SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
ANI NURMULIYANI
NIM : 1112046100134
Assalamu’alaikum Wr. Wb
rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah pada pembimbing umat manusia yakni
Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan skripsi ini tak lepas dari dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan ketulusan dan kerendahan
hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang telah memberikan
masukan yang berarti dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Untuk itu
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum bapak Asep Saepudin Jahar, M.A.
vi
5. Bapak Moch. Bukhari Muslim, Lc. MA selaku dosen pembimbing akademik
6. Kedua orang tua tercinta, bapak Abdillah dan ibu Aisah yang selalu
maupun materil serta doa yang tidak putus-putus kepada penulis dalam
8. Bapak/Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu
Nurdiana, dan Ratu Shifni Mafazatal Hayat, yang telah memberikan dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan bersedia menjadi teman
11. Teman-teman KKN Gemmar 120, teman serumah selama satu bulan.
12. Dan berbagai pihak yang telah mebantu penulis selama masa kuliah dan
penyelesainan skripsi.
vii
Semoga segala amalan yang baik tersebut akan dibalas dengan rahmat dan
dan pengalaman yang ada pada penulis, sehingga tidak menutup kemungkinan
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat baik
itu bagi ilmu pengetahuan, maupun bagi diri penulis sendiri. Aamiin Yaa
Rabbal’alammin.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
ix
BAB II KAJIAN PUSTAKA
x
BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ................................................................................................73
2. Saran ...........................................................................................................74
LAMPIRAN ..........................................................................................................81
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan Non Performing Financing (NPF) BPRS Dan BUS UUS
Tahun 2010-2015 .....................................................................................................6
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
keuangan syariah yang tidak hanya berfokus pada pelaku usaha-usaha besar,
Hal ini tidak terlepas dari peranan penting yang dipegang oleh Lembaga
syariah mikro kecil dan menengah, adapun yang termasuk dalam LKMS adalah
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Mal wat Tamwil (BMT), dan
berbeda dengan BMT dan Koperasi Syariah. Dalam kegiatannya, BPRS diatur
oleh Bank Indonesia sedangkan BMT dan Koperasi Syariah diatur oleh
1
Mufqi Firaldi, “Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak Ketiga (Dpk), Non Performing
Financing (Npf) Dan Tingkat Inflasi Terhadap Total Pembiayaan Yang Diberikan Oleh Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (Bprs) Di Indonesia (Periode Januari 2007- Oktober 2012)”, (skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum UIN syarif hidayatullah Jakarta, 2013),h.1.
1
2
Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPRS hanya menerima simpanan
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan atau
dalam bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat yang
Perkembangan BPRS selama enam tahun terakhir ini terhitung dari tahun
GRAFIK 1.1
Periode 2010-2015
145
140
2010 2011 2012 2013 2014 2015
3
Dari grafik 1.1, terlihat bahwa pada akhir tahun 2010 jumlah BPRS di seluruh
Indonesia ada sebanyak 150 BPRS, pada tahun 2011 jumlah BPRS tersebut
bertambah menjadi sebanyak 155 BPRS, begitu pula pada tahun 2012 bertambah lagi
menjadi 158 dan pada tahun 2013-2015 jumlah BPRS di Indonesia tidak mengalami
peningkatan, di mana dalam kurun waktu tersebut jumlah BPRS di Indonesia adalah
sebagai lembaga intermediasi yakni sebagai penghubung antara pihak yang kelebihan
dana (surflus) dan pihak yang kekurangan dana (deficit). Bedanya dengan bank
umum syariah sasaran utama pemberian kredit BPRS adalah UMKM. Pemberian
kredit merupakan salah satu sumber pemasukan terbesar dalam usaha perbankan,
maka BPRS juga melakukan pemberian kredit tersebut, namun dalam bank syariah
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil. Antara kredit dan pembiayaan mempunyai prinsip
Pemberian pembiayaan ini bukanlah tanpa risiko, bank sebagai kreditur atau
pihak yang memberikan pinjaman (pembiayaan) kepada debitur tentu harus dapat
tersebut. kalkulasi itu setidaknya dapat meminimalkan potensi risiko yang dapat
terjadi.2 Selain itu BPRS harus mempertajam bisnis yang dimiliki, memahami
nasabah dan objek pembiayaan serta BPRS harus meningkatkan kapasitas SDM dan
pembiayaan bermasalah.3
pendampingan yang intens. Kelebihannya, sektor UKM biasanya akan lebih taat
bayar dan tahan terhadap guncangan krisis. Namun bila bank hanya sekedar
menyalurkan pinjaman (take and give) kredit sektor UKM justru bisa menjadi
bumerang. Kondisi ini ditemukan oleh Ding Lu, et al (2001) yang menemukan
bahwa pemberian kredit yang berlebih (eksesif) kepada perusahaan daerah membuka
Non Performing Loan atau disebut Non Performing Financing dalam bank
syariah adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan
2
Ikatan Bankir Indonesia (IBI), “Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah”, (Jakarta :
PT.Gramedia Pustaka Utama), 2015, h.73.
