Anda di halaman 1dari 12

http://www.arismaduta.org/index.php?

option=com_content&view=article&id=102:resusitasi-jantung-
paru&catid=63:artikel-la

esusitasi Jantung Paru


Ditulis oleh didiks
Selasa, 06 Januari 2009 11:36

Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation
(CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan. Teknik ini
diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi masih hidup.

Komplikasi dari teknik ini adalah pendarahan hebat. Jika korban mengalami pendarahan
hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak darah yang keluar sehingga
kemungkinan korban meninggal dunia lebih besar. Namun, jika korban tidak segera diberi
RJP, korban juga akan meninggal dunia.

Langkah yang paling tepat jika korban mengalami komplikasi henti jantung dan pendarahan
hebat tergantung pada kemampuan penolong. Jika penolong sendirian dan mahir dalam
mengendalikan pendarahan, maka penolong harus menghentikan pendarahan dengan
cepat baru kemudian melakukan RJP. Jika penolong ada banyak, maka pengendalian
pendarahan dan RJP dapat dilakukan secara bersamaan.

Langkah pertama dalam memberikan RJP adalah menentukan titik kompresi jantung. Titik
ini merupakan tempat diletakkannya tangan penolong untuk menekan jantung. Titik
kompresi jantung terletak pada pertemuan iga kanan dan kiri. Titik ini bisa diletakkan pada 2
jari diatas taju pedang atau lurus dengan garis semu antara puting susu.

Pelaksanaan RJP berbeda-beda, tergantung pada usia korban. Pelaksanaannya adalah


sebagai berikut:
- korban dewasa (lebih dari 8 tahun)
Jika penolong hanya 1, maka fase pertama RJP dikakukan sebanyak 4 siklus per menit
yang tiap siklusnya terdiri dari 15 kali tekan jantung dan 2 kali nafas buatan. Setelah
fase pertama selesai, korban diperiksa jantung dan nafasnya. Jika jantung dan nafas
masih berhenti, pertolongan dilanjutkan dengan fase kedua yang terdiri dari 8 siklus (4
siklus per menit). Jika pada fase kedua ini jantung dan nafas korban masih berhenti,
maka dilanjutan ke fase ketiga yang terdiri dari 8 siklus, demikian seterusnya.
Jika penolongnya 2 orang, maka 1 orang bertugas untuk menekan jantung dan 1 orang
lagi memberi nafas buatan. Fase pertama RJP dilakukan dengan 12 siklus per menit
yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali tekan jantung dan 1 kali nafas buatan. Jika korban
masih belum bernafas, maka fase-fase selanjutnya dilakukan sebanyak 24 siklus (12
siklus per menit)
- korban anak-anak (1 – 8 tahun)
Untuk anak-anak (baik itu penolongnya sendirian atau 2 orang), RJP dilakukan
sebanyak 14 – 20 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali pijat jantung dan
sekali nafas buatan. Yang perlu diperhatikan disini adalah penekanan jantung tidak
boleh terlalu dalam, hanya 3 – 4 cm saja, dan tiupan pada saat pemberian nafas buatan
juga tidak boleh terlalu kencang.
- korban bayi (kurang dari 1 tahun)
Untuk bayi (baik itu penolongnya sendirian atau 2 orang), RJP dilakukan sebanyak 20
siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali tekan jantung dan 1 kali nafas
buatan. Untuk bayi yang baru lahir, RJP dilakuakan sebanyak 40 siklus yang tiap
siklusnya terdiri dari 3 kali tekan jantung dan 1 kali nafas buatan. Yang perlu
diperhatikan pada RPJ pada bayi adalah penekanan jantung dilakukan dengan 2 jari
saja (jari tengah dan jari manis) dengan kedalaman 1,5 – 2,5 cm dan volume nafas
yang diberikan hanya sebanyak penggembungan pipi penolong saja.

RJP pada korban dihentikan apabila:


- ada penolong yang menggantikan
- ada tanda kehidupan
- ada tanda kematian
- setelah 30 menit

~ Dirangkum dari diklat PMI ~

http://panduankeselamatan.blogspot.com/2008/01/resusitasi-jantung-paru-rjp-
cardio.html

Pertolongan Darurat
Jika Terjadi Kecelakaan
Jika Anda mendengar teriakan atau melihat darah, berarti ada suatu kecelakaan, dan
kemungkinan ada seseorang yang terluka. Anda menyadari ia butuh pertolongan, dan Anda
berada paling dekat dengannya. Sadarilah bahwa tindakan pertolongan Anda selama beberapa
menit ke depan bisa menjadi penentu.

