Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan proses pembentukan kemanusiaan. Pendidikan juga adalah pembelajaran


pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan atau penelitian, pendidikan sering terjadi dibawah
bimingan orang lain, tetapi memungkinkan juga secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki
efek formatif pada cara orang berfikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan .
pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah,
dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.

pendidikan biasanya identik dengan pembingbing atau seorang guru.

Seorang guru adalah figur inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya. Peran
guru sangat vital bagi pembentukan kepribadian, cita-cita, dan visi misi menjadi impian hidup anak
didiknya di masa depan. Di balik kesuksesan murid, selalu ada guru yang memberikan inspirasi dan
motivasi besar pada dirinya sebagai sumber stamina dan energi untuk selalu belajar dan bergerak
mengejar ketertinggalan, menggapai kemajuan, menorehkan prestasi spektakuler dan prestisius
dalam anggung sejarah kehidupan manusia.

Seperti yang disebutkan diatas seorang guru sangat berperan penting terhadap muridnya, dibalik
seorang murid yang sukses pasti ada di belakangnya guru yang sangat luar biasa, untuk itu untuk
menghasilkan seorang guru yang luar biasa itu ada beberapa syarat yang harus dimiliki seorang guru,
yaitu seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual yang memadai, kemudian seorang guru
harus bisa memahami visi dan misi pendidikan, seorang guru harus mempunyai keahlian dalam
mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi pembelajaran, seorang guru harus bisa psikologi
perkembangan anak didiknya, seorang guru harus mempunyai kemampuan mengorganisasi dan
mencari pemecahan permasalahan atau prolem solving, kreatif dan memiliki seni dalam mendidik.
Jika dilihat dri ulasan tadi syarat seorang guru dilihat dari segi umumnya sedangkan syarat seorang
guru dalam perspektif Islam adalah seorang guru harus selalu istiqomah, harus mempunyai sikap
khauf, harus senantiasa bersifat wara’, kemudian bersikap tawadhuk, kemudian seorang guru harus
selalu bersikap khusyuk, bersikap zuhud, dan lain-lain.

Salah satu tugas seorang guru adalah untuk memotivator, tidak sedikit dari beberapa siswa ada
yang mempunyai masalah dalam belajar seperti misalnya malas belajar dan masalah belajar yang
lainnya. Disini peran seorang guru sangat penting terhadap muridnya, bagaimana cara seorang guru
memotivasi muridnya agar murid ini tergugah, bagaimana dampak dari murid ini setelah mendengar
motivasi dari gurunya. Dalam permsalahan ini, untuk itu penulis ingin membahas mengenai Cara
Memotivasi Siswa.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian motivasi ?

2. Teori dan model motivasi?

3. Teknik pemberian motivasi oleh pemimpin?


C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui pengertian motivasi

2. Untuk mengetahui prinsip motivasi belajar

3. Untuk mengetahui fungsi motivasi

4. Untuk mengetahui bentuk atau macam-macam motivasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian motivasi

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau
keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian
tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-
motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu
dalam mencapai tujuan tertentu.[1]

Banyak para ahli yang mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka
masing-masing. Namun pada intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi
didalam diri seseorang menjadi bentuk aktifitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.

Mc. Donal mengatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang
yang ditandai timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar,
motivasi sangat diperlukan. Seseorang yang tidak memiliki motivasi belajar, tak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar.

Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya
merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajarnya. Namun seseorang yang
tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik
yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada
dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.

Guru-guru sangat menyadari pentingnya motivasi didalam membimbing belajar murid. Berbagai
macam teknik, misalnya kenaikan tingkat, penghargaan, peran kehormatan, piagam prestasi, pujian
dan celaan telah digunakan untuk mendorong murid-murid agar mau belajar. Ada kalanya, guru-
guru mempergunakan teknik-teknik tersebut secara tidak tepat.

Bukan hanya sekolah yang berusaha memberikan motivasi kearah perubahan tingkah laku yang
diharapkan, orang tua atau keluargapun harus berusaha memotivasi belajar anak-anak mereka.

B. TEORI DAN MODEL MOTIVASI

1. Teori-Teori Motivasi

 Teori Kepuasan (Content Theory)

Teori ini mendasarkan pada faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu sehingga
mereka mau melakukan aktivitasnya. Teori ini mencoba mencari tahu tentang kebutuhan
apa yang dapat memuaskan dan yang dapat mendorong semangat kerja seseorang. Semakin
tinggi standar kebutuhan dan kepuasan yang diinginkan, maka semakin giat seseorang untuk
bekerja.
Teori kepuasan (Content Theory) ini yang dikenal antara lain teori dua faktor dan teori
motivasi berprestasi.
1). Teori Dua Faktor (Two Factors) dari Federich Herzberg
Dalam teori ini dijelaskan tentang adanya dua rangkaian kondisi yang mempengaruhi
seseorang didalam pekerjaannya, yaitu faktor motivator dan faktor kesehatan dan
pemeliharaan. Teori ini juga dikenal dengan teori dua faktor dari Herzberg. Dalam faktor
kesehatan dan pemeliharaan dibagi menjadi beberapa aspek yaitu : kebijakan dan
administrasi perusahaan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja, gaji dan upah. Tujuan dari
penerapan teori ini diharapkan bahwa pimpinan organisasi memotivasi para pegawainya dan
membuat perancangan kerja secara efektif.
Penelitian awal Herzberg melahirkan dua kesimpulan khusus mengenai teori tersebut yaitu :
a) Kondisi Ekstrinsik
Faktor kesehatan dan pemeliharaan (Hygiene Faktor) pada umumnya berkaitan dengan
keadaan di luar pekerjaan tetapi mempunyai hubungan dengan pekerjaan. Kehadiran faktor
kesehatan dan pemeliharaan tidak terlalu kuat dalam memberikan motivasi kepada pegawai,
tetapi dapat menimbulkan ketidakpuasan (Dissatisfiers) bila faktor-faktor tersebut tidak ada.
Faktor-faktor ini meliputi :
(1) Upah.
(2) Keamanan.
(3) Kondisi Kerja.
(4) Status.
(5) Prosedur Perusahaan.
(6) Mutu dari Supervisi Teknis.
(7) Mutu dari hubungan Interpersonal diantara teman sejawat, dengan atasan, dan dengan
bawahan.
b) Serangkaian Kondisi Intrinsik
Kepuasan pekerjaan (Job Content), yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan
menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik.
Jika kondisi ini tidak ada, maka kondisi ini ternyata tidak menimbulkan rasa ketidakpuasan
yang berlebihan. Serangkaian faktor ini dinamakan Motivator (Satisfier), yang meliputi :
(1) Prestasi.
(2) Pengakuan.
(3) Tanggung Jawab.
(4) Kemajuan.
(5) Pekerjaan itu sendiri.
(6) Kemungkinan Berkembang.
 Teori Proses (Process Theory)
Teori ini menguraikan dan menganalisa bagaimana perilaku digerakkan, didukung dan
dihentikan. Yang termasuk teori ini diantaranya :
a. Teori Harapan (Expectancy Theory)
Dalam teorinya, Victor Vroom menyatakan bahwa orang memilih cara bertingkah laku
tertentu berdasarkan harapan akan apa yang akan diperoleh dari setiap tindakannya.
Semakin kuat harapannya,semakin tinggi motivasi untuk bertindak. Sebaliknya, semakin kecil
harapannya, semakin menurun motivasi untuk melakukan tindakan tertentu.

b. Teori Penentuan Tujuan (Goal Setting Theory)


Teori ini memusatkan pada proses penentuan sasaran diri mereka sendiri. Menurut Edwin
Locke, penggagasnya, manusia cenderung untuk menentukan sasaran dan berjuang keras
untuk mencapainya. Namun hal ini hanya akan memotivasi jika sasaran tersebut diterima
olehnya, jelas, dan terdapat harapan yang cukup besar untuk dapat dicapai. Penelitian
menujukkan, semakin spesifik dan menantang suatu sarasan, maka semakin efektif untuk
memotivasi orang atau kelompok.

c. Teori Penguatan (Reinforcement Theory)


Dikemukaan oleh B.F. Skinner, yang mengatakan bahwa tingkah laku dengan konsekuensi
positif (penghargaan) cenderung akan diulang. Sebaliknya, tingkah laku dengan konsekuensi
negatif (hukuman) cenderung untuk tidak diulang.

d. Teori Keadilan (Equity Theory)


Teori yang digagas oleh J. Stacy Adam ini mengasumsikan bahwa seseorang membandingkan
usaha mereka dengan orang lainnya dalam situasikerja yang sama. Teori ini mengatakan
bahwa orang dimotivasi untuk diperlakukan secara adil. Bila ia merasa diperlakukan tidak
adil, maka motivasinya akan menurun. Sebaliknya jika merasa diperlakukan adil, maka
motivasinya akan bertambah.

Sekarang ini, penerapan motivasi telah mengalami berbagai modifikasi. Para ahli yang
bergelut dalam bidang praktisi motivasi telah membuat berbagai kiat agar teori motivasi
menjadi mudah digunakan. Namun dasarnya tetap sama, yakni berdasarkan berbagai teori
yang telah dikemukaan di atas.
Teori amat berguna untuk diketahui dalam rangka menerapkan suatu aplikasi tertentu di
lapangan. Namun teori bukanlah segalanya, la masih dapat diperdebatkan, dipertentangkan
dan diabaikan, la tidak bernilai mutlak. Karena itu, penerapannya perlu disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang ada
 Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori pengukuhan atau reinforcement theory ini mengabaikan keadaan internal individu,
yaitu, perasaan batin dan penggerak individu. Teori ini berfokus sepenuhnya pada apa yang
terjadi pada seorang individu ketika ia melakukan beberapa tindakan. Dengan demikian,
menurut Skinner, lingkungan eksternal organisasi harus dirancang secara efektif dan positif
sehingga dapat memotivasi karyawan. Teori ini adalah alat yang kuat untuk menganalisis
mekanisme kontrol untuk perilaku individu. Teori ini tidak fokus pada penyebab perilaku
individu.

2. Model-Model Motivasi

a. Model Tradisional
Model tradisional ini digunakan untuk memberikan dorongan kepada karyawan agar
melakukan tugas mereka dengan berhasil, para menajer menggunkan sistem upah insentif,
semakin banyak mereka menghasilkan atau mencapai hasil kerja yang sempurna, semakin
besar penghasilan mereka.
b. Model Hubungan Manusiawi
Model hubungan tradisional yaitu para manajer dianjurkan untuk bisa memotivasi para
karyawan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan dengan membuat mereka merasa
penting dan berguna, sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerjanya. Para karyawan
diberi lebih banyak waktu kebebasan untuk mengambil keputusan dalam menjalankan
pekerjaannya.
c. Model Sumber Daya Manusia
Model Sumber Daya Manusia yaitu karyawan mempunyai motivasi yang sangat beraneka
ragam, bukan hanya motivasi karena uang ataupn keinginan akan kepuasan, tetapi juga
kebutuhan untuk berprestasi dan mempunyai arti dalam bekerja. Tugas manajer dalam
model ini, bukanlah menyuap para karyawan dengan upah atau uang saja tetapi juga untuk
mengembangkan rasa tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan organisasi dan
anggotanya, dimana setiap karyawan menyumbangkan sesuai dengan kepentingan dan
kemampuannya masing-masing.

C. Jenis-jenis Motivasi

Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau belajar. Motivasi dapat timbul
dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya. Hal ini akan
diuraikan sebagai berikut.

a. Motivasi intrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dari orang
lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu
pengetahuan dan ingin menjadi orang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, ia
rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.

b. Motivasi ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan,
suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau
melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang
tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya.
Usaha membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara.
Berikut ini ada beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi
intrinsik.

Ø Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk


meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.

Ø Pace making (membuat tujuan sementar atau dekat): pada awal kegiatan belajar mengajar guru,
hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapainya sehingga dengan
demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.

Ø Tujuan yang jelas: motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin
besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan
suatu perbuatan.

Ø Kesempurnaan untuk sukses: kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan
kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya.
Dengan demikian, guru hendaknya dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih
sukses dengan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan guru.

Ø Minat yang besar: motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.

Ø Mengadakan penilaian atau tes: pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan
memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar
bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan,
barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jika, angka atau nilai
itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.[3]

Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur
kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya, bagaimanapun kelam masa
lalunya, dan bagaimanapun berat tantangannya. Tidak ada kata menyerah sampai titik darah
penghabisan. Allah selalu menyayangi hama-Nya dan berjanji memberikan jalan kesuksesan. Allah
tidak akan mengubah nasib seseorang sebelum orang itu berusaha keras mengubah takdirnya
sendiri.

Kisah orang sukses bisa menjadi inspirasi murid dalam mengukir cita-cita hidupnya. Guru harus jeli
memberikan kisah hidup orang sukses kepada murid-muridnya, sehingga mereka bangkit dari
keterpurukan, keputusasaan.

Sebagai seorang motivator, guru adalah psikolog yang diharapkan mampu menyelami psikologi anak
didiknya, sehingga mengetahui kondisi lahir batinnya. Dan, dari pengetahuan ini, seorang guru akan
mencari motivasi model apa yang cocok bagi anak didiknya.

Ketika anak didikna mengantuk di dalam kelas, tidak semangat, dan keletihan menerima pelajaran
dari pagi sampai siang, guru yang cerdas akan mampu membaca situasi ini. Ia akan menyegarkan
dulu pikiran anak didik dengan cerita dan motivasi hidup orang-orang sukses, setelah itu baru
melanjutkan pelajaran dengan tenang dan energik.

Seperti yang dikatakan oleh Oemar Hamalik (2008), memotivasi belajar penting artinya dalam proses
belajar siswa, karena berfungsi mendorong, menggerakan, dan mengarahkan kegiatan belajar. Oleh
sebab itu, prinsip-prinsip motivasi belajar sangaat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip belajar itu
sendiri.

Di bawah ini, akan diuraikan beberapa prinsip dan motivasi belajar supaya mendapat perhatian dari
pihak perencanaan pengajaran, khususnya dalam rangka merencanakan kegiatan belajar.

a) Kebermaknaan

Siswa akan suka dan termotivasi belajar apabila hal-hal yang dipelajari mengandung makna tertentu
baginya. Sebenarnya, kebermaknaan bersifat personal, karena dirasakan sebagai sesuatu yang
penting bagi diri seseorang. Ada kemungkinan pelajaran yang disajikan oleh guru tidak dirasakan
sebagai suatu yang bermakna. Agar suatu pelajaran bisa bermakna, seorang guru bisa mengaitkan
pelajrannya dengan ,asa lampau siswa, tujuan-tujuan masa mendatang, minat serta nilai-nilai yang
berarti bagi mereka.

b) Modelling

Siswa akansuka memperoleh tingkah laku baru disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah
dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengajarakannya dalam entuk tingkah laku model,
bukan hanya dengan menceritakannya dalam lisan. Dengan model tingkah laku itu, siswa dapat
mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru. Beberapa eyunjuk yang perlu
diperhatikan adlah sebagai berikut.

§ Menetapkan aspek-aspek penting dari tingkah laku yang akan dipertunjukan sebagai model.
Jelaskan setiap tahap dan keputusan yang akan ditempuh agar mudah diterima oleh siswa.

§ Sisa dapat menirukan model yang telah ditunjukan, hendaknya diberikan penghargaan.

§ Model harus diamati sebagai suatu pribadi yang lebih tinggi dari pada siswa sendiri.

§ Jangan sampai tingkah laku model berbenturan dengan nilai-nilai atau keyakinan siswa sendiri.

§ Modelling disajikan dalam teknik mengajar atau dalam keterampilan-keterampilan sosial.[4]

D. Fungsi motivasi dalam belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar pasti akan ditemukan anak didik yang mals berpartisipasi dalam
belajar. Sementara anak didik yang lain aktif berpartisipasi dalam kegiatan, seorang atau dua orang
anak didik duduk dengan santainya di kursi mereka dengan alam pemikiran yang jauh entah kemana.
Sedikitpun tidak tergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan
guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

Ketidak minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik enggan
mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Itulah sebagai pertanda ahwa anak didik tidak
mempunyai motivasi untuk belajar. Kemiskinan motivasi instrinsik ini merupakan masalah yang
memerlukan banatuan yang tidak bisa ditunda-tunda. Guru harus memeberikan suntikan dalam
bentuk motivasi ekstrinsik. Sehingga, dalam bantuan itu, anak didik dapat keluar dari kesulitan
belajar.

Bila motivasi ekstrinsik yang diberikan itu dapat membantu anak didik keluar dari lingkungan
masalah kesulitan belajar, maka motivasi dapat diperankan dengan baik oleh guru. Eranan yang
dimainkan oleh guru dengan mengandalkan fungsi-fungsi motivasi merupakan langkah akurat untuk
menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi anak didik.

Baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik sama berfungsi sebagai pendorong, penggerak,
dan penyeleksi buatan ketiganya menyatu dalam sikap dan ada implikasi nyata dalam perbuatan.
Dorongan adalah penomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam
menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan.

Karena itulah, baik dorongan atau penggerak mauoun penyeleksi marupakan kata kunci dari
motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.

Menurut Imam Musbikin ada tiga fungsi motivasi, yaitu :

· Motivasi sebagai pendorong buatan, pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar.
Tetapi, karena ada sesuatu yang dicari munculah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum
diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Jadi,
motivasi berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sifat yang harusnya anak didik ambil dalam
rangka belajar.

· Motivasi sebagai penggerak buatan. Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak
didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelam dalam bentuk
gerakan psikofisik. Dalam hal ini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap raga
dan jiwa. Sikap berada dalam kepastian perbuatan, sedangkan akal-pikiran mencoba membedah
nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dalil, dan hukum, sehingga betul isi yang dikandung.

· Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi
mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang mesti diabaikan. Seseorang anak
didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari sesuatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkn
dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatau yang dicari itu. Sesuatu
yang ingin dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar tersebut
merupakan pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar.[5]

E. Bentuk Motivasi

Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik,
diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun belajar. Motivasi ekstrinsik dangat diperlukan
bila ada diantara anak didik yang kurang berminat mengikuti pelajaran dalam jangka waktu yang
tertentu. Peranan motivasi ekstrinsik cukup besar untuk membingbing anak didik dalam belajar. Hal
ini perlu disadari oleh guru. Untuk itu, seorang guru biasanya memanfaatkan motivasi ekstrinsik
untuk meningkatkan minat anak didik agar lebih bergairah belajar, meski terkadang tidak tepat.
Kesalahan dalam memberikan motivasi ekstrinsik akan berakibat merugikan prestasi belajar anak
didik dalam kondisi tertentu. Interaksi belajar mengajar menjadi kurang harmonis. Tujuan
pendidikan dan pengajaranpun tidak akan tercapai dalam waktu yang relatif sungkat, sesuai dengan
target yang dirumuskan, oleh karena itu, pemahaman mengenai kondisi psikologis anak didik sangat
diperlukan guna mengetahui segala apa yang sedang dihadapi anak didik, sehingga gairah belajarnya
menurun.

Berikut bentuk motivasi yang dikemukakan oleh Imam Musbikin yang dapat dimanfaatkan dalam
rangka mengarahkan belajar kepada peserta didik di kelas,

§ Memberikan angka, angka yang dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas
belajar anak didik. Angka atau nilai yang baik mempunyai potensi yang besar untuk memberikan
motivasi kepada anak didik lainnya. Namun guru, harus harus menyadari angka atau nilai bukanlah
merupakan hasil belajar yang sejati, hasil yang bermakna, karena hasil belajar seperti itu lebih
menyentuh aspek kognitif. Bisa saja nilai itu bertentangan dengan efektifitas belajar anak didik.
Untuk itu, guru perlu memberikan nilai yang menyentuh aspek efektif dan keterampilan yang
diperlihatkan anak didik dengan cara mengamati kehidupan anak didik di sekolah, tidak hanya
semata-mata berpedoman pada hasil ulangan di kelas, baik dalam bentuk formatif atau sumutatif.

§ Hadiah, dalam dunia oendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat untuk memberikan motivasi.
Hadiah dapat diberian kepada anak didik yang berprestasi.

§ Kompetisi, kompetisi adlah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
anak didik agar mereka bergairah belajar. Bila iklim belajar yang kondusif terbetuk, maka setiap anak
didik terlibat dalam kompetisi untuk menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Selanjutnya, setiap
anak didik sebagai individu melibatkan diri mereka masing-masing dalam aktivitas belajar.

§ Ego involvement, menumbuhkan kesdaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagai suatu tantangan, sehingga bekerja keras dengan memperthankan harga
diri adlah sutu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap
tenaga untuk mencapai prestasi yang baik adlah simbol kebanggaan dan harga diri. Begitu juga
dengan anak didik sebagai subjek belajar. Anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi karena
harga dirinya.

§ Memberikan ulangan, ulangan bisa dijadikan sebagai motivasi, sehingga anak didik biasanya
mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Oleh karena itu,
ilangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotiivasi anak didik agar lebih giat belajar.
Namun demikian, ulangan tidak selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan yang
guru lakukan setiap hari dengan tidak terprogram, hanya karena selera, akan membosankan anak
didik.

§ mengetahui hasil. Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi, bagi anak didik
yang menyadari betapa besarnya sebuah nilai prestasi akan meningkatkan intensitas belajarnya
guna mendapatkan prestasi yang melebihi prestasi belajar diketahui sebelumnya. Prestasi belajar
yang rendah menjadian anak didik giat belajar untuk memperbaikinya. Sikap seperti itu bisa terjadi
bila anak didik merasa rugi mendapat prestasi belajar yang tidak sesuai dengan harapan.

§ Pujian, pujian diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai lat motivasi. Pujian adalah
bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Guru bisa
memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan sekolah.
Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau bertentangan sama sekali dengan
hasil kerjaan anak didik.

§ Hukuman, meski hukuman sebagai inforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat
dan bijak. Hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan edukatif,
bukan karena dendam. Pendekatan edukatif yang dimaksud disini sebagai hukuman yang mendidik,
dan bertujuan memperbaiki sikap atau perbuatan anak didik yang dianggap salah. Sehingga, dengan
hukuman yang diberikan itu, anak didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran. Akan lebih bai
bila anak didik berhenti melakukannya di hari mendatang. [6]
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

· Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah
laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

· Prinsip Motivasi adalah :

ü Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktifitas belajar

ü Motivasi intrinsic

ü Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman

ü Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar

ü Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar

ü Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar

· Jenis Motivasi adalah :

ü Motivasi Ekstrinsik

ü Motivasi Intrinsik

· Fungsi motivasi dalam belajar adalah :

ü Motivasi sebagai pendorong buatan

ü Motivasi sebagai penggerak buatan

ü Motivasi sebagai pengarah buatan

· Bentuk Motivasi adalah :

ü Memberikan Angka

ü Hadiah

ü Kompetesi

ü Ego involvement

ü Memberikan ulangan

ü Mengetahui hasil

ü Pujian

ü Hukuman
DAFTAR PUSTAKA

Imam Musbikin, Mengatasi anak mogok sekolah dan malas belajar, Jogjakarta : Laksana, 2012

Jamal Ma’mur Asmani, Tips menjadi guru inspiratif, kreatif, dan inofatif, Jogjakarta: DIVA Press,2013

Drs.Moh.Uzer Usman, menjadi guru profesional, Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011

Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, manajemen dasar,pengertian,dan masalah, Bumi Aksara, Bandung :
januari 2001

Anda mungkin juga menyukai