Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HADITS EKONOMI

BURUH DALAM ISLAM, KONSEP MITRA DALAM


KERJA, KEWAJIBAN DAN HAK PEKERJA

DOSEN PENGAMPU
SAWALUDDIN, M.AG

DISUSUN OLEH
DIANA 0506191097
NIKI AULIA 0506192013
SITI HAZRAH 0506193187

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN MANAJEMEN
2019/2020
DAFTAR ISI
sDAFTAR ISI .......................................................................................................................................... i
BAB I ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2
A. BURUH DALAM ISLAM ............................................................................................................ 2
1. PENGERTIAN BURUH ............................................................................................................. 2
2. PENGERTIAN UPAH .............................................................................................................. 2
3. UPAH DAN BURUH MENURUT KAPITALISME .................................................................. 2
4. UPAH DAN BURUH DALAM SOSIALISME .......................................................................... 3
5. UPAH DAN BURUH DALAM PERSPEKTIF ISLAM ............................................................. 3
B. MITRA DALAM KERJA ............................................................................................................. 4
1. PENGERTIAN KEMITRAAN ................................................................................................... 4
2. TUJUAN KEMITRAAN ........................................................................................................... 5
3. JENIS JENIS KEMITRAAN ...................................................................................................... 5
4. KONSEP EKONOMI ISLAM TENTANG KEMITRAAN.......................................................... 6
C. KEWAJIBAN DAN HAK PEKERJA ......................................................................................... 7
BAB III .................................................................................................................................................. 8
PENUTUP .............................................................................................................................................. 8
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 8
B. SARAN ......................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 9

i
BAB I

PENDAHULUAN

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai arti besar, karena semua
kekayaan alam tidak berguna bila tidak dieksploitasi oleh manusia dan diolah oleh buruh. Secara alamiah,
tenaga kerja atau pekerja ada untuk menghasilkan harta yang kemudian digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup, karena kcbutuhan hidup manusia sangat beragam bentuknya maka tidak mungkin
seseorang berdiam diri tanpa menghasilkan sesuatu untuk kebutuhan itu. Islam menganjurkan manusia
untuk bekerja atau berniaga dan menghindari kegiatan meminta-minta dalam mencari harta kekayaan.
Manusia memerlukan harta kekayaan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari. Semakin
bersungguh-sungguh dia bekerja semakin banyak harta yang diperolehnya. Prinsip tersebut jelas tertera
dalam fiman Allah, yaitu surah An-Nisa': 32

Artinya: “Untuk lelaki ada bagian dari usaha yang dikerjakannya dan untuk wanita ada bugian pula dari
usaha yang dikerjakan mya. " (Q. S. An-Nisa: 32).

Pada hakikatnya, seorang yang bekerja untuk hidupuya mengharapakan keridhaan dalam Allah
Senantiasa pekerjaannya." Hampir semua Rasul bekerja untuk kehidupan mereka, sedangkan Rasulullah
SAW sendiri bekerja keras seperti orang lain juga. Beliau menggembala kambing dan menasihati orang
lain supaya menjalankan pckerjaan terscbut untuk mendapatkan penghidupan mereka, dan ini merupakan
suatu bukti yang jelas tentang kepentingan buruh dalam Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. BURUH DALAM ISLAM


1. PENGERTIAN BURUH
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, buruh dapat diartikan dengan seseorang yang bekerja
untuk orang lain yang mempunyai suatu usaha kemudian mendapatkan upah atau imbalan sesuai dengan
kesepakatan sebelumnya. Upah biasanya diberikan secara harian maupun bulanan tergantung dari hasil
kesepakatan yang telah disetujui. Buruh terdiri dari berbagai macam, yaitu: Buruh harian, Buruh kasar,
Buruh musiman, Buruh pabrik, Buruh tambang, Buruh tani, Buruh terampil, Buruh terlatih (Abha, 2013:
20). Batasan istilah buruh/pekerja diatur secara jelas dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 2
Tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi: “Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain” (Riyadi, 2015: 161).

Jadi dari berbagai pengertian di atas dapat dipahami bahwa buruh merupakan orang yang bekerja
dan mendapatkan upah (gaji) atau imbalan sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, baik secara harian,
mingguan maupun bulanan, beserta kompensasi-kompensasi lainnya yang melekat padanya.1

2. PENGERTIAN UPAH
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang tidak bisa hidup sendiri tanpa membutuhkan
bantuan orang lain. Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam lingkup muamalah ialah upahmengupah,
yang dalam fiqh Islam disebut ujrah. Kerjasamanya disebut al ijārah. Al ijārah berasal dari kata “al ujrah”
atau “al ajru” yang menurut bahasa berarti al ‘iwad (ganti), dengan kata lain imbalan yang diberikan
sebagai upah atau ganti suatu perbuatan. Menurut istilah ijārah adalah perjanjian atau perikatan mengenai
pemakaian atau pemungutan hasil dari manusia, benda atau binatang. 2

Pada garis besarnya ijārah terdiri atas dua pengertian, yaitu: pertama, pemberian imbalan karena
mengambil manfaat dari suatu ‘ain, seperti: rumah dan pemakaian. Kedua, pemberian akibat suatu
pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang, seperti seorang pelayan. Pengertian pertama mengarah pada
sewa-menyewa, sedangkan pengertian yang kedua lebih tertuju kepada upah mengupah. 3

3. UPAH DAN BURUH MENURUT KAPITALISME


Definisi Kapitalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) diartikan sebagai sebuah
sistem dan paham ekonomi (penanaman modalnya, kegiatan industrinya) bersumber pada modal pribadi
atau modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan dan pasar bebas.

Kapitalisme, muncul di Eropa Barat di akhir abad ke-15 tepatnya pada 1492, ketika Cristoper
Columbus menemukan benua Amerika (Susilo, 2009: 88). Penemuan ini kemudian disusul dengan
penemuan jalur jalan laut langsung ke India oleh Vasco Da Gamma. Sistem kapitalisme awal (1500-1750)

1 Aravika,Havis. 2018.Konsep Buruh Dalam Perspektif Islam.Islamic Banking, 4(1), 1-10


2 Karim, Helmi. (1997). Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers
3 Sudarsono. (1992). Pokok-Pokok Hukum Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

2
ditandai dengan kebijakan-kebijakan merkantilis yang identik dengan penumpukan emas dan perak.
Kapitalisme awal ini juga ditandai dengan munculnya imperium-imperium di Eropa Barat seperti
Spanyol, Portugis, Belanda, Prancis dan Inggris. Kerakusan antar imperium kapitalis ini membuat mereka
saling berperang untuk menjajah bangsa-bangsa lain agar bisa memperebutkan harta. Yang pertama
menerapkan kapitalisme adalah AS dan Prancis. Pada abad 19, mulai banyak negara-negara yang
menerapkan kapitalisme seperti Inggris, Belanda, Jerman, dan Belgia. Pada 1868, Jepang menjadi negara
kapitalis. Pada 1900, sudah ada 13 negara yang menerapkan kapitalisme. Setelah perang dunia ke dua, AS
mucul sebagai negara kapitalis nomor 1 di dunia.4

Buruh adalah tulang punggung dari sektor produksi. Buruh bekerja di pertanian, perdagangan dan
rumah tangga. Hakhak mereka dikebiri bahkan mereka merupakan komoditas yang diperjual belikan.
Kapitalisme menganggap buruh hanyalah pekerja dan si majikan adalah pemberi kerja, status di antara
keduanya secara otomatis menimbulkan adanya tingkatan kelas secara ke atas dan ke bawah, atau yang
biasa disebut dengan stratifikasi sosial. Hal ini menimbulkan perbedaan distribusi wewenang antara
majikan dan buruh serta munculnya perbedaan berdasarkan posisi, status dan kelebihan yang dimiliki.

Sedangkan upah menurut kapitalisme adalah uang yang diterima pekerja sebagai pengganti biaya
hidup yang telah dikeluarkan si pekerja (buruh) agar mampu berproduksi (labour cost of production). Hal
ini menunjukan bahwa pemberian upah oleh kapitalis hanya sekedar pengganti biaya atas apa yang telah
dikerjakan, atau hanya sekedar untuk melanjutkan hidup serta besaran upah disesuaikan dengan standar
hidup minimum di daerah tempat si buruh bekerja.

4. UPAH DAN BURUH DALAM SOSIALISME


Sebagaimana kapitalisme, sosialisme merupakan paham ekonomi yang didasarkan pada filsafat
materialisme dan atheisme. Ia lahir sebagai antithesis terhadap kapitalisme. Jika kapitalisme lebih
mementingkan kaum bermodal atau majikan, maka sosialisme membela kaum buruh. 5Untuk
mewujudkan citacitanya, ia membangun manifesto dan memasuki wilayah politik yang kemudian
mendirikan partai komunis (karenanya ideologi ini sering juga disebut komunisme). Sosialisme lahir
didorong oleh fenomena kemelaratan kaum buruh dan petani yang terkena dampak revolusi industri yang
telah menyebar ke seantero Eropa.

Sosialisme mengajak umat manusia untuk meninggalkan kepemilikan individu atas alat-alat
produksi yang mendukung sistem kapitalisme dan menyarankan perlunya penguasaan komunitas (yang
dilambangkan oleh negara) atas perekonomian, sehingga seluruh individu mempunyai tingkat
kesejahteraan yang relatif sama, tanpa adanya ketimpangan distribusi pendapatan dan ‘homo homini
lupus’. Intinya, sosialisme benar-benar berpondasikan nilai-nilai dan kesejahteraan sosial dalam
menyusun perekonomian. Ciri utama sosialisme yaitu berada pada hilangnya kepemilikan individu atas
alat-alat produksi dan sangat mengandalkan peran pemerintah sebagai pelaksana perekonomian dan
meninggalkan pasar.

5. UPAH DAN BURUH DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Islam adalah agama universal, komprehensif dan totalitas. Sebagai agama yang ajarannya
meliputi berbagai aspek kehidupan, Islam tidak phobi terhadap kehidupan politik dan termasuk ekonomi.

4 Susilo, Taufik Adi. (2009). Mengenal Amerika Serikat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
5 Riyadi,Fuad .2015. Sistem dan Strategi Pengupahan Perpektif Islam.Iqtishadia, 8(1), 155-188

3
Islam mempunyai cita-cita dan visi tentang politik maupun ekonomi. Karenanya, jika dihadapkan dengan
ideologiideologi sebagaimana dijelaskan di atas, Islam memberikan beberapa catatan kritis sekaligus
menawarkan pandanganpandangan yang berbeda.

Pertentangan utama kapitalisme dengan ekonomi Islam adalah terletak pada asas individu yang
dianutnya. Di mana kapitalisme sangat menjunjung tinggi kebebasan berusaha dengan semangat
kompetisi antarindividu tanpa sama sekali mempermasalahkan penumpukan harta kekayaan,
pengembangannya secara riba dan akumulasi kapital, serta masalah pembelanjaannya yang menanggalkan
nilai-nilai sosial.

Begitu pula dengan konsep sosialisme yang mempunyai kesamaan paham, yaitu lebih
mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan sosial di atas kepentingan dan kesejahteraan individu.
Hanya saja terdapat perbedaan yang mencolok, karena dalam mencapainya, sosialisme menyalahkan
kelompok kaya (kapitalis) dan hendak berusaha memiskinkan kelompok kaya tersebut dengan merampas
hak kepemilikan individu, terutama atas alatalat produksi.

Sedangkan Islam tidak pernah menganjurkan memusuhi kekayaan dan orang-orang kaya. Bahkan
Islam sendiri menganjurkan agar setiap orang menjadi kaya sebagai bagian dari kebahagiaan yang harus
dicapainya di dunia. Ekonomi Islam memilih jalan keadilan dalam mencapai kesejahteraan sosial. Bahwa
kesejahteraan sosial yang tercapai haruslah dibangun di atas landasan keadilan. Dalam Islam, besaran
upah ditetapkan oleh kesepakatan antara pengusaha dan pekerja. Kedua belah pihak memiliki kebebasan
untuk menetapkan jumlah upah, serta bebas menetapkan syarat dan cara pembayaran upah tersebut.
Asalkan saling rela dan tidak merugikan salah satu pihak.

B. MITRA DALAM KERJA


1. PENGERTIAN KEMITRAAN
Menurut para ahli kemitraan adalah hubungan antara dua pihak atau lebih yang bertujuan untuk
mencari keuntungan dimana suatu pihak berada dalam kondisi yang lebih rendah dari yang lainnya namun
membentuk suatu hubungan yang mendudukkan keduanya berdasarkan kata sepakat untuk mencapai
suatu tujuan. 6Jadi kesimpulannya yaitu Kemitraan adalah kerja sama dari berbagai pihak, baik secara
individu maupun kelompok untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta
membagi tugas, menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan. Kemitraan yang
tepat akan memberikan manfaat bagi usaha kecil maupun menengah untuk meningkatkan kesempatan dan
produktivitas kerja.

Allah SWT berfirman dalam QS az-Zukhruf/43:32

ُ ‫ت ِليَـت َّخِ ذَ بَ ْع‬


‫ض ُه ْم بَ ْعضًا س ُْخ ِريًّا‬ َ ‫شت َ ُه ْم فِى ْال َح ٰيوةِ الدُّ ْنيَا َو َرفَ ْعنَا بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم فَ ْوقَ بَ ْع‬
ٍ ٰ‫ض دَ َرج‬ َ َ‫ا َ ُه ْم يَ ْق ِس ُم ْونَ َرحْ َمتَ َربِكَ ۗ نَحْ نُ ق‬
َ ‫س ْمنَا بَ ْينَ ُه ْم َّم ِع ْي‬
َ‫ۗ َو َرحْ َمتُ َر ِبكَ َخي ٌْر ِم َّما يَجْ َمعُ ْون‬

Artinya:

6 Subanar, Manajemen Usaha Kecil, (Yogyakarta, BPFE,1997) hal. 14

4
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang
lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

2. TUJUAN KEMITRAAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan sebagai berikut:

a. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan menengah

b. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi para pelaku kemitraan

c. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil.

d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaaan, wilayah dan nasional.

e. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.

3. JENIS JENIS KEMITRAAN


Hubungan kemitraan dapat dilakukan melalui pola-pola kemitraan yang sesuai sifat atau kondisi
dan tujuan usaha yang dimitrakan.7 Beberapa jenis pola kemitraan yang telah banyak dilaksanakan, dapat
di jelaskan sebagai berikut:

a. Pola Inti Plasma

Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra (petani, kelompok petani,
gabungan kelompok tani, koperasi dan usaha kecil) dengan perusahaan mitra dalam hal ini perusahaan
menengah dan perusahaan besar, yang dimana perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok
mitra sebagai plasma.

b. Pola Sub kontrak

Pola sub kontrak adalah suatu hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan
mitra yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra
sebagai bagian dari produksinya. Menurut Muhammad Jafar Hafsah, dalam rangka efisiensi kinerja
perusahaan, bentuk kemitraan ini sudah banyak diterapkan dalam kemitraan yang dilaksanakan antara
pengusaha kecil dengan pengusaha menengah dan besar.

c. Pola Dagang Umum

7 Suhendi, Hendi. (2005). Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

5
Pola sub kontrak adalah suatu hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan
mitra yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra
sebagai bagian dari produksinya. Muhammad Jafar

d. Pola Keagenan

Pola Keagenan adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra yang
di dalamnya kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha perusahaan
mitra. Sedangkan perusahaan mitra bertanggung jawab terhadap produk yang dihasilkan.

e. Waralaba

Pola waralaba yaitu hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra usaha
yang memberikan hak lisensi, merek dagang dan saluran distribusi kepada kelompok mitra sebagai
penerima waralaba yang disertai dengan bantuan manajemen. Di samping itu pola waralaba dapat
membuka kesempatan kerja yang sangat luas, sedangkan kelemahannya apabila salah satu mitra ingkar
dalam menepati kesepakatan yang telah ditetapkan akan terjadi perselisihan.

4. KONSEP EKONOMI ISLAM TENTANG KEMITRAAN


Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam menjalankan usaha,
dimana masing-masing pihak menyertakan modalnya sesuai dengan kesepakatan, dan bagi hasil atas
usaha bersama diberikan sesuai kesepakatan bersama. 8 Musyarakah disebut juga dengan syirkah,
merupakan aktivitas berserkat dalam melaksanakan usaha bersama antara pihak-pihak yang terkaitan.

Dalam hadist Rasulullah Saw:

“Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang berserikat, sepanjang salah seorang dari keduanya
tidak berhianat terhadap lainnya, apabila seorang berhianat terhadap lainnya maka aku keluar dari
keduanya.” (HR.Abu Dawud dan Al- Hakim dari Abu hurairah).

Berdasarkan hadis tersebut kita dapat artikan bahwa ketika dua pihak melakukan akad kemitraan
dengan berbagai macam bentuk, maka Allah akan memberikan dukungan penuh kepada kedua belah
pihak tersebut selama memegang amanah masing-masing dan tidak mengkhianati janjinya. Akan tetapi,
bila seorang dari kedua belah pihak tidak memiliki komitmen terhadap perjanjian yang disepakati dakam
akad, maka Allah akan berlepas diri dari kemitraan keduanya. Berlepas diri dalam artian mencabut

8 Nurfaika.2019.Pola kemitraan menurut prespektif Islam antara petani tebu dengan pabrik gula di kabupaten
takalar.skripsi.Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam.Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

6
kepedulian-Nya unutk mendukung usaha mereka, sehingga usaha mereka tidka akan mendapat
pertolongan, bimbingan dan keberkahan.

C. KEWAJIBAN DAN HAK PEKERJA


1. Kewajiban Pekerja

Kewajiban pekerja adalah memenuhi semua kewajiban yang tertuang dalam perjanjian
kerja, bersungguh-sungguh mengerahkan kemampuannya sesuai dengan syarat-syarat kerja
secara efisien dan jujur juga mencurahkan perhatiannya dan komitmen dengan pekerjaannya.
Jika diberi pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan kualifikasi dalam bekerja maka harus
sepenuh hati mengambil manfaat dari fasilitas pelatihan tersebut dan menempuh segala cara
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya. Secara moral, kewajiban ini terikat untuk
selalu setia dan tulus kepada pemimpinnya dan tidak boleh ada godaan maupun suapan yang
dapat mendorongnya untuk bekerja berlawanan dengan tujuan pemimpinnya. Jika dipercaya
untuk mengurus barang milik Pemimpinnya, maka harus dapat dipercaya dan tidak
menggelapkan maupun merusak barang tersebut. 9

2. Hak Pekerja

Dalam al-Qur’an, kata haqq merupakan sinonim dari kata kewajiban. Secara semantik,
hak berarti milik, harta, serta sesuatu yang ada dan pasti sementara menurut Fahti> al-Durai>ni>
mengungkapkan bahwa hak ialah suatu kekhususan kekuasaan terhadap sesuatu atau keharusan
penunaian terhadap yang lain untuk memenuhi kemaslahatan tertentu. Yang dimaksud
kekhususan disini ialah kekhususan berhubungan seseorang antara seseorang dengan orang lain
atau hubungan seseorang dengan sesuatu. 10

9 Chaudhry, M.S. 2012. Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar. Jakarta: Kencana.
10 . Kafrawi Ridwan, “hak”, Ensiklopedia Islam, jilid 2 ( Cet. II; 1994), h. 68.

7
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Buruh merupakan orang yang bekerja dan mendapatkan upah (gaji) atau imbalan sesuai dengan
kesepakatan sebelumnya, baik secara harian, mingguan maupun bulanan, beserta kompensasi-kompensasi
lainnya yang melekat padanya

Kemitraan adalah hubungan antara dua pihak atau lebih yang bertujuan untuk mencari
keuntungan dimana suatu pihak berada dalam kondisi yang lebih rendah dari yang lainnya namun
membentuk suatu hubungan yang mendudukkan keduanya berdasarkan kata sepakat untuk mencapai
suatu tujuan.

Kewajiban pekerja adalah memenuhi semua kewajiban yang tertuang dalam perjanjian
kerja, bersungguh-sungguh mengerahkan kemampuannya sesuai dengan syarat-syarat kerja
secara efisien dan jujur juga mencurahkan perhatiannya dan komitmen dengan pekerjaannya.

B. SARAN
Demikian makalah ini yang dapat kami sampaikan, tentunya makalah ini masih banyak
kekurangan serta kesalahan-kesalahan baik itu tata cara penulis ataupun pembahasan di dalamnya. Untuk
itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca sekalian demi tersempurnanya makalah kami.
Terima kasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aravika,Havis. 2018.Konsep Buruh Dalam Perspektif Islam.Islamic Banking, 4(1), 1-10


Karim, Helmi. (1997). Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers
Sudarsono. (1992). Pokok-Pokok Hukum Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Susilo, Taufik Adi. (2009). Mengenal Amerika Serikat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Riyadi,Fuad .2015. Sistem dan Strategi Pengupahan Perpektif Islam.Iqtishadia, 8(1), 155-188
Subanar, Manajemen Usaha Kecil, (Yogyakarta, BPFE,1997) hal. 14
Suhendi, Hendi. (2005). Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nurfaika.2019.Pola kemitraan menurut prespektif Islam antara petani tebu dengan pabrik gula
di kabupaten takalar.skripsi.Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam.Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
Chaudhry, M.S. 2012. Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar. Jakarta: Kencana.
Kafrawi Ridwan, “hak”, Ensiklopedia Islam, jilid 2 ( Cet. II; 1994), h. 68.

Anda mungkin juga menyukai