3
Qommarria Rostanti, “Pembiayaan Bermasalah BPRS masih tinggi”, artikel diakses pada 5
Januari 2016 dari http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/13/10/22/mv266e-
pembiayaan-bermasalah-bprs-masih-tinggi.
5
yang disalurkan oleh bank syariah4. Kredit bermasalah merupakan kredit yang telah
disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran dan
melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank
dan nasabah.5
Batas aman dari rasio Non Performing Financing adalah sebesar 5% dari
total kreditnya. Jika pembiayaan bermasalah melampaui batas, maka akan menjadi
masalah serius yang akan mengganggu profitabilitas bank syariah yang berujung
pada berhentinya operasional terutama pada bank syariah yang memiliki aset kecil
(bahkan Modal Bank), mengurangi pendapatan bank, dan menjadikan bank tidak
solvent.7
Untuk menghindari agar hal ini tidak terjadi pada BPRS diperlukan adanya
Tingkat NPF pada BPRS periode 2010 sampai pertengahan 2015 berada pada posisi
4
Ahmad Tabrizi, “Analisis Pengaruh Variabel Makro Terhadap Non Performing Financing
Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode Tahun 2003-2005”, (skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN syarif hidayatullah Jakarta, 2014),h.22.
5
Ismail, Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta : Kencana, 2011),
h.124.
6
Irman Firmansyah, “Determinant Of Non Performing Loan: The Case Of Islamic Bank In
Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor 2 (Oktober 2014): h. 242.
7
Robert Tampubolon, “Risk Management Penekatan Kualitatif Untuk Bank Komersial”,
(Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok kompas –Gramedia, 2004), h.111.
6
di atas 5% dan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan NPF pada BUS dan
Tabel 1.1
Tahun 2010-2015
Berdasarkan table diatas terlihat bahwa NPF pada BPRS terus menerus
meningkat. Meskipun rasio NPF sempat turun pada tahun 2011 dengan nilai
NPF sebesar 6.11%, namun tahun-tahun berikutnya rasio NPF pada BPRS terus
menerus meningkat dan semakin besar nilainya. Bahkan pada tahun 2015 NPF
BPRS sebesar 8.20%. Keadaan ini sangat jauh jika dibandingkan dengan NPF
pada BUS dan UUS di mana NPF mereka berada di bawah 5% dengan nilai NPF
berkaitan langsung dengan standar pemberian kredit yang lunak atau longgar,
manajemen risiko portofolio kredit yang lemah, dan karena kurangnya perhatian
terhadap perubahan ekonomi atau kondisi lingkungan lainnya, yang pada gilirian
Dengan demikian dapat diketahui bahwa tingginya nilai NPF pada bank
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari internal bank seperti likuiditas
bank (FDR) dan aktiva produktif yang dimiliki, serta dipengaruhi juga oleh
seperti inflasi dan BI Rate. Adapun kondisi internal bank dan kondisi makro
Table 1.2
Dari tabel 1.2 diketahui bahwa baik dari sisi internal bank maupun dari
indikator makro ekonomi sedang dalam keadaan yang kurang bagus. Terlihat
bahwa likuiditas BPRS (FDR) telah melebihi batas yang ditentukan oleh BI
yakni lebih besar dari 110%, selain itu aktiva produktif yang dimiliki BPRS juga
tidak cukup baik, di mana mengharuskan BPRS untuk menyediakan PPAP yang
lebih besar. Kondisi makro ekonomi Indonesia pun demikian, terlihat bahwa
nilai inflasi dan BI Rate terus mengalami fluktuasi, hal ini dipastikan akan
lain dikemukakan oleh Chasanah (2012), Tabrizi (2014) dan Firmansyah (2014)
Dari faktor internal bank, Dwi Poetry (2011) menyatakan bahwa FDR
berpengaruh negatif terhadap NPF pada bank syariah, namun Firmansyah (2014)
lanjutan mengenai Non Performing Financing pada Bank Syariah, terutama pada
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk
B. Identifikasi Masalah
1. Mengapa NPF pada BPRS jauh lebih besar jika dibandingkan NPF pada
BPRS?
3. Faktor makroe konomi apa saja yang berpengarh terhadap tingginya NPF
BPRS?
C. Batasan Masalah
yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, agar masalah yang diteliti tidak
dibahas yaitu :
pembiayaan non lancar Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, yang terdiri dari
2. Faktor makro ekonomi yang dijadikan variabel dalam penelitian ini adalah
inflasi dan BI Rate. Sedangkan faktor internal yang digunakan adalah rasio
3. Objek penelitian ini adalah Bank Pembiayan Rakyat Syariah periode 2010
- 2015.
D. Rumusan Masalah
a. Tujuan Penelitian
b. Manfaat Penelitian
berikut :
1. Manfaat teoritis
penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
pada BPRS.
13
F. Teknik Penulisan
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan gambaran awal dari apa yang akan dilakukan oleh
peneliti. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, batasan dan
Pada bab ini akan disajikan kajian pustaka terkait pembiayaan, risiko
Selain itu pada bab ini juga akan terdapat review studi terdahulu, kerangka
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, pendekatan
metode penelitian, jenis penelitian, sumber dan kriteria data penelitian, teknik
14
Pada bab ini berisi hasil analisis dari pengolahan data, yaitu hasil analisis
regresi linier berganda dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik
BAB V : PENUTUP
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran terkait penelitian ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
1
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, ( Yogyakarta:Ekonisia, 2007). h.83.
15
16
musyarakah;
nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik
yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS
Indonesia.
Syariah;
17
2. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran;
Syariah; dan
SYARIAH
1. Pembiayaan
memperoleh penghasilan baik berupa margin keuntungn, bagi hasil atau Fee
(ujrah).
18
istishna’;
multijasa.
UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi
jenis yaitu :3
2
Veithzal Rivai, Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT .Bumi
Aksara , 2010), h. 681.
19
perseorangan (pribadi).
yaitu :
berikut :
waktunya.
(cash collateral)
3
Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah Dalan Teori dan Praktik, (Yogyakarta : Deepublish,
2014), h.143.
20
khusus jika :
dari 90 hari
4. Diragukan (Doubtful)
5. Macet (Loss)
2. Risiko Pembiayaan
dalam bentuk pembiayaan, maka bank harus siap menanggung risiko kredit
prinsip syariah oleh bank syariah dan UUS mengandung risiko kegagalan
22
yang diberikan atau investasi yang dilakukannya.5 Secara garis besar, risiko
a. Risiko default
b. Risiko exposure
c. Risiko recovery
pembiayaan dari lancar menjadi kurang lancar, diragukan dan macet, atau
Risiko pembiayaan merupakan risiko yang paling signifikan dari semua risiko
besarnya risiko yang akan dihadapi oleh bank sesuai dengan prinsip high risk
high return. Yakni semakin tinggi risiko yang di tanggung maka akan
pembiayaan dinilai memiliki risiko yang tinggi maka harus diimbangi dengan
4
A.Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2012),
h. 89.
5
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia, 2004), h. 220.
23
pendapatan yang tinggi dan nisbah bagi hasil yang juga disesuaikan dan harus
mengontrol risiko kredit, serta memastikan modal yang tersedia cukup, dan
Total pembiayaan
6
Veitzhal Rivai, Rifki Ismail, “ Islamic Risk Management For Islamic Bank”, (Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 244.
24
Batas aman dari besarnya NPF adalah sebesar 5%, jika bank memiliki
b. 15% (lima belas persen) dari Aktiva Produktif dan Aktiva Non
agunan;
c. 50% (lima puluh persen) dari Aktiva Produktif dan Aktiva Non
7
A.Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,
2012), h. 90.
25
diantaranya :
a. Finansial Statement
c. Sikap Debitur
8
Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah Dalan Teori dan Praktik, (Yogyakarta : Deepublish,
2014). h.152.
26
d. Ekonomi Makro
merupakan dana yang berasal dari nasabah (surflus dana), sehingga ada
Namun jika tingkat Non Performing financing pada bank tinggi maka akan
berdampak pada menurunnya bagi hasil yang dibagikan pada pemilik dana
profitabilitas bank.
9
Siti Maryam, “pengaruh to deposite ratio (FDR) dan tingkat inflasi terhadap Non Performing
Financing (NPF) Bank Syariah di Indonesia”, (skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN syarif
hidayatullah Jakarta, 2009),h. 25.
27
b. Rasio kualitas produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR (Bad
Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan
10
Hermawan Soebagio, Analisis Fakrot-Faktor yang mempengaruhi Terjadinya Non
Performing Loan (NPL) Pada Bank Umum Komersial (studi empiris pada sector perbankan di
Indonesia), (Tesis, Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana, Universitas
Diponegoro Semarang, 2005), h.37.
28
upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapt
kembali (restructuring).11
11
A.Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,
2012), h. 447.
29
tidak memiliki itiqad baik atau memang benar-benar sudah tidak sanggup
untuk membayar.
MAKRO EKONOMI
1. Inflasi
perekonomian suatu Negara. Tidak ada suatu Negara pun saaat ini yang tidak
utama inflasi.
tepat menimbulkan kualitas kredit semakin buruk bahkan terjadi kredit macet
12
Pratama Rahardja, Mandala Manurung, “Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro & Makro)”,
(Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), h.359.
30
Finance.13
analisis, yaitu :
tidak berubah kenaikan harga barang dan jasa pun tidak bisa
13
Irman Firmansyah, “Determinant Of Non Performing Loan: The Case Of Islamic Bank In
Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor 2 (Oktober 2014): h.246.
31
b. Dampak Inflasi
batasan aman untuk inflasi adalah 5% pertahun dan paling maksimal 10%
ekonomi.
menurun hal ini dikarenakan kenaikan upah tidak secepat kenaikan harga-
harga. Selain itu, inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk
uang, di mana pada saat terjadinya inflasi maka nilai riil uang akan
berkurang.
32
biaya yang terus naik berakibat pada kegiatan produktif sangat tidak
Hal mendasar yang menjadi pembeda antara Bank Syariah dan Bank
risiko bunga.
(ICMR).14
rata beberapa bank syariah yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai
tingkat rata-rata suku bunga bank konvensional tertentu yang dalam rapat
murabahah dan ijarah. Bank Islam menggunakan suku bunga pasar seperti
LIBOR, SIBOR ata Jibor maupun nilai tukar sebagai benchmark dalam
operasional pembiayaannya.15
14
Veitzhal Rivai, Rifki Ismail, “ Islamic Risk Management For Islamic Bank”, (Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 248.
15
ibid, h. 258.
34
INTERNAL BANK
yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan
nilai FDR berarti likuiditas bank tersebut semakin berkurang. Bank Indonesia
110%. Yang berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi
jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi
110%.
seluruh dananya (loan-up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Artinya, semakin
banyak dana yang dikeluarkan dalam pembiayaan, maka semakin tinggi FDR,
tinggi pula.17
16
Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, “ Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi”,
(Jakarta : Bumi Aksara , 2010), h.784.
17
Irman Firmansyah, “Determinant Of Non Performing Loan: The Case Of Islamic Bank In
Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor 2 (Oktober 2014): h.247.
35
rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat
memiliki porsi besar dalam bank syariah. Sehingga apabila bank syariah tidak
terjadinya NPL. 19
18
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia, 2004), h. 107.
19
Hermawan Soebagio, Analisis Fakrot-Faktor yang mempengaruhi Terjadinya Non
Performing Loan (NPL) Pada Bank Umum Komersial (studi empiris pada sector perbankan di
Indonesia), (Tesis, Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana, Universitas
Diponegoro Semarang, 2005), h.37.
36
kondisi asset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari
NPF yaitu semakin baik komposisi atau kualitas dari portofolio pembiayaan
Hasil Penelitian :
Penelitian ini menemukan
bahwa dalam jangka pendek ,
tidak ada variabel yang
signifikan mempengaruhi NPL
dan NPF . Variabel yang
signifikan dalam jangka
panjang mempengaruhi NPL
adalah nilai tukar , IPI , inflasi
, SBI , LDR , dan CAR dan
variabel yang signifikan
mempengaruhi NPF adalah
LNER , lnIPI , inflasi , SBIS ,
FDR_BS , dan CAR .
Berdasarkan variabel FEVD
NPL bank konvensional
dipengaruhi oleh inflasi dan
SBI sedangkan NPF bank
syariah dipengaruhi oleh FDR
3 Mutamimah dan Jurnal ini menjelaskan tentang Perbedaan skripsi
Siti Zaidah faktor internal dan eksternal penulis dengan jurnal ini
Chasanah (2012)/ dalam menenukan NPF bank yaitu terletak pada objek
Analisis Eksternal umum syariah selama periode yang digunakan. Di
Dan Internal 2005-2011. mana penulis
Dalam menggunakan BPRS
Menentukan Non Objek penelitian : Bank Umum sebagai objek penelitian
Performing Syariah (BUS) sedangkan jurnal ini
40
Hasil Penelitian :
Penelitian ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan GDP riil
dan kurs mempunyai pengaruh
positif tetapi tidak signifikan
terhadap NPF. Inflasi
mempunyai pengaruh negatif
signifikan terhadap NPF,
variabel RR memuyai
pengaruh negatif tidak
signifikan terhadap NPF dan
variabel RF berpengaruh
negatif signifikan.
Hasil Penelitian :
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan PDB, inflasi dan
Nilai tukar secara simultan
berpengaruh terhadap NPF
Bank Umum Syariah., dan
secara parsial juga memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan niali NPF..
43
G. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
X1 : FDR
X2 :KAP
Y : Non Performing Financing
X3 : Inflasi
X4 : BI Rate
44
H. Hipotesis
pemikiran diatas dapat ditarik hipotesis penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Hipotesis 1 :
simultan.
simultan.
2. Hipotesis 2 :
3. Hipotesis 3 :
4. Hipotesis 4 :
5. Hipotesis 5 :
METODOLOGI PENELITIAN
B. Populasi
tertentu yang telah ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
46
47
yang bersifat time series. Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak
resmi, adapun bersifat time series maksudnya adalah data dikumpulkan dari
periode tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya NPF
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Inflasi, BI Rate, FDR dan KAP. Data
tersebut diperoleh dari website Bank Indonesia dan website OJK, dari tahun
2) Metode Dokumentasi
E. Variabel Penelitian
dependen (Y) dalam penelitian ini adalah rasio Non Performing Financing
Total pembiayaan
2. Variabel Independen
independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel yang
berasal dari internal bank dan juga yang berasal dari eksternal bank,
diantaranya :
a. Internal Bank
1
Suliyanto, Ekonometrika Terapan : Teori & Aplikasi dengan SPSS, (Yogyakarta : CV.Andi
Offset, 2011), h. 7.
49
b. Eksternal Bank
X3 : Inflasi
X4 : BI Rate
estimasi tidak bias garis linear terbaik [Best Linear Unbiased Estimation
akan dikatakan sebagai suatu model regresi yang BLUE apabila (1) data
berasal dari populasi yang terdistribusi normal, (2) harus tidak terjadi
adanya autokorelasi, dan (5) terdapat adanya model hubungan yang linear
a. Uji Normalitas
2
R.Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan Program IBM SPSS
Statistics 19, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2013), h. 224.
50
normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil. Uji
dengan garis diagonal lurus dari kiri bawah kekanan atas. Di mana
garis diagonalnya.
b. Uji Multikolinearitas
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna
diantara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang
variabel dependennya.
c. Uji Heterokedastisitas
scatterplot.
3
Suliyanto, Ekonometrika Terapan : Teori & Aplikasi dengan SPSS, (Yogyakarta : CV.Andi
Offset, 2011), h. 81.
52
d. Uji Autokorelasi
dalam bentuk observasi deret waktu (time series) atau observasi cross
varians yang tidak minimum, uji-t dan uji F tidak dapat digunakan,
yang sebenarnya.
4
R.Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan Program IBM SPSS
Statistics 19, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2013), h. 263.
53
pada derajat pertama (first order) tetapi juga pada berbagai tingkat
sebagai berikut :
Keterangan :
a = konstanta
ε = Nilai Residu
54
3. Uji Signifikansi
nilai Fhitung > Ftabel maka dapat dikatakan bahwa model persamaan
F = R2 / (k-1)
1-R2/ (n-k)
Keterangan :
F = Nilai F Hitung
R2 = Koefisien Determinasi
k =Jumlah Variabel
n = Jumlah Pengamatan
55
terikatnya. Dan jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka
sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05 maka variabel
G. Kerangka Penelitian
Gambar 3.1
Kerangka Penelitian
Variabel Independen(X)
Variabel Dependen (Y)
1. FDR
2. KAP Non Performing
3. INFLASI Financing (NPF)
4. BI Rate
Analisis
Kesimpulan
BAB IV
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
Berdasarkan tabel 4.1 diatas tingkat NPF terendah yang didapat oleh
BPRS adalah 0.062 atau 6.2%, dan NPF tertinggi adalah 0.104 atau 10.4%,
dengan rata-rata NPF 0.77 atau 7.7%. Sementara tingkat FDR terendah
adalah sebesar 1.195 atau 119.5% dan FDR tertinggi adalah 1.400 atau 140%.
Adapun tingkat KAP tertinggi adalah 0.024% atau 2.4% dan tingkat KAP
terendah adalah 0.017 atau 1.7% . Tingkat Inflasi tertinggi adalah 0.088 atau
8.8% dan inflasi terendah adalah sebesar 0.034% atau 3.4%. Dan tingkat
tertinggi dari BI Rate adalah sebesar 7.8% dan tingkat terendahnya adalah
58
59
1. Uji Normalitas
1) Histogram
Gambar 4.1
digunakan.
60
Gambar 4.2
2. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.2
Uji Multikolinearitas
a
Coefficients
Collinearity Statistics
1(Constant)
a. Dependen Variabel:
NPF
sebesar 1.085, VIF KAP sebesar 2.000, VIF Inflasi sebesar 1.487, dan
3. Uji Autokorelasi
X2 hitung = (n-1)* R2 dan untuk mecari X2 tabel yaitu X2 tabel = df=(α, n-1).
Tabel 4.3
Uji Autokorelasi
b
Model Summary
X2 hitung = (n-1)* R2
= (72-1)*0.485 = 34.435
yakni 34.435 < 91.670, dengan demikian dapat disimpulkan model regresi
4. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas
menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu
C. Uji Signifikansi
1. Uji F
variabel bebas dikatakan berpengaruh secara simultan apabila Fhitung > Ftabel
Tabel 4.4
b
ANOVA
Total .008 71
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa nilai Fhitung 49.456 dengan
tingkat signifikansi 0.000. karena Fhitung > Ftabel 49.456 > 2.508 dan tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulakan bahwa variabel bebas
secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat dan dapat digunakan untuk
2. Uji t
melihat probabilitas yaitu 0.05. Jika nilai t hitung > t tabel dan nilai probabilitas
dengan menggunakan uji satu sisi (one tiled test), dengan α = 5% maka
Tabel 4.5
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Dari hasil uji secara parsial diperoleh nilai thitung sebesar 0.753 dengan
nilai signifikansi sebesar 0.454. Dengan demikian maka nilai t hitung < t tabel
yakni 0.753 < 1.996 dan nilai signifikansi lebih besar dari 0.05. maka
ditolak.
Dari hasil uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 6.729
dengan nilai signifikansi sebesar 0.00. Dengan demikian maka nilai t hitung
>t tabel yakni 6.729 > 1.996 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05.
H1 diterima.
c) Inflasi
Dari hasil uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar -2.155
hitung <t tabel yakni -2.155 < 1.996 dan nilai signifikansi lebih kecil dari
dan H1 ditolak.
67
d) BI Rate
Dari hasil uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 4.409
dengan nilai signifikansi sebesar 0.00. Dengan demikian maka nilai t hitung
> t tabel yakni 4.409 > 1.996 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05.
diterima.
Tabel 4.6
Model Summaryb
Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh nilai adjusted R square 0.732, hal ini
berarti 73.2% variabel NPF dapat dijelaskan oleh variabel independen FDR,
KAP, Inflasi, dan BI Rate. Sedangkan 26.8% sisanya dijelaskan oleh faktor
NPF = -0.040 + 0.010 FDR + 3.383 KAP – 0.109 Inflasi + 0.623 BI Rate +e
1) Konstanta sebesar -0.040 yang artinya jika FDR (X1), KAP(X2), Inflasi
(X3) dan BI Rate (X4) konstan, maka BPRS memiliki tingkat NPF
sebesar -0.040.
E. Pembahasan
mana semakin tinggi nilai FDR berarti pembiayaan yang disalurkan bank
BPRS.
jumlah return yang akan diterima oleh BPRS. Sesuai yang dinyatakan
Sipahutar (2007) dalam jurnal Zakiyah Dwi Putri (2011 : 96) bahwa
dengan LDR yang baik, ekspansi kredit dapat memberikan kontribusi yang
baik bagi peningkatan laba perbankan, sehingga NPL akan turut menurun.
70
untuk pembiayaan dengan prinsip jual beli yakni dengan akad murabahah,
di mana prinsip jual beli ini memiliki return yang pasti dan resiko yang
pada BPRS.
mana semakin tinggi nilai KAP maka kemungkinan utuk terjadinya non
negatif signifikan terhadap NPF pada BPRS. Yang mana berarti ketika
analisis ini memang berbeda dengan teori yang ada, berdasarkan teori jika
pinjamannya. Selain itu, BPRS yang lebih banyak bermain di sektor mikro
performing financing pada BPRS. Di mana ketika BI Rate naik maka rasio
NPF pada BPRS juga akan meningkat. Naiknya rasio NPF seiring dengan
benchmark bagi bank syariah dalam menentukan marjin dan nisbah bagi
hasil.
Karim (2007 : 272) menjelaskan apabila terjadi bagi hasil pendanaan bank
syariah lebih kecil dari tingkat bunga maka nasabah akan berpindah ke
dikenakan lebih besar dari tingkat bunga maka nasabah akan beralih ke
PENUTUP
A. KESIMPULAN
dipaparkan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
penelitian ini.
73
74
B. SARAN
diantaranya :
bank-bank besar.
metode lain agar mendapatkan hasil dari sudut pandang yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, M.Uzair. “Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Rasio Biaya Operasi Atas
Firaldi, Mufqi. “Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak Ketiga (Dpk), Non
Bank In Indonesia.” e-jurnal Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol 17.
76
77
Deepublish, 2014.
Herli, Ali Suyanto. Buku Pintar Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan
Ihsan, Muntoha. “Pengaruh Gross Domestic Product, Nflasi, Dan Kebijakan Jenis
Ikatan Bankir Indonesia (IBI). Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta:
Mutamimah dan Siti Nur Zaidah Chasanah. “Analisis Eksternal dan Internal Dalam
jurnal Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol.19, No.1 (Maret 2012): h.49-64.
78
Poetry, Zakiyah Dwi dan Yuliar D Sanrego. “Pengaruh Variabel Makro Dan Mikro
Jurnal TAZKIA Islamic Finance & Business Review, vol 6. No.2 Agustus-
ekonomi/13/10/22/mv266e-pembiayaan-bermasalah-bprs-masih-tinggi.
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro &
2008.
Indonesia, 2008.
Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan
Rivai, Veitzhal dan Rifki Ismail. Islamic Risk Management For Islamic Bank.
Setiawan, Chandra dan Monita Eggy Putri. “Non-Performing Financing and Bank
Performing Loan Pada Bank Umum Komersial (Studi Empiris Pada Sector
Pada Bank Perkreditan Rakyat (studi kasus pada BPR wilayah Kerja BI
2014.
Utama, 2012.
LAMPIRAN
81
82
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 72
1. Histogram
85
a
Coefficients
Collinearity Statistics
1(Constant)
a. Dependen Variabel:
NPF
86
b
Model Summary
Lampiran 7 : Uji F
b
ANOVA
a
1 Regression .006 4 .001 49.456 .000
Total .008 71
Lampiran 8 : Uji t
a
Coefficients
Standardized
Model Summaryb
Tahun
Bulan 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari 140 151 155 158 163 164
Februari 142 151 155 158 163 162
Maret 143 152 155 159 163 162
April 144 153 155 159 163 162
Mei 144 153 156 159 163 162
Juni 145 154 156 159 163 161
Juli 146 153 156 160 163 161
Agustus 146 154 156 160 163 162
September 146 154 156 160 163 162
Oktober 148 154 156 160 163 163
November 149 154 156 160 163 163
Desember 150 155 158 163 163 163