Anda di halaman 1dari 43

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

0
Pedoman Praktikum Mikrobiologi I

Penulis
M.Azhari Herli M. Farm, Apt
Asiska Permata Dewi M. Farm, Apt
Rini Lestari M. Farm, Apt

Sampul & Tata Letak


M.Azhari Herli M. Farm, Apt

Editor
M.Azhari Herli M. Farm, Apt

Cetakan I
April 2019

PENERBIT
UNIVERSITAS ABDURRAB
Jl. Riau Ujung No.73
Tlp: (0761) 38762, 859839
Fax: (0761) 859839

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


1
TATA TERTIB PRAKTIKUM

Untuk Menjaga Keamanan :


1. Praktikan harus telah mengenakan jas lab, sarung tangan dan masker saat
memasuki laboratorium dan bekerja dengan peralatan di laboratorium untuk
menghindari kontaminasi dan terkena khemikalia.
2. Dilarang makan, minum, memakai perhiasan selama praktikum di laboratorium.
3. Praktikan harus menyiapkan alat-alat, bahan, dan reagen pada saat praktikum
berlangsung.
4. Praktikan harus membawa peralatan praktikum seperti cairan desinfektan
(alkohol), dll.
5. Sebelum dan sesudah bekerja, meja praktikum dibersihkan dengan desinfektan.
6. Praktikan tidak boleh berambut panjang (bagi yang laki-laki).
7. Pengambilan kultur cair atau suspensi dan chemical harus menggunakan pipet
dengan bantuan filler atau menggunakan mikropipet.
8. Dilarang membuang biakan sisa atau habis pakai dan pewarna sisa disembarang
tempat. Bahan tersebut harus dibuang di tempat yang telah disediakan oleh
asisten.
9. Laporkan segera jika terjadi kecelakaan seperti kebakaran, biakan tumpah ada
yang menelan bahan kimia, atau biakan kepada asisten.
10. Jika menggunakan jarum inoculum/kawat ose, ujung jarum dibakar sampai
memijar sesudah dan sebelum bekerja menggunakan alat tersebut
11. Sebelum meninggalkan laboratorium disarankan untuk mencuci tangan dengan
seksama.

Untuk Kelancaran Praktikum :


1. Praktikan diwajibkan memakai jas laboratorium sebelum memasuki laboratorium
dan dilepas di luar laboratorium.
2. Praktikan wajib memakai sepatu pada saat praktikum.
3. Praktikan dilarang berbicara yang tidak perlu dan membuat gaduh
4. Memakai pakaian yang sopan pada saat praktikum (baju berkrah untuk laki-laki)
5. Praktikan yang datang terlambat lebih dari 10 menit dianggap absen.
6. Responsi/Kuis akan dilaksanakan pada awal acara sebelum memulai praktikum
untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang dicapai.
7. Praktikan yang tidak hadir tanpa berita dianggap absen, jika ada izin tertulis ke
asisten atau dosen maka dapat mengganti materi praktikum tersebut di kelompok
praktikum lain.
8. Praktikan akan dinilai keterampilannya selama praktikum oleh asisten.
9. Praktikan yang tidak mengikuti asistensi tanpa keterangan tidak mendapatkan
nilai responsi, tapi jika ada izin tertulis maka dapat mengikuti responsi susulan.
10. Laporan harus dibawa saat masuk pada praktikum sebagai syarat masuk.
11. Aturan-aturan / tata tertib yang belum tercantum akan diputuskan kemudian.

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga untuk tahun ajaran 2018/2019 ini dapat menyelesaikan Buku
ajar “Pedoman Praktikum Mikrobiologi I”.

Buku ajar ini dipergunakan untuk mempermudah mahasiswa dalam memahami


pelaksanaan praktikum di laboratorium mikrobiologi pada mata kuliah Praktikum
Mikrobiologi dan ditujukan untuk memberikan konsep-konsep mendasar untuk pencapaian
kompetensi menghasilkan analis yang professional terutama dalam analisa keamanan
makanan.

Buku ajar dilengkapi dengan contoh-contoh kasus, cara penyelesaiannya dan soal-
soal ujian, serta penugasan sehingga disamping dapat memperkaya khasanah keilmuan
mahasiswa, juga dapat membantu dan mengarahkan mahasiswa dalam memahami materi.

Dalam penyusunan buku ajar ini memang masih dijumpai beberapa kekurangan dan
kelemahan. Untuk saran, kritikan dan masukan yang dapat menunjang kesempurnaan
penulisan penuntun ini sangat kami harapkan. Semoga buku “Pedoman Praktikum
Mikrobiologi” ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu kelulusan ANAFARMA
menjadi analis yang professional terutama dalam analisa keamanan makanan.

Pekanbaru, Maret 2019

Tim Mikrobiologi

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


3
DAFTAR ISI
Halaman

TATA TERTIB PRAKTIKUM .............................................................................................2


KATA PENGANTAR ........................................................................................................3
DAFTAR ISI ....................................................................................................................4
Materi I : PENGENALAN ALAT-ALAT DAN MIKROSKOP ................................................5
Materi II : STERILISASI ..................................................................................................12
Materi III : PEMBUATAN MEDIA BAKTERI ....................................................................17
Materi IV : MENDETEKSI MIKROORGANISME DI LINGKUNGAN ..................................20
Materi V : MEMISAHKAN KOLONI MIKROORGANISME DAN MENYIMPAN
MIKROORGANISME ......................................................................................................22
Materi VI : PEWARNAAN SEDERHANA .........................................................................24
Materi VII : PEWARNAAN NEGATIF ..............................................................................26
Materi VIII : PEWARNAAN GRAM ................................................................................28
Materi IX : PEMERIKSAAN JAMUR I..............................................................................31
Materi X : PEMERIKSAAN JAMUR II..............................................................................33
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................35
PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI .......................................................................36

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


4
MATERI I
PENGENALAN ALAT-ALAT DI LABORATORIUM

1. Pendahuluan
1.1. Analisis Pembelajaran
Lulusan analis farmasi dan makanan diharapkan memiliki kompetensi sebagai
analis yang professional yang mengenal alat-alat beserta fungsinya masing-masing
yang digunakan dalam analisa keamanan makanan secara mikrobiologi.

1.2. Tujuan Umum Pembelajaran


Dengan mempelajari materi ini secara umum mahasiswa mengenal, mengetahui
fungsi dan penggunaan dari tiap-tiap alat yang digunakan selama pengerjaan di
laboratorium mikrobiologi.

1.3. Tujuan Khusus Pembelajaran


Mahasiswa diharapkan :
a. Mahir dalam mengoperasikan dari alat elektrik
b. Mahir dalam mengoperasikan dari alat yang terbuat dari gelas dan keramik
c. Mahir dalam mengoperasikan dari alat yang terbuat dari non gelas

2. Tinjauan Mata Kuliah


Sebelum melakukan pemeriksaan makanan, minuman dan obat-obatan secara
mikrobiologi, seorang analis haruslah mengenal dan mengetahui fungsi masing-
masing alat yang akan digunakan. Secara garis besar peralatan yang digunakan
dalam pemeriksaan mikrobiologi dibagi atas tiga, yaitu :
a. Alat-alat elektrik dibagi atas : Mikroskop cahaya, Autoklaf (autoclave),
Inkubator (Incubator), Hot plate & stirrer, Mikropipet, Colony counter.

b. Alat-alat gelas dan keramik dibagi atas : Cawan Petri, Pipet ukur, Pipet mikro,
Pipet tetes, Tabung reaksi, Labu Erlenmeyer, Glass beads, Mortar & stamfer,
Beaker glass, Lampu Bunsen, Gelas ukur, Batang L / Drugalsky, Tabung
durham

c. Alat-alat non gelas dibagi atas Jarum inokulum / ose, Pinset, Bola hisap, pH
meter universal

A. Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope)


Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya.
Dengan mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan
diameter lebih kecil dari 0,1 mm.

