Anda di halaman 1dari 26

NAMA : EFRATA DURINA BASIK BASIK

NIM : C017191004

TUGAS : RESUME PENYAKIT TROPIS

1. TYPHOID
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C.
sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid
abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan
gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa,
salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M.
1999)

A. TANDA DAN GEJALA


Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
Minggu I
 Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan
malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri
kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare,
perasaan tidak enak di perut.
Minggu II
 Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam,
bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi),
hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
B. Pemeriksaan Laboratorium

 Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella
thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat
pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan
dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu : 

 Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal


dari tubuh kuman).

 Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal


dari flagel kuman).

 Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal


dari simpai kuman).
 Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.

C. MANISFESTASI KLINIS

 Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai


cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari
tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
 Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan
kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat
ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila
orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella
thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian
kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam
jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam
sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

D. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Menurut Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2006), ada 3 strategi pokok
untuk memutuskan transmisi thypoid yaitu:

1. Identifikasi dan eradikasi Salmonella thypii baik pada kasus


demam thypoid maupun pada kasus carrier thypoid.

2. Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi Salmonella


thypii akut maupun carrier.

3. Proteksi pada orang yang beresiko terinfeksi.


2. ASUHAN KEPERAWATAN LEPRA
A. PENGKAJIAN
 Boidata : Kaji secara lengkap tentang umur, penyakit kusta
dapat menyerang semua usia, jenis kelamin, rasio, pria dan
wanita
 Keluhan utama : Pasien sering dating ke tempat pelayanan
kesehatan dengan keluhan adanya bercak putih yang tidak
terasa atau dating dengan keluhan kontraktur pada jari- jari.
 Riwayat penyakit sekarang : Pada melakukan anamnesa
pada pasien, kaji kapan lesi atau kontraktur tersebut, sudah
berapa timbulnya dan bagaimana proses perubahannya,
baik warna kulit maupun keluhan lainnya. Riwayat penyakt
dahulu : Salah satu factor penyebab penyakit kusta adalah
daya tahan tubuh yang menurun.
 Riwayat penyakit keluarga : Penyakit kusta bukan penyakit
keturunan,tetapi jika anggota keluarga atau tetangga
menderita penyakit kusta, resiko tinggi tertular sangat tinggi
terjadi.
 Riwayat psikososial : Kusta terkenal sebagai penyakit yang
menakutkan dan menjijikan. Ini di sebabkan adanya
deformitas atau kecacatan yang di timbulkan. Oleh karena
itu perlu di kaji bagaimna konsep diri klaen dan respon
masyarakat di sekitar klien.
 Kebiasaan sehari- hari : Pada saat melakukan anamnesis
tentang pola kebiasaan sehari-hari perawat perlu mengkaji
setatus gizi pola makan/ nutrisi klien .
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan
proses inflamasi.
 Gangguan rasa nyaman, nyeri yang berhubungan dengan
proses inflamasi jaringan
 Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan
fisik
 Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan
ketidakmampuan dan kehilangan fungsi tubuh

C. INTERVENSI KEPERAWARAN
Mempertahankan integritas kulit
 Bila kulit sangat sensitif, mandi atau mencuci harus
menggunakan air sabun konsentrsi rendah
 Pembilasan dengan air hangat dan dikeringkan pakai handuk
secara perlahan dengan pemijatan
Meredakan ketidaknyamanan
 Klien yang sangat sensitif perluh menghindari penggunaan
kain wol dan mandi air hangat
 Untuk mengurangi gatal, bisa dengan melembabkan udara
lingkungan dan mempertahankan suhu kamar.
Memantau dan menangani komplikasi
 Jaga kebersihan kulit
 Jaga kelembaban kulit
Mancapai tidur yang lebih baik

 Menyatakan tidur lebih nyenyak


 Terlihat wajah lebih segar
 Menyatakan merasakan lebih sehat
Mempertahankan peningkatan sikap untuk menerima
keadaan diri
 Lebih sedikit mengungkapkan kata-kata yang mencela diri
 Tidak memberikan perhatian kepada penampilan diri
Mencapai pemahaman terhadap perawatan kulit
 Mengucapkan kata-kata mengerti program pengobatan dan
perawatan kulitnya
 Mempertahankan kemampuan untuk melaksanakan terapi.

3. HEPATITIS

 Penyakit hepatitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada


hati. Penyakit hepatitis adalah penyakit yang biasanya disebabkan
oleh infeksi virus.

 Terdapat 5 jenis virus penyebab hepatitis yaitu virus hepatitis A, B,


C, D, E :

 HEPATITIS A : Virus hepatitis A ini adalah jenis virus yang


menyebakan infeksi hati. Jenis hepatitis ini tidak menimbulkan
efek jangka panjang, dan dapat ditukarkan melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi dengan fases dari pengidap.

 HEPATITIS B : Virus ini berpontensi menimbulkan kanker hati dan


sirosis hati yang dapat berujung pada kematian. Penularan sendiri
dapat terjadi melalui cairan tubuh pengidap, seperti darah, cairan
dari alat kelamin, transfusi darah.
 HEPATITIS C : penyakit hepatitis C merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi hepatitis C. Virus hepatitis C menular
melalui cairan tubuh. Umumnya virus ditularkan melalui darah,
termasuk dalam prosedur transfusi darah.

 HEPATITIS D : termasuk penyakit yang jarang terjadi, karena


virusnya hanya bisa berkembang saat seseorang memiliki virus
hepatitis B dalam tubuhnya. Virus hepatitis D sendiri dapat
ditularkan saat seseorang bersinggungan langsung dengan darah
pengidap hepatitis D.

HEPATITIS E : merupakan penyakit yang ditularkan melalui infeksi


virus hepatitis E. Penyakit ini umumkan ditemukan pada wilayah
dengan kebersihan yang kurang, serta dapat menular melalui
konsumsi air yang telah terkontaminasi dengan virus hepatitis E.
Dalam kasus yang parah, penyakit ini dapat berkembang menjadi
gagal hati akut yang berujung pada kematian.

Tanda dan gejala hepatitis akut muncul dengan cepat, yaitu :

 Kelelahan

 Gejala hepatitis mirip flu

 Urine keruh

 Sakit perut

 Kehilangan selera makan

 Penurunan berat badan tanpa alasan

 Kulit dan mata kuning, yang mungkin tanda-tanda penyakit


kuning.
Hepatitis kronis berkembang perlahan, jadi tanda dan gejala
hepatisis ini mungkin terlalu halus untuk diperhatikan.

MARISFESTASI KLINIS

 Diagnosis Hepatitis  ditegakkan dengan ditemukannya IgM


antibodi di dalam serum penderita.

 Satu sampai dua minggu sebelum gejala ikterik (kekuningan pada


kulit), terjadi demam sedang, anoreksia, mual, muntah, dan gejala
tidak khas lainnya.

 Satu sampai lima hari sebelum kekuningan muncul pada kulit, air
kencing berwarna kuning kecoklatan seperti teh, tinja menjadi
berwarna pucat, warna putih pada mata akan berwarna
kekuningan yang diikuti kekuningan pada kulit.

Langkah-langkah mencegah hepatitis A:

 Cuci tangan dengan sabun setelah dari kamar mandi.

 Hanya memakan makanan yang dimasak, kecuali makanan


tertentu seperti buah-buahan (namun sebelumnya tetap harus
dicuci bersih atau didesinfeksi).

 Hanya meminum air yang sudah dimasak atau air minum


kemasan, hal ini dilakukan jika kondisi sanitasi lingkungan Anda
tidak sehat atau meragukan.

 Selalu mengonsumsi buah-buahan, terutama bila Anda tinggal di


daerah yang sanitasinya tidak dapat diandalkan.
 Cuci bersih sayuran mentah, jika perlu didesinfeksi secara
menyeluruh.

 Lakukan vaksinasi hepatitis A jika Anda bepergian ke daerah-


daerah dimana berjangkit hepatitis. 

Langkah-langkah mencegah hepatitis B:

 Lakukan hubungan intim yang aman (hanya dengan pasangan).

 Menggunakan jarum suntik yang steril dan belum pernah


digunakan.

 Jangan memakai sikat gigi, pisau cukur, sisir atau peralatan


manikur bersama-sama dengan orang lain.

 Pastikan peralatan yang akan digunakan untuk melakukan semua


jenis tindakan perforasi kulit (tato, tindik, dll) sudah disterilkan.

 Lakukan vaksinasi hepatitis B jika Anda merasa berisiko.

Langkah-langkah mencegah hepatitis C:

 Jangan memakai sikat gigi, pisau cukur, sisir atau instrumen


manikur bersama orang lain.

 Balut (tutup) luka terbuka jika Anda terinfeksi.

 Jangan menggunakan peralatan pengobatan bersama dengan


orang lain.

 Jika ingin melakukan tindakan perforasi kulit, pastikan


peralatannya sudah disterilkan dengan benar.

Langkah-langkah mencegah hepatitis D :


 Lakukan hubungan intim yang aman (hanya dengan pasangan).

 Menggunakan jarum suntik yang steril dan belum pernah


digunakan.

 Jangan memakai sikat gigi, pisau cukur, sisir atau peralatan


manikur bersama-sama dengan orang lain.

 Pastikan peralatan yang akan digunakan untuk melakukan semua


jenis tindakan perforasi kulit (tato, tindik, dll) sudah disterilkan.

 Lakukan vaksinasi hepatitis B jika Anda merasa berisiko .

(Terapkan langkah yang sama seperti pada hepatitis B. Hanya orang


yang terinfeksi hepatitis B yang bisa terinfeksi hepatitis D)

Langkah-langkah mencegah hepatitis E:

 Cuci tangan dengan sabun setelah dari kamar mandi.

 Hanya memakan makanan yang dimasak, kecuali makanan


tertentu seperti buah-buahan (namun sebelumnya tetap harus
dicuci bersih atau didesinfeksi).

 Hanya meminum air yang sudah dimasak atau air minum


kemasan, hal ini dilakukan jika kondisi sanitasi lingkungan Anda
tidak sehat atau meragukan.

 Selalu mengonsumsi buah-buahan, terutama bila Anda tinggal di


daerah yang sanitasinya tidak dapat diandalkan.

 Cuci bersih sayuran mentah, jika perlu didesinfeksi secara


menyeluruh.
 Lakukan vaksinasi hepatitis A jika Anda bepergian ke daerah-
daerah dimana berjangkit hepatitis. 

4. RABIES
Rabies adalah infeksi virus pada otak dan sistem saraf.
Umumnya, virus penyebab rabies menular ke manusia
melalui gigitan hewan. Rabies tergolong penyakit berbahaya
karena berisiko menyebabkan kematian jika tidak cepat
ditangani.
Di Indonesia, rabies atau yang dikenal dengan istilah
“penyakit anjing gila” masih menjadi salah satu penyakit
yang mengancam kesehatan masyarakat. Berdasarkan data
tahun 2020, ada 26 dari 34 propinsi di Indonesia yang belum
bebas dari rabies, dengan jumlah kematian per tahun lebih
dari 100 orang.
 Rabies disebabkan oleh virus yang umumnya ditularkan dari
anjing melalui gigitan, cakaran, atau air liur. Selain anjing, hewan
yang juga dapat membawa virus rabies dan menularkannya ke
manusia antara lain kera, kucing, musang, dan kelinci.
 Pada kasus yang jarang terjadi, penularan virus rabies juga dapat
terjadi dari manusia ke manusia, melalui transplantasi organ.

TANDA DAN GEJALA


 Gejala rabies biasanya muncul sekitar 30–90 hari setelah
penderita tergigit hewan yang terinfeksi. Hal ini dapat membuat
diagnosis rabies sedikit susah, karena penderita bisa saja lupa
telah tergigit atau tercakar hewan rabies.
Gejala awal yang dapat muncul meliputi:
 Demam
 Kesemutan pada luka gigitan
 Sakit kepala

 Selain keluhan di atas, ada beberapa gejala lanjutan yang dapat


dialami oleh penderita rabies, seperti kram otot, sesak napas, dan
halusinasi. Gejala lanjutan tersebut menjadi tanda bahwa kondisi
pasien makin memburuk.

Menisfestasi klisnis

Setelah virus rabies masuk ke dalam tubuh, penyakit rabies berjalan


melalui lima fase atau stadium:

 Masa inkubasi

 Fase prodomal;

 Fase neurologis;

 Koma;

 Kematian

Masa inkubasi

 Lamanya masa inkubasi (periode sejak virus masuk ke dalam


tubuh hingga timbulnya manifestasi klinis) cukup bervariasi,
tergantung pada jumlah virus yang masuk melalui luka, jumlah
dan kedalaman luka, jarak luka dengan susunan saraf pusat, dan
perlakuan luka setelah gigitan. Pada manusia, masa inkubasi
bervariasi mulai dari 5 hari hingga beberapa tahun (pada
umumnya 2-3 bulan; sekitar 2-3% kasus memiliki masa inkubasi di
atas 1 tahun, dengan kasus spesial di atas 8 tahun). Sebagian
besar hewan terinfeksi akan menunjukkan tanda rabies dalam 6
bulan setelah terpapar virus sehingga  Organisasi Kesehatan
Hewan Dunia(OIE) menetapkan 6 bulan sebagai masa inkubasi
penyakit rabies pada hewan.

Fase prodromal

 Pada fase prodomal (awal), gejala yang timbul tidak khas dan
menyerupai infeksi pada umumnya seperti demam, gangguan
pencernaan, dan mialgia.

Fase neurologis

Penderita rabies yang mengalami hidrofobia

Pada fase ini, tanda-tanda gangguan saraf mulai terlihat. Penyakit


rabiesmbaik pada manusia maupun hewan dapat termanifestasi
dalam bentuk ganas (furious rabies), bentuk paralitik (dumb
rabies), maupun bentuk nonklasik sebagaimana berikut:

 Bentuk ganas terjadi pada sekitar 85% kasus yang ditandai


dengan ensefalitis. Penderita mungkin kejang dan menunjukkan
ketakutan pada air (hidrofobia) dan pada udara (aerofobia).
Hidrofobia terutama timbul akibat rasa sakit dan kejang saat
hendak menelan air. Selain gejala saraf, penderita bisa menjadi
agresif, hiperaktif, dan hipersalivasi.

 Bentuk paralisis terjadi pada kurang dari 20% kasus. Penderita


mengalami kelumpuhan, kelemahan umum, dan gangguan
mental.
 Bentuk yang dianggap nonklasik jarang terjadi. Umumnya terkait
dengan kejang dan gejala motorik dan sensorik yang lebih dalam.

Koma dan kematian

 Koma biasanya dimulai 10 hari setelah fase sebelumnya.


Penderita mungkin mengalami hidrofobia berkelanjutan,
periode apnea berkepanjangan, dan kelumpuhan yang lembek.
Setelah koma, sebagian besar pasien akan mati dalam 2-3 hari
tanpa perawatan suportif akibat gagal jantung. Dengan perawatan
suportif, hampir nol pasien yang mampu selamat dari rabies.

 Penelitian di Bali pada 122 kasus gigitan HPR menunjukkan bahwa


lokasi gigitan anjing rabies terbanyak ditemukan di kaki (52%),
tangan (32%), badan (6%), dan kepala (4%). Rerata kematian
timbul setelah 19 hari pada gigitan wajah, 83 hari pada badan,
122 hari pada tangan, dan 166 hari pada kaki. Semakin dekat
lokasi gigitan dengan kepala, maka semakin cepat waktu kematian
setelah gigitan.

PEMERIKSAAN LABORATERIUM DAN PENUNJANG

 Jika pasien datang dengan gigitan akut atau baru-baru ini,


pembersihan luka, debridement, dan eksplorasi dengan hati-hati
untuk benda asing (misalnya, gigi hewan yang rusak) sangat
penting. Hal ini harus mengambil waktu setidaknya 10 menit.
Umumnya, luka dirawat hingga sembuh dengan perawatan
sekunder untuk memungkinkan drainase cairan luka dan
mencegah infeksi.

 Jika hewan yang menggigit pasien telah ditangkap, harus dikirim


ke dokter hewan untuk evaluasi lebih lanjut atau eutanasia.
Departemen kesehatan negara kemudian dapat menguji jaringan otak
tidak tetap. Konsultasikan segera dengan otoritas kesehatan publik
mengenai kebutuhan untuk profilaksis.

 Jika pasien datang dengan ensefalitis dan diduga rabies, dilakukan


biopsi kulit dari tengkuk. Antigen rabies dapat dideteksi di saraf
kulit dengan antibodi fluoresens langsung. Konsultasikan dengan
otoritas kesehatan masyarakat karena hal ini memerlukan
laboratorium khusus dan pengiriman (Gompf, 2015).

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN

Kondisi yang perlu dipertimbangkan dalam diagnosis banding dari


rabies meliputi hal-hal berikut ini (Gompf, 2015):

 Ensefalitis dengan penyebab lainnya

 Gejala prodromal virus biasanya terdiri atas demam, sakit kepala,


mual dan muntah, letargi, dan mialgia. Presentasi klasik berupa
ensefalopati dengan gejala neurologis fokal atau difus, termasuk:

 Perubahan perilaku dan kepribadian, dengan penurunan tingkat


kesadaran

 Nyeri leher, kekakuan

 Fotofobia

 Letargi

 Kejang umum atau fokal (60% dari anak-anak dengan virus


ensefalitis California [CE]), hemiparesis, disfungsi otonom

 Defek saraf kranial


 Disfungsi sensorimotor unilateral

 Ataksia

 Kebingungan akut atau amnesia

 Flaccid paralysis (10% dari pasien dengan ensefalitis West Nile)

 Mielitis transversa

 Tetanus

 Sindrom Guillain-Barré

5. ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKOLOSISI (TB)

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan


secara menyeluruh (Boedihartono,1994:10). Data-data yang perlu dikaji
pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis (Doengoes, 2000) ialah
sebagai berikut :

 Riwayat Perjalanan Penyakit

 Riwayat penyakit sebelumnya

 Riwayat pengobatan sebelumnya

 Riwayat sosial ekonomi

 Faktor pendukung

 Pemeriksaan diagnostik
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien


yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah
dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17). Diagnosa keperawatan yang
lazim terjadi pada klien dengan Tuberkulosis adalah sebagai berikut:

 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret


kental atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema
trakeal/faringeal.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya


keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar
kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial

C. RENCANA KEPERAWATAN

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang


akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan
diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20. Adapun rencana
keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosis keperawatan yang
telah dirumuskan sebagai berikut:

 Bersihan jalan napas tidak efektif


 Gangguan pertukaran gas
 Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi
 Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
 Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan
E. EVALUASI

Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf


keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan
kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan
ditetapkan (Brooker,2001). Evaluasi yang diharapkan pada pasien
dengan tuberculosi paru adalah :

 Keefektifan bersihan jalan napas.

 Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi kebutuhan


individu.

 Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran


infeksi.

 Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan


tidak terjadi malnutrisi.

 Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan


program pengobatan dan perubahan perilaku untuk
memperbaiki kesehatan.

6. PENYAKIT TROPIS SIFILIS


Sifilis adalah penyakit kronis yang bersifat sistematik yang
disebabkan oleh Treponema Palidium. Penularan juga dapat
terjadi secara vertikal dari ibu kepada janin dalam
kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah atau
transfer jaringan yang telah tercemar,kadang-kadang dapat
ditularkan melalui alat kesehatan.

Bagaimana Penularan Penyakit Sifilis


• Treponema palidum masuk melalui selaput lendir yang utuh, atau
kulit yang mengalami abrasi, menuju kelenjar limfe, kemudian
masuk ke dalam pembuluh darah, dan diedarkan ke seluruh
tubuh. Setelah beredar beberapa jam, infeksi menjadi sistemik
walaupun tanda-tanda klinis dan serolois belum jelas. Kisaran satu
minggu setelah terinfeksi Treponema palidum, ditempat masuk
timbul lesi primer berupa ulkus. Ulkus akan muncul selama satu
hingga lima minggu, kemudian menghilang. Uji serologis masih
akan negatif ketika ulkus pertama kali muncul dan baru akan
reaktif setelah satu sampai empat minggu berikutnya. Enam
minggu kemudian, timbul erupsi seluruh tubuh pada sebagian
kasus sifilis sekunder. Ruam ini akan hilang kisaran dua sampai
enam minggu, karena terjadi penyembuhan spontan. Perjalanan
penyakit menuju ke tingkat laten, dimana tidak ditemukan tanda-
tanda klinis, kecuali hasil pemeriksaan serologis yang reaktif.
Masa laten dapat berlangsung bertahuntahun atau seumur hidup.

Stadium-stadium yang dilalui oleh penyakit Sifilis

Berikut Stadium-stadium dalam penyakit sifilis :

• Sifilis stadium primer

• Sifilis Stadium Sekunder

• Sifilis Laten

• Sifilis stadium tersier

Diagnosis Penyakit Sifilis


 Pemeriksaan Treponema pallidum

 Pemeriksaan – mikroskop lapangan gelap yaitu melihat


pergerakan treponema
 Pewarnaan Burri ( tinta hitam) – tidak hanya adanya pergerakan
Treponema,-T.pallidum telah mati sehingga kuman berwarnah
jernih dikelilingi oleh lapangan yangberwarna hitam
 Serologi Tes Sifilis (STS)
 STS penting untuk diaognosis dan pengamatan hasil pengoatan.
 Prinsip pemeriksaan STS – mendetekdi bermacam antibodi yang
berlainan akibat infeksi T.pallidum.
 Klasifikasi STS
 Tes Non Treponema : Kardiolipin, Lesitin dan kolesterol
 Tes Treponema : Treponema Pallidum hidup / mati / fraksi
Treponema Pallidum

Tes Treponema berguna pada keadaan :

1. Pada keadaan False Positive pada tes Non Treponema

2. Tes Non Treponema berulang kali bertambah, dicurigai adanya


sifilis laten

3. Tes Non Treponema berkurang, dicurigai adanya sifilis lanjut

• Tes Treponema digolong 4