Seberapa Serius Kecelakaannya?


Jangan panik. Cobalah mengetahui seberapa serius kecelakaannya secara cepat. Ini akan
mempermudah Anda dalam bertindak cepat untuk menolongnya, apa pun bentuk pertolongan
yang dibutuhkannya.
Jangan Panik
Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah menentukan seberapa baik Anda dapat mencegah
cideranya bertambah parah. Yang paling penting sebelum melakukan penanganan adalah
memindahkan korban dari tempat kecelakaan bila situasinya membahayakan. Anda harus
mengetahui penyebab kecelakaan dan menghentikannya, apakah itu berupa penghentian crane,
pemadaman api, atau pemindahan mesin. Maka, jangan panik, namun tetap waspada!

Pertolongan Darurat
Bila Anda mengetahui bahwa korban membutuhkan pertolongan secepatnya, penting bagi Anda
untuk mengetahui keadaan sirkulasi saluran pernapasan:
A. Saluran pernapasan korban jangan sampai terhalang.
B. Bila korban tidak bernapas, segera lakukan pernapasan buatan.
C. Bila tidak ada denyut nadi, lakukan Resusitasi Jantung Paru-RJP (Cardio Pulmonary
Resuscitation-CPR).
Untuk panduan lebih jelas, silakan lihat di Resusitasi Jantung Paru-RJP (Cardio Pulmonary
Resuscitation-CPR).

Cari Bantuan Bila Diperlukan


Anda harus bisa menentukan apakahAnda bisa menangani korban sendirian. Bila Anda merasa
memerlukan bantuan, carilah bantuan secepatnya. Bertindaklah secara tenang sambil menilai
situasi. Jangan lupa untuk melakukan pertolongan pertama secara terus -menerus dan dampingi
korban sampai bantuan datang.
Selalu simpan nomor-nomor telpon penting di tempat yang mudah dilihat.

RESUSITASI JANTUNG PARU-RJP (CARDIO


PULMONARY RESUSCITATION-CPR)

Bila penderita tidak bernapas dan nadinya teraba tidak berdenyut, mulailah
lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau juga dikenal sebagai Cardio
Pulmonary Resuscitation (CPR). CPR adalah kombinasi pemijatan (masase)
jantung dari luar dan resusitasi mulut ke mulut. Untuk melakukan hal ini,
sebaiknya penolong telah mengikuti pelatihan P3K untuk mengurangi
kemungkinan kesalahan dalam melakukan tindakan agar tidak menambah
cidera pada penderita.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus Anda lakukan.

Jika pasien ternyata tidak menunjukkan adanya denyut dan biji mata
melebar dan tampak seperti mati:

gambar: http://depts.washington.edu/learncpr/pocket.html

1. Cari bantuan.
2. Atur Posisi korban.
3. Tengadahkan kepala pasien ke belakang.
4. Carilah titik tekanan yang tepat dengan terlebih dahulu
menentukan letak titik ujung tulang dada (sternum). Titik tekanan
terletak sejauh dua Lebar jari di atasnya.
5. Letakkan telapak tangan Anda di atas titik tekanan tersebut.
Angkat jari Anda menjauhi permukaan dada.
6. Tekan lurus ke bawah sebanyak 80 hingga 100 kali per menit.
Tekan seeara vertikal, siku pada posisi lurus.
7. Tekan ke bawah ke arah dada sedalam 2 hingga 3 cm untuk
orang dewasa.
8. Ingat bahwa setelah setiap tekanan ke-30, Anda harus
meniupkan udara ke dalam paru-paru dua kali secara berurutan.

Anak kecil tentu saja hanya diberi tekanan yang ringan. Teruskan tindakan
tersebut untuk menyadarkan pasien hingga denyutnya normal. Lihat di sini!