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


5
Prosedur Operasi
1. Menyalakan lampu
• tekan tombol on (8)
• atur kekuatan lampu dengan memutar bagian (7)
2. Menempatkan spesimen pada meja benda
• Letakan objek glas diatas meja benda (4) kemudian jepit dengan (11). Jika meja
benda belum turun, diturunkan dengan sekrup kasar (15)
• Cari bagian dari objek glas yang terdapat preparat ulas (dicari dan diperkirakan
memiliki gambar yang jelas) dengan memutar sekrup vertikal dan horizontal
(13) dan (14)
3. Memfokuskan
• Putar Revolving nosepiece (2) pada perbesaran objektif 4x lalu putar sekrup
kasar (15) sehingga meja benda bergerak ke atas untuk mencari fokus
• Setelah fokus perbesaran 4 x 10 didapatkan, maka putar (2) pada perbesaran
selanjutnya yaitu perbesaran objektif 10x. kemudian putar sekrup halus (16)
untuk mendapatkan fokusnya
• Lakukan hal yang sama jika menggunakan perbesaran yang lebih tinggi

Perbesaran total
Ukuran specimen yang diamati dapat diperoleh dengan mengalikan perbesaran lensa okuler
dengan lensa objektif. Misal = Okuler (10x) x Objektif (40x) = 400x

Penggunaan minyak imersi


Semakin kecil nilai daya pisah, akan semakin kuat kemampuan lensa untuk memisahkan
dua titik yang berdekatan pada preparat sehingga struktur benda terlihat lebih jelas. Daya
pisah dapat diperkuat dengan memperbesarkan indeks bias atau menggunakan cahaya yang
memiliki panjang gelombang (λ) pendek. Biasanya dapat digunakan minyak imersi untuk
meningkatkan indeks bias pada perbesaran 10 x 100
• Jika fokus pada perbesaran 10 x 40 telah didapatkan maka putar ke perbesaran
objektif 100x
• tetesi minyak imersi 1 – 2 tetes dari sisi lensa
• Jika telah selesai menggunakan mikroskop, bersihkan lensa objektif 100x dengan
kertas lensa yang dibasahi xylol

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


6
B. Autoklaf (Autoclave)

Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang
digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan
yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 1 atm dan dengan suhu 121oC
(250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap
inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan
biasanya 15 menit untuk suhu 121oC.

Cara Penggunaan :
1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika
air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas
tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan
karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol bertutup ulir, maka
tutup harus dikendorkan.
3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap
yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih
dahulu.
4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu
121oC.
5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen
autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman
ditutup (dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15
menit dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm.
6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen
turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure
gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan
keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.

C. Inkubator (Incubator) dan Oven


Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram
mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi
dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu
o
untuk inkubator misalnya adalah 10-70 C.
Oven adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan alat-
alat yang digunakan terutama alat yang terbuat dari kaca
dan tahan panas. Suhu sterilisasi pada oven berkisar

D. Hot plate stirrer dan Stirre bar


Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi
untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Pelat
(plate) yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga
mampu mempercepat proses homogenisasi. Pengadukan dengan
bantuan batang magnet Hot plate dan magnetic stirrer seri SBS-
®
100 dari SBS misalnya mampu menghomogenkan sampai 10 L,
dengan kecepatan sangat lambat sampai 1600 rpm dan dapat
o
dipanaskan sampai 425 C.

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


7
E. Colony Counter
Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan
koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawan
karena adanya kaca pembesar. Selain itu alat
tersebut dilengkapi dengan skala/ kuadran yang
sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak. Jumlah
koloni pada cawan Petri dapat ditandai dan dihitung otomatis yang dapat di-reset.

F. Mikropipet (Micropippete) dan Tip


Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang
bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 µl.
Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya
mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya
(adjustable volume pipette) antara 1µl sampai 20 µl, atau
mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia
satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya
mikropipet 5 µl. dalam penggunaannya, mikropipet
memerlukan tip.

Cara Penggunaan :
1. Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk
memastikan lancarnya mikropipet.
2. Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.
3. Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih
ke dalam lagi.
4. Masukkan tip ke dalam cairan sedalam 3-4 mm.
5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb Knob
maka cairan akan masuk ke tip.
6. Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.
7. Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan semaksimal
mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip.
8. Jika ingin melepas tip putar Thumb Knob searah jarum jam dan ditekan maka tip
akan terdorong keluar dengan sendirinya, atau menggunakan alat tambahan yang
berfungsi mendorong tip keluar.

G. Cawan Petri (Petri Dish)


Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme.
Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas
sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran,
diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung
media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira
cukup diisi media sebanyak 10 ml.

H. Pipet Ukur (Measuring Pippete)


Pipet ukur merupakan alat untuk
memindahkan larutan dengan volume
yang diketahui. Tersedia berbagai
macam ukuran kapasitas pipet ukur, diantaranya
pipet berukuran 1 ml, 5 ml dan 10 ml. Cara
penggunaanya adalah cairan disedot dengan pipet
ukur dengan bantuan filler sampai dengan
volume yang diingini.
Volume yang dipindahkan dikeluarkan

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


8
mengikuti skala yang tersedia (dilihat bahwa skala harus tepat sejajar dengan
mensikus cekung cairan) dengan cara menyamakan tekanan filler dengan udara
sekitar.

I. Pipet tetes (Pasteur Pippete)


Fungsinya sama dengan pipet ukur, namun volume yang dipindahkan tidak
diketahui. Salah satu penerapannya adalah dalam menambahkan HCl /
NaOH saat mengatur pH media, penambahan reagen ada uji biokimia, dll.

J. Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube)


Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji
biokimiawi dan menumbuhkan mikroba.Tabung
reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi
dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium
foil. Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur
menjadi 2 bentuk
menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan
agar miring (slants agar). Untuk membuat agar miring, perlu
diperhatikan tentang kemiringan media yaitu luas permukaan
yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu
lebar dan hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut
tabung karena memperbesar resiko kontaminasi. Untuk alasan efisiensi, media yang
ditambahkan berkisar 10-12 ml tiap tabung.

K. Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask)


Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan yang. Labu Erlenmeyer
dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media,
menampung akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, dll. Terdapat beberapa
pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100
ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dsb.

L. Gelas ukur (Graduated Cylinder)


Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu
erlenmeyer, gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala
volumenya. Pada saat mengukur volume larutan, sebaiknya volume
tersebut ditentukan berdasarkan meniskus cekung larutan.

M. Batang L (L Rod)
Batang L bermanfaat untuk
menyebarkan cairan di permukaan
agar supaya bakteri yang tersuspensi

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


9
dalam cairan tersebut tersebar merata. Alat ini juga disebut spreader.

N. Mortar dan Stamfer


Mortar dan penumbuk (Stamfer)
digunakan untuk menumbuk atau
menghancurkan materi cuplikan, misal daging,
roti atau tanah sebelum diproses lebih lanjut.

O. Beaker Glass
Beaker glass merupakan alat yang memiliki banyak fungsi. Di
dalam mikrobiologi, dapat digunakan untuk preparasi media media,
menampung akuades dll.

P. Lampu Bunsen (Bunsen Burner)


Salah satu alat yang berfungsi untuk
menciptakan kondisi yang steril adalah
pembakar bunsen. Api yang menyala
dapat membuat aliran udara karena
oksigen dikonsumsi dari bawah dan
diharapkan kontaminan ikut terbakar
dalam pola aliran udara tersebut. Untuk sterilisasi jarum ose atau
yang lain, bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah
bagian api yang berwarna biru (paling panas). Perubahan bunsen dapat
menggunakan bahan bakar gas atau metanol.

Q. Glass Beads
Glass Beads adalah manik-manik gelas kecil yang digunakan untuk meratakan
suspensi biakan dengan menyebarkan beberapa butir di atas permukaan agar dan
digoyang merata. Glass beads digunakan pada teknik spread plate yang fungsinya sama
dengan batang L atau Spreader.

R. Tabung Durham
Tabung durham berbentuk mirip dengan tabung reaksi namun ukurannya lebih kecil
dan berfungsi untuk menampung/menjebak gas yang terbentuk akibat metabolisme pada
bakteri yang diujikan. Penempatannya terbalik dalam tabung reaksi dan harus terendam
sempurna dalam media (jangan sampai ada sisa udara).

S. Jarum Inokulum / Jarum Ose


Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/ditumbuhkan
ke media baru. Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat
nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas.
Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose
atau inoculating loop/transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut
inoculating needle/Transfer needle. Inoculating loop cocok untuk
melakukanstreak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle
cocok digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak
(stab inoculating). Jarum inokulum ini akan sangat bermanfaat saat
membelah agar untuk preprasi Heinrich’s Slide Culture.

