option=com_content&view=article&id=102:resusitasi-jantung-
paru&catid=63:artikel-la
Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation
(CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan. Teknik ini
diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi masih hidup.
Komplikasi dari teknik ini adalah pendarahan hebat. Jika korban mengalami pendarahan
hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak darah yang keluar sehingga
kemungkinan korban meninggal dunia lebih besar. Namun, jika korban tidak segera diberi
RJP, korban juga akan meninggal dunia.
Langkah yang paling tepat jika korban mengalami komplikasi henti jantung dan pendarahan
hebat tergantung pada kemampuan penolong. Jika penolong sendirian dan mahir dalam
mengendalikan pendarahan, maka penolong harus menghentikan pendarahan dengan
cepat baru kemudian melakukan RJP. Jika penolong ada banyak, maka pengendalian
pendarahan dan RJP dapat dilakukan secara bersamaan.
Langkah pertama dalam memberikan RJP adalah menentukan titik kompresi jantung. Titik
ini merupakan tempat diletakkannya tangan penolong untuk menekan jantung. Titik
kompresi jantung terletak pada pertemuan iga kanan dan kiri. Titik ini bisa diletakkan pada 2
jari diatas taju pedang atau lurus dengan garis semu antara puting susu.
http://panduankeselamatan.blogspot.com/2008/01/resusitasi-jantung-paru-rjp-
cardio.html
Pertolongan Darurat
Jika Terjadi Kecelakaan
Jika Anda mendengar teriakan atau melihat darah, berarti ada suatu kecelakaan, dan
kemungkinan ada seseorang yang terluka. Anda menyadari ia butuh pertolongan, dan Anda
berada paling dekat dengannya. Sadarilah bahwa tindakan pertolongan Anda selama beberapa
menit ke depan bisa menjadi penentu.
Pertolongan Darurat
Bila Anda mengetahui bahwa korban membutuhkan pertolongan secepatnya, penting bagi Anda
untuk mengetahui keadaan sirkulasi saluran pernapasan:
A. Saluran pernapasan korban jangan sampai terhalang.
B. Bila korban tidak bernapas, segera lakukan pernapasan buatan.
C. Bila tidak ada denyut nadi, lakukan Resusitasi Jantung Paru-RJP (Cardio Pulmonary
Resuscitation-CPR).
Untuk panduan lebih jelas, silakan lihat di Resusitasi Jantung Paru-RJP (Cardio Pulmonary
Resuscitation-CPR).
Bila penderita tidak bernapas dan nadinya teraba tidak berdenyut, mulailah
lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau juga dikenal sebagai Cardio
Pulmonary Resuscitation (CPR). CPR adalah kombinasi pemijatan (masase)
jantung dari luar dan resusitasi mulut ke mulut. Untuk melakukan hal ini,
sebaiknya penolong telah mengikuti pelatihan P3K untuk mengurangi
kemungkinan kesalahan dalam melakukan tindakan agar tidak menambah
cidera pada penderita.
Jika pasien ternyata tidak menunjukkan adanya denyut dan biji mata
melebar dan tampak seperti mati:
gambar: http://depts.washington.edu/learncpr/pocket.html
1. Cari bantuan.
2. Atur Posisi korban.
3. Tengadahkan kepala pasien ke belakang.
4. Carilah titik tekanan yang tepat dengan terlebih dahulu
menentukan letak titik ujung tulang dada (sternum). Titik tekanan
terletak sejauh dua Lebar jari di atasnya.
5. Letakkan telapak tangan Anda di atas titik tekanan tersebut.
Angkat jari Anda menjauhi permukaan dada.
6. Tekan lurus ke bawah sebanyak 80 hingga 100 kali per menit.
Tekan seeara vertikal, siku pada posisi lurus.
7. Tekan ke bawah ke arah dada sedalam 2 hingga 3 cm untuk
orang dewasa.
8. Ingat bahwa setelah setiap tekanan ke-30, Anda harus
meniupkan udara ke dalam paru-paru dua kali secara berurutan.
Anak kecil tentu saja hanya diberi tekanan yang ringan. Teruskan tindakan
tersebut untuk menyadarkan pasien hingga denyutnya normal. Lihat di sini!
09 JULI 2009
Tujuan : Untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung sehingga dapat
pulih kembali
Indikasi :
Diagnosis :
Perhatian :
Tindakan
Tanpa alat :
Untuk mencapai hasil RJP yang lebih baik harus segera diusahakan
pemasangan intubasi endotrakeal
http://dokter-medis.blogspot.com/2009/07/aplikasi-resusitasi-jantung-paru-rjp.html
09 JULI 2009
2. Nilai respon pasien apakah pasien benar-benar tidak sadar atau hanya
tidur saja. Mengecek kesadarannya dengan cara memanggil-manggil nama
pasien, menepuk atau menggoyang bahu pasien, misalnya “Pak-pak
bangun !” atau “Bapak baik-baik saja?” Jika masih belum sadar atau
bangun juga bisa diberi rangsang nyeri seperti menekan pangkal kuku jari.
