Anda di halaman 1dari 13

Laboratorium Farmasi Klinik

Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM BIOKIMIA


UJI IDENTIFIKASI LIPID

OLEH :
WAHYUDI
(N011201113)
KELOMPOK II
GOLONGAN SELASA SIANG (C)

NAMA ASISTEN
MUTIARA ALVIONITA TUMANAN

MAKASSAR
2021

III.7 MODUL 7: UJI IDENTIFIKASI LIPID


a) Urgensi Praktikum
Dalam praktikum ini, mahasiswa mendemonstrasikan cara pemisahan
dan identifikasi jenis-jenis lipid terutama yang terdapat dalam sampel
yang berupa minyak atau pun lemak padat. Hal ini penting untuk
memahami komponen-komponen lipid dan sifatnya sehingga akan
mendukung sasaran pembelajaran pada kuliah pokok bahasan Lipid.

b) Deskripsi singkat praktikum


Praktikum ini akan memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai
perbedaan jenis-jenis lemak dengan mempraktekkan secara langsung
cara memisahkan komponen lipid dan mengidentifikasi jenis lipid yang
mereka peroleh dari hasil pemisahan. Tujuan praktikum “Uji Identifikasi
Lipid” adalah untuk melakukan pemisahan lipid dalam sampel dan
mengidentifikasi komponen lipid yang diperoleh.

c) Sasaran pembelajaran praktikum


Mahasiswa mampu memahami perbedaan komponen-komponen lemak
dan sifatnya masing-masing

d) Alokasi waktu praktikum


Praktikum dilaksanakan selama 170 menit

e) Tempat praktikum
Video Demo Praktikum bertempat di Lab Farmasi Klinik Farmasi Unhas

f) Teori dan Prinsip Dasar


Lipid atau lemak merupakan salah satu makronutrien yang dibutuhkan
oleh tubuh untuk memelihara fungsi dan aktifitas normalnya. Lipid
diperoleh dari makanan berupa senyawa organik yang tidak dapat larut
dalam pelarut polar, misalnya senyawa-senyawa yang mengandung
asam lemak bebas dan kolesterol. Senyawa ini mutlak diperlukan oleh
tubuh, karena selain fungsinya sebagai penyuplai energi terbesar, lipid
juga merupakan prekursor bagi pembentukan hormon, vitamin dan
beberapa metabolit lain. Lipid merupakan sen yawa he te rog en
dari . ja ring an, diman a komponen-komponen dari lipid dapat
dipisahkan dengan perbedaan kelarutannya dalam pelarut-pelarut
organik yang berbeda. Contohnya, lemak trigliserida yang terdiri
dari molekul asam lemak dan gliserol, bila terhidrolisis akan
membentuk asam lemak dan gliserol dengan menggunakan
larutan alkali.

g) Peralatan
1. Tabung reaksi dan Rak Tabung 5. Batang pengaduk
2. Pipet tetes skala dan panjang 6. Beaker 250 mL
3. Tangas air/ waterbath 7. Gegep
4. Alumunium foil 8. Tisu

h) Bahan
1. Aquadest 7. H2SO4 pekat
2. NaCOH 2% 8. Alkohol panas dan dingin
3. HCl pekat 9. KHSO4
4. Alfa naftol 10. Eter
5. Kloroform 11. Sabun
6. Larutan Na2CO3 12. Sampel

i) Prosedur Kerja
A. Uji kolorimetri
1. Ke dalam masing-masing tabung diisi 1 ml larutan sampel
2. Tambahkan 1 ml larutan NaOCl 2 %
3. Setelah 2-3 menit, tambahkan 2-3 tetes HCl pekat, didihkan
selama
4. 1-2 menit untuk membuang kelebihan asam
5. Tambahkan 0,5 ml alfa-naftol, kemudian 3-4 tetes H 2 SO 4 pekat
6. Gojok dengan hati-hati, hasilnya positif apabila saat diamati
7. terbentuk hijau zambrud

B. Uji Kelarutan Lipid


1. Ke dalam masing-masing tabung diisi 2 ml larutan sampel
2. Tambahkan 5 mL Alkohol panas, Alkohol dingin, Eter, Kloroform,
Aquadest Ke dalam masing-masing tabung yang berbeda
3. Amati kelarutan dari sampel
C. Uji Emulsifikasi
1. Ke dalam masing-masing tabung diisi 4 ml larutan sampel
2. Tambahkan 4 mL Aquadest pada masing masing tabung
3. Tabung 1 diisi 1 ml Na 2 CO 3 , Tabung 2 diisi 1 ml larutan sabun,
Tabung 3 diisi 1 ml Kloroform dan Tabung 4 diisi 1 ml Eter
4. Gojok kuat, lalu diamkan selama 5 menit
5. Amati pembentukan emulsi

Hasil Pengamatan :

Uji Kelarutan Lipid Uji Emulsifikasi


Uji
Sampel K A Na2CO Ete
kolorimetri AP AD ET SB KL
L Q 3 r
1. + + + + + + + + - -
Gliserol
Keterangan : (+): Mengandung senyawa yang diuji ; TD: Tidak dilakukan
(-): Tidak mengandung senyawa yang diuji

Reaksi
1. Uji Kolorimetri

(Hermanto, dkk., 2010)


2. Uji Kelarutan Lipid
(Safitri & Roosdiana, 2020)
3. Uji Emulsifikasi

(Kowalska, dkk., 2020)


4. Uji Akrolein

(Harini, dkk., 2019)


5. Uji Grease Spot

(Bharathi dan Pennarsi, 2016)


Pembahasan
Lipida atau lemak merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan
dalam sel jaringan, tidak larut dalam air, larut dalam zat pelarut non polar
seperti (eter, kloroform, dan benzena). Lipid bersifat non polar atau hidrofobik.
Penyusun utama lipida adalah trigliserida, yaitu ester gliserol dengan tiga asam
lemak yang bisa beragam jenisnya. Rumus kimia trigliserida adalah CH 2COOR-
CHCOOR’-CH2-COOR‖ dimana R, R’ dan R‖ masing-masing adalah sebuah
rantai alkil yang panjang. Ketiga asam lemak RCOOH, R’COOH dan R‖COOH.
Panjang rantai asam lemak pada trigliserida yang terdapat secara alami dapat
bervariasi, namun panjang yang paling umum adalah 16,18, atau 20 atom
karbon. Penyusun lipida lainnya berupa gliserida, monogliserida, asam lemak
bebas, lilin (wax), dan juga kelompok lipida sederhana yang mengandung
komponen asam lemak) seperti derivate senyawa terpenoid/isoprenoid serta
derivate steroida. Lipida sering berupa senyawa kompleks dengan protein
(Lipoprotein) atau karbohidrat (Glikolipida) (Mamuaja, 2017).
Lipid secara umum didefinisikan sebagai komponen yang mudah larut
pada pelarut organik yang cenderung non-polar seperti etanol, eter, dan
kloroform. Lemak disebut juga lipid adalah suatu zat yang kaya akan energi,
berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh.
Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari
makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel
lemak sebagai cadangan energi. Asam lemak penyusun lipida ada dua macam,
yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh
(saturated fatty acid) disusun oleh rantai atom karbon penyusunnya yang
berikatan tunggal/mengikat dua atom hidrogen, sedangkan asam lemak tidak
jenuh (unsaturated fatty acid) mengandung satu atau lebih atom karbon yang
berikatan ganda (double bond) sehingga hanya mengikat satu atom hidrogen.
Lipid berfungsi sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentuk sel,
sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat
protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, dan
memelihara suhu tubuh (Wahjuni, 2013).
Pada umumnya klasifikasi lipida didasarkan atas kerangka dasarnya
menjadi lipida sederhana dan lipida kompleks. Lipid sederhana meliputi ester
asam lemak dengan berbagai alkohol, seperti steroida dan terpena. Berbeda
dengan lipid sederhana, lipid kompleks merupakan ester asam lemak yang
mengandung gugus-gugus selain alkohol dan asam lemak, seperti fosfolipid
dan glikolipid. Fosfolipid adalah lipid yang mengandung suatu residu asam
fosfor, selain asam lemak dan alkohol, sedangkan glikolipid adalah lipid yang
mengandung asam lemak, sfingosin, dan karbohidrat. Lipid kompleks lain juga
meliputi 6 sulfolipid, aminolipid, dan lipoprotein Lipida kompleks dibagi menjadi
triasilgliserol, fosfolipida, sfingolipida, dan lilin, yang dapat dihidrolisis dengan
alkali dalam keadaan panas yang selanjutnya akan menghasilkan sabun.
Lipida sederhana tidak dapat diubah menjadi sabun, senyawa itu termasuk
steroida dan terpena (Mamuaja, 2017).
Gliserol (bahasa Inggris: glycerol, glycerin, glycerine) adalah senyawa
gliserida yang paling sederhana dengan hidroksil yang bersifat hidrofilik dan
higroskopik. Gliserol merupakan komponen yangmenyusun berbagai macam
lipid, termasuk trigliserida. Gliserol terasa manis saat dikecap dan dianggap
tidak beracun. Gliserol dapat diperoleh dari proses saponifikasi dari lemak
hewan, transesterifikasi pembuatan bahan bakar biodiesel dan proses
epiklorohidrin serta proses pengolahan minyak goreng. Rumus molekul gliserol
yaitu C3H5(OH)3 (Aprilina, dkk, 2017).
Untuk menguji sifat dan komposisi lipid, ada beberapa uji yang dapat
dilakukan. Beberapa uji kualitatif pada lipid dibedakan menjadi uji kolorimetri,
uji kelarutan lipid, dan uji emulsifikasi. Tujuan praktikum “Uji Identifikasi Lipid”
ini adalah untuk melakukan pemisahan lipid dalam sampel dan
mengidentifikasi komponen lipid yang diperoleh.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji identifikasi lipid terhadap sampel
yang mengandung gliserol dengan beberapa uji seperti uji kolorimetri, uji
kelarutan lipid, dan uji emulsifikasi, uji akrolein dan uji grease spot (Hanum,
2018).
Uji kolorimetri dilakukan untuk mendeteksi keberadaan suatu lipid dalam
sampel dengan melihat aspek perubahan warna yang terjadi pada campuran.
Uji kolorimetri merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi kandungan lipid pada suatu larutan sampel yang ditandai
dengan terbentuknya warna hijau zamrud pada larutan sampel tersebut. Pada
tes ini dilakukan penambahan NaOCl 2% yang berfungsi untuk membentuk
gliseril. Kemudian ditambahkan HCl sebagai katalisator untuk mempercepat
reaksi lalu dipanaskan untuk membuang kelebihan asam. Setelah pemanasan,
ditambahkan α-naftol yang berfungsi untuk mengidentifikasi gliserol dengan
membentuk larutan hijau zamrud lalu ditambahkan H 2SO4 mampu memisahkan
gugus yang terikat pada -OH sehingga gugus benzena yang terikat pada α-
naftol dapat berikatan dengan gugus –OH yang ada pada gliserol. Pada
praktikum uji kolorimetri diperoleh hasil positif berupa terbentuknya larutan
berwarna hijau zamrud yang menandakan bahwa sampel gliserol yang
digunakan mengandung lipid. Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini telah
sesuai dengan sumber pustaka yang menyatakan bahwa pada uji kolorimetri
lipid akan dihasilkan perubahan warna larutan menjadi hijau zamrud
disebabkan ikatan antara gugus benzene pada α-naftol dengan gugus –OH
yang ada pada gliserol (Aprilina, dkk, 2017).
Uji kelarutan lipid dilakukan untuk melihat sifat lipid maupun derivat lipid
terhadap berbagai macam pelarut. Lipid merupakan molekul non-polar yang
hanya dapat larut dalam pelarut non-polar (kloroform, eter, metilen, alkohol)
sehingga bila dilarutkan dalam pelarut polar lipid tidak akan homogen dengan
larutan tersebut. Derajat kelarutan merupakan kemampuan suatu zat terlarut
untuk dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu. Tingkat polaritas
berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Senyawa yang memiliki
kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik / terlarut dengan pelarut yang
memiliki tingkat kepolaran yang sama. Hal ini sesuai dengan prinsip uji
kelarutan yaitu berdasarkan pada kaidah “like dissolves like” yang mana
senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan sebaliknya. Kelarutan lipid
baik lemak maupun minyak dapat diuji dengan berbagai jenis pelarut untuk
mengetahui derajat kelarutannya (Hanum, 2018). Pada uji kelarutan lipid
sampel dilarutkan dengan 5 pelarut berbeda yaitu alkohol, alkohol dingin, eter,
kloroform, dan aquadest. Kemudian diamati kelarutannya pada masing masing
pelarut. Hasil yang diperoleh berupa hasil positif pada ke 5 pelarut yang
digunakan. Hasil yang diperoleh kurang sesuai dengan sumber pustaka yang
menyatakan bahwa lipid merupakan molekul non-polar yang hanya dapat larut
dalam pelarut non-polar (kloroform, eter, metilen, alkohol) dan tidak dapat larut
dalam pelarut polar seperti air. Hal ini dapat disebabkan karena sampel gliserol
yang digunakan kemungkinan sudah kurang baik kualitasnya (Mamuaja, 2017).
Uji emulsifikasi merupakan uji yang didasarkan pada dua fase cair yang
tidak saling bercampur, yang salah satunya fase terdispersi (fase internal)
terdispersi secara sergam dalam bentuk tetesan-tetesan kecil pada medium
pendispersi (fase eksternal) yang distabilkan dengan emulgator yang sesuai.
Pada umumnya emulsi terdiri atas air dan minyak yang diketahui tidak saling
bercampur (Sinila, 2016). Lipid merupakan asam lemak yang tidak larut dalam
air akan tetapi larut dalam pelarut lemak. Pada uji emulsifikasi lipid sampel
dilarutkan dengan 4 pelarut berbeda yaitu Na 2CO3, sabun, kloroform dan eter.
Kemudian digojok kuat dan diamati terbentuknya emulsi. Berdasarkan hasil
praktikum, diperoleh hasil positif pada sampel yang ditambahkan dengan
Na2CO3 dan sabun. Namun, diperoleh hasil negatif pada sampel yang
ditambahkan kloroform dan eter. Hal ini menandakan bahwa sampel yang
ditambahkan Na2CO3 dan sabun mengandung lipid yang ditandai dengan
terbentuknya dua lapisan yang berbeda. Demikian halnya dengan sampel yang
ditambahkan kloroform dan eter juga mengandung lipid yang ditandai dengan
larutan yang tercampur merata. Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan
sumber pustaka yang menyatakan bahwa sabun dan senyawa-senyawa
natrium digunakan sebagai bahan pembersih kotoran, terutama kotoran yang
bersifat seperti lemak atau minyak karena sabun terdiri atas rantai hidrokarbon
dengan gugus -COO- yang bersifat hidrofob yaitu tidak suka air dan bersifat
hidrofil artinya suka akan air sehingga dapat larut dalam air. Oleh karena
adanya dua bagian itu, maka molekul sabun tidak sepenuhnya larut dalam air
dan dapat mengemulsikan lemak atau minyak. Sehingga dapat dikatan bahwa
sabun dapat berfungsi sebagai emulgator (Poedjiadi, 2009). Sedangkan
kloroform dan eter bukan merupakan emulgator melainkan pelarut non polar
sehingga sampel gliserol akan terlarut sempurna didalamnya (Mamuaja,
2017)..
Uji Akrolein merupakan pengujian pada gliserol dalam bentuk bebas atau
yang terdapat dalam lemak dan minyak. Prinsip dari uji akrolein adalah ketika
gliserol mengalami dehidrasi akan membentuk aldehid aksilat atau disebut juga
dengan akrolein (Fitriana dan Ardhista, 2019). Ketika lemak dipanaskan
setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO 4) yang akan menarik air, maka
bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau
dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak
terbakar dan ditandai dengan asap putih (Hanum, 2018). Pada praktikum kali
ini belum dilakukan pengujian akrolein ini dikarenakan persiapan, bahan dan
waktu yang terbatas.
Uji greese spot adalah pengujian untuk membuktikan adanya kandungan
lipid pada suatu bahan atau larutan dan untuk mengetahui tingkat
kejenuhannya. Prinsip percobaan ini adalah larutan uji ditambah eter kemudian
digojok lalu dituangkan ke dalam cawan porselen dan dibiarkan menguap,
setelah itu di usap dengan menggunakan kertas kering sehingga akan
menghasilkan spot yang berwarna kuning (Bharathi dan Pennarsi, 2016). Pada
praktikum kali ini belum dilakukan pengujian grees spot ini dikarenakan
persiapan, bahan dan waktu yang terbatas.
Kesimpulan :
Praktikum uji identifikasi lipid pada sampel gliserol dilakukan beberapa uji
yaitu uji kolorimetri, uji kelarutan lipid dan uji emulsifikasi. Pada uji kolorimetri
diperoleh hasil positif berupa perubahan warna larutan menjadi hijau zamrud
yang menunjukkan bahwa sampel mengandung lipid. Pada uji kelarutan lipid,
sampel dapat larut dalam pelarut–pelarut organik nonpolar seperti alkohol,
etanol, kloroform namun tidak dapat larut dalam air. Pada uji emulsifikasi
sampel dapat membentuk emulsi pada penambahan Na2CO3 dan sabun yang
menunjukkan bahwa sampel mengandung lipid serta terlarut sempurna pada
penambahan kloroform dan eter.

Daftar Pustaka:
Aprilina, P., dkk. 2017. “Optimalisasi Potensi Lemak Ayam Hasil Limbah Pasar
dan Rumah Tangga untuk Menghasilkan Bahan Tambahan Sediaan
Farmasi Gliserol”. Jurnal Kesehatan Palembang. 12 (2): 108-116.
Bharathi, P. dan pennarsi M. 2016. “Production of Lipids From Municipal
Sewage Sludge by Two Stage Extraction Process”. AJChE. 16 (2): 38-
44.
Fitriana, Y. A. N dan Ardhista S. F. 2019. “Uji Lipid pada Minyak Kelapa,
Margarin dan Gliserol”. SAINTEKS. 16 (1): 19-23.
Hanum, G. R. 2018. Buku Ajar Biokimia Dasar. Jawa Timur: UMSIDA Press.
Harini, N., Marianty, R., & Wahyudi, V. A. 2019. Analisa Pangan. Jawa Timur:
Zifatama Jawara.
Hermanto, s., dkk. 2010. “Analisis Tingkat Kerusakan Lemak Nabati dan Lemak
Hewani Akibat Proses Pemanasan”. Jurnal Kimia Valensi. 1 (6): 262-
268.
Kowalska, M., dkk. 2020. “Physicochemical Characterization and Evaluation of
Emulsions Containing Chemically Modified Fats and Different
Hydrocolloids”. Biomolecules. 10 (115): 1-17.
Mamuaja, C. F. 2017. Lipida. Manado: Unsrat Press.
Poedjiadi, A. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Safitri, A. & Roosdiana, A. 2020. Biokimia Bahan Alam : Analisis dan Fungsi.
Malang: Media Nusa Creative.
Sinila, S. 2016. Farmasi Fisik. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Wahjuni, S. 2013. Metabolisme Lemak. Bali: Udayana University Press.
Mengetahui,
Nilai Laporan:
Asisten Kelompok

88 (Mutiara Alvionita Tumanan)


LABORATORIUM FARMASI KLINIK

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ASPEK I. KEAKTIFAN
Format penilaian praktikum daring untuk keaktifan/ diskusi interaktif :

No. Kriteria Pembobotan Nilai

Kemampuan untuk menjelaskan kembali dan


1. 25 21
menanggapi video demo praktikum

Kemampuan menginterpretasikan data


2. 20 18
praktikum

3. Kemampuan mengemukakan pendapat 15 15

Memfokuskan perhatian pada kegiatan


4. 15 13
praktikum

Mampu menyebutkan atau mengutip literatur


5 25 20
yang menunjang materi praktikum

Total Nilai Pelaksanaan/Keaktifan 87

*Untuk praktikum luring file penilaian keaktifan menggunakan Lembar


Keaktifan Biokimia 2020 (file terpisah)

ASPEK II. LAPORAN

No. Kriteria Pembobotan Nilai

Menyajikan data hasil pengamatan yang lengkap


1. 30 27
dan sistematis

Mampu memahami dan menuliskan reaksi-reaksi


2. 20 18
yang tejadi pada pengujian sampel

Mampu menjelaskan fungsi dari penambahan tiap


3. 15 13
reagen dalam pengujian sampel

Membahas data hasil pengamatan dan


4. 25 22
membandingkannya dengan literature
5. Mampu membuat kesimpulan 10 8

Total Nilai Laporan 88

ASPEK III. DISKUSI

No. Kriteria Pembobotan Nilai

Mampu meriview secara singkat isi laporan yang


1. 30 27
dikerjakan

2. Mampu menjawab pertanyaan yang diberikan 25 23

3. Menyiapkan bahan rederensi untuk diskusi 25 22

Mampu mengambil kesimpulan sesuai hasil


4. 20 18
praktikum saat itu serta kritik saran

Total Nilai Diskusi 90

Anda mungkin juga menyukai