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


10
T. Pinset
Pinset memiliki banyak fungsi diantaranya adalah untuk mengambil benda dengan
menjepit misalnya saat memindahkan cakram antibiotik.

U. pH Indikator Universal
berguna untuk mengukur/mengetahui pH suatu larutan. Hal ini sangat penting dalam
pembuatan media karena pH pada media berpengaruh terhadap petumbuhan mikroba.
Kertas pH indikator dicelupkan sampai tidak ada perubahan warna kemudian strip
warna dicocokkan dengan skala warna acuan.

V. Pipet Filler / Rubber Bulb


Filler adalah alat untuk menyedot larutan yang dapat dipasang pada pangkal pipet
ukur. Karet sebagai bahan filler merupakan karet yang resisten bahan kimia. Filler
memiliki 3 saluran yang masing-masing saluran memiliki katup. Katup yang bersimbol
A (aspirate) berguna untuk mengeluarkan udara dari gelembung. S (suction)
merupakan katup yang jika ditekan maka cairan dari ujung

3. Penugasan

I. Mahasiswa diminta untuk menyebutkan alat-alat yang ada beserta fungsinya


masing-masing ?
II. Mahasiswa diminta menyebutkan bagian-bagian dari mikroskop dan fungsinya
beserta cara menggunakan mikroskop ?
III. Mahasiswa diminta menyebutkan bagian-bagian dari Autoklaf dan fungsinya
beserta cara menggunakan Autoklaf ?
IV. Mahasiswa diminta menjelaskan cara menggunakan mikropipet ?

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


11
MATERI II

STERILISASI

1. Tujuan (Kompetensi)
• Mahasiswa mengetahui cara sterilisasi dengan autoclave dan oven.
• Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja aseptis.

2. Teori
Pengertian
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua
bentuk kehidupan.

Macam-macam sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisika
dan kimiawi.
• Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas,
misalnya : larutan enzim dan antibiotik.
• Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
a. Pemanasan
o Pemijaran (dengan api langsung) : membakar alat pada api secara
langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
o Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas
kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer,
tabung reaksi dll.
o Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang
mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak
terjadi dehidrasi.
o Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoclave
b. Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya
untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan benda dengan
disinari lampu UV.
1. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara
lain alkohol.

3. Alat dan Bahan

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Autoclave, cawan petri, erlenmeyer,
becker glass, pipet tetes, gelas ukur, pipet volume, oven, lampu bunsen, segitiga, alas.

Bahan
Alkohol 70 %, Alumunium Foil, kertas Label

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

12
4. Prosedur Kerja

Sterilisasi menggunakan Autoklaf (Autoclave)


Diagram autoklaf vertical
1. Tombol pengatur waktu mundur (timer)
2. Katup pengeluaran uap
3. Pengukur tekanan
4. Klep pengaman
5. Tombol on-off
6. Termometer
7. Lempeng sumber panas
8. Aquades (H2O)
9. Sekrup pengaman
10. Batas penambahan air

Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang
digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan
yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121oC (250oF).
Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi =
15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk
suhu 121oC.
Cara Penggunaan :
1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air
kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut.
Gunakan air hasil destilasi (aquadest), untuk menghindari terbentuknya kerak dan
karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol bertutup ulir, maka tutup
harus dikendorkan.
3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang
keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.
4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.
5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan
terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan)
dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15 menit dimulai sejak tekanan
mencapai 2 atm.
6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen
turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure
gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan
keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


13
Sterilisasi menggunakan Oven
1. Bungkus alat-alat gelas dengan
menggunakan kertas (bisa kertas koran
atau kertas padi) atau alumunium foil
2. Tekan tombol power on untuk
menghidupkan oven
3. Atur suhu oven menjadi 180oC
4. Pada saat oven sudah mencapai suhu
180oC, masukkan alat yang akan
disterilkan kedalam oven dan sterilkan
selama 40 menit.
5. Setelah selesai keluarkan dengan hati-hati
menggunakan penjepit atau sarung tangan.
Tunggulah hingga dingin, alat siap digunakan.

Prinsip Kerja :

1. Oven merupakan alat sterilisasi dengan menggunakan Panas Kering.


2. Protein mikroba akan mengalami dehidrasi hingga terjadi kekeringan, selanjutnya
teroksidasi oleh oksigen di udara sehingga menyebabkan matinya mikroba.

Spesifikasi Alat :

1. Merupakan alat untuk mensterilisasi alat dan bahan.


2. Tidak semua bahan dapat disterilisasi dengan oven seperti serum, vitamin,
antibiotic, dan enzim.
3. Tidak menimbulkan embun/kondensasi pada alat yang disterilisasi karena
menggunakan uap panas kering.

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


14
Desinfeksi Tempat Kerja

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


15
5. Tugas
1. Buatlah Prosedur Sterilisasi dengan Autoclave (autoklaf)
2. Buatlah Prosedur Sterilisasi dengan Oven
3. Apa saja yang disterilisasi dengan Autoclave (autoklaf)
4. Apa saja yang disterilisasi dengan Oven
5. Apakah Manfaat dari Sterilisasi Alat dan Bahan sebelum Praktikum
6. Apakah yang dimaksud dengan antibiotik, bakteriosid, bakteriostatik dan beri
contoh masing-masingnya 2 buah
7. Bagaimana cara sterilisasi alat-alat yang terbuat dari karet

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


16
MATERI III
PEMBUATAN MEDIA BAKTERI

1. Tujuan (Kompetensi)
• Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan media biakan bakteri menggunakan
media NA (nutrient agar)

2. Teori

Media biakan adalah media steril yang digunakan untuk menumbuhkan


mikroorganisme. Media biakan terdiri dari garam organik, sumber energi (karbon),
vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Selain itu dapat pula ditambahkan komponen
lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya.
Media biakan yang mampu mendukung optimalisasi pertumbuhan milroorganisme
harus dapat memenuhi persyaratan nutrisi bagi mikroorganisme. unsur tersebut berupa
garam organik, sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT).
Selain itu dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan
senyawa kompleks lainnya.
Jenis yang termasuk garam-garam anorganik berupa nitrogen terutama kalium
nitrat (KNO3), belerang (sulfur anorganik), fosfor dan unsure-unsur logam anorganik
seperti natrium, kalium, kalsiuum, magnesium, mangan, besi, seng, tembaga, dan
kobalt.
Unsur karbon yang digunakan oleh Mikroorganisme dapat berupa pancaran atau
cahaya dinamankan fototrof, dan yang lain adalah jenis kemototrofmenggunakan hasil
oksidasi senyawa-senyawa kimia dalam media untuk memperoleh energinya.
Vitamin dalam media biakan berfungsi membentuk substansi yang mengaktivasi
enzim. Mikroorganisme memperlihatkan gejala yang berlainan dala pola pengambilan
nutrisi. Meskipun semua Mikroorganisme membutuhkan vitamin dalam proses
metaboliknya, namun beberapa jenis Mikroorganisme nampu mensintesis kebutuhan
vitaminnya sendiri dari senyawa-senyawa lain di dalam medium.

3. Alat dan Bahan

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Autoclave, cawan petri, erlenmeyer,
becker glass, Timbangan, pipet volume, oven, lampu bunsen, segitiga, alas.

Bahan
Media Nutrient Agar, Alkohol 70 %, Alumunium Foil, kertas Label

4. Prosedur Kerja

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


17
• Alat-alat kaca yang digunakan telah disterilkan, meja tempat kerja dan tangan telah
disterilkan dengan alkohol 70 %.
• Masing-masing kelompok membuat 6 buah media NA
• Pembuatan Nutrient Agar : Timbang 2,8 gram Nutrient Agar masukkan kedalam
erlenmeyer lalu dilarutkan dengan aquadest 100 ml hingga semua Nutrient
Agar larut (bisa dilakukan dengan pemanasan diatas lampu bunsen sambil
diaduk), lalu tutup dengan kapas
• Sterilkan dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.
• Setelah itu tunggu beberapa saat hingga dingin tapi masih dalam keadaan cair, lalu
tuangkan kedalam cawan petri.
• Semua pengerjaan diatas dilakukan dengan cara aseptik.

5. Tugas
• Sebutkan komposisi Nutrient Agar
• Bagaimana cara mensterilkan Alat-alat kaca

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


18
6. Hasil Pengamatan

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


19
MATERI IV
MENDETEKSI MIKROORGANISME DI LINGKUNGAN

1. Tujuan (Kompetensi)
- Untuk Mengetahui kehadiran mikroorganisme di berbagai tempat.

2. Teori

Mikroorganisme seperti jamur, bakteri, khamir (yis), virus dsb. Banyak dijumpai
pada berbagai tempat seperti air, udara, tanah dan lain-lain, dan akan tumbuh
berkembang bila kondisi lingkungan menguntungkan. Kemampuan untuk menguraikan
bahan organik yang ditumpanginya, membuat mikroorganisme menjadi sangat penting
bagi kehidupan manusia. Dalam dunia pertanian, mikroorganisme bukan saja diketahui
sebagai penyebab penyakit bagi tanaman tetapi juga sangat berguna bagi bioteknologi
pertanian.

3. Bahan
- Lidi kapas
- Etanol 70%
- Medium agar
- Kertas Label
- Alumunium Foil

4. Alat
- Lampu bunsen
- Hand spayer
- Inkubator
- Cawan petri

5. Cara Kerja

1. Setiap mahasiswa membuat media nutrient agar (NA) untuk pengkulturan bakteri
dalam cawan petri masing-masing satu cawan petri.
2. Setiap cawan petri dibiarkan dalam keadaan terbuka selama 1 jam (masing-masing
mahasiswa meletakkan cawan petri ditempat berbeda : diruang laboratorium, di
WC, ruang kelas dan ditempat sampah). Lalu inkubasi dalam inkubator pada suhu
370C selama 48 jam dalam keadaan terbalik. Catat perkembangan mikroorganisme
dalam medium tersebut pada masa 24 jam inkubasi dan 48 jam masa inkubasi serta
catat jumlah mikroorganisme secara visual.
3. Setelah masa inkubasi 48 jam, cawan pertidist balut dengan alumunium foil
kemudian simpan kultur mikroorganisme tersebut dalam kulkas dengan suhu 40C
untuk praktikum yang akan datang.

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


20
6. Tugas
• Kenapa cawan petridist harus dibungkus oleh alumunium foil
• Berapa suhu inkubasi bakteri dan suhu inkubasi jamur dan dimana diinkubasinya
• Gambarkan bagian-bagian tubuh bakteri beserta fungsi-fungsi dari setiap bagian

7. Hasil Pengamatan

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


21
MATERI V
MEMISAHKAN KOLONI MIKROORGANISME
(MEMBUAT KULTUR MURNI) DAN MENYIMPAN
MIKROORGANISME

1. Tujuan (Kompetensi)
Memberikan keterampilan dalam menginokulasi dan memisahkan mikroorganisme
menjadi koloni tunggal.

2. Teori
Teknik aseptik (steril) dalam memisahkan campurkan campuran mikroorganisme
adalah sangat penting. Karena metode ini sangat menentukan keberhasilan dalam
menghasilkan satu koloni tunggal. Teknik pemisahan yang paling lazim digunakan
adalah metode gores sinambung (gambar A) dan metode coret kuadran (gambar B)
yang membentuk segi empat. Pada metode coret kuadran : coretan pertama,
sebagian kecil dari bakteri disebarkan ke satu sudut cawan petridis (telaga
Mikroorganisme). Dalam coretan kedua dan ketiga, jumlah bakteri akan berkurang.
Akhirnya pada coretan ke empat akan terbentuk beberapa mikroorganisme saja,
sehingga tiap-tiap bakteri akan membagi dan menghasilkan satu koloni tunggal.
Perlu diingat bahwa setiap akan mencoret, kawat ose perlu disterilkan dengan
penyalaan.

A B

3. Bahan
- Medium yang telah berisi berbagai campuran mikroorganisme ( telah
disediakan pada praktek sebelumnya).
- Alkohol
- Alumunium Foil
- Kertas label
- Nutrien Agar (NA)

4. Alat
- Inkubator
- Lampu bunsen
- Kawat ose

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


22
5. Cara Kerja
a. Buatlah media NA (nutrien agar) sebanyak 2 cawan petri per mahasiswa.
b. Sebelum memulai kerja, meja tempat inokulasi, tangan dan kawat ose
perlu disterilkan.
c. Meja dan tangan disterilkan dengan alkohol 70%, sedangkan kawat ose
disterilkan dengan penyalaan diatas lampu bunsen, sampai merah seperti
bata.
d. Bila kawat ose sudah merah, dinginkan sebentar. Untuk memastikan sudah
dingin, sentuhkan kawat ose pada medium. Selanjutnya sentuhkan kawat
ose pada mikroorganisme yang akan dimurnikan dari campuran
mikroorganisme yang lain.
e. Lakukan teknik goresan sinambung pada cawan petri I dan coret kuadran
pada cawan petri II.
f. Media yang telah diinokulasi, tutup semula dan inkubasi dalam inkubator
pada suhu 370C selama 48 jam dengan keadaan terbalik.
g. Foto biakan bakteri hasil goresan tersebut.

6. Tugas
• Apa kegunaan mensterilkan Alat, bahan dan tempat kerja?
• Kenapa media sudah yang diinokulasi diletakkan dalam inkubator dalam posisi
terbalik?
• Apa yang dimaksud dengan koloni bakteri, bakteri tunggal dan bagaimana cara
menghitung koloni bakteri?

7. Hasil Pengamatan

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


23
MATERI VI

PEWARNAAN SEDERHANA (BIASA)

1. Tujuan (Kompetensi)
Untuk mengetahui morfologi dari suatu mikroorganisme.
2. Teori
Teknik pewarnaan sederhana, digunakan untuk mendapatkan gambaran umum yang
cepat tentang ukuran dan bentuk bakteri. Sel-sel mikroorganisme yang tidak diwarnai
umumnya hampir tembus pandang bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa,
sehingga sukar dilihat. Karena sitoplasma selnya mempunyai indeks yang hampir sama
dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antara sel dan latar
belakangnya dapat dipertajam dengan cara mewarnai sel-sel tersebut dengan pewarna.
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena
sitoplasmanya bersifat basidofilik (suka basa). Oleh karena itu pewarnaan yang
digunakan harus bersifat alkali.
3. Bahan
- Kultur bakteri diperoleh dari kultur sebelumnya.
- Biru metilen
- Alkohol 70%
- Air suling steril
- Immersion oil
4. Alat
- Mikroskop
- Kawat ose
- Lampu bunsen
- Gelas objek (kaca slaid)
- Hand Spayer
- Botol pijit
- Pipet pasteur
- Bak pewarna
- Rak slaid

5. Cara Kerja
a. Teteskan 2 tetes aquades dengan menggunakan kawat ose ditengah-tengah gelas
objek. Kemudian oleskan sedikit demi sedikit mikroorganisme dari kultur stok pada
tetesan air digelas objek. Selanjutnya ratakan dan biarkan sampai campuran tersebut
kering diudara.
b. Lakukan diatas lampu bunsen beberapa kali sampai terasa agak panas bila disentuh
pada tangan anda.

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


24
c. Letakkan slaid kaca berisi olesan mikroba tersebut diatas bak pewarna lalu genangi
dengan zat pewarna. Untuk biru metilen, biarkan 1-2 menit. Sedangkan bila
menggunakan karbol fuksin biarkan selama 15-30 detik.
d. Pegang slaid kaca dan miringkan. Bila zat warna dengan air suling dengan hati-hati
agar olesan mikroba tidak tanggal.
e. Seraplah sisa air yang masih menempel pada slaid dengan kertas tisu sampai kering.
Setelah kering periksa dengan mikroskop dengan perbesaran 100x dan tambahkan
immersen oil pada slaid bila sel mikroba kurang jelas.
f. Foto gambar yang didapatkan

6. Tugas
• Apa yang dimaksud dengan pewarnaan bakteri
• Sebutkan pewarnaan bakteri yang sering digunakan dalam mikrobiologi
7. Hasil Pengamatan

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


25
MATERI VII
PEWARNAAN NEGATIF

1. Tujuan (kompetensi)
Untuk melihat bentuk asli bakteri dan melihat ukuran bakteri menggunakan pewarna
nigosin

2. Teori
Dalam pewarnaan, kita tidak mewarnakan bakteri melainkan mewarnai latar
belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroba tampak transparan.
Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Berbeda dengan
teknik pewarnaan yang lain, pada pewarnaan negatif olesan mikroba tidak mengalami
proses pemanasan atau perlakuan keras dari bahan-bahan kimia. Berhasilnya metode
ini bergantung pada:

➢ Kebersihan slaid kaca (bila terdapat kotoran sisa-sisa lemak atau debu, olesan
mikroba tidak akan merata ).
➢ Jumlah pewarna yang digunakan ( tidak berlebihan ataupun terlalu sedikit ).
➢ Campuran pewarnaan dan mikroba harus diseret diatas slaid kaca, bukan
sekedar didorong.

3. Bahan
• Kultur bakteri diperoleh dari kultur sebelumnya
• Nigosin (tinta cina)
• Alkohol 70%
• Air suling
• Tusuk gigi
• Immersion Oil

4. Alat
• Mikroskop
• Kawat ose
• Gelas Objek
• Botol semprot
• Pipet Pasteur
• Bak Pewarna
• Rak Slaid

5. Cara Kerja
➢ Dengan menggunakan tusuk gigi, ambil tahi gigi Anda atau mikroba dari praktek
sebelumnya, letakkan mikroba tersebut diujung slaid kaca yang bersih.
➢ Tambahkan 2-3 tetes air suling dengan menggunakan jarum ose. Serta
tambahkan 1 tetes nigosin. Seret lumuran mikroba + nigosin untuk membuat
lapisan yang tipis diatas slaid kaca dengan slaid kaca yang lain membentuk sudut
450.
➢ Biarkan mengering sendiri, jangan dipanaskan. Setelah kering periksa dengan
mikroskop perbesaran 100x. Bila kurang jelas, tambahkan immersion oil.
➢ Foto gambar yang didapatkan.

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


26
6. Tugas
• Sebutkan dan Gambarkan Susunan tubuh bakteri menurut literatur
• Apa manfaat kita melakukan pewarnaan bakteri

7. Hasil Pengamatan

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


27
MATERI VIII

PEWARNAAN GRAM

1. Tujuan (kompetensi)
Untuk membedakan bakteri gram positif & bakteri gram negatif.

2. Teori
Teknik pewarnaan telah dikembangkan oleh Chirtian Gam digunakan untuk
membedakan 2 kelompok bakteri gram positif & gram negatif. Ada 4 jenis larutan yang
digunakan dalam praktek pewarnaan Gram yaitu: Kristal ungu atau biru metilen
(pewarna primer), larutan iodium (lugol), alkohol 95% (sebagai pemucat dan peluntur
warna dan sapranin (pewarna tandingan). Bila mikroba dapat menahan komplesk
pewarna primer yaitu kristal ungu dan iodium sampai pada akhir prosedur, sel-sel
mikroba yang kehilangan warna kristal ungu pada waktu gram positif. Adapun bila
mikroba yang kehilangan warna kristal ungu pada waktu pembilasan alkohol, tetapi
kemudian terwarnai oleh sapranin (pewarna tandingan) disebut gram negatif.

3. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Cawan petri, lampu bunsen, dan alas,
autoclave, Slaid Kaca, Mikroskop, Bak pewarna, Rak slaid kaca.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah yakult, yogurt, biakan bakteri
sebelumnya, pewarna kristal ungu (kristal violet), Larutan Iodium (lugol), aquadest,
kapas, alkohol 70 %, Etanol 95 %, Larutan Sapranin, imersi oil, yakult .

4. Prosedur Kerja
• Buat lumuran tipis bakteri diatas slaid kaca, untuk mempercepat pengeringan
lakukan diatas lampu bunsen
• Genangi lumuran bakteri dengan larutan kristal violet selama 30-60 detik
• Miringkan slaid kaca untuk membuang larutan kristal violet dan bilas dengan air
suling secara hati-hati, lalu genangi kembali slaid dengan larutan Lugol selama
30-120 detik.
• Miringkan slaid kaca untuk membuang larutan lugol lalu bilas dengan air suling
kemudian cuci dengan etanol 95 % setetes demi setetes.
• Selanjutnya genangi preparat dengan sapranin dan biarkan 1 menit lalu bilas lah
dengan air suling
• Periksa dengan mkroskop dengan perbesaran 100x, bila kurang jelas tambahkan
dengan imersion oil
• Bakteri apakah yang ada dalam sampel, bedakan lalu gambarkan kemudian
buatlah kesimpulan

5. Tugas
• Sebut dan Gambarkan Struktur bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
• Sebutkan perbedaan antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dan beri
contoh masing2 dua buah
• Kenapa kedua jenis bakteri tersebut berbeda warnanya, jelaskan ?

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


28
6. Hasil dan Pengamatan

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


29
7. Kesimpulan

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


30
MATERI IX
PEMERIKSAAN JAMUR I

1. Tujuan (Kompetensi)
Untuk mengetahui bentuk morfologi jamur I.

2. Teori

Jamur disebut juga dengan kapang. Cendawan atau fungi yang mempunyai benang
halus yang disebut hifa yang merupakan ciri utamanya. Kumpulan dari hifa disebut
miselium. Hifa mempunyai 2 struktur yaitu bersepta dan tidak bersepta. Jamur termasuk
Mikroorganisme eukariot multiseluler. Untuk melihat struktur dapat dibuat pewarnaan
langsung dengan “lactophenol cotton blue “. Metode lain untuk melihat struktur jamur
dengan jelas adalah slide cultur. Kelompok jamur dipilahkan berdasarkan spora
seksualnya. Sebagai contoh ascomycetes membentuk spora seksual dalam struktur
ttertentu yang disebut askus. Sedangkan basidiomycetes membentuk spora seksualnya
dalam bentuk basidium.

3. Alat dan Bahan


Alat
• Kaca objek dan penutupnya
• Jarum pemisah
• Kawat ose
• Cawan pertidish
• Mikroskop
• Gelas ukur
• Erlenmeyer
• Bunsen
• Autoclave

Bahan
• Media PDA (Potato Dextrose Agar)
• Larutan lactothenol cotton blue
• Etanol 70%
• Alumunium foil
• Aquadest
• Kertas lebel
• Tisu / serbet

4. Prosedur Kerja
Pembuatan Media PDA
• Alat-alat kaca yang digunakan telah disterilkan, meja tempat kerja dan tangan
telah disterilkan dengan alkohol 70 %.
• Masing-masing mahasiswa membuat 1 buah media PDA (potato dektrose agar)

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


31
• Pembuatan media PDA : Timbang 3,9 gram media PDA masukkan kedalam
erlenmeyer lalu dilarutkan dengan aquadest 100 ml hingga semua Media
PDA larut (bisa dilakukan dengan pemanasan diatas lampu bunsen sambil
diaduk), lalu tutup dengan kapas

• Sterilkan dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.


• Setelah itu tunggu beberapa saat hingga dingin tapi masih dalam keadaan cair,
lalu tuangkan kedalam cawan petri. Setelah dingin media siap digunakan.
• Letakkan media di ruang kelas, tempat sampah dan WC selama 1 jam dalam
kondisi terbuka
• Lalu inkubasi di suhu 25oC (suhu kamar) selama 48 jam, jika jamur sudah
tumbuh maka letakkan di kulkas untuk di lihat di praktikum selanjutnya

Pemeriksaan Biakan Jamur


• Amati koloni jamur dengan melihat penampilan, warna tampak atas dan warna
tampak bawah.
• Teteskan 1 lactophenol catton blue (LCB) dibagian tengah kaca objek.
• Ambil biakan jamur secara aseptik dengan menggunakan kawat ose, kemudian
letakkan pada kaca objek yang mengandung LCB.
• Gunakan kawat ose untuk memisahkan hifa
• Panaskan kawat ose sebelum diletakkan kembali.
• Tutup kaca objek dengan kaca penutup, hindarierbentuknya gelembung udara.
• Periksa biakan dengan pembesaran 4x, 10x dan 40x. Untuk identifikasi ciri
marfologi hifa, warna hifa, jenis hifa (bersepta atau tidak), ukuran, bentuk dan
warna spora.
• Laporkan hasil pengamatan.

5. Tugas
• Sebut dan Gambarkan Struktur Jamur dan beri contoh 2 buah
• Sebutkan perbedaan antara bakteri dan jamur

6. Hasil dan Pengamatan

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


32
MATERI X

PEMERIKSAAN JAMUR II

1. Tujuan (Kompetensi)
Untuk mengetahui bentuk morfologi jamur.

2. Teori

Jamur disebut juga dengan kapang. Cendawan atau fungi yang mempunyai benang
halus yang disebut hifa yang merupakan ciri utamanya. Kumpulan dari hifa disebut
miselium. Hifa mempunyai 2 struktur yaitu bersepta dan tidak bersepta. Jamur termasuk
Mikroorganisme eukariot multiseluler. Untuk melihat struktur dapat dibuat pewarnaan
langsung dengan “lactophenol cotton blue “. Metode lain untuk melihat struktur jamur
dengan jelas adalah slide cultur. Kelompok jamur dipilahkan berdasarkan spora
seksualnya. Sebagai contoh ascomycetes membentuk spora seksual dalam struktur
ttertentu yang disebut askus. Sedangkan basidiomycetes membentuk spora seksualnya
dalam bentuk basidium.

3. Alat dan Bahan


Alat
• Kaca objek dan penutupnya
• Jarum pemisah
• Kawat ose
• Lidi steril
• Cawan pertidish
• Mikroskop
• Gelas ukur
• Erlenmeyer
• Bunsen
• Autoclave

Bahan
• Potongan roti yang ditumbuhi jamur, nasi basi, roti berjamur, tempe basi
• Media PDA (Potato Dextrose Agar)
• Larutan lactothenol cotton blue
• Etanol 70%
• Alumunium foil
• Aquadest
• Kertas lebel
• Tisu / serbet

4. Prosedur Kerja
Pembuatan Media PDA
• Alat-alat kaca yang digunakan telah disterilkan, meja tempat kerja dan tangan
telah disterilkan dengan alkohol 70 %.
• Masing-masing mahasiswa membuat 1 buah media PDA (potato dektrose agar)
• Pembuatan media PDA : Timbang 3,9 gram media PDA masukkan kedalam
erlenmeyer lalu dilarutkan dengan aquadest 100 ml hingga semua Media

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


33
PDA larut (bisa dilakukan dengan pemanasan diatas lampu bunsen sambil
diaduk), lalu tutup dengan kapas
• Sterilkan dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.
• Setelah itu tunggu beberapa saat hingga dingin tapi masih dalam keadaan cair,
lalu tuangkan kedalam cawan petri. Setelah dingin media siap digunakan.

Pembuatan suspensi biakan jamur dari sampel (tempe, roti ,dll )


• Siapkan sampel (tempe, roti, dan nasi)
• Tuangkan NaCl fisiologi pada tabung reaksi, kemudian ambil jamur yg telah
tumbuh dengan sepatula lalu homogenkan.
• Kemudian tanamlah biakan bakteri pada media PDA yg telah disiapkan
sebelumnya dengan menggunakan kawat ose.
• Inkubasi dalam inkubator pada suhu 250C.

Semua pengerjaan diatas dilakukan dengan cara aseptik

Pemeriksaan Biakan Jamur


• Amati koloni jamur dengan melihat penampilan, warna tampak atas dan warna
tampak bawah.
• Teteskan 1 lactophenol catton blue (LCB) dibagian tengah kaca objek.
• Ambil biakan jamur secara aseptik dengan menggunakan kawat ose, kemudian
letakkan pada kaca objek yang mengandung LCB.
• Gunakan kawat ose untuk memisahkan hifa
• Panaskan kawat ose sebelum diletakkan kembali.
• Tutup kaca objek dengan kaca penutup, hindarierbentuknya gelembung udara.
• Periksa biakan dengan pembesaran 4x, 10x dan 40x. Untuk identifikasi ciri
marfologi hifa, warna hifa, jenis hifa (bersepta atau tidak), ukuran, bentuk dan
warna spora.
• Laporkan hasil pengamatan.

5. Tugas
• Sebutkan jamur yang berguna dan bermanfaat bagi manusia
• Buatlah bagan perkembangbiakan jamur

6. Hasil dan Pengamatan

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


34
DAFTAR PUSTAKA

Craig, W.A. 1998. Choosing An Antibiotic On The Basis of Pharmacodynamics. Ear


NoseThroat J. New England.
Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Jawetz, Melnick, Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.
Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Lim, D. 1998. Microbiology 2nd Edition. McGraw Hill. United of States America.
Mc Evoy, G.K., J.L. Miller, J. Shick and E.D. Milikan. 2002. AHFS Drug Information.
American Society of Health: USA.
Pelczar, M., E.C.S. Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.
Tjay, Tann Hoan., Rahardja, Kirana. 2008. Obat-Obat Penting. Penerbit Elexmedia
Komputindo. Jakarta.
Van Saene, H.K.F, Silvestri L, De la Cal MA. 2005. Infection Control In The Intensive
Care Unit. 2nd ed. Springer. Milan.

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


35
PETUNJUK PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI

I. SAFETY (KEAMANAN KERJA DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI)

Keamanan Laboratorium merupakan hal yang penting, sebagai upaya keselamatan


dalam melaksanakan pemeriksaan/praktikum di laboratorium, dengan tujuan
melindungi pekerja/praktikan dan orang sekitarnya dari resiko terkena gangguan
kesehatan yang ditimbulkan laboratorium. Laboratorium Mikrobiologi adalah
laboratorium yang kegiatannya berhubungan dengan mikroorganisme, khususnya
mikroorganisme penyebab infeksi.

BEKERJA DI LAB. MIKROBIOLOGI


1. Melindungi Petugas dan Praktikan
• Hindari penyebaran percikan bahan infeksi dari spesimen (mis : saat
penanaman /pembakaran ose)
• Tempatkan spesimen pada wadah yang tahan bocor
• Dekontaminasi permukaan meja dengan dekontaminan yang sesuai
• Cuci tangan pada saat yang tepat dengan sabun/desinfektan, jangan
menyentuh mulut, hidung dan mata saat bekerja
• Jangan makan dan minum saat bekerja
• Gunakan jas praktikum saat bekerja
• Hindari luka/tertusuk pada saat bekerja (lakukan segala sesuatu dengan hati-
hati)
2. Melakukan sterilisasi alat dan bahan sebelum dan sesudah bekerja sebelum
mencuci alat/membuang sisa spesimen
3. Menyediakan tempat tersendiri untuk peralatan yang digunakan dan telah
terkontaminasi dengan bakteri
4. Menyediakan tempat untuk sampah terkontaminasi dan tidak terkontaminasi
5. Gunakan sarung tangan dengan tepat

PENGGUNAAAN ALAT-ALAT DI LABORATORIUM


2. Cara menggunakan pipet dan alat bantu pipet
• Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat bantu, masukkan sumbat kapas
untuk mengurangi kontaminasi.
• Jangan mencampur bahan infeksi dengan menghisap/meniup pipet
• Jangan mengeluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
• Gunakan kapas yang telah diberi disinfektan bila ada tetesan spesimen yang
jatuh di meja, kemudian kapas di buang di tempat khusus untuk diautoclave
• Rendam pipet habis pakai di disinfektan 18-24 jam

3. Cara menggunakan jarum suntik (kecelakaan penggunaan jarum suntik


penyebab umum infeksi yang terjadi di laboratorium dan fasilitas kesehatan
lain)
• Hindari gerakan cepat dan tergesa-gesa saat memegang jarum suntik
• Gunakan sarung tangan
• Buang kelebihan udara, cairan, gelembung secara vertikal ke kapas yang
telah ada desinfektan
• Jangan membengkokkan atau memindahkan jarum dengan tangan
• Buang jarum suntik pada tempat khusus sebelum steril

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


36
4. Cara pembukaan wadah
Pembukaan wadah botol atau cawan petri dan tabung biakan, memiliki potensi
terinfeksi, karena tak terlihat dapat menimbulkan aerosol atau kontaminasi pada
kulit atau daerah kerja. Pembukaan wadah di tempat kerja sering dilakukan, bila
tidak hati-hati, bahan terinfeksi yang ada dalam wadah dapat menularkan secara
langsung atau jatuh ke tempat kerja. Beberapa pencegahan yang dapat
dilakukan untuk menghindari resiko terinfeksi adalah sebagai berikut :
• Buka tutup wadah di tempat kerja dengan hati-hati agar isi dalam wadah
tidak terpencar ke luar.
• Gunakan jas lab. dan sarung tangan.
• Hindari aerosol.
• Spesimen yang bocor atau pecah hanya dibuka di dalam Safety Cabinet.

5. Penerimaan spesimen di Laboratorium


• Laboratorium mempunyai loket khusus penerimaan spesimen. Jika jumlah
spesimen tidak banyak, maka tempat pemeriksaan spesimen dapat dilakukan
pada meja khusus dalam areal laboratorium.
• Spesimen harus di tempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk
mencegah tumpahnya/bocornya spesimen.
• Wadah harus dapat didisinfeksi atau diautoklaf.
• Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.
• Wadah diberi label tentang identitas spesimen.
• Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik
yang dapat didisinfeksi atau diautoklaf ulang.
• Baki harus didisinfeksi / diautoklaf secara teratur setiap hari.
• Jika mungkin, wadah diletakkan di atas baki dalam posisi berdiri.
6. Petugas pembawa spesimen dalam Laboratorium
• Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian depan saat
membawa spesimen.
• Membawa spesimen di atas kaki
• Mencuci tangan dengan disinfektan jika terkena tumpahan/percikan dari
spesimen.
• Jika spesimen bocor / tumpah di atas baki, dekontaminasi baki dan sisa
spesimen diautoklaf.
• Lapor pada petugas/panitia keamanan kerja laboratorium jika terluka saat
bekerja.
7. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh
Tindakan di bawah ini dibuat untuk melindungi petugas laboratrorium terhadap
infeksi yang ditularkan melalui darah seperti Virus hepatitis B, HIV (Human
Immunodeficiency Virus) dan lain-lain.
a. Mengambil, melabel dan membawa spesimen
• Gunakan sarung tangan
• Hanya petugas lab yang boleh melakukan pengambilan darah.
• Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya dengan
alat khusus yang sekaligus merupakan wadah penyimpanan jarum
habis pakai. Pindahkan darah ke dalam tabung spesimen dengan hari-
hati dan tutup rapat mulut tabung spesimen. Jarum suntik habis pakai
sebaiknya dibakar dalam alat insinerasi. Jika fasilitas insinerasi tidak
tersedia, jarum suntik dan sempritnya diautoklaf dalam kantong yang
terpisah.

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


37
• Tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi label
BAHAYA INFEKSI.
• Masukkan tabung ke dalam kantung plastik untuk dibawa ke
laboratorium. Formulir permintaan dibawa secara terpisah.
b. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel
• Buka tabung spesimen dalam kabinet keamanan biologis Kelas I dan
Kelas II.
• Gunakan sarung tangan
• Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung setelah dibungkus kain
kasa.
c. Kaca dan benda tajam
• Jika mungkin, gunakan alat terbuat dari plastik sebagai pengganti
kaca/gelas. Bahan kaca/gelas dapat dipakai jika terbuat dari
borosilikat.
• Sedapat mungkin, hindari penggunaan alat suntik selain untuk
mengambil darah.
d. Sediaan darah pada kaca objek
• Pegang kaca objek dengan forsep
e. Peralatan otomatis
• Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed type)
• Cairan yang keluar dari alat/effalut harus dikumpulkan dalam
tabung/wadah tertutup atau dibuang ke dalam sistem pembuangan
limbah.
• Jika memungkinkan, alirkan hipoklorit atau glutaraldehid ke dalam alat
disinfektan hanya pada keadaan tertentu.
f. Melakukan sentrifus
• Gunakan tabung sentrifus yang mempunyai tutup
• Gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi penutup
g. Jaringan
• Fiksasi jaringan dengan formalin. Spesimen berukuran kecil, seperti
dari biopsi jarum, dapat difiksasi dan didekontaminasi dalam waktu
kurang lebih 2 jam, tetapi spesimen berukuran besar membutuhkan
waktu beberapa hari.
• Setelah melakukan potong beku (frozensection), alat (cryotome) haru
didekontaminasi.
8. Kecelakaan di Laboratorium
Di laboratorium mikrobiologi, infeksi bakteri merupakan resiko yang sering
terjadi sebagai penyebab penularan utama pada petugas pemeriksa laboratorium.
Oleh sebab itu perlu diupayakan tindakan pencegahan dengan urutan prioritas
sebagai berikut :
a. Perlindungan petugas pemeriksa
• Batasi kontaminasi
• Dekontaminasi pegawai
• Dekontaminasi areal yang berhubungan
b. Dekontaminasi kulit
Detergen tidak boleh digunakan, perawatan harus dilakukan dengan tidak merusak
kulit
c. Dekontaminasi mata = dilakukan dengan perawatan air untuk mencegah
penyebaran kontaminasi dari satu area ke area lainnya.
d. Dekontaminasi pakaian

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


38
Pakaian yang terkontaminasi harus dipindahkan secepatnya dan diletakkan pada
wadah tertentu. Harus dipindahkan dari lokasi tumpahan sampai kontaminasi dapat
termonitor.

e. Dekontaminasi daerah kerja


Basahi semua daerah yang terkena tumpahan termasuk wadah yang rusak dengan
disinfektan. Diamkan 10 menit. Bersihkan dengan tissue atau lap dengan
menggunakan sarung tangan.
Dianjurkan disinfektan yang digunakan adalah Hypochlorite. Bila terjadi
kecelakaan diruang kerja laboratorium, batasi orang yang masuk di daerah tersebut
sampai dilakukan monitor terhadap kontaminasi oleh petugas. Kotak peralatan
P3K yang lengkap harus tersedia di laboratorium dan diletakkan di tempat yang
diketahui oleh semua staf laboratorium. Sebaiknya kotak peralatan tersebut disertai
dengan petunjuk lengkap tentang pertolongan pada kecelakaan,
terpotong/tersengat, luka bakar, keracunan, shock/collapse serta terbaca oleh
semua staff.

II. Sterilisasi
Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam diagnosa mikrobilogi, sterilisasi
sangat diutamakan baik alat-alat yang dipakai maupun medianya. Bila penanaman
spesimen dalam media, petri, ose maupun media yang digunakan tidak steril, maka sangat
tidak mungkin untuk membedakan apakah kuman yang berhasil diisolasi tersebut berasal
dari penderita atau merupakan hasil kontaminasi dari alat-alat atau media yang digunakan.
Suatu alat atau bahan dikatakan steril bila alat/bahan tersebut bebas dari mikroba
baik dalam bentuk vegetatif maupun spora. Tindakan untuk membebaskan alat atau media
dari jasad renik disebut sterilisasi. Ada beberapa cara sterilisasi, untuk pemilihannya
tergantung dari bahan/alat yang akan disterilkan. Secara garis besar sterilisasi dapat dibagi
sebagai berikut :
b. pemanasan
c. filtrasi
d. penyinaran dengan sinar gelombang pendek (radiasi)
e. kimia (khemis)

A. Sterilisasi dengan Pemanasan


1. Dengan pemanasan kering
Pembakaran
Alat yang digunakan adalah lampu spiritus/bunsen. Pembakaran dapat dilakukan
dengan cara :
- Memijarkan
Pembakaran dengan cara ini hanya cocok untuk alat-alat logam (ose, pinset, dll),
yang dibiarkan sampai memijar. Dengan cara ini seluruh mikroorganisme,
termasuk spora, dapat dibasmi.
- Menyalakan
Dapat diartikan suatu pelintasan alat gelas (ujung pinset, bibir tabung, mulut
erlenmeyer, dll) melalui nyala api. Cara ini merupakan hal darurat dan tidak
memberikan jaminan bahwa mikroorganisme yang melekat pada alat dengan pasti
terbunuh.

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


39
Cara mensterilkan ose :
Ose disterilkan dengan cara dibakar pada nyala api lampu spiritus atau lampu gas.
Pada waktu memanaskan ose, dimulai dari pangkal kawat dan setelah terlihat merah
berpijar secara pelan-pelan pemansan dilanjutkan ke ujung ose. Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah terloncatnya kuman akibat pemanasan langsung dan terlalu cepat pada
mata ose. Nyala api pada sterilisator mempunyai perbedaan dalam derajat panas.
ABCD (diarsir) : merupakan ruang oksidasi
ABCD : merupakan ruang reduksi
AB : dasar api
a : ruang oksidasi atas
b : ruang oksidasi bawah
c : ruang reduksi atas
d : ruang reduksi bawah
e : bagian yang paling tidak panas

Tempat yang paling panas adalah ruang oksidasi bawah yang letaknya kira-kira
sepertiga bawah dari tingginya nyala api. Yang perlu diperhatikan :
- jangan memegang mata ose dengan tangan sebelum ose disterilkan
- jangan meletakkan ose di atas meja, tetapi letakkan pada tempat yang disediakan
setelah disterilkan.

Dengan udara panas (hot air oven)


Cara ini menggunakan udara yang dipanaskan dan kering, serta berlangsung dalam
sterilisator udara panas (oven). Pemanasan dengan udara panas dugunakan untuk
sterilisasi alat-alat laboratorium dari gelas misalnya : petri, tabung gelas, botol pipet
dll, juga untuk bahan-bahan minyak dan powder misalnya talk. Bahan dari karet, kain,
kapas dan kasa tidak dapat ditserilkan dengan cara ini.
Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan dibungkus dengan
kertas tahan panas, kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada temperatur
antara 150 - 170ºC, selama kurang lebih 90 – 120 menit. Hal yang perlu diperhatikan
adalah bahwa di antara bahan yang disterilisasi harus terdapat jarak yang cukup, untuk
menjamin agar pergerakan udara tidak terhambat.
2. Dengan pemanasan basah
Dengan merebus
Digunakan untuk mensterilkan alat-alat seperti gunting, pinset, skalpel, jarum, spuit
injeksi dan sebagainya dengan cara direbus dalam suasana mendidih selama 30-60
menit.

Dengan uap air panas


Digunakan terutama untuk mensterilkan media-media yang akan mengalami
kerusakan bila dikerjakan dengan sterilisasi uap air panas dengan tekanan (autoclave)
ataupun untuk alat-alat tertentu. Cara ini dijalankan dengan pemanasan 100ºC selama 1
jam. Perlu diingat bahwa dengan cara ini spora belum dimatikan, dan ada beberapa
media yang tidak tahan pada panas tersebut (misalnya media Loewenstein, Urea
Broth). Media tersebut disterilkan dengan cara sterilisasi bertingkat ataupun filtrasi.
Alat yang digunakan adalah sterilisator, autoclave, dimana tekanan dalam autoclave
dijaga tetap 1 atmosfer (klep pengatur tekanan dalam keadaan terbuka).

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


40
Dengan uap air bertekanan (Autoclave)
Dengan cara pengatur tekanan dalam autoclave, maka dapat dicapai panas yang
diinginkan. Cara ini dipakai untuk sterilisasi media yang tahan terhadap pemanasan
tinggi. Sterilisasi biasanya dijalankan dengan menggunakan panas 120ºC selama 10 –
70 menit tergantung kebutuhan. Hal yang perlu diperhatikan bila mengerjakan
sterilisasi dengan menggunakan autoclave :
- Harus ditunggu selama bekerja
- Hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoclave (perubahann temperatur dan
tekanan secara mendadak dapat menyebabkan cairan yang disterilkan meletus
dan gelas-gelas dapat pecah).
Pada sterilisasi dengan pemanasan kering, bakteri akan mengalami proses oksidasi
putih telur, sedang dengan sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan terjadinya
koagulasi putih telur bakteri. Dalam keadaan lembab jauh lebih cepat menerima panas
daripada keadaan kering sehingga sterilisasi basah lebih cepat dibanding oksidasi).

Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas yang
digunakan 61,7ºC selama 30 menit.
B. Sterilisasi dengan Filtrasi
Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas pada
saringan berpori kecil sehingga dapat menahan mikroorganisme dengan ukuran
tertentu. Kegunaan:
- untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya Urea Broth
ataupun untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim, vitamin.
- Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja secara aseptis
Virus seperti mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma) umumnya tidak
dapat ditahan oleh filter.
C. Sterilisasi dengan Penyinaran (radiasi)
Sterilisasi dengan cara ini diperlukan jika sterilisasi panas maupun dinding tidak dapat
dilakukan. Beberapa macam radiasi mengakibatkan letal terhadap sel-sel jasad renik dan
mikroorganisme lain. Jenis radiasi termasuk bagian dari spkterum elektromagnetik,
misalnya : sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar x dan juga sinar katoda elektro kecepatan
tinggi. Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang 15-390 nm. Lampu sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang 260 – 270 nm, dimana sinar dengan panjang
gelombang sekitar 265 nm mempunyai daya bakterisid yang tinggi. Lampu ultraviolet
digunakan untuk mensterilkan ruangan, misalnya di kamar bedah, ruang pengisian obat
dalam ampul dan flakon di industri farmasi, juga bisa digunakan diperusahaan makanan
untuk mencegah pencemaran permukaan.
Sinar x mempunyai daya penetrasi lebih besar dibanding dengan sinar ultraviolet. Sinar
gamma mempunyai daya penetrasi lebih besar dibandingkan dengan sinar x dan digunakan
untuk mensterilkan material yang tebal, misalnya bungkusan alat-alat kedokteran atau paket
makanan. Sinar katoda biasa dipakai menghapus hama pada suhu kamar terhadap barang-
barang yang telah dibungkus.
D. Cara Kimia (Khemis)
Merupakan cara sterilisasi dengan bahan kimia. Beberapa istilah yang perlu difahami:

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


41
- Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat membunuh sel-sel vegetatif dan
jasad renik. Biasanya digunakan untuk obyek yang tidak hidup, karena akan
merusak jaringan. Prosesnya disebut desinfeksi.
- Antiseptik adalah suatu bahan atau zat yang dapat mencegah, melawan maupun
membunuh pertumbuhan dan kegiatan jasat renik. Biasanya digunakan untuk tubuh.
Prosesnya disebut antiseptis.
- Biosidal adalah suatu zat yang aksinya dipakai unhtuk membunuh mikroorganisme,
misal : bakterisid, virosid, sporosid.
- Biostatik adalah zat yang aksinya untuk mencegah/menghambat pertumbuhan
organisme, misal : bakteriostatik, fungistatik.

Ada beberapa zat yang bersifat anti mikroba :


1. Fenol dan derivatnya
Zat kimia ini bekerja dengan cara mempresipitasikan protein secara aktif atau merusak
selaput sel dengan penurunan tegangan permukaan. Fenol cepat bekerja sebagai
desinfektan maupun antiseptik tergantung konsentrasinya. Daya antimikroba fenol akan
berkurang pada suasana alkali, suhu rendah, dan adanya sabun.
2. Alkohol
Alkohol beraksi dengan mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan melarutkan
lemak sehingga membran sel rusak dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh alkohol. Etil
alkohol (etanol) 50-70% mempunyai sifat bakterisid untuk bentuk vegetatif. Metanol
daya bakterisidnya kurang dibandingkan etanol, dan beracun terhadap mata.
3. Halogen beserta gugusannya
Halogen beserta gugusannya ini mematikan mikroorganisme dengan cara mengoksidadi
protein sehingga merusak membran dan menginaktifkan enzim-enzim. Misalnya :
- Yodium dipakai untuk mendesinfeksi kulit sebelum dilakukan pembedahan
- Hipoklorit digunakan untuk sanitasi alat-alat rumah tangga. Yang umum dipakai
adalah kalsium dipoklorit dan sodium hipoklorit.
4. Logam berat dan gugusannya
Logam berat dapat memprestasikan enzim-enzim atau protein esensial lain dalam sel
sehingga dapat berfungsi sebagai anti mikroba.
Contoh :
- Merkurokrom, merthiolat sebagai antiseptik.
- Perak nitrat sebagai tetes mata guna mencegah penyakit mata pada bayi (Neonatol
gonococcal ophthalmitic).
5. Deterjen
Dengan gugus hipofilik dan hidrofilik, deterjen akan merusak membran sitoplasma.
i. Aldehid
Aldehid mendesinfeksi dengan cara mendenaturasi protein. Contoh : formalin
(formaldehid)
ii. Gas sterilisator
Digunakan untuk bahan/alat yang tidak dapat disterilkan dengan panas tinggi atau
dengan zat kimia cair. Pada proses ini material disterilkan dengan gas pada suhu
kamar. Gas yang dipakai adalah ethilen oksida.
Kebaikannya : ethilen oksida mempunyai daya sterilisasi yang besar dan daya
penetrasinya besar
Kejelekannya : ethilen oksida bersifat toksis dan mudah meledak.

PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


42

Anda mungkin juga menyukai