Jika pasien sadar, tanyakan mengapa ia terbaring di tempat ini. Jika pasien
sadar, terlihat kesakitan atau terluka segera cari bantuan dan kemudian
kembali sesegera mungkin untuk menilai kondisi pasien.
3. Jika tidak ada respon berarti pasien tidak sadar. Aktifkan sistem
emergensi dengan cara meminta tolong dibawakan alat-alat emergensi
atau dipanggilkan petugas terlatih atau ambulan jika berada di luar RS.
Misalnya ‘Tolong ada pasien tidak sadar di ruang A, ”tolong panggil
petugas emergensi ” atau ”Tolong ambil alat-alat emergensi ada pasien
tidak sadar di ruang A”. Jika di lapangan : ”Tolong ada pasien tidak sadar
di pantai tolong panggil ambulan atau 118 ”. Jika yang menemukan korban
tidak sadar lebih dari satu orang, maka satu orang mengaktifkan sistem
emergensi sedangkan lainnya menilai kondisi pasien. INGAT ! Dalam
menolong pasien tidak sadar, kita tidak mungkin bekerja sendiri jadi harus
meminta bantuan orang lain. Dalam meminta bantuan, penolong harus
menginformasikan kepada petugas gawat darurat mengenai lokasi
kejadian, penyebabnya, jumlah dan kondisi korban dan jenis pertolongan
yang akan diberikan. Jika tersedia alat defibrilator dengan AED (Automatic
Emergency Defibrilator), maka kita dapat menyiapkannya untuk
pemeriksaan heart rate dan irama jantung dan jika ada indikasi melakukan
defibrilasi.
4. Gunakan manuver chin lift untuk membuka jalan nafas korban yang tidak
mengalami cedera kepala dan leher. Jika diperkirakan ada trauma leher
maka gunakan tehnik jaw thrust. Untuk lebih jelas lihat
kembali pengelolaan jalan nafas.Periksa pernafasan dengan menggunakan
tehnik LLF (Look, Listen, Feel) dengan tetap mempertahankan terbukanya
jalan nafas selama 10 detik. Teknik LLF dapat dilihat di pengelolaan jalan
nafas.
5.Jika yakin tidak ada pernafasan maka segera beri nafas buatan dua kali
pernafasan dengan tetap menjamin terbukanya jalan nafas. Bisa dengan
mulut ke mulut/hidung atau dengan menggunakan sungkup muka. Satu kali
pernafasan selama satu detik sampai dada tampak mengembang. Jika
dada tidak mengembang kemungkinan pemberian nafas buatan tidak
adekuat atau jalan nafas tersumbat.
9. Jika nadi tidak teraba segera lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
dengan perbandingan kompresi dada (pijat jantung luar) 30 dan ventilasi
(nafas buatan) 2. Kecepatan kompresi dada adalah 100 kali/menit.
Kompresi dada merupakan tindakan yang berirama berupa penekanan
telapak tangan pada tulang sternum sepertiga bagian bawah dengan
tujuan memompa jantung dari luar sehingga aliran darah terbentuk dan
dapat mengalirkan oksigen ke otak dan jaringan tubuh. Usahakan
mengurangi penghentian kompresi dada selama RJP.
1. Tenggelam
2. Hipotermi
Pada pasien tidak sadar oleh karena hipotermi, penolong harus menilai
pernafasan untuk mengetahui ada tidaknya henti nafas dan menilai denyut
nadi unuk menilai ada tidaknya henti jantung atau adanya bradikardi
selama 30-45 detik karena frekuensi jantung dan pernafasan sangat
lambat tergantung derajat hipotermi.
Jika korban tidak bernafas, segera beri pernafasan buatan. Jika nadi tidak
ada segera lakukan kompresi dada. Jangan menunggu suhu tubuh menjadi
hangat. Untuk mencegah hilangnya panas tubuh korban, lepaskan pakaian
basah, beri selimut hangat jika mungkin beri oksigen hangat.
Posisi ini digunakan untuk korban yang tidak sadar yang telah bernafas
normal dan sirkulasi aman. Posisi ini dibuat untuk menjaga jalan nafas
tetap terbuka dan mengurangi risiko sumbatan jalan nafas dan aspirasi.
Caranya korban diletakkan miring pada salah satu sisi tubuh dengan
tangan yang dibawah berada di depan badan.