Posted by DeA Haryono

09 JULI 2009

Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Technorati Tags: gawat,darurat,resusitasi,jantung,paru,rjp

Pengertian : Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi henti nafas dan


henti jantung

Tujuan : Untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung sehingga dapat
pulih kembali

Indikasi :

1. Henti nafas (Respiratory Arrest), henti nafas yang bukan disebabkan


gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi
(asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel)

2. Henti jantung (Cardiac Arrest) dapat disebabkan oleh beberapa hal


seperti:

• Hipoksemia karena berbagai sebab


• Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia)
• Gangguan irama jantung (aritmia)
• Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension
pneumothoraks)

Diagnosis :

• Tidak terdapat adanya pernafasan (dengan cara Look-Listen-Feel)


• Tidak ada denyut jantung karotis

Perhatian :

Pada pasien yang telah terpasang monitor EKG dan terdapat


gambaranasistole pada layar monitor, harus selalu dicek denyut nadi
karotis untuk memastikan adanya denyut jantung. Begitu juga sebaliknya
pada pasien terpasang monitor EKG yang telah di-RJP terdapat gambaran
gelombang EKG harus diperiksa denyut nadi karotis untuk memastikan
apakah sudah teraba nadi (henti jantung sudah teratasi) atau hanya
gambaran EKGpulseless. Jika nadi karotis belum teraba maka RJP
dilanjutkan

Tindakan

Tanpa alat :

a.1 (satu) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat


jantung luar dengan perbandingan 2 : 30 dalam 2 menit (5 siklus). Tiap 5
siklus dievaluasi dengan mengecek pernafasan (LLF) dan jantung
(perabaan nadi karotis). Jika masih henti jantung dan henti nafas, RJP
dilanjutkan

b. 2 (dua) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat


jantung luar yang dilakukan oleh masing-masing penolong secara
bergantian dengan perbandingan 2 : 30 dalam 2 menit (5 siklus). Tiap 5
siklus dievaluasi dengan mengecek pernafasan (LLF) dan jantung
(perabaan nadi karotis). Jika masih henti jantung dan henti nafas, RJP
dilanjutkan dengan berganti orang.

c. Pijat jantung luar diusahakan 100 kali/menit


Dengan alat :

Untuk mencapai hasil RJP yang lebih baik harus segera diusahakan
pemasangan intubasi endotrakeal

RJP dihentikan bila :

• Jantung sudah berdetak ditandai adanya nadi dan nafas sudah


spontan
• Mengecek nadi dan pernafasan
• Penolong sudah kelelahan
• Pasien dinyatakan tidak mempunyai harapan lagi/meninggal

http://dokter-medis.blogspot.com/2009/07/aplikasi-resusitasi-jantung-paru-rjp.html

09 JULI 2009

Aplikasi Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Technorati Tags: gawat,darurat,resusitasi,jantung,paru,rjp,aplikasi

1. Jika kita melihat pasien/korban yang tergeletak tampak tidak, pertama


kali yang kita harus lakukan adalah memastikan bahwa lingkungan di
sekitar korban yang tergeletak itu aman. Jika belum aman (misalnya
korban tergeletak di tengah jalan raya atau di dalam gedung terbakar),
maka korban harus dievakuasi/dipindah terlebih dahulu ke tempat yang
aman dan memungkinkan mendapatkan pertolongan.

2. Nilai respon pasien apakah pasien benar-benar tidak sadar atau hanya
tidur saja. Mengecek kesadarannya dengan cara memanggil-manggil nama
pasien, menepuk atau menggoyang bahu pasien, misalnya “Pak-pak
bangun !” atau “Bapak baik-baik saja?” Jika masih belum sadar atau
bangun juga bisa diberi rangsang nyeri seperti menekan pangkal kuku jari.
Jika pasien sadar, tanyakan mengapa ia terbaring di tempat ini. Jika pasien
sadar, terlihat kesakitan atau terluka segera cari bantuan dan kemudian
kembali sesegera mungkin untuk menilai kondisi pasien.
3. Jika tidak ada respon berarti pasien tidak sadar. Aktifkan sistem
emergensi dengan cara meminta tolong dibawakan alat-alat emergensi
atau dipanggilkan petugas terlatih atau ambulan jika berada di luar RS.
Misalnya ‘Tolong ada pasien tidak sadar di ruang A, ”tolong panggil
petugas emergensi ” atau ”Tolong ambil alat-alat emergensi ada pasien
tidak sadar di ruang A”. Jika di lapangan : ”Tolong ada pasien tidak sadar
di pantai tolong panggil ambulan atau 118 ”. Jika yang menemukan korban
tidak sadar lebih dari satu orang, maka satu orang mengaktifkan sistem
emergensi sedangkan lainnya menilai kondisi pasien. INGAT ! Dalam
menolong pasien tidak sadar, kita tidak mungkin bekerja sendiri jadi harus
meminta bantuan orang lain. Dalam meminta bantuan, penolong harus
menginformasikan kepada petugas gawat darurat mengenai lokasi
kejadian, penyebabnya, jumlah dan kondisi korban dan jenis pertolongan
yang akan diberikan. Jika tersedia alat defibrilator dengan AED (Automatic
Emergency Defibrilator), maka kita dapat menyiapkannya untuk
pemeriksaan heart rate dan irama jantung dan jika ada indikasi melakukan
defibrilasi.

4. Gunakan manuver chin lift untuk membuka jalan nafas korban yang tidak
mengalami cedera kepala dan leher. Jika diperkirakan ada trauma leher
maka gunakan tehnik jaw thrust. Untuk lebih jelas lihat
kembali pengelolaan jalan nafas.Periksa pernafasan dengan menggunakan
tehnik LLF (Look, Listen, Feel) dengan tetap mempertahankan terbukanya
jalan nafas selama 10 detik. Teknik LLF dapat dilihat di pengelolaan jalan
nafas.

5.Jika yakin tidak ada pernafasan maka segera beri nafas buatan dua kali
pernafasan dengan tetap menjamin terbukanya jalan nafas. Bisa dengan
mulut ke mulut/hidung atau dengan menggunakan sungkup muka. Satu kali
pernafasan selama satu detik sampai dada tampak mengembang. Jika
dada tidak mengembang kemungkinan pemberian nafas buatan tidak
adekuat atau jalan nafas tersumbat.

6. Setelah nafas buatan diberikan segera nilai sirkulasi dengan mengecek


nadi arteri karotis. Nadi carotis dapat diraba dengan menggunakan 2 atau
3 jari menempel pada daerah kira-kira 2 cm dari garis tengah leher atau
jakun pada sisi yang paling dekat dengan pemeriksa. Waktu yang tersedia
untuk mengukur nadi carotis sekitar 5 – 10 detik.
7. Jika nadi teraba, nafas buatan diteruskan dengan kecepatan 10-12
kali/menit atau satu kali pernafasan diberikan setiap 5-6 detik disertai
pemberian oksigen dan pemasangan infus. Jika perlu pemasangan ETT
dan ventilator. Pemantauan/monitoring terus dilakukan. Pemeriksaan
denyut nadi dilakukan setiap 2 menit sampai pasien stabil. Pasien dirawat
di ruangIntensif Care Unit (ICU). Penyebab henti nafas harus dicari dengan
melakukan anamnesis pada keluarga penderita dan pemeriksaan fisik

8. Pikirkan penyebabnya hipotensi/syok, edema paru, infark myokard dan


aritmia. Aritmia bisa berupa aritmia yang sangat cepat seperti Supra
Ventrikel Takikardi (SVT), atrial flutter, atrial fibrilasi, ventrikel takikardi.
Aritmia sangat lambat bisa berupa AV blok derajat II dan derajat III. Koreksi
penyebab atau konsul ke dokter ahli.

9. Jika nadi tidak teraba segera lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
dengan perbandingan kompresi dada (pijat jantung luar) 30 dan ventilasi
(nafas buatan) 2. Kecepatan kompresi dada adalah 100 kali/menit.
Kompresi dada merupakan tindakan yang berirama berupa penekanan
telapak tangan pada tulang sternum sepertiga bagian bawah dengan
tujuan memompa jantung dari luar sehingga aliran darah terbentuk dan
dapat mengalirkan oksigen ke otak dan jaringan tubuh. Usahakan
mengurangi penghentian kompresi dada selama RJP.

Cara melakukan RJP :

a.Penderita harus berbaring terlentang di atas alas yang keras. Posisi


penolong berlutut di sisi korban sejajar dengan dada penderita.

b.Penolong meletakkan bagian yang keras telapak tangan pertama


penolong di atas tulang sternum di tengah dada di antara kedua puting
susu penderita (2-3 jari di atas prosesus Xihoideus) dan letakkan telapak
tangan kedua di atas telapak tangan pertama sehingga telapak tangan
saling menumpuk. Kedua lutut penolong merapat, lutut menempel bahu
korban, kedua lengan tegak lurus, pijatan dengan cara menjatuhkan berat
badan penolong ke sternum.

c. Tekan tulang sternum sedalam 4-5 cm (1 ½ - 2 inci) kemudian biarkan


dada kembali normal (relaksasi). Waktu kompresi dan relaksasi dada
diusahakan sama. Jika ada dua penolong, penolong pertama sedang
melakukan kompresi maka penolong kedua sambil menunggu pemberian
ventilasi sebaiknya meraba arteri karotis untuk mengetahui apakah
kompresi yang dilakukan sudah efektif. Jika nadi teraba berarti kompresi
efektif.

d. Setelah 30 kali kompresi dihentikan diteruskan dengan pemberian


ventilasi 2 kali (1 siklus = 30 kali kompres dan 2 kali ventilasi). Setiap 5
siklus dilakukan monitoring denyut nadi dan pergantian posisi penolong jika
penolong lebih dari satu orang.

e. Jika terpasang ETT maka tidak menggunakan siklus 30 : 2 lagi.


Kompresi dilakukan dengan kecepatan 100 kali/menit tanpa berhenti dan
ventilasi dilakukan 8-10 kali/menit. Setiap 2 menit dilakukan pergantian
posisi untuk mencegah kelelahan.

RJP pada anak

1. Letakkan penderita pada posisi terlentang di atas alas yang keras

2. Tiup nafas dua kali (tanpa alat atau dengan alat)

3. Pijat jantung dengan menggunakan satu tangan dengan bertumpu pada


telapak tangan di atas tulang dada, di tengah sternum.

4. Penekanan tulang dada dilakukan sampai turun ± 3-4 cm dengan


frekuensi 100 kali/menit.

RJP pada bayi

1. Letakkan penderita pada posisi terlentang di atas alas yang keras

2. Tiup nafas 2 kali


3. Untuk pijat jantung gunakan penekanan dua atau tiga jari. Bisa
menggunakan ibu jari tangan kanan dan kiri menekan dada dengan kedua
tangan melingkari punggung dan dada bayi. Bisa juga dengan
menggunakan jari telunjuk, jari tengah dan atau jari manis langsung
menekan dada.

4. Tekan tulang dada sampai turun kira-kira sepertiga diameter anterior-


posterior rongga dada bayi dengan frekuensi minimal 100 kali/menit.

RJP pada situasi khusus

1. Tenggelam

Tenggelam merupakan penyebab kematian yang dapat dicegah.


Keberhasilan menolong korban tenggelam tergantung dari lama dan
beratnya derajat hipoksia.

Penolong harus melakukan RJP terutama memberikan bantuan nafas,


secepat mungkin setelah korban dikeluarkan dari air. Setelah melakukan
RJP selama 5 siklus barulah seorang penolong mengaktifkan system
emergensi. Manuver yang dilakukan untuk menghilangkan sumbatan jalan
nafas tidak direkomendasikan karena bisa menyebabkan trauma, muntah
dan aspirasi serta memperlambat RJP.

2. Hipotermi

Pada pasien tidak sadar oleh karena hipotermi, penolong harus menilai
pernafasan untuk mengetahui ada tidaknya henti nafas dan menilai denyut
nadi unuk menilai ada tidaknya henti jantung atau adanya bradikardi
selama 30-45 detik karena frekuensi jantung dan pernafasan sangat
lambat tergantung derajat hipotermi.

Jika korban tidak bernafas, segera beri pernafasan buatan. Jika nadi tidak
ada segera lakukan kompresi dada. Jangan menunggu suhu tubuh menjadi
hangat. Untuk mencegah hilangnya panas tubuh korban, lepaskan pakaian
basah, beri selimut hangat jika mungkin beri oksigen hangat.

3. Sumbatan jalan nafas oleh benda asing

Lihat di pengeloaan jalan nafas

Posisi sisi mantap (recovery position)

Posisi ini digunakan untuk korban yang tidak sadar yang telah bernafas
normal dan sirkulasi aman. Posisi ini dibuat untuk menjaga jalan nafas
tetap terbuka dan mengurangi risiko sumbatan jalan nafas dan aspirasi.
Caranya korban diletakkan miring pada salah satu sisi tubuh dengan
tangan yang dibawah berada di depan badan.

Anda mungkin juga menyukai