Anda di halaman 1dari 12

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4 Oktober 2011

PENGARUH PDB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP


KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE 1990-2008

Candra Mustika

Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Jambi,
Kampus Pinang Masak

ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan penduduk, pertumbuhan


ekonomi serta jumlah penduduk miskin di Indonesia kurun waktu 1990-2008. Metode
analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis Regresi Linear Berganda dengan
memperlakukan jumlah penduduk miskin sebagai variabel terikat, sedangkan petumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan penduduk sebagai variabel bebas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Indonesia selama periode 1990 sampai
2008 terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun
1995 sebesar 8,57 % dan terendah pada tahun 2005 sebesar 0,47 %. Sedangkan jumlah
penduduk miskin cenderung berfluktuasi dan berdasarkan indeks keparahan ternyata
wilayah pedesaan cendrung mengalami tingkat kemiskinan yang lebih parah dari
pekotaan. Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel PDB dan Variabel jumlah penduduk
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan dengan alfa masing – masing 0,05
dan 0,01. Untuk uji F terlihat kedua variabel independen secara bersamaan
mempengaruhi variabel dependen (tingkat kemiskinan) pada alfa 0,01. Sedangkan nilai
R2 sebesar 59,75 persen. artinya kemampuan model menjelaskan variabel dependen
sebesar angka tersebut, sisanya sebesar 40,25 persen di jelaskan oleh variabel lain.

Halaman 12
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

I. PENDAHULUAN (RPJM). Sasaran ini tidak mungkin


tercapai bila pemerintah tidak
1.1. Latar Belakang mecahkan masalah kependudukan :
Jumlah penduduk adalah salah seperti besarnya jumlah penduduk
satu indikator penting dalam suatu Indonesia dan tidak meratanya
Negara. penyebaran penduduk di Indonesia.
Para ahli ekonomi klasik yang di Berbagai usaha untuk menekan
pelopori Adam smith bahkan laju pertumbuhan penduduk yang
menganggap bahwa jumlah penduduk tinggi telah dilakukan pemerintah
merupakan input yang potensial yang melalui berbagai program
dapat digunakan sebagai faktor diantaranya program keluarga
produksi untuk meningkatkan produksi berencana (KB) yang dimulai awal
suatu rumah tangga perusahaan. 1970-an. Begitu pula usaha – usaha
Semakin banyak penduduk maka yang mengarah pada pemerataan
semakin banyak pula tenaga kerja yang penyebaran penduduk telah
dapat digunakan. Namun ahli ekonomi dilakukan dengan cara memindahkan
lain yaitu Robert Malthus menanggap penduduk Pulau Jawa diluar Pulau
bahwa pada kondisi awal jumlah Jawa melalui program transmigrasi.
penduduk memang dapat Selain itu dengan telah
meningkatkan pertumbuhan ekonomi diberlakukannya program otonomi
namun pada suatu keadaan optimum daerah, diharapkan dapat mengurangi
pertambahan penduduk tidak akan perpindahan penduduk terutama
menaikkan pertumbuhan ekonomi provinsi – provinsi di Pulau Jawa.
malahan dapat menurunkannya.
Pada tahun tahun 2000, jumlah II. TINJAUAN PUSTAKA
penduduk Indonesia menunjukkan
angka sebesar 205.135 juta jiwa 2.1. Teori Kependudukan
dengan laju pertumbuhan sebesar Tesis yang paling mendasar
10.380 juta jiwa atau sebesar 5.33 dari Malthus adalah bahwa
persen dari tahun 1995. jumlah “penduduk cendrung
Sementara itu persentase meningkat lebih cepat dari
penduduk miskin selama periode 1996- persediaan bahan makanan”.
2008 mengalami fluktuasi dengan Sebuah isyu yang sebenarnya
kecenderungan mengalami penurunan. juga pernah dikemukakan oleh
Sejalan dengan itu kebijakan ahli yang lain seperti Adam Smith
pemerintah dalam meningkatkan dan Benjamin Franklin. Dari
kesejahteraan penduduk merupakan
tesisnya dapat disimpulkan
sasaran utama pembangunan
sebagaimana tertuang dalam Rencana bahwa:
Pembangunan Jangka Menengah Penduduk tumbuh bagaikan
deret ukur dan persediaan
bahan makanan tumbuh
bagaikan deret Halaman 13
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

