Anda di halaman 1dari 14

Dasar Teknik Listrik

BAB VI
TRANSFORMATOR

6.1. Pendahuluan

Transformator merupakan merupakan suatu alat magnetoelektrik yang berfungsi untuk


mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain (Abdul Kadir,
Transformator). Transformator terdiri atas inti yang berlapis-lapis, dan dua buah
kumparan, yaitu primer dan sekunder. Biasanya kumparan terbuat dari bahan tembaga
yang dibelitkan pada inti transformator. Kedua kumparan saling tergabung secara
magnetik melalui inti, tetapi tidak tergabung secara elektrik.

I1 b I2

U1 ep Np Ns es U2Z

Gambar 6.1. Prinsip Transformator

Prinsip induksi elektromagnetik diterapkan dalam prinsip kerja elektromagnetik.


Apabila kumparan primer dihubungkan dengan tegangan bolak-balik, maka akan
mengalir arus bolak-balik I1 pada kumparan tersebut. Akibatnya terjadi fluksi magnet
yang mengalir pada inti trafo yang besarnya berubah-ubah, sehingga akan timbul GGL
induksi (ep). Pada kumparan sekunder juga terjadi GGL induksi (es), karena fluks
magnet yang terjadi di kumparan sekunder merupakan fluks bersama (mutual) dari fluks
magnet di kumparan primer. Besarnya GGL induksi pada kedua kumparan adalah :

d
ep  N p volt ………………………………………………………(1)
dt
d
es   N s volt ………………………………………………………(2)
dt
dimana :

ep = GGL induksi pada kumparan primer (volt)


es = GGL induksi pada kumparan sekunder (volt)
Np = Jumlah lilitan primer
Ns = Jumlah lilitan sekunder
d = Perubahan garis-garis gaya magnet (weber)
d t = perubahan waktu (detik)

Dari persamaan (1) dan (2) didapatkan perbandingan lilitan berdasarkan perbandingan
GGL induksi yaitu:

Politeknik Negeri Bandung


Dasar Teknik Listrik

ep Np
a  …………………………………………………………..(3)
es N s
a : adalah nilai perbandingan lilitan transformator (turn ratio).

Apabila a < 1, maka transformator berfungsi untuk menaikkan tegangan (step up


transformer). Jika a > 1 maka transformator berfungsi untuk menurunkan tegangan (step
down transformer).
Fluks pada saat t dinyatakan dengan pernyataan (t) = m sin t dimana m adalah
harga fluks maksimum dalam satuan weber, sehingga GGL induksi pada kumparan
primer adalah:
d
ep  N p
dt
d m sin t
ep  N p ………………………………………………….(4)
dt
e p   N p     m cos t

e p   N p     m sin(t  )
2
Dari persamaan (4) dapat dibuktikan bahwa, fluks magnet fungsi sinus akan
menimbulkan GGL induksi fungsi sinus. GGL induksi akan ketinggalan 90o terhadap
fluks magnet.
Besarnya GGL induksi berdasarkan persamaan (4) adalah (ep)maks = Np..m sehingga
besarnya tegangan efektif (ep) dapat dihitung dengan persamaan :

(e p ) maks
ep 
2
N p  m
ep 
2
2f  N p   m  2
ep  …………………………………………………(5)
2
e p  3,14  1,41  f  N p   m
e p  4,44  f  N p   m …………………………………………………..(6)

Dengan cara yang sama, didapatkan nilai es efektif pada sisi tegangan sekunder adalah:

e s  4,44  f  N s   m ……………………………………………………(7)

Apabila transformator dianggap ideal maka perbandingan daya input dengan daya
output trafo adalah 1, artinya daya input sama dengan daya output. Maka pada
trnsformator ideal berlaku persamaan:

39
Dasar Teknik Listrik

Np U1 I 2
a   ……………………………………………………...(8)
Ns U 2 I1

I1 Np Ns I2

AC U1 U2 Z

Gambar 6.2. Prinsip kerja transformator

6.2. Transformator Berbeban

Kumparan sekunder bila dihubungkan dengan beban akan mengalir arus sebesar
I2. Belitan ampere sekunder (I2 Ns) cenderung melemahkan fluks magnet pada inti
sehingga ep akan turun. Tetapi belitan ampere primer (I1 Np) mengimbanginya sehingga
fluks magnet pada inti konstan (I1 naik). Persamaan pada trafo berbeban adalah:

I1  N p  I 2  N s  I 0  N p
I1  N p  (I 2  N s )  I 0  N p

sehingga:
Ns
I1  I 0  (I 2  )
Np
I2
I1  I 0  ( )
a
I1  I 0  I 2 '

I2’ adalah komponen arus primer yang mengimbangi penurunan fluks magnet akibat
pembebanan di sekunder. Saat beban penuh I0 berharga sangat kecil sehingga dianggap:

I1  I 2 '

Belitan ampere sekunder (I2 Ns) menghasilkan dua buah fluks, yaitu fluks pada inti dan
fluks magnet bocor ( l 2 ) . Fluks magnet bocor sekunder menimbulkan GGL induksi
sebesar:
d ( l ) 2
e l2   N s
dt

Maka didapatkan GGL maksimum sebesar:

e l 2  4,44 N s ( l ) 2 maks

40
Dasar Teknik Listrik

Apabila R2 adalah tahanan kumparan sekunder dan Z impedansi beban, maka


didapatkan;
e 2  U 2  I 2 R 2  ( e l 2 )
U 2  e 2  I 2 (R 2  jX 2 )

X2 adalah reaktansi bocor pada sekunder.

Untuk memudahkan perhitungan dari suatu transformator, salah satu bagian disesuaikan
pada bagian lainnya atau disebut juga dengan pemindahan harga – harga pada masing –
masing bagian. Bagian primer disesuaikan pada bagian sekunder atau bagian sekunder
disesuaikan pada bagian primer. Setelah disesuaikan, maka dapat digambarkan menjadi
satu rangkaian.
U
Karena a  1 , maka apabila bagian sekunder akan disesuaikan pada primer , harga
U2
U2 harus dikalikan dengan a agar sama dengan U1, sehingga:

U1  U 2 '  a  U 2

Dengan cara yang sama maka didapatkan GGL induksi sekunder yang akan disesuaikan
pada bagian primer (es’) yaitu:
es '  a  es
I2
Sedangkan dari persamaan a  , akan didapatkan arus sekunder yang disesuaikan
I1
dengan bagian primer.
I
I1  I 2 '  2
a
Untuk mendapatkan faktor penyesuaian dari tahanan, perhatikan penurunan tahanan
pada kumparan sekunder (I 2  R 2 ) , yang dinyatakan dalam Volt sehingga menurut
persamaan – persamaan di atas didapatkan:

I 2 'R 2 '  a  (I 2  R 2 )
R 2 ' a2  R 2

Dengan cara yang sama didapatkan:


X2 ' a 2  X2

Dari harga R2’ dan X2’ diperoleh harga Z2’ sebagai berikut:

Z 2 '  (R 2 ' ) 2  ( X 2 ' ) 2


Z2 '  a 2  Z2 '

41
Dasar Teknik Listrik

R1 X1 R2' X2'

I0
IW IM

V1 E1 R0 E2' V2' ZL'

Gambar 6.3. Rangkaian Sekunder dibawa ke Primer

Sehingga didapatkan gambar rangkaian pengganti seperti gambar 6.3. Rangkaian pada
gambar 6.3 dapat disederhanakan seperti pada gambar 6.4.

Dari gambar diatas maka:


V V
R 0  1 dan X 0  1
IW IM
E 2 '  E 1  V1  I 2 '(R 1  jX 1 )
V2 '  E 1  I 2 '(R 2 ' jX 2 ' )

I1 R1 X1 R2' X2' I2'

I0
IW IM

V1 R0 X0 V2' ZL'

Gambar 6.4. Rangkaian Pengganti Pendekatan sekunder dibawa ke primer

Rangkaian pengganti transformator selain dipandang dari sisi primer, dapat pula
dipandang dari sisi sekunder. Apabila dipandang dari sisi sekunder, maka seluruh harga
di kumparan primer berubah. Maka berlaku rumus – rumus sbb:

Ep
Ep ' Es 
a
I 1 '  a  I1

42
Dasar Teknik Listrik

V1
V1 ' 
a
R
R 1 '  21
a
X1
X1 '  2
a
R
R 0 '  20
a
X0
X0 ' 2
a

Rangkaian pengganti primer dibawa ke sekunder dapat digambarkan sbb:


R 1' X 1' R2 X2

I0
IW IM
V1 X0
E 1' R0 E2 V2 ZL
a

Gambar 6.5. Rangkaian Pendekatan Primer dibawa ke Sekunder

R 1' X 1'
I1' R2 X2 I2
a
2
a2
I0'
IW ' IM '
V1 R 0' X 0' V2 ZL
 V1 '
a

Gambar 6.6. Rangkaian Pengganti Pendekatan Primer dibawa ke Sekunder

6.3. Rugi – rugi Transformator

Pada transformator, terdapat rugi – rugi yang menyebabkan transformator tidak ideal,
sehingga daya keluaran (P output) tidak sama dengan daya masukan (P Input). Rugi –
rugi transformator terdiri atas rugi besi (rugi inti) dan rugi tembaga (Drs, Sumanto, MA,
Teori Transformator).
Untuk mencari rugi – rugi transformator tersebut dilakukan pengetesan. Pengetesan
tersebut adalah :
1. Tes Hubungan Terbuka (Open Circuit Test)
2. Tes Hubung Singkat (Short Circuit Test)
43
Dasar Teknik Listrik

6.3.1. Test Hubungan Terbuka (Open Circuit Test)


Test hubungan terbuka dapat dicari dengan melakukan percobaan seperti gambar
berikut ini:

LV HV
w A

Gambar 6.7. Tes Hubung Terbuka

Setelah alat ukur dipasang seperti gambar diatas, daya yang terukur merupakan
rugi – rugi besi transformator. Pada tes hubungan terbuka berlaku persamaan
sbb:
2
P  V1  I 0  Cos0  I 0  R 0
V
Z0  1
I0
V
R0  1
I h e
V
X0  1
Im
I m = I 0 Sin  0
I h+e = I 0 Cos  0

Dimana I h+e adalah harga arus yang menimbulkan rugi besi, dan I m adalah harga
arus efektif di dalam pembentukan magnet.

6.3.2. Test Hubung Singkat (Shorts Circuit Test)

Pada test hubung singkat, rugi – rugi trafo yang didapatkan adalah berupa rugi
tembaga transformator. Percobaan dapat dilakukan pada transformator step
down maupun step up. Pada sisi tegangan tinggi (TT) diberi tegangan
Vsc yang kecil sekitar 5 – 10% dari tegangan kerja (Drs, Sumanto, MA, Teori
Transformator). Sedangkan bagian tegangan rendah (TR) dihubung singkat.
Selanjutnya diukur Vsc, Isc, dan Psc pada bagian tegangan tinggi
transformator.

44
Dasar Teknik Listrik

Gambar rangkaian percobaan tes hubung singkat transformator adalah sbb:

HV LV
w A

Gambar 6.8. Tes Hubung Singkat

Dari percobaan tersebut maka didapatkan persamaan sbb:


P
R ' ek 2  sc 2
(I sc )
V
Z'ek 2  sc
I sc
X'ek 2  ( Z' ek 2 ) 2  (R ' ek 2 ) 2

6.4. Diagram Vektor

Diagram vektor menggambarkan hubungan antara fluks magnet, tegangan dan arus yang
mengalir dalam bentuk vektor. Hubungan tersebut tergantung dari sifat beban,
impedansi lilitan primer dan sekunder, serta kerugian – kerugian transformator.
Pada transformator tanpa beban, arus yang mengalir hanyalah arus kemagnetan (I 0)
saja. Diagram vektor pada transformator hubungan tanpa beban berlaku hal – hal sbb:
1. Fluks magnet ( 0) sefase dengan arus primer tanpa beban (I 0) dan
ketinggalan 90 0 terhadap tegangan sumber (V 1).
2. GGL induksi pada primer (Ep) besarnya sama, tetapi berbeda fase 180 0
terhadap V1.
3. GGL induksi pada sekunder (Es) = a Ep , ketinggalan 90 0 terhadap fluks
magnet ( 0).

Untuk transformator tidak ideal, maka dalam penggambaran diagram vektor kerugian
yang ada harus diperhitungkan, yaitu:

1. Arus primer tanpa beban (I 0) sefasa dengan fluks magnet ( 0) mendahului


sebesar  0 sehingga arus primer dapat diuraikan menjadi 2 komponen yaitu
I 0  I W  I h e .
2. Besarnya GGL induksi Ep tidak lagi sama dengan V1, tetapi harus
diperhitungkan terhadap penurunan tegangan karena adanya impedansi
kumparan primer Z1 sehingga diperoleh hubungan :
V1  ( E p )  I 0  (R 1  jX 1 )
45
Dasar Teknik Listrik

R1 = tahanan kumparan primer.


X1 = reaktansi kumparan primer.



I 0 .R 1
I0
-E p Im

I 0 .X 1 

U1 I h+e Ep Es

Gambar 6.9 Diagram Vektor Transformator Tidak Ideal Tanpa Beban

Apabila transformator diberi beban maka akan mengalir arus I2 pada kumparan
sekunder. Arus I2 akan menyebabkan perubahan arus yang mengalir pada kumparan
primer. Perubahan arus ini adalah:
I
I2 '  2
a

I1 I2

U1 Ep Es U2 Z

Gambar 6.10. Transformator Berbeban

Pada saat berbeban I 0 sangat kecil sekali maka dapat diabaikan.

6.4.1. Beban Tahanan Murni.

Pada kumparan sekunder transformator terdapat R2 dan X2. Bila kumparan sekunder
dihubungkan tahanan murni R, maka dalam kumparan sekunder mengalir arus sebesar
I2. Arus ini akan berbeda fase sebesar 2 terhadap Es akibat adanya reaktansi kumparan
sekunder (X2).

I1 I2 R2 X2

U1 Ep Es U2 RL

Gambar 6.11 Transformator Berbeban Tahanan Murni


46
Dasar Teknik Listrik

Dari gambar diatas:

V2 = Es – I2 ( R2 + jX2 +R )
= Es – I2 { (R2 + R) + jX2 }

X2
tg 2 
R2  R
Untuk melukiskan diagram vektor diambil Es sebagai dasarnya.
Didapatkan harga Es = a Ep



I1
I0
Im
I1.R1


I1.X1 -I2
-Ep Ep Es


I2.X2
I2
U1
I2.(R2+RL)

Gambar 6.12. Diagram Vektor Transformator Berbeban Tahanan Murni

6.4.2. Beban Induktif.

Apabila transformator berbeban induktif, berarti pada sekunder transformer terdapat


R2 + jX2 dan RL + jXL. dengan adanya harga – harga tersebut maka akan menyebabkan
pergeseran fase antara I2 dan Es sebesar 2.
X
tg 2  L
RL

2 adalah pergeseran fase antara I2 dan V2. Karena beban transformator induktif, maka
I2 ketinggalan terhadap Es.

47
Dasar Teknik Listrik



I1
I0
Im
I 1 .R 1


I1 .X 1 -I 2
-E p Ep Es

 U2 I 2 .X 2

I2 I2 .R 2
U1 I2 .X L
I 2 .R L

Gambar 6.13 Diagram Vektor Transformator berbeban Induktip

6.4.3. Beban Kapasitip.

Dengan adanya beban kapasitip menyebabkan pergeseran fase antara I2 dan V2 sebesar
2.
X  X2
tg 2  L
R2  RL



I2.R L

I0 I2
Im
I 2 .X L

I1.R -E p
   Ep Es
1 

 I2.X 2

I1

I1.X 1
U I 2 .R 2
1
U 2

Gambar 6.14. Diagram Vektor Transformator Berbeban kapasitif

Selain itu menyebabkan juga pergeseran fasa antara I2 dan V2 sebesar 2.
 XL
tg 2 
RL
6.5. Jenis – jenis Transformator

Jenis – jenis transformator dapat dibagi menjadi beberapa macam tergantung dari:
1. Letak kumparan terhadap inti.
48
Dasar Teknik Listrik

2. Perbandingan transformasi.
3. Konstruksi inti transformator.
4. Pendinginan transformator.
5. Jenis fasa tegangan.
6. Kegunaan.

6.5.1. Letak Kumparan Terhadap Inti.


Berdasarkan letak kumparan terhadap inti, maka jenis transformator ini ada 2
macam, yaitu:
1. Core Type (jenis inti), bila kedudukan kumparan mengelilingi inti.
2. Shell Type (jenis shell), bila kumparan dikelilingi inti.

J e n is In t i
Jenis Shell

Gambar 6.15. Transformator berdasarkan kedudukan kumparan terhadap inti

6.5.2. Perbandingan Transformasi.


Perbandingan transformasi yang dimaksud adalah perbandingan jumlah lilitan
primer dan sekunder.
Np Ep
a 
Ns Es
Sehingga berdasarkan perbandingan tersebut dikenal transformator sbb:
1. Transformator penaik tegangan (step up).
Bila GGL induksi sekunder Es lebih besar dari GGL induksi primer Ep (a
< 1).
2. Transformator penurun tegangan (step down).
Bila GGL induksi sekunder E2 lebih kecil dari GGL induksi primer Ep (a
> 1).

6.5.3. Konstruksi Inti Transformator.


Berdasarkan konstruksi inti, transformator dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Bentuk L, inti transformator disusun dari plat – plat dari bahan
ferromagnetik yang berbentuk huruf L yang disusun saling isi mengisi.
2. Bentuk E , dimana inti berbentuk huruf E yang disusun sedemikian rupa
sehingga saling isi mengisi.

49
Dasar Teknik Listrik

3. Bentuk F, inti transformator berbentuk huruf F yang disusun saling isi


mengisi.
Kemudian di dalam pelaksanaan – pelaksanaan praktis, bentuk – bentuk inti
berkembang menjadi bentuk U atau L, Bentuk E – I, dan plat yang digulung.
Bentuk L dan U digunakan pada type core, sedangkan bentuk E – I
dugunakan pada type shell.

Bentuk E - I Bentuk F Bentuk L


Gambar 6.16. Bentuk inti transformator

6.5.4. Pendinginan Transformator.


Berdasarkan cara pendinginannya, transformator dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Air Natural Colling (AN).
Pendinginan tidak menggunakan apapun kecuali udara biasa.
2. Oil Immersed Colling (ON).
Transformator dimasukkan ke dalam minyak trafo.
3. Oil Immersed Forced Oil Circulation with Natural Colling (OFN).
Transformator dimasukkan dalam minyak yang dialirkan (disirkulasikan).
4. Oil Immersed Forced Circulation with Air Blast (OFB).
Transformator dimasukkan ke dalam minyak yang dialirkan dengan udara
dihembuskan.
5. Oil Immersed Air Blast Cooling (OB).
Transformator dimasukkan ke dalam minyak dengan udara yang
dihembuskan.
6. Air Blast Cooling (AB).
Pendinginan dengan udara yang dihembuskan.
7. Oil Immersed Water Cooling (OW).
Transformator dimasukkan k ke dalam minyak pendinginan juga dibantu
dengan air.
8. Oil Immersed Forced Oil Circulation with Water Cooling (OFW).
Transformatordimasukkan ke dalam minyak yang dialirkan, juga dibantu
dengan air.
Cara pendinginan lain yang kita kenal adalah :
 ONAN
 ONAF

50
Dasar Teknik Listrik

 OFAN
 OFAF
 OFWF

6.5.5. Jenis Fasa Tegangan.


Fasa tegangan listrik yang umum digunakan adalah tegangan satu fasa dan
tegangan tiga fasa. Berdasarkan jenis fasa tegangan dikenal 2 jenis
transformator yaitu:
1. Transformator Satu Fasa.
Bila transformator digunakan untuk memindahkan tenaga listrik satu fasa.
2. Transformator Tiga Fasa.
Bila transformator digunakan untuk memindahkan tenaga listrik 3 fasa.
Sebenarnya konstruksi transformator satu fasa dan tiga fasa tidak mempunyai
perbedaan prinsip, karena transformator tiga fasa adalah transformator satu
fasa yang disusun menjadi transformator tiga fasa.

6.5.6. Jenis-jenis transformator


Berdasarkan kegunaannya, transformator diklasifikasikan sbb (Drs, Sumanto,
MA, Teori Transformator):
1. Transformator Tenaga atau Daya.
Transformator digunakan pada sistem transmisi dan distribusi tegangan
listrik.
2. Ototransformator.
Belitan primer dan sekunder menjadi satu, misalnya variac. Digunakan
untuk memperoleh tegangan yang bervariasi.
3. Transformator Pengaman.
Transformator pengaman digunakan untuk menurunkan tegangan,
sehingga mengirangi bahaya terhadap para pekerja, misalnya untuk
pekerjaan – pekerjaan di pertambangan.
4. Transformator Ukur.
Transformator ukur digunakan untuk alat – alat kontrol. Dalam hal ini ada
dua jenis transformator ukur yaitu:
 Transformator Arus.
 Transformator Tegangan.

51

Anda mungkin juga menyukai