Anda di halaman 1dari 12

BAB I

Latar Belakang
Hutan adalah tempat yang dianugerahkan Tuhan maha esa kepada bangsa Indonesia telah
menempatkan Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pemilik hutan tropika terbesar di
dunia setelah Brazil dan Zaire. Suatu hal yang patut disyukuri dan bangga sebagai warga bangsa
Indonesia, mengingat hutan dapat memberikan manfaat ekonomis sebagai penyumbang devisa
bagi kelangsungan pembangunan di Indonesia serta memberikan jasa-jasa lingkungan untuk
menopang kehidupan di muka bumi. Akan tetapi, hutan yang seharusnya diurus dan
dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan aspek kelestarian telah mengalami
degradasi dan deforestasi yang cukup mencengangkan bagi dunia Internasional. Indonesia
merupakan satu negara yang masuk dalam daftar rekor dunia guiness yang dirilis oleh
Greenpeace sebagai negara yang mempunyai tingkat laju deforestasi tahunan tercepat di dunia.
Sebanyak 72 persen dari hutan asli Indonesia telah musnah dengan 1.8 juta hektar hutan
dihancurkan per tahun antara tahun 2000 hingga 2005, sebuah tingkat kehancuran hutan sebesar
2% setiap tahunnya atau 51 km2 per hari atau dalam satu jam luas hutan Indonesia yang hancur
setara dengan 300 lapangan Sepak bola. Disaat upaya untuk menjajaki, memulihkan dan
mempertahankan kondisi hutan melalui mekanisme jasa hutan sebagai penyerap karbon
dilakukan, sebuah prestasi Internasional tercatat kembali bagi bangsa Indonesia karena hutan
yang dimilikinya. Kebakaran hutan di Indonesia telah menempatkan Indonesia sebagai negara
yang termasuk dalam deretan negara penyumbang emisi CO2 terbesar di dunia. Masalah
kebakaran hutan telah menjadi isu nasional yang patut mendapat perhatian serius dari pemerintah
mengingat dampaknya yang sangat merugikan bagi kehidupan manusia. Makalah ini ditulis
dengan maksud untuk menggali pemahaman secara keseluruhan dan dampak dari fenomena
kebakaran hutan yang sering terjadi di Indonesia terhadap berbagai sektor dan mencari alternatif
penanggulangannya baik berupa pencegahan maupun pengendaliannya.
Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi kebakaran hutan
2. Untuk mengetahui Faktor penyebab kebakaran hutan
3. Untuk mengetahui Klasifikasi bencana
4. Untuk mengetahui Siklus Bencana
5. Untuk mengetahui Dampak Bencana terhadap Kesehatan
6. Untuk Mengetahui Keperawatan Bencana pada Kelompok Rentan
7. Untuk mengetahuiAnalisis Risiko Bencana
8. Untuk dapat mengetahui Siklus Manajemen Bencana
9. Untuk mengetahui Peran Perawat dalam Manajemen Bencana
10. Untuk mengetahui Hospital Disaster Plan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi bencana kebakaran hutan

Kebakaran hutan merupakan Suatu keadaan dimana hutan dilanda api yang
mengakibatkan kerusakan terhadap hutan, dan berdampa buruk pada hasil hutan
yang menimbulkan kerugian nilai lingkungan dan ekonomis. Pembakaran hutan
dengan pembakaran yang apinya menjalar serta mengkonsumsi bahan bakar
alam dari hutan seperti log, tunggak pohon, gulma, semak belukar, serasah,
rumput, ranting atau cabang pohon mati yang tetap berdiri, dedaunan dan pohon-
pohon.