tinggi dari penawaran tenaga kerja


hitung (jumlah penduduk) maka tingkat
Akibatnya sumberdaya bumi tidak upah akan tinggi. Dan sebaliknya,
mampu mengimbangi kebutuhan jika permintaan tenaga kerja lebih
manusia yang terus bertambah rendah dari penawaran tenaga kerja
dengan cepat maka tingkat upah akan rendah.
Hal itulah yang menimbulkan
kemiskinan dan kesengsaraan 2.2.Teori Kemiskinan
Selanjutnya Dalam bukunya
Principle Of Political Economy and Kemiskinan merupakan suatu
Taxation (1817), Ricardo membahas masalah krusial yang hampir dialami
masalah pembagian Pendapatan antara oleh seluruh negara di dunia.
ketiga golongan Besar : Kaum pekerja Secara umum definisi
dan Petani (Upah), Para Pengusaha kemiskinan dapat diartikan, sebagai
(Bunga dan Laba) dan para Tuan ketidak mampuan seseorang untuk
Tanah (Sewa). memenuhi kebutuhan dasar standar
 Dalam teori sewa tanah, atas setiap aspek kehidupan. Menurut
Ricardo menyimpulkan bahwa Sen (1999) kemiskinan lebih terkait
redistribusi pendapatan pada pada ketidak mampuan untuk
akhirnya akan berpihak pada mencapai standar hidup tersebut dari
pemilik tanah pada apakah standar hidup tersebut
 Hal tersebutlah yang tercapai atau tidak.
menyebabkan pertumbuhan Masalah kemiskinan merupakan
ekonomi mengalami salah satu persoalan yang menjadi
perlambatan pusat perhatian pemerintah dinegara
Teori Sewa Tanah manapun. Menurut BPS,Kemiskinan
Menurut Smith, penduduk itu sendiri dapat didefinisikan dalam
meningkat apabila tingkat upah yang beberapa pengertian antara lain
berlaku lebih tinggi daripada tingkat 1.Kemiskinan relative
upah subsistensi, yaitu tingkat upah Merupakan kondisi miskin karena
yang hanya dapat untukmemenuhi pengaruh kebijakan pembangunan
kebutuhan sekedar untuk hidup. Jika yang belum mampu menjangkau
tingkat upah lebih tinggi dari pada seluruh lapisan masyarakat
tingkat upah subsistensi maka banyak sehingga menyebabkan
penduduk melaksanakanperkawinan ketimpangan distribusi pendapatan.
relatif muda sehingga jumlah kelahiran 2.Kemiskinan Absolut
meningkat dan akhirnya jumlah Ditentukan berdasarkan
penduduk bertambah. Sekarang faktor kebutuhan pokok minimum
apakah yang menentukan tingkat seperti; Pangan, sandang,
upah? Tingkat upah ditentukan oleh kesehatan, perumahan dan
jumlah permintaan tenaga kerja. pendidikan yang diperlukan.
Apabila permintaan tenaga kerja lebih
Halaman 14
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

Sedangkan Terminologi lainnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


tentang kemiskinan menurut
Suyanto (1995:59) Kemiskinan 4.1.Jumlah dan Laju
struktural adalah :Kemiskin yang Pertumbuhan Penduduk
ditenggarai atau didalihkan
bersebab dari kondisi struktur atau Indonesia adalah Negara yang
tatanan kehidupan yang tidak memiliki jumlah penduduk yang
menguntungkan. Lebih lanjut banyak bahkan menempati lima
Kemiskinan Kultural : Kemiskinan besar penduduk terbanyak di dunia.
yang diakibatkan oleh faktor- Persentase jumlah penduduk tiap
faktor adat dan budaya suatu tahun terus mengalami peningkatan,
daerah tertentu yang ini terlihat pada tahun 1990, jumlah
membelenggu seseorang tetap penduduk 179.381 juta jiwa,
melekat dengan indikator sedangkan pada tahun 1995
kemiskinan. menunjukkan angka jumlah
Menurut Todaro (2002:230) pertumbuhan penduduk sebesar
Kemiskinan absolut adalah sejumlah 194.755. dengan laju prtumbuhan
penduduk yang tidak mampu berkisar 15.374 juta jiwa dengan
mendapatkan sumber daya yang cuup persentase sebesar 8.57 persen dari
untuk memenuhi kebutuhan dasar. tahun 1990. Pada tahun tahun 2000,
Dimana mereka hidup dibawah jumlah penduduk Indonesia
tingkat pendapatan riil menunjukkan angka sebesar 205.135
minimumtertentu atau di bawah juta jiwa dengan laju pertumbuhan
“garis kemiskinan international”. sebesar 10.380 juta jiwa atau sebesar
5.33 persen dari tahun 1995.
III. METODE Sedangkan untuk tahun 2005, jumlah
Metode analisis yang digunakan penduduk Indonesia sebesar 218.869
dalam penelitian ini adalah : juta jiwa dengan laju pertumbuhan
a. Analisis tabulasi, untuk penduduk sebesar 1.01 juta jiwa atau
mengambarkan perkembangan sebesar 0.47 persen dari tahun 2004.
jumlah penduduk,tingkat Sedangkan pada tahun 2008 jumlah
kemiskinan dan penduduk Indonesia mencapai 228
menghubungkannya dengan juta jiwa dengan laju pertumbuhan
perkembangan besaran makro penduduk sebesar 2.881 atau sebesar
lainnya secara kuantitatif. 1,28 persen dari tahun 2007. Untuk
b. Analisis Regresi, untuk periode 2000 – 2008 laju
mengetahui sejauh mana pertumbuhan penduduk pertahun di
pengaruh jumlah penduduk, proyeksikan 1,26 persen.
dan produk domestik bruto
terhadap tingkat kemiskinan.

Halaman 15
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

Penurunan laju pertumbuhan setelah kemerdekaan, pulau Jawa


penduduk per tahun pada tiga dekade masih merupakan Pulau terpadat.
terakhir berhubungan dengan Jumlah penduduk yang begitu besar
penurunan tingkat fertilitas. Penurunan dan terus bertambah setiap tahun yang
tingkat fertilitas ini merupakan dampak mana kurang di imbangi dengan
dari keberhasilan program Keluarga pemerataan penyebaran penduduk.
Berencana (KB). Progam KB mulai Oleh karena itu sangat jelas terlihat
dicanangkan pada tahun 1971. Pada adanya jumlah Daerah – daerah di
awalnya program KB hanya mencakup Indonesia yang memiliki jumlah
Pulau Jawa dan Bali, baru pada tahun penduduk yang sangat padat seperti di
delapan puluhan program KB pulau Jawa, dan ada pula daerah –
mencakup seluruh provinsi. Oleh daerah yang memiliki jumlah
karena itu, pengaruh program KB penduduk yang kurang seperti di
dalam penurunan tingkat fertilitas baru daerah Indonsia bagian Timur yang
terlihat pada tahun delapan puluhan, memiliki daerah kurang lebih 24
begitu juga penurunan laju persen dari luas Indonesia hanya
pertumbuhan penduduk. memiliki penduduk sekitar 2,2 persen
Sementara itu pola persebaran penduduk. Untuk lebih jelas
Penduduk Indonesia tidak banyak mengetahui Jumlah Penyebaran
mengalami perubahan. Enam dekade Penduduk Indonesia tahun 1990 -
2008, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. 2
Jumlah Penyebaran penduduk menurut Pulau di Indonesia
1990 - 2008 (% tahun)
Tahun
Pulau
1990 1995 2000 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Sumatera 20.35 20.96 20.70 20.8 21.04 21.03 21.10 21.27 21.36
Jawa 59.99 58.91 59.13 59.22 58.45 58.70 58.51 58.29 58.14
Bali &
Nusa Tenggara 5.67 5.63 5.35 5.33 5.40 5.40 5.42 5.42 5.43
Kalimantan 5.07 5.38 5.51 5.44 5.70 5.53 5.55 5.60 5.62
Sulawesi 6.98 7.05 7.25 7.14 7.30 7.21 7.23 7.22 7.23
Maluku & Papua 1.94 2.07 2.05 2.06 2.12 2.13 2.18 2.21 2.22
Sumber :Badan Pusat Statistik 2008

Halaman 16
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

Data di atas memperlihatkan 7.21 persen dan Pulau Maluku dan


bahwa pada tahun 1990 – 2005 Papua sebesar 2.13 persen.
menunjukkan sekitar 59 persen Gambaran tersebut selain
penduduk tinggal di Pulau Jawa. Dari menunjukkan tidak meratanya
jumlah tersebut 18 persen lebih penyebaran penduduk juga
penduduk tinggal di provinsi jawa menunjukkan daya dukung
Barat. 15 persen di Jawa Tengah , dan lingkungan yang kurang seimbang
17 persen di Jawa Timur.Sementara, diantara provinsi – provinsi di Pulau
luas pulau Jawa secara keseluruhan Jawa dan Luar Jawa.
hanya sekitar 7 persen dari seluruh Tenaga kerja merupakan salah
wilayah daratan Indonesia. Ironisnya, satu faktor produksi dalam
gabungan Maluku, Maluku Utara dan meningkatkan produksi suatu
Papua, yang memiliki luas sekitar 24 perusahaan,dengan jumlah penduduk
persen dari luas total Indonesia, hanya yang banyak Indonesia memiliki
dihuni sekitar 2 persen penduduk. persediaan tenaga kerja yang cukup
Kondisi ini tidak berubah banyak banyak tetapi tidak semua tenaga
ditahun 2005. Di tahun tersebut kerja yang potensial tersebut dapat
menunjukkan Penyebaran penduduk di terserap di tiap sektor produksi
pulau Sumatra sekitar 21.03 persen sehingga menimbulkan
dari total Penduduk Indonesia, Pulau pengangguran.
Jawa 58.70 persen, Bali dan Nusa

Tabel 4.3.
Jumlah Penduduk Indonesia yang bekerja, Menganggur
dan Angkatan Kerja periode 1995 - 2007
Pengangguran Angkatan % Berkerja
Tahun Bekerja Terbuka Kerja /angktan kerja
1995 80110060 6251201 86361261 92.76
1996 85701813 4407769 90109582 95.11
1997 87049756 4275155 91324911 95.32
1998 87672449 5062483 92734932 94.54
1999 88816859 6030319 94847178 93.64
2000 89837730 5813231 95650961 93.92
2002 91647166 9132104 100779270 90.94
2005 94948118 10854254 105802372 89.74
2006 95456935 10932000 106388935 89.72
2007 99930217 10011142 109941359 90.89
Sumber : Badan Pusat Statistik 2008

Halaman 17
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

Berdasarkan data yang ada sektor ini tahun 2004 sebesar 11,8
memperlihatkan jumlah dan komposisi persen (11,1 juta) orang. Sektor
tenaga kerja akan terus mengalami Perdagangan merupakan salah satu
perubahan seiring dengan sektor pilihan dalam penyerapan
berlangsungnya proses demografi. tenaga kerja.
Pada kondisi. Pada tahun 1995 di
Indonesia terdapat 86,36 juta jiwa 4.2.PRODUK DOMESTIK
penduduk usia kerja, dimana yang BRUTO INDONESIA
bekerja sebesar 80,1 juta jiwa, dengan Produk Domestik Bruto
angka pengangguran sebesar 6,25 juta merupakan suatu indikator
jiwa. keberhasilan suatu negara dalam
Pertumbuhan Tenaga Kerja yang pencapaian pembangunan yang lebih
kurang diimbangi dengan pertumbuhan baik, dimana apabila produk
lapangan kerja akan menyebabkan Domestik Bruto negara tersebut
tingkat kesempatan kerja cendrung setiap tahunya mengalami
menurun.Meski demikian jumlah peningkatan yang signifikan maka
penduduk yang bekerja tidak selalu dapatlah dikatakan bahwa roda
menggambarkan jumlah kesempatan pembangunan negara tersebut sangat
kerja. Sebagaimana diketahui bahwa baik karena Produk Domestik Bruto
Sektor Pertanian sampai sekarang yang tercermin gambarkan angka
merupakan sektor utama yang banyak yang mampu meningkatkan taraf
menyerap tenaga kerja di Indonesia, hidup masyarakat secara luas serta
namun persentase penduduk yang penurunan kemiskinan.
berkerja di sektor pertanian dari tahun Produk Domestik Bruto
ke tahun mengalami fluktuasi. Indonesia dari tahun 1987 sampai
Penduduk yang bekerja pada sektor dengan tahun 2007, terus mengalami
pertanian rahun 2004 sekitar 43 persen peningkatan, untuk lebih jelas
(40,6 juta orang), walaupun demikian mengenai Produk Domestik Bruto
sektor pertanian ini antara tahun 1996 Indonesia tahun 1987 – 2007, dapat
– 1997 sempat mengalami penurunan di lihat pada tabel berikut ini :
namun pada tahun 2003 persentasenya
mengalami kenaikan kembali.
Sektor Perdagangan adalah sektor
terbesar kedua setelah pertanian, yang
mempunyai persentase sebesar 20,4
persen (19,1 juta orang) sedangakan
sektor terbesar ketiga terbesar adalah
sektor industri pengolahan, dimana
persentase penduduk yang bekerja di

Halaman 18
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

Tabel 4.5.
Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 1987 - 2007
Tahun PDB Persentase
1987 945179 0
1990 1152173 7.24
1995 3837678 8.21
2000 3979343 4.89
2001 4116910 3.45
2002 4267405 3.65
2003 157717130 3595.85
2004 165651680 5.03
2005 175081520 5.69
2006 184729290 5.51
2007 196397430 6.31
sumber :Badan pusat statistik, 2008

Produk Domestik Bruto Untuk tahun 2007, Produk


Indonesia tahun 1987 Domestik Brotu Indonesia terus
memperlihatkan angka sebesar mengalami, peningkatan hingga
Rp.945,17 milyar, sedangkan pada mencapai Rp. 19.639 trilyun atau
tahun 1995 Produk Domestik Brotu naik sebesar 6,31 persen dari
Indonesia menunjukkan angka tahun sebelumnya. Jika di lihat dari
sebesar Rp.3.836,7 trilyun atau data di atas menunjukkan angka
mengalami peningkatan sebesar 8,21 Produk Domestik Bruto Indonesia
persen dari tahun sebelumnya. setiap tahunnya terus mengalami
selanjutnya di tahun 2000, Produk peningkatan, namun sangatlah di
Domestik Bruto Indonesia harapkan jika peningkatan tersebut
mengalami peningkatan menjadi haruslah diimbangi dengan
Rp.3.979 trilyun atau mengalami peningkatan taraf hidup
peningkatan sebesar 4,89 persen dari masyarakat secara umum,
tahun sebelumnya. peningkatan kesempatan kerja
serta penurunan angka kemiskinan.

Halaman 19
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

4.3. KEMISKINAN Pada periode 2002-2005


Masalah kemiskinan merupakan penurunan penduduk miskin dari
salah satu persoalan yang menjadi 38,40 juta menjadi 35,10 atau
pusat perhatian pemerintah dinegara sebesar 3,3 juta jiwa, dengan
manapun. jumlah dan persentase persentase penurunan dari 18,20 %
penduduk miskin selama periode 1996- menjadi 15,97 % pada tahun 2005.
2008 mengalami fluktuasi dengan Untuk tahun 2005 – 2006 terjadi
kecenderungan mengalami penurunan. penambahan penduduk miskin dari
Pada periode 1996-1999 jumlah 35,10 juta menjadi 39,30 juta atau
penduduk miskin mengalami mengalami peningkatan sebesar 4,20
peningkatan sebesar 13,96 juta yaitu juta dengan tingkat persentase
dari 34,01 juta pada tahun 1996 sebesar 2.33 % dari 15,97 % pada
menjadi 47,97 juta pada tahun 1999 tahun 2005 menjadi 17,75 % pada
dengan tingkat persentase meningkat tahun 2006.
dari 17,47 % menjadi 23.43 %. Begitu Pada tahun 2006 – 2008 jumlah
pula untuk tahun 1999-2000 penduduk penduduk miskin mengalami
miskin berkurang menjadi 9.57 juta penurunan sebesar 4,34 juta dengan
jiwa atau menurun dari 47,97 juta tingkat persentase sebesar 2,33 %.
menjadi 38,70 juta dengan persentase
penurunan sebesar 4.29 %.

Grafik.2
Jumlah dan persentase penduduk miskin di indonesia

60

50

40
Kota
30 Desa
Kota+Desa
20

10

0
1996 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Halaman 20
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Oktober 2011

Selain itu Indikator yang digunakan dari tahun ke tahun, yang berindikasi
sebagai indicator kemiskinan adalah rata-rata pengeluaran penduduk
Indeks Kedalama Kemiskinan ( miskin cenderung mendekati garis
Poverty Gap Indekx- P1), yang kemiskinan.
merupakan ukuran rata-rata Indeks kedalaman kemiskinan (P1)
kesenjangan pengeluaran masing- di perdesaan lebih tinggi
masing penduduk miskin terhadap dibandingkan di perkotaan yang
garis kemiskinan. Semakin tinggi berarti jarak rata-rata pengeluaran
nilai indeks semakin jauh rata –rata penduduk miskin dengan garis
pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan di perdesaan lebih jauh
kemiskinan. dibandingkan dengan di perkotaan.
sedangkan Indeks Keparahan Hal yang sama berlaku pula pada
kemiskinan ( Poverty Severity Indeks Keparahan kemiskinan (P2)
Index- (P2 ), yang memberikan yang cenderung menurun. Hal ini
gambaran mengenai penyebaran merupakan indikasi bahwa dalam
pengeluaran diantara penduduk miskin. periode tersebut ketimpangan
Semakin tinggi nilai indeks, semakin penduduk miskin semakin berkurang.
tinggi ketimpangan pengeluaran Dari tabel dibawah ini juga terlihat
diantara penduduk miskin. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Indeks kedalaman kemiskinan (P1) di perdesaan lebih tinggi dibanding
tahun 1999 – 2008 mengalami perkotaan
fluktuasi walaupun cenderung menurun
Grafik 3.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Indeks kedalaman Kemiskinan (P1) Di Indonesia Menurut


Daerah.1999-2008

6
Indeks Keparahan

5
Kemiskinan

4
Kota
3 Desa
2

0
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun
Halaman 21
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Okobter 2011

Berdasarkan data – data yang telah di Koefisien regresi untuk PDB (X1)
tampilkan sebelumnya , maka dalam sebesar – 0.065404 mengandung arti
menganalisis data dilakukan secara bahwa jika PDB naik sebesar 1
kualitatif dan kuantitatif, sedangkan alat persen maka tingkat kemiskinan akan
analisis yang digunakan adalah Regresi menurun sebesar 0,0654. Demikian
Linier Berganda dengan rumusan pula koefisien regresi untuk
persamaan regresi sebagai berikut : penduduk (X2) sebesar 2.926852
Y = α + β1X1 + β2X2 +e mengandung arti jika penduduk
dimana : bertambah sebesar 1 persen maka
Y = Tingkat Kemiskinan kemiskinan akan meningkat sebesar
X1= Produk Domestik Bruto 2.926852
X2= Jumlah pertumbuhan penduduk
dan mengunakan metode Odinary Lesat V. KESIMPULAN
Square (OLS), Dengan menggunakan Ada beberapa kesimpulan yang
eviews5, maka d peroleh hasil regresi dapat kita ambil dari perkembangan
sebagai berikut : data-data kependudukan dan
Y= -24.228 + -0.065x1 + 2.926x2 kemiskinan yang telah di sajikan
Dari hasil estimasi diperoleh, sebelumnya yakni:
variabel jumlah penduduk dan variabel 1. Pertumbuhan penduduk di
PDB memperlihatkan angka yang Indonesia selama periode 1990
signifikan mempengaruhi tingkat sampai 2008 terus mengalami
Kemiskinan di Indonesia. Hal tersebut peningkatan dengan laju
ditunjukkan oleh nilai t- statistik untuk pertumbuhan terbesar terjadi
variabel PDB sebesar 2,239 ( lebih pada tahun 1995 dengan
besar dari t-tabel pada alfa 0,05). persentase 8,57 % sedangkan
Sedangkan untuk variabel jumlah laju pertumbuhan penduduk
penduduk pada t-statistik sebesar 4,227 terkecil terjadi pada tahun 2005
(lebih besar dari t-tabel pada alfa 0,01). dengan persentase 0,47 %.
Jika dilakukan uji F (secara 2. Jumlah penduduk terbesar berada
keseluruhan), maka terlihat bahwa di pulau Jawa disusul Sumatra,
kedua variabel tersebut yaitu : Jumlah Sulawesi, Kalimantan, Bali dan
Penduduk dan PDB, secara bersama – Nusa tenggara, serta Maluku dan
sama mempengaruhi variabel dependen Papua.
(tingkat kemiskinan). pada alfa 0,01. 3. Pengangguran terbuka selama
Nilai R2 sebesar 0,597526 atau sekitar periode 1995 sampai 2007
59,75% mengandung arti bahwa terbesar terjadi pada tahun 2006
kemampuan model dalam menjelaskan sebesar 10.932.000 dan terkecil
variasi variabel dependent adalah pada tahun 1997 sebesar
sebesar 59,75% sedangkan sisanya 4.275.155, penyerapan tenaga
sebesar 40,25 %, dijelaskan oleh kerja yang paling besar masih di
variabel lain yang tidak dimasukkan sektor pertanian di susul sektor
kedalam model. industri.
Halaman 11
Halaman 22
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Oktober 2011

4. Selama tahun 1996 sampai 2008 DAFTAR PUSTAKA


jumlah penduduk miskin
cendrung turun naik dan Kuncoro Mudrajat, Metode
berfluktuasi dengan jumlah Kuantitatif Edisi 3, 2007,
penduduk miskin terbesar pada UPP STIMYKPN
tahun 1998 jumlahnya 49,50 juta Todaro,Michael,P. Pembangunan
jiwa dan terkecil pada tahun Ekonomi di dunia
1996 dengan jumlah 34,01 juta Ketiga,Edisi
jiwa. Delapan,Jakarta,Airlangga
5. Dari data penduduk miskin dan 2002.
indeks keparahan kemiskinan Badan Pusat Statistik Indonesia
ternyata wilayah pedesaan 1987 – 2007,
cendrung mengalami tingkat Badan Pusat Statistik Indonesia
kemiskinan yang lebih parah dari 2002, Analisis dan
pekotaan. Perhitungan Tingkat
6. Dari hasil regresi menunjukkan kemiskinan
bahwa variabel PDB dan Badan Pusat Statistik Indonesia
Variabel jumlah penduduk 2003, Analisis dan
berpengaruh signifikan terhadap Perhitungan Tingkat
tingkat kemiskinan dengan alfa Kemiskinan
masing – masing 0,05 dan 0,01. Badan Pusat Statistik Indonesia
Untuk uji F terlihat kedua 2005, Analisis dan
variabel independen secara Perhitungan Tingkat
bersamaan mempengaruhi kemiskinan.
variabel dependen (tingkat Badan Pusat Statistik Indonesia
kemiskinan) pada alfa 0,01. 2006, Analisis dan
Sedangkan nilai R2 sebesar Perhitungan Tingkat
59,75 persen. artinya kemiskinan. Badan Pusat
kemampuan model menjelaskan Statistik Indonesia 2007,
variabel dependen sebesar angka Analisis dan Perhitungan
tersebut, sisanya sebesar 40,25 Tingkat kemiskinan.
persen di jelaskan oleh variabel
lain.

Halaman 23

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai