanggan untuk sertifikasi
Proses. Perbaikan proses dalam strategi Six Sigma penjaminan kualitas merupakan kejadian-
dilakukan dengan prosedur DMAIC. Diperlukan kejadian signifikan yang berpengaruh terhadap
konsistensi dalam menjalankan setiap langkah pada pengembangan manajemen kualitas di Perusahaan
DMAIC untuk mendukung pelaksanaan proyek Six X. Kejadian-kejadian ini memiliki implikasi yang
Sigma, dan karena proyek Six Sigma dilakukan kritis terhadap tindakan dan keputusan yang diambil
dalam tim, maka hal kedua yang mendukung tahap oleh manajemen Perusahaan X.
implementasi terkait dengan manajemen proses Perusahaan X ini berdiri pada tahun 1978 dengan
Six Sigma adalah kerja sama tim. 6) Manajemen prioritas untuk memenuhi permintaan pelanggan pada
Sumber Daya. Pengelolaan sumber daya diperlukan skala domestik, yaitu untuk di daerah Bandung saja.
untuk mendukung manajemen proses. Faktor yang Perusahaan X ini terus berkembang, sehingga dalam
mendukung tahap implementasi adalah dana untuk kurun waktu 1978 sampai dengan 1980 telah mampu
mendukung proyek perbaikan yang dijalankan oleh membangun kepercayaan dari pelanggannya karena
tim. Informasi juga menjadi faktor pendukung dalam memiliki kualitas produk yang baik. Berdasarkan
menjalankan proyek Six Sigma, di mana bertukar informasi dari pemilik Perusahaan X ini, mulai
informasi merupakan pendukung proses pembelajaran tahun 1980 penjualan mengalami peningkatan yang
anggota perusahaan. 7) Proses Pembelajaran. berarti, sehingga keputusan yang diambil manajemen
Pada tahap ini, pembelajaran perusahaan harus pada saat itu adalah melakukan pembelian beberapa
tetap berjalan untuk mendukung perbaikan yang mesin produksi dari Jepang.
berkesinambungan. Pertemuan reguler untuk Momen yang paling krusial yang dilakukan oleh
mempresentasikan proyek Six Sigma yang akan dan Perusahaan X terjadi pada tahun 1983, di mana
sedang berjalan mendukung proses pembelajaran pada saat itu Perusahaan X mulai merintis untuk
anggota perusahaan dalam mengimplementasikan melakukan ekspor produknya ke beberapa negara
Six Sigma. di antaranya ke Hongkong, Amerika, dan Jepang.
Sementara itu, variabel dan atribut yang Ketiga negara ini akhirnya menjadi pelanggan
digunakan untuk mengkaji proses implementasi tetap. Ekspor produk pun mengalami peningkatan
manajemen kualitas disarikan pada Tabel 1. Variabel selama kurun waktu 6 tahun. Dengan kondisi
penelitian tersebut terdiri atas variabel introduksi, seperti ini dapat dikatakan bahwa Perusahaan X
adopsi, dan adaptasi. ini memiliki kemampuan untuk membuat produk
dengan kualitas standar internasional. Keputusan
Tabel 1. Variabel dan Atribut pihak manajemen yang diambil dengan adanya
peningkatan kemampuan dalam membuat produk
Variabel Atribut
dengan kualitas standar internasional adalah dengan
Introduksi Motivasi pengembangan manajemen kualitas,
pengaruh pasar, dan kebutuhan memenuhi meningkatkan secara terus menerus upaya-upaya
standar spesifikasi. intensif dalam peningkatan kualitas produk dan
Adopsi dan Aksi, keputusan dan dampak terhadap proses agar produk yang dihasilkan benar-benar
adaptasi struktur organisasi, sistem, prosedur, sesuai dengan kebutuhan pasar.
pendidikan dan pelatihan, standardisasi, dan
Meskipun Perusahaan X telah mampu membuat
sertifikasi.
produk dengan kualitas standar internasional, tetapi
Penelitian ini menggunakan strategi penelitian dalam perjalanannya yaitu pada akhir tahun 1990
studi kasus (case study). Studi kasus ini dilaksanakan terdapat tuntutan dari pelanggan di luar negeri
di perusahaan X yang merupakan perusahaan yang agar Perusahaan X memiliki sertifikasi penjaminan
sudah mampu ekspor dan nilai penjualan yang kualitas seperti ISO. Permintaan para pelanggan
cenderung meningkat. Pengumpulan data dilakukan akan hal ini tidak terlalu mempengaruhi terhadap
dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Maret penjualan Perusahaan X, akan tetapi adanya
2010. Penelitian ini menggunakan multiple source of persepsi dari pelanggan bahwa kualitas produk
evidence yang bersumber dari wawancara, studi arsip yang dihasilkan oleh Perusahaan X masih rendah
atau dokumen, dan observasi langsung. Wawancara karena belum adanya sistem manajemen kualitas
digunakan sebagai sumber data utama untuk yang terstruktur dan terorganisasi. Dengan kondisi
memperoleh gambaran yang menyeluruh berkaitan seperti ini, sistem penjaminan kualitas menjadi
dengan proses implementasi manajemen kualitas di kebutuhan mendesak bagi Perusahaan X. Rapat
perusahaan X. pimpinan pun dilakukan untuk membahas hal ini,

Rahmana: Proses Implementasi Manajemen Kualitas 107


dan keputusannya adalah perlu adanya program diperiksa oleh auditor ekstenal. Namun, pada saat
pengembangan sertifikasi penjaminan kualitas di itu, baru 80% aktivitas yang diperiksa karena sisanya
Perusahaan X. masih belum sesuai dan harus dilakukan perbaikan.
Selama 2 (dua) tahun yaitu pada tahun 1996 Setelah selesai diperbaiki dan sesuai dengan
sampai dengan 1997, Perusahaan X melakukan persyaratan, maka pada tahun 1998 Perusahaan
perencanaan untuk pengajuan sertifikasi penjaminan X telah menjadi sebuah perusahaan yang memiliki
kualitas. Rencana ini langsung disampaikan kepada sistem penjaminan kualitas. Hal ini ditunjukkan
pada para pelanggan dan respon dari para pelanggan dengan pada tahun tersebut Perusahaan X telah
sangat positif, terbukti dengan adanya dukungan moral tersertifikasi dengan sistem penjaminan kualitas ISO
yang disampaikan para pelanggan kepada Perusahaan 9001 : 1994. Lembaga yang memberikan sertifikasi
X. Keputusan yang diambil oleh Direktur Perusahaan ISO 1991 : 1994 adalah SAI Global Certification
X adalah pengembangan sistem manajemen kualitas Service.
ISO 9001 : 1994. Dalam mendukung rencana Sebagai organisasi yang telah memiliki sertifikasi
sertifikasi ini dilakukan beberapa upaya, yaitu: ISO 9001 : 1994, Perusahaan X terus melakukan
1) pembentukan steering comitte, 2) pengembangan peningkatan kualitas produk dan proses secara
kapabilitas SDM, 3) konsultasi dengan lembaga berkesinambungan, terutama berkaitan dengan
lain, dan 4) pembuatan quality manual dan quality program reduksi produk cacat. Untuk keberhasilan
procedure.
program ini diperlukan keterlibatan unsur pimpinan
Pertama, penunjukkan steering comitte
dan karyawan. Pimpinan terus memberikan dukungan
dilakukan oleh Direktur Perusahaan X beranggotakan
moral bagi karyawan Perusahaan X untuk melakukan
9 (sembilan) karyawan yang berasal dari bagian yang
peningkatan kualitas secara kesinambungan, sehingga
berbeda di perusahaan. Tugas kesembilan karyawan
menunjukkan adanya komitmen pimpinan terhadap
ini dikirim perusahaan untuk mempelajari masalah
peningkatan kualitas. Keputusan yang diambil
ISO, mendapatkan pelatihan mengenai ISO, dan
berkaitan dengan hal ini adalah perlunya pengelolaan
memahami semua yang berhubungan dengan ISO.
kualitas yang bertumpu pada siklus PDCA (plan, do,
Kedua, pengembangan kapabilitas SDM dilakukan
check, action). Upaya-upaya yang dilakukan adalah
dengan mengikutsertakan steering comitte untuk
mengikuti pelatihan tentang ISO yang mencakup pengembangan program Gugus Kendali Mutu (GKM)
persyaratan perusahaan untuk menerapkan ISO, yang beranggotakan 10 (sepuluh) orang, bertujuan
prosedur ISO, membuat dokumen sesuai dengan untuk memecahkan masalah kecacatan produk yang
standar ISO, bagaimana cara mengendalikan sering muncul di Perusahaan X.
dokumen dalam perusahaan sampai pada bagaimana Program GKM ini bertugas untuk menemukan
cara melakukan audit. Ketiga, melakukan konsultasi sumber-sumber yang mengakibatkan kecacatan
dengan lembaga lain yaitu Balai Besar Tekstil (BBT) produk dan kemudian diusulkan perbaikan dalam
yang bertugas untuk membimbing perusahaan mereduksi kecacatan produk tersebut. Dengan adanya
dalam menerapkan ISO. Konsultan ini dikontrak oleh program GKM ini, kecacatan produk dapat direduksi
Perusahaan X sampai mendapatkan sertifikasi ISO. sebanyak 60%. Sayang sekali program GKM ini tidak
Keempat, membuat rancangan quality manual dan berlanjut, dan hanya sampai dengan akhir tahun
procedure yang dilakukan oleh steering comitte. 2002. Berdasarkan informasi dari kepala bagian
Berkaitan dengan prosedur, Perusahaan X quality assurance pihak perusahaan telah merasa puas
telah berhasil membuat beberapa prosedur dengan adanya reduksi kecacatan 60%, jadi pimpinan
di antaranya adalah prosedur pengendalian puncak memutuskan untuk menghentikan sementara
dokumen, pengendalian rekaman mutu, pengadaan program GKM ini. Selain itu, kesadaran pimpinan dan
SDM, pengembangan SDM, pengendalian saran karyawan terhadap peningkatan terhadap kualitas
dan prasarana, perencanaan dan pengendalian secara berkesinambungan terus ditingkatkan. Upaya
produksi, perawatan mesin, pengendalian produk yang dilakukan berkaitan dengan peningkatan
cacat, pengendalian alat ukur dan alat uji, proses kesadaran ini dilakukan melalui pelatihan rutin dan
pembelian, proses penjualan, inspeksi dan pengujian, sosialisasi pentingnya peningkatan kualitas melalui
penetapan sasaran dan standar mutu, proses audit rapat-rapat.
mutu internal, tindakan perbaikan, dan tindakan Setelah tiga tahun berlalu, tepatnya tahun
pencegahan. 2001, Perusahaan X melakukan pendaftaran
Dalam waktu beberapa bulan, dokumen-dokumen untuk resertifikasi ISO ke SAI Global Certification
perusahaan telah selesai dibuat dan perusahaan Service. Tidak hanya resertifikasi, melainkan
pun siap untuk mengajukan sertifikasi. Setelah Perusahaan X melakukan upgrading sistem
melakukan pengajuan, maka perusahaan pun manajemen kualitas ke ISO versi 9001 : 2000.

108 Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Agustus 2010: 105–111
Gambar 2. Proses Implemententasi Manajemen Kualitas di Perusahaan X

Tabel 2. Kejadian Signifikan dan Respon

Isu Non Teknis Isu Teknis


Kejadian • Perusahaan melakukan ekspor • Pengakuan atas kualitas produk
Signifikan • Tuntutan pelanggan akan sistem penjaminan • Sistem peningkatan kualitas
kualitas • Rencana sertifikasi sistem penjaminan kualitas
• Evaluasi proses produksi • Resertifikasi dan upgrading sistem penjaminan kualitas
Respon Keputusan Strategis
• Peningkatan fasilitas produksi • Pengembangan sistem penjaminan kualitas
• Peningakatan kapabilitas SDM • PDCA dalam pengelolaan kualitas
• Program efisiensi
• Sertifikasi ISO
• Peningkatan kualitas produk dan proses

Rahmana: Proses Implementasi Manajemen Kualitas 109


Untuk keperluan upgrading ini dituntut penyesuaian beberapa keputusan manajemen terhadap kejadian
prosedur dan dokumen berdasarkan kebutuhan yang signifikan dari proses implementasi manajemen
dipersyaratkan dalam sistem manajemen kualitas kualitas tersebut disarikan pada Tabel 2.
ISO versi 9001 : 2000. Berkat pengalaman dalam Kejadian-kejadian signifikan merupakan
mengimplementasikan ISO versi 9001 : 1994 dan dorongan ekternal, di mana dalam beberapa kasus
dibantu oleh BBT maka penyesuaian prosedur dan berasal dari kejadian yang tidak terkontrol dan
dokumen dapat dilakukan dengan baik, sehingga terkoordinasi. Perusahaan menganggap bahwa
setelah dilakukan audit ekternal oleh SAI Global dorongan ini merupakan pengaruh yang kritis, baik
Certification Service. Pada akhir tahun 2001 menyangkut isu non teknis maupun isu teknis, dan
Perusahaan X memperoleh sertifikasi sekaligus memotivasi perusahaan untuk bereaksi. Sebagai
upgrading ke ISO 9001 : 2000. ISO versi ini digunakan reaksi terhadap kejadian-kejadian signifikan
oleh Perusahaan X sampai dengan tahun 2007, dan yang berasal dari lingkungan eksternal tersebut,
dalam perjalanannya telah dilakukan resertifikasi mendorong pihak manajemen Perusahaan X untuk
untuk ISO versi 9001 : 2000 ini pada tahun 2004. mengambil tindakan berupa pengambilan keputusan
Pada tahun 2005, ongkos produksi meningkat yang bersifat strategis.
secara signifikan karena harga bahan baku yang
diimpor mengalami kenaikan. Dalam keadaan seperti SIMPULAN
ini, Perusahaan X melakukan evaluasi terhadap Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
proses produksi. Efektivitas proses produksi yang dapat diambil kesimpulan bahwa Perusahaan X telah
dikembangkan diukur dengan kriteria mampu melaksanakan tahapan-tahapan dalam implementasi
meningkatkan kualitas produk, pengurangan ongkos, manajemen kualitas dalam waktu yang tidak sebentar
dan pengiriman tepat waktu. Keputusan yang dan telah dilakukan dengan baik, misalnya dengan
dilakukan oleh Perusahaan X adalah melakukan melakukannya sertifikasi sistem penjaminan kualitas
peningkatan kapabilitas SDM melalui program (ISO), resertifikasi dan upgrading sistem penjaminan
pelatihan dan dicanangkannya program efisiensi. kualitas ISO. Proses impelementasi manajemen
Pada akhir tahun 2007, Perusahaan X melakukan kualitas yang dilakukan oleh Perusahaan X, pada
resertifikasi ISO yang ketiga sekaligus melakukan intinya bertujuan meningkatkan kepuasan pelanggan,
upgrading dari ISO 9001 : 2000 ke versi ISO baik domestik dan luar negeri, didukung oleh adanya
9001 : 2008. Seperti yang telah dilakukan upgrading peningkatan kualitas secara berkelanjutan, dan dalam
sebelumnya, maka diperlukan penyesuaian prosedur praktiknya melibatkan semua orang (pimpinan dan
dan dokumen dan Perusahaan X tidak mengalami karyawan).
kesulitan yang berarti dalam upgrading ISO ke versi
9001 : 2008, karena berkat pengalaman implementasi DAFTAR PUSTAKA
ISO di dua versi yang berbeda sebelumnya. Pada awal
Damayanti, R.W. 2005. Analisis Faktor-Faktor Pendukung
tahun 2008, setelah dilakukan audit ekternal oleh
Implementasi Six Sigma, Tesis Magister, Program
SAI Global Certification Service maka Perusahaan X
Studi Teknik dan Manajemen Industri, ITB,
dinyatakan lulus untuk memiliki sertifikasi ISO 9001 Bandung.
: 2008. Dengan adanya upgrading sistem manajemen Goetsch, D.L., S.B. Davis. 2006. Quality Management:
kualitas ke ISO 9001 : 2008, secara terus-menerus Introduction to Total Quality Management for
Perusahaan X melakukan proses sosialisasi dan Production, Processing, and Services. Pearson
pelatihan-pelatiahan berkaitan dengan pemahaman Prentice Hall. New Jersey. pp. 6.
dan implementasi ISO 9001 : 2008. Hansson, J. 2003. “Total Quality Management Aspect of
Ringkasan mengenai kronologis proses ini Implementation and Performance”, Doctoral Thesis.
ditunjukkan pada Gambar 2. Pada Gambar 2 tersebut Lulea University of Technology.
diberikan gambaran bagaimana sistem dan praktik Hellsten, U., B. Klefsjo. 2000. TQM as a Management
manajemen kualitas terbangun di Perusahaan X yang System Consisting of Values, Techniques, and Tools.
dimulai tahap introduksi, adopsi, hingga adaptasi. TQM Magazine. Vol 12 No. 4, pp. 238–244.
Berbagai tindakan dalam implementasi Irianto, D. 2005. Quality Managemen Implementation: A
Multiple Case Study in Indonesian Manufacturing
manajemen kualitas diinisasi oleh kejadian-kejadian
Firm, PhD Dissertation, University of Twente,
signifikan yang mendorong pihak manajemen untuk
Enschede.
mengambil beberapa keputusan. Beberapa kejadian Oakland, J.S. 1995. Total Quality Management,
signifikan, yang dilihat sebagai reaksi awal dan Butterworth-Heinemann. p. 411.

110 Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Agustus 2010: 105–111
Rampersad, H.K. 2005. Managing Total Qualiy. Tata Taylor, W.A. 1996. Sectoral Differences in Total Quality
McGraw-Hill Publishing Company Limited. New Management Implementation: the influence of
Delhi, p. 18. management mind-set, Total Quality Management.
Shrivastava, R.L., R.P. Mohanty, R.R. Lakhes. 2006. 7(3). pp. 235–248.
Linkages Between Total Quality Management and Zhang, Z. 2000. Implementation of Total Quality
Organisational Performance: An Empirical Study for Management: An Empirical Study of Chinese
Indian Industry. Production Planning and Control. Manufacturing Firm. PhD Dissertation. University
Vol 17 No. l, pp. 13–3. of Groningen. The Netherlands.

Rahmana: Proses Implementasi Manajemen Kualitas 111

Anda mungkin juga menyukai