B. Penyebab kebakaran hutan


terjadi secara alami atau bisa pula disebabkan perbuatan manusia. Kebakaran
yang ditimbulkan akibat aktivitas manusia pun bisa terjadi tak sengaja atau
disengaja.
 Penyebab Non Alami (Disebabkan manusia)
Kebakaran hutan umumnya berasal kegiatan-kegiatan masyarakat, terdapat dua
faktor diantaranya tidak sengaja serta disengaja. Faktor bakaran tak disengaja
atau non alami disebabkan oleh kelalaian atau sesuatu yang dilakukan tanpa sadar
misalnya karena membuang puntung rokok, tidak mematikan api unggun dengan
benar, pembakaran sampah, dan tindakan kelalaian lainnya. Kebakaran secara
sengaja atau pembakaran yang dilakukan dengan senggaja umumnya ditandai
oleh banyaknya masyarakat yang membakar hutan untuk membuka lahan
pertanian atau perkebunan serta Melakukan pembakaran hutan karena ingin
mengeksploitasi sumber daya alam yang ada dibawahnya. Kebakaran hutan di
Indonesia 99% dipicu oleh manusia yang dengan sengaja membakar dan yang
membakar dengan tidak sengaja, hanya 1% kebakaran yang terjadi karena faktor
alam.
 Penyebab kebakaran hutan secara alami
Kebakaran hutan secara alami banyak dipicu oleh petir, gesekan antara ranting
atau semak belukar serta lelehan lahar gunung api. Kebakaran alami oleh
sambaran petir dapat menyebabkan kebakaran apabila memang kondisi hutannya
sangat memungkinkan seperti telah terjadi kekeringan yang panjang sehingga
peristiwa tersebut dapat terjadi. Di hutan bagian negara lain seperti di Amerik dan
Kanada sambaran petir serta gesekan antar ranting pohonlah yang sering menjadi
memicu kebakaran hutan.Namun di Indonesia tidak lumrah terjadi karena
hutannya yang sebagian besar merupakan hutan hujan tropis hal inilah yang
membuatnya sedikit sulit terjadi. Sambaran petir selalu beriringan dengan
turunnya hujan atau sambaran petir yang selalu terjadi beriringan dengan hujan
jadi sangat tidak mungkin dapat menimbulkan kebakaran hutan. Pemicu
kebakaran secara alami lain adalah karena adanya gesekan ranting pepohonan,
cabang pohon serta semak belukar. Suatu seperi kejadian ini biasanya hanya
dapat terjadi pada hutan yang kering. Pada hutan hujan tropis dengan kelembaban
tinggi kemungkinan pemicu kebakaran karena gesek ranting pohon serta semak
belukar sangat kecil.

C. Klafikasi jenis kebakaran


Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia telah menimbulkan banyak
kerugian bagi masyarakat. Metode klasifikasi menggunakan algoritma Naive
Bayes dapat digunakan untuk memprediksi kemunculan titik panas di masa yang
akan datang sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan sebelum terjadinya
kebakaran hutan dan lahan.
D. Siklus bencana
a. Tahap Pra bencana
Pada tahap pra bencana tindakan yang dilakukan antar lain yaitu :
 Memberikan peringatan. Masih banyak warga yang tinggal
disekitar hutan yang masih belum mempunyayi pengetahuan
yangmemadai tentang hutan dan menyebabkan kerusakan
ekonistem yang fatal. Masih banyak warga yang Membakar
Rumput saat musim kemarau yang disertai angin kencang
Sehingga penyebaran api akan mudah dan meluas. memang perlu
memberikan pemahaman kepada masyarakat di Sekitar hutan
untuk tidak membakar rumput dan puing-puing
 Melakukan aktivitas pembakaran minimal dengan jarak yang telah
ditentukan Seperti diketahui, Jarak minimal yang hanas
diperhatikan untuk melakukan pembakaran terhadap sampah atau
puing puing adalah minimal 50 kaki dari bangunan dan 500 kaki
dari hutan. Hal tersebut harus bisa diterapkan oleh warga yang
ingin membakar rumput di Area hutan.
 Pastikan api sudah mati. Sebelum warga pergi meninggalkan
tempat pembakaran, sangat disarankan untuk membersihkan Area
tersebut dari bahan bahan yang mudah terbakar.
 Hindan membakar ketika cuaca berangin. Angin kencang menjadi
faktor utama kebakaran hutan semakin meluas. Api akan semakin
kencang dan besar dan tentu ini sangat berbahaya.
b. Tahap bencana
Pada Tahap bencana tindakan yang dilakukan :
 Melakukan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap
lokasi, kerusakan dan sumber daya
 Penentuan status keadaan darurat bencana
 Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena
bencana
 Perlindungan terhadap kelompok rentan, dan pemulihan
prasarana dan sarana vital.
c. Pasca bencana
Bukan hanya lingkungan, sarana Dan saja kerugian. Prasarana
yang mengalami Namun, bencana kabut asap juga memberikan
dampak sosial psikologis kepada korbannya. Pemulihan
psikologis dapat dilakukan dengan:
 Pos trauma healing dengan bantuan psikiater maupun
ahli psikologi lainnya agar dapat menyembuhkan
psikologis trauma korban bencana.
 Bantuan sosial juga perlu diberikan dengan
memperhatikan sasaran berupa bantuan makanan seperti
PMT untuk balita juga tidak diabaikan. Dapat jugan
boleh disediakan ahli gizi untuk mengatur pola makan
korban agar kalori dengan dibutuhkan.
 Kerjasama dengan sesuai yang sektor sosial untuk
merencanakan kebutuhan pangan dan kebutuhan dasar
lainnya untuk para pengungsi.
 Penyediaan pelayanan kesehatan tentunya sangat penting
dilakukan kepada masyarakat yang sakit atau yang
kemungkinan akan sakit setelah bencana selesai sebagai
akibat dari terlalu lama terpapar asap pekat.

E. Dampak Bencana Kebakaran Hutan terhadap Kesehatan


Pengaruh asap terhadap kesehatan terjadi melalui berbagai mekanisme,
antara lain iritasi langsung, kekurangan oksigen yang menimbulkan sesak napas,
serta absorpsi toksin. Cedera termal (luka bakar) terjadi pada daerah terkena pada
permukaan eksternal tubuh, termasuk hidung dan mulut. Luka bakar di bawah
trakea jarang terjadi karena adanya efisiensi saluran napas bagian atas yang
menyerap panas. Kematian karena menghirup asap tanpa luka bakar jarang terjadi
(sekitar < 10 %). Sedangkan kematian karena menghirup asap dengan luka bakar
lebih sering yaitu sekitar (30-50%)
Penurunan kualitas udara sampai taraf membahayakan kesehatan dapat
menimbulkan dan meningkatkan penyakit saluran napas seperti infeksi saluran
napas akut (ISPA). Penderita ISPA di daerah bencana asap meningkat 1,8 – 3,8
kali. Pada saat kebakaran hutan tahun, kualitas udara pada tahap membahayakan
kesehatan dengan kadar debu >1.490 μg/m3 (batas yang diperkenankan 230
μg/m3. Istilah lain lebih mengacu pada tempat di saluran napas, tempat materi
partikulat mengendap yaitu inhalable thoracic particulate yang terutama
mengendap pada saluran napas bagian bawah.8,12 Partikel asap cenderung sangat
kecil dengan ukuran hampir sama dengan panjang gelombang cahaya yang
terlihat atau 0,4- 0,7 mm. Partikel asap tersebut hampir sama dengan fraksi
partikel PM 2,5 sehingga dapat menyebar dalam cahaya dan mengganggu jarak
pandang. Partikel halus dapat terinhalasi ke dalam paru sehingga lebih berisiko
mengganggu kesehatan dibandingkan partikel lebih besar. Polutan udara lain
yang dapat mengiritasi saluran pernapasan yaitu akrolein, formaldehid, dan
benzena - karsinogen dalam jumlah lebih rendah dibandingkan materi partikulat
dan karbon monoksida. Secara umum, peningkatan kadar PM 10 μm di udara
dihubungkan dengan :
1. Peningkatan berbagai keluhan pernapasan
2. Peningkatan kunjungan ke instansi gawat darurat
3. Peningkatan rawat inap dan risiko kematian
4. Eksaserbasi akut asma bronkial dan penyakit paru obstruktif kronik.
Asap menimbulkan iritasi mata, kulit dan gangguan saluran pernafasan
yang lebih berat, fungsi paru berkurang, bronchitis, asma eksaserbasi, dan
kematian dini. Selain itu konsentrasi tinggi partikel-partikel iritasi
pernapasan dapat menyebabkan batuk terus-menerus, batuk berdahak,
kesulitan bernapas dan radang paru.
F. Keperawatan Bencana Kebakaran Hutan pada Kelompok Rentan
A. Keperawatan Bencana pada Ibu Hamil dan Bayi saat bencana Kebakaran
Hutan
Ibu hamil dan melahirkan perlu diprioritaskan dalam penanggulangan
bencana alasannya karena ada dua kehidupan dan adanya perubahan
fisiologis. Perawat harus ingat bahwa dalam merawat ibu hamil adalah
sama halnya dengan menolong janinnya. Sehingga, meningkatkan kondisi
fisik dan mental wanita hamil dapat melindungi dua kehidupan.
Pengkajian kesehatan yang harus dilakukan pada ibu hamil dan bayi atau
janin saat terjadi bencana, meliputi:
a. Ibu Hamil
Ibu hamil harus dikajiberat badan, pembengkakan kaki, dan darah.
Berat badan diukur dengan timbangan badan. Hasil pengukuran saat
ini dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya untuk mengkaji
peningkatan berat badan yang dihubungkan dengan ada atau tidak
adanya oedema. Kalau tidak ada timbangan, mengamati oedema harus
selalu dicek dengan menekan daerah tibia. Ibu hamil yang mengalami
oedema juga sulit menggenggam tangannya, atau menapakkan
kakinya ke dalam sepatu karena adanya oedema di tangan, lutut dan
telapak kaki harus diperiksa. Selain itu, sindrom hipertensi karena
kehamilan juga harus dikaji dengan persepsi perabaan oleh petugas
penyelamatan dengan melihat gejalagejala yang dirasakan oleh ibu
hamil yaitu seperti sakit kepala dan nadi meningkat, apabila
tensimeter tidak tersedia. Anemia dapat dikaji dengan melihat warna
pembuluh darah kapiler ibu hamil. Pada kasus warna konjungtiva atau
kuku pucat, dapat diperkirakan merupakan tanda anemia.
Pengkajian pada ibu hamil harus juga mengkaji janin dalam
kandungannya. Kondisikesehatan janin dikaji dengan mengukur
gerakan dan denyut jantungnya. Denyut jantung janin dideteksi
dengan menggunakan Laennec. Pertumbuhan janin juga perlu
dikaji.Masa kehamilan dapat diperkirakan melalui hari terakhir
menstruasi. Jika hari terakhir menstruasi tidak diketahui maka usia
kehamilan dapat ditentukan melalui ukuran uterus, tinggi fundus
uterus dapat diukur denganmenggunakan jari. Mengenali ukuran jari
membantu dalam mengukur tinggi uterus.
b. Bayi
Suhu tubuh pada bayi baru lahir belum stabil. Suhu tubuh bayi
perlu dikaji karena permukaan tubuh bayi lebih besar dari pada tubuh
orang dewasa sehingga suhu tubuhnya mudah turun.Pakaian bayi juga
harus tertutup dan hangat agar mengurangi perpindahan suhu yang
ekstrim. Kebutuhan cairan juga perlu dikaji dengan seksama karena
bisa saja bayi terpisah dari ibunya sehingga menyusui ASI terputus.
Bayi yang kehilangan atau terpisah dari ibunya karena ibu sakit atau
meninggal bisa dicarikan donor ASI dengan syarat keluarga
menyetujui pemberian ASI donor, identitas donor ASI maupun bayi
penerima tercatat, ibu susu dinyatakan sehat oleh tenaga kesehatan
serta ASI donor tidak diperjualbelikan.
B. Keperawatan Bencana pada anak saat bencana Kebakaran Hutan
a. Pertolongan Pertama, hal – hal yang seharusnya diprioritaskan segera
setelah terjadi bencana adalah pengobatan darurat dan pertolongan
pertama untuk menjamin kelangsungan hidup dan keselamatan. Pada
fase akut segera setelah bencana dibutuhkan triage yang cepat dan
tepat terhadap anak dengan mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya keadaan yang memburuk.
b. Kesehatan mental, perawat atau tenaga kesehatan lain harus
memperhatikan masalah kesehatan mental anak dan memastikan agar
sebisa mungkin anak tidak dipisahkan dari orang tua.
c. Membuat peta, membuat peta keberadaan anak-anak dan keluarganya
pada kondisi darurat sangat bermanfaat terutama pada waktu perawat
lain akan mengambil alih tugas perawat lain.
d. Mengkaji lingkungan, perawat perlu mengkaji apakah air bersih,
makanan sehat, fasilitas sanitasi dasar seperti toilet, pembuangan
sampah dan tempat tinggal yang aman sudah terjamin.
e. Tempat bermain, untuk anak-anak yang bersekolah maupun yang
belum bersekolah yang aktif, harus disiapkan tempat bermain dan
belajar.
C. Keperawatan Bencana pada Lanjut Usia saat Bencana Kebakaran Hutan
a. Tempat aman, yang diprioritaskan pada saat terjadi bencana adalah
memindahkan orang lansia ke tempat yang aman. orang lansia sulit
memperoleh informasi karena penurunan daya pendengaran dan
penurunan komunikasi dengan luar.
b. Rasa setia, selain itu, karena mereka memiliki rasa setia yang dalam
pada tanah dan rumah diri sendiri, maka tindakan untuk mengungsi
pun berkecenderungan terlambat dibandingkan dengan generasi yang
lain.
c. Penyelamatan darurat (triage, treatment, dan transportation) dengan
cepat. Fungsi indera orang lansia yang mengalami perubahan fisik
berdasarkan proses menua, maka skala ransangan luar untuk
memunculkan respons pun mengalami peningkatan sensitivitas
sehingga mudah terkena mati rasa.

G. Analisis Risiko Bencana Kebakaran Hutan


1. Hazard/Ancaman
- Hazard/ancaman kebakaran hutan terhadap kesehatan penduduk akibat
serangan asap pekat dari kebakaran hutan dan lahan menyebabkan infeksi
saluran pernapasan akut, kekurangan oksigen, asma berat, pemicu kanker,
sejumlah penyakit lainnya.
- Kebakaran hutan dan lahan dapat berdampak pada rusaknya ekosistem
dan musnahnya flora dan fauna yang tumbuh dan hidup di hutan.
- Dapat berkurangnya sumber air bersih dan menyebabkan kekeringan
karena kebakaran hutan menyebabkan hilangnya pepohonan yang
menampung cadangan air.
- Aktivitas dalam pemanfaatan sumber daya alam Kebakaran yang
disebabkan oleh api yang berasal dari aktivitas manusia selama
pemanfaatan sumber daya alam, keteledoran mereka dalam memadamkan
api dapat menimbulkan kebakaran sehingga hilangnya sumber mata
pencaharian masyarakat yang masih menggantungkan hidupnya pada
hutan (berladang, beternak, berburu/menangkap ikan), Penurunan
produksi kayu, dan terganggunya kegiatan transportasi.
2. Vulnerability/Kerentanan
Faktor-faktor kerentanan terhadap kebakaran hutan dan lahan (Latifah
& Pamungkas, 2013).
Faktor kerentanan terhadap kebakartan hutan dan lahan berdasarkan teori
yang didapat yakni oleh ulah manusia dan faktor alami.
1. Faktor Alami
a. Iklim, kondisi iklim yang ekstrim seperti musim kemarau yang
panjang menyebabkan kerentanan terhadap bencana kebakaran
semakin meningkat.
b. Vegetasi Gambut, faktor pemicu yang menjadi penyebab semakin
hebatnya kebakaran hutan dan lahan ialah lahan gambut yang
menyimpan panas.
c. Vegetasi Kayu, Vegetasi kayu menjadi pemicu meningkatnya
kerentanan kebakaran hutan dan lahan. Vegetasi kayu yang mudah
terbakar dapat menjadi pemicu terjadinya bencana kebakaran hutan
dan lahan.
d. Ketersediaan Pasokan Air, pembuatan kanal-kanal dan parit di lahan
gambut telah menyebabkan gambut mengalami pengeringan yang
berlebihan dimusim kemarau dan mudah terbakar.
e. Hasil Hutan, kurangnya insentif dan disinsentif terhadap perusahaan
perhutani menyebabkan kurang diperhatikannya managemen
kebakaran oleh dapat menjadi kerentanan bencana kebakaran hutan
dan lahan.
f. Hasil Pertanian, pembakaran hutan dan lahan secara sengaja untum
pertanian juga merupakan penyebab kebakaran yang utama.
2. Faktor Manusia
a. Kegiatan penduduk, kegiatan-kegiatan penyiapan lahan untuk
berbagai macam bentuk usaha pertanian dan kehutanan dapat
menimbulkan bencana kebakaran.
b. Kegiatan penduduk seperti halnya membakar lahan, membuang
punting rokok atau membakar api unggun ketika berkemah sering kali
menjadi penyebab bencana kebakaran
c. Mata Pencaharian, masyarakat yang menggantungkan mata
pencaharian dari hasil hutan sering kali lalai membakar vegetasi.
d. Jaringan Jalan, dengan jaringan jalan yang cukup memadai akan
memudahkan mobilisasi peralatan dan juga tenaga untuk
penanggulangan kebakaran yang terjadi, kondisi jaringan jalan yang
kurang memadai untuk menuju akses titiktitik rawan terjadinya
bencana kebakaran sering kali menghambat proses pemadaman api
secara cepat.
e. Pengadaan Prasarana Pemadam Kebakaran, pendayagunaan sarana
dan prasarana yang telah ada diperlukan inventarisasi terhadap
peralatan yang diperlukan berdasarkan skala prioritas. Minimnya
penyediaan prasarana pemadam masyarakat menginisiasi dengan
dana swadaya untuk membeli peralatan pemadaman kebakaran.
f. Peningkatan jumlah penduduk berpengaruh terhadap pembukaan
hutan dan lahan dimana api digunakan sebagai teknik dalam
persiapan lahan.
3. Capability/Kemampuan
- Upaya Pemerintah sebagai pengendalian kebakaran hutan dan lahan
adalah membentuk posko gabungan. Ketugasannya yaitu memfasilitasi
semua upaya pengendalian (tim kesehatan, tim penegakan hukum, juga
pemadaman) Segala bentuk keterlibatan yang diklasifikasikan dalam
hambatan dan tantangan menunjukkan adanya pengaruh kapabilitas
Pemerintah dengan kebakaran hutan yang terjadi berulang kali.
- Pemberian insentif, sehingga masyarakat akan memperoleh manfaat dari
partisipasi aktif mereka dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran.
Insentif dapat diberikan dalam bentuk pengembangan produkproduk
alternatif yang dapat dihasilkan masyarakat seperti hasil kerajinan rotan,
pembuatan briket arang dan kompos serta dalam pengembangan
kegiatankegiatan ekonomi yang ramah lingkungan, misalnya budidaya
ikan dalam kolam “beje” dengan memanfaatkan parit/kanal yang ditabat.
- Upaya pemberdayaan komunitas melalui pembentukan kelompok,
pelatihan, pemberian modal sarana-prasarana.
4. Risiko
5. Analisis risiko bencana

H. Siklus manajemen bencana


1. Pencegahan dan mitigasi
- Pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untuk menghilangkan
sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari ancaman melalui
pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan. Tindakan-
tindakan ini bertujuan untuk menekan penyebab ancaman dengan cara
mengurangi tekanan, mengatur dan menyebarkan energi atau material ke
wilayah yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih panjang (Smith,
1992)
- Sosialisasi pencegahan kebakaran hutan merupakan kegiatan awal yang
paling penting dalam pengendalian kebakaran dan merupakan pekerjaan
yang harus dilakukan secara terus-menerus. Sosialisasi pencegahan
kebakaran merupakan cara yang lebih ekonomis untuk mengurangi
kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran, tanpa harus
menggunakan peralatan yang mahal (Adinugroho, W. C, dkk, 2005).
- Sosialisasi dilakukan dengan memberikan informasi mengenai kebakaran
serta upaya-upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran. Harapan dari
kegiatan ini adalah masyarakat memiliki pengetahuan terkait kebakaran
serta upaya-upaya pencegahan dan terbentuk kesiapsiagaan masyarakat
ketika terjadi kebakaran. Selain itu diharapkan masyarakat juga dapat
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pencegahan dan pengendalian
kebakaran. Peningkatan partisipasi/peran serta masyarakat lokal dalam
pencegahan kebakaran hutan dan lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu dorongan dan rangsangan, insentif, kesempatan, kemampuan,
bimbingan.
- Mitigasi ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan perhatian pada
pengurangan dampak dari ancaman, sehingga dengan demikian
mengurangi kemungkinan dampak negatif pencegahan ialah langkah-
langkah yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau
mengurangi secara drastis akibat dari ancaman melalui pengendalian dan
pengubahsuaian fisik dan lingkungan.
- Menurut UU No. 24 Tahun 2007, definisi mitigasi adalah serangkaian
upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana.
Sedangkan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik
dengan memikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir kerugian
yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan menyusun perencanaan
agar dapat melakukan kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif
pada saat terjadi bencana.
Pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian kebakaran harus
didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, diantaranya:
1. Posko (selain untuk kegiatan pemantauan, keberadaan posko juga
dapat berfungsi sebagai Klinik darurat, menyediakan sarana
penanggulangan korban kebakaran)
2. Jaringan jalan, akses yang baik dapat membantu dalam melakukan
kegiatan patrol dan pemadaman jika terjadi kebakaran.
3.Alat komunikasi, misalkan berupa HT sangat diperlukan agar
peringatan dini dapat segera dilakukan.
4. Teropong
5. Alat transportasi
6. Pembuatan rambu bahaya kebakaran, dapat dilakukan dengan
membuat papan peringatan, pembuatan leaflet, spanduk, poster.
7. Alat pemadam lain seperti : pemukul api, kampak, garuk, sekop,
pompa punggung
8. Perlengkapan tim pemadam (baju tahan api, sepatu boat, helm,
sarung tangan, senter, golok, tempat minum).
3. Tanggap darurat bencana
Tanggap darurat atau tindakan adalah fase dimana dilakukan berbagai
aksi darurat yang nyata untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan.
Aktivitas yang dilakukan secara kongkret yaitu: 1. Instruksi
pengungsian, 2. pencarian dan penyelamatan korban, 3. menjamin
keamanan di lokasi bencana, 4. pengkajian terhadap kerugian akibat
bencana, 5. pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi
darurat, 6. pengiriman dan penyerahan barang material, dan 7.
menyediakan tempat pengungsian, dan lain-lain.
4. Pemulihan
Pemulihan sulit dibedakan secara akurat dari dan sampai kapan, tetapi
fase ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan
kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti sedia kala
(sebelum terjadi bencana).
Jenis pohon dan jenis vegetasi asli lahan harus ditanam dan dipelihara
untuk membantu merehabilitasi dan memulihkan daerah bekas terbakar,
dan menjaga kelembaban tanah tinggi selama musim kemarau.

I. Peran perawat dalam manajemen bencana


Perawat sebagai bagian dari petugas kesehatan yang ikut dalam penanggulangan
bencana dapat berada di berbagai tempat seperti di rumah sakit, di pusat
evakuasi, di klinik berjalan atau di puskesmas. Berikut dibawah ini akan
diuraikan peran perawat sesuai dengan tempat tugasnya.
Peran Perawat di Pusat Evakuasi yaitu :
a. Koordinator, berwenang untuk: mengkoordinir sumberdaya baik tenaga
kesehatan, peralatan evakuasi dan bahan logistik, mengkoordinir daerah yang
menjadi tempat evakuasi
b. Sebagai pelaksana evakuasi: perawat harus melakukan transportasi pasien,
stabilisasi pasien, merujuk pasien dan membantu penyediaan air bersih dan
sanitasi di daerah bencana.
J. Hospital disaster plan
Situasi bencana yang menjadi tujuan akhir dalam menangani korban kebakaran
hutan sehingga rumah sakit akan melakukan persiapan yang cukup. Tujuan utama
dibuatnya Hospital disaster plan adalah supaya rumah sakit pasca bencana tetap
beroperasional dan kembali berfungsi normal, serta secara optimal pasien atau
korban kebakaran hutan bisa ditangani secara individu dan berkelanjutan.
BAB 3
KESIMPULAN

Kebakaran hutan di Indonesia telah menempatkan Indonesia sebagai negara yang


termasuk dalam deretan negara penyumbang emisi CO2 terbesar didunia.
Kebakaran secara sengaja atau pembakaran yang dilakukan dengan senggaja
umumnya ditandai oleh banyaknya masyarakat yang membakar hutan untuk
membuka lahan pertanian atau perkebunan serta Melakukan pembakaran hutan
karena ingin mengeksploitasi sumber daya alam yang ada dibawahnya.
Kebakaran hutan di Indonesia 99% dipicu oleh manusia yang dengan sengaja
membakar dan yang membakar dengan tidak sengaja, hanya 1% kebakaran yang
terjadi karena faktor alam.

DAFTAR PUSTAKA

Sumardi. Widyastuti. S.M. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Yogyakarta :


Gadjah Mada University Press. Hal. 161
Peraturan Menteri Kehutanan No P. 12/Menhut-11/2009 Tentang Pengendalian
Kebakaran Hutan.
Suharjo,B.H. 2003, Pengendalian Kebakaran Hutan Dan Lahan Yang Lestari
Perlukah Dilakukan. Dapertemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan.bogor:Intitut
Pertanian Bogor
http://www.unesco.or.id/publication/shs/buku_4_revisi.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/202078-mitigasi-bencana-kebakaran-
lahan-gambut.pdf
http://repository.uki.ac.id/2714/1/BUKUMATERIPEMBELAJARANMANAJE
MENGAWATDARURAT.PDF

Anda mungkin juga menyukai