BAB VI
TRANSFORMATOR
6.1. Pendahuluan
I1 b I2
U1 ep Np Ns es U2Z
d
ep N p volt ………………………………………………………(1)
dt
d
es N s volt ………………………………………………………(2)
dt
dimana :
Dari persamaan (1) dan (2) didapatkan perbandingan lilitan berdasarkan perbandingan
GGL induksi yaitu:
ep Np
a …………………………………………………………..(3)
es N s
a : adalah nilai perbandingan lilitan transformator (turn ratio).
(e p ) maks
ep
2
N p m
ep
2
2f N p m 2
ep …………………………………………………(5)
2
e p 3,14 1,41 f N p m
e p 4,44 f N p m …………………………………………………..(6)
Dengan cara yang sama, didapatkan nilai es efektif pada sisi tegangan sekunder adalah:
e s 4,44 f N s m ……………………………………………………(7)
Apabila transformator dianggap ideal maka perbandingan daya input dengan daya
output trafo adalah 1, artinya daya input sama dengan daya output. Maka pada
trnsformator ideal berlaku persamaan:
39
Dasar Teknik Listrik
Np U1 I 2
a ……………………………………………………...(8)
Ns U 2 I1
I1 Np Ns I2
AC U1 U2 Z
Kumparan sekunder bila dihubungkan dengan beban akan mengalir arus sebesar
I2. Belitan ampere sekunder (I2 Ns) cenderung melemahkan fluks magnet pada inti
sehingga ep akan turun. Tetapi belitan ampere primer (I1 Np) mengimbanginya sehingga
fluks magnet pada inti konstan (I1 naik). Persamaan pada trafo berbeban adalah:
I1 N p I 2 N s I 0 N p
I1 N p (I 2 N s ) I 0 N p
sehingga:
Ns
I1 I 0 (I 2 )
Np
I2
I1 I 0 ( )
a
I1 I 0 I 2 '
I2’ adalah komponen arus primer yang mengimbangi penurunan fluks magnet akibat
pembebanan di sekunder. Saat beban penuh I0 berharga sangat kecil sehingga dianggap:
I1 I 2 '
Belitan ampere sekunder (I2 Ns) menghasilkan dua buah fluks, yaitu fluks pada inti dan
fluks magnet bocor ( l 2 ) . Fluks magnet bocor sekunder menimbulkan GGL induksi
sebesar:
d ( l ) 2
e l2 N s
dt
e l 2 4,44 N s ( l ) 2 maks
40
Dasar Teknik Listrik
Untuk memudahkan perhitungan dari suatu transformator, salah satu bagian disesuaikan
pada bagian lainnya atau disebut juga dengan pemindahan harga – harga pada masing –
masing bagian. Bagian primer disesuaikan pada bagian sekunder atau bagian sekunder
disesuaikan pada bagian primer. Setelah disesuaikan, maka dapat digambarkan menjadi
satu rangkaian.
U
Karena a 1 , maka apabila bagian sekunder akan disesuaikan pada primer , harga
U2
U2 harus dikalikan dengan a agar sama dengan U1, sehingga:
U1 U 2 ' a U 2
Dengan cara yang sama maka didapatkan GGL induksi sekunder yang akan disesuaikan
pada bagian primer (es’) yaitu:
es ' a es
I2
Sedangkan dari persamaan a , akan didapatkan arus sekunder yang disesuaikan
I1
dengan bagian primer.
I
I1 I 2 ' 2
a
Untuk mendapatkan faktor penyesuaian dari tahanan, perhatikan penurunan tahanan
pada kumparan sekunder (I 2 R 2 ) , yang dinyatakan dalam Volt sehingga menurut
persamaan – persamaan di atas didapatkan:
I 2 'R 2 ' a (I 2 R 2 )
R 2 ' a2 R 2
Dari harga R2’ dan X2’ diperoleh harga Z2’ sebagai berikut:
41
Dasar Teknik Listrik
R1 X1 R2' X2'
I0
IW IM
Sehingga didapatkan gambar rangkaian pengganti seperti gambar 6.3. Rangkaian pada
gambar 6.3 dapat disederhanakan seperti pada gambar 6.4.
I0
IW IM
V1 R0 X0 V2' ZL'
Rangkaian pengganti transformator selain dipandang dari sisi primer, dapat pula
dipandang dari sisi sekunder. Apabila dipandang dari sisi sekunder, maka seluruh harga
di kumparan primer berubah. Maka berlaku rumus – rumus sbb:
Ep
Ep ' Es
a
I 1 ' a I1
42
Dasar Teknik Listrik
V1
V1 '
a
R
R 1 ' 21
a
X1
X1 ' 2
a
R
R 0 ' 20
a
X0
X0 ' 2
a
I0
IW IM
V1 X0
E 1' R0 E2 V2 ZL
a
R 1' X 1'
I1' R2 X2 I2
a
2
a2
I0'
IW ' IM '
V1 R 0' X 0' V2 ZL
V1 '
a
Pada transformator, terdapat rugi – rugi yang menyebabkan transformator tidak ideal,
sehingga daya keluaran (P output) tidak sama dengan daya masukan (P Input). Rugi –
rugi transformator terdiri atas rugi besi (rugi inti) dan rugi tembaga (Drs, Sumanto, MA,
Teori Transformator).
Untuk mencari rugi – rugi transformator tersebut dilakukan pengetesan. Pengetesan
tersebut adalah :
1. Tes Hubungan Terbuka (Open Circuit Test)
2. Tes Hubung Singkat (Short Circuit Test)
43
Dasar Teknik Listrik
LV HV
w A
Setelah alat ukur dipasang seperti gambar diatas, daya yang terukur merupakan
rugi – rugi besi transformator. Pada tes hubungan terbuka berlaku persamaan
sbb:
2
P V1 I 0 Cos0 I 0 R 0
V
Z0 1
I0
V
R0 1
I h e
V
X0 1
Im
I m = I 0 Sin 0
I h+e = I 0 Cos 0
Dimana I h+e adalah harga arus yang menimbulkan rugi besi, dan I m adalah harga
arus efektif di dalam pembentukan magnet.
Pada test hubung singkat, rugi – rugi trafo yang didapatkan adalah berupa rugi
tembaga transformator. Percobaan dapat dilakukan pada transformator step
down maupun step up. Pada sisi tegangan tinggi (TT) diberi tegangan
Vsc yang kecil sekitar 5 – 10% dari tegangan kerja (Drs, Sumanto, MA, Teori
Transformator). Sedangkan bagian tegangan rendah (TR) dihubung singkat.
Selanjutnya diukur Vsc, Isc, dan Psc pada bagian tegangan tinggi
transformator.
44
Dasar Teknik Listrik
HV LV
w A
Diagram vektor menggambarkan hubungan antara fluks magnet, tegangan dan arus yang
mengalir dalam bentuk vektor. Hubungan tersebut tergantung dari sifat beban,
impedansi lilitan primer dan sekunder, serta kerugian – kerugian transformator.
Pada transformator tanpa beban, arus yang mengalir hanyalah arus kemagnetan (I 0)
saja. Diagram vektor pada transformator hubungan tanpa beban berlaku hal – hal sbb:
1. Fluks magnet ( 0) sefase dengan arus primer tanpa beban (I 0) dan
ketinggalan 90 0 terhadap tegangan sumber (V 1).
2. GGL induksi pada primer (Ep) besarnya sama, tetapi berbeda fase 180 0
terhadap V1.
3. GGL induksi pada sekunder (Es) = a Ep , ketinggalan 90 0 terhadap fluks
magnet ( 0).
Untuk transformator tidak ideal, maka dalam penggambaran diagram vektor kerugian
yang ada harus diperhitungkan, yaitu:
I 0 .R 1
I0
-E p Im
I 0 .X 1
U1 I h+e Ep Es
Apabila transformator diberi beban maka akan mengalir arus I2 pada kumparan
sekunder. Arus I2 akan menyebabkan perubahan arus yang mengalir pada kumparan
primer. Perubahan arus ini adalah:
I
I2 ' 2
a
I1 I2
U1 Ep Es U2 Z
Pada kumparan sekunder transformator terdapat R2 dan X2. Bila kumparan sekunder
dihubungkan tahanan murni R, maka dalam kumparan sekunder mengalir arus sebesar
I2. Arus ini akan berbeda fase sebesar 2 terhadap Es akibat adanya reaktansi kumparan
sekunder (X2).
I1 I2 R2 X2
U1 Ep Es U2 RL
V2 = Es – I2 ( R2 + jX2 +R )
= Es – I2 { (R2 + R) + jX2 }
X2
tg 2
R2 R
Untuk melukiskan diagram vektor diambil Es sebagai dasarnya.
Didapatkan harga Es = a Ep
I1
I0
Im
I1.R1
I1.X1 -I2
-Ep Ep Es
I2.X2
I2
U1
I2.(R2+RL)
2 adalah pergeseran fase antara I2 dan V2. Karena beban transformator induktif, maka
I2 ketinggalan terhadap Es.
47
Dasar Teknik Listrik
I1
I0
Im
I 1 .R 1
I1 .X 1 -I 2
-E p Ep Es
U2 I 2 .X 2
I2 I2 .R 2
U1 I2 .X L
I 2 .R L
Dengan adanya beban kapasitip menyebabkan pergeseran fase antara I2 dan V2 sebesar
2.
X X2
tg 2 L
R2 RL
I2.R L
I0 I2
Im
I 2 .X L
I1.R -E p
Ep Es
1
I2.X 2
I1
I1.X 1
U I 2 .R 2
1
U 2
Selain itu menyebabkan juga pergeseran fasa antara I2 dan V2 sebesar 2.
XL
tg 2
RL
6.5. Jenis – jenis Transformator
Jenis – jenis transformator dapat dibagi menjadi beberapa macam tergantung dari:
1. Letak kumparan terhadap inti.
48
Dasar Teknik Listrik
2. Perbandingan transformasi.
3. Konstruksi inti transformator.
4. Pendinginan transformator.
5. Jenis fasa tegangan.
6. Kegunaan.
J e n is In t i
Jenis Shell
49
Dasar Teknik Listrik
50
Dasar Teknik Listrik
OFAN
OFAF
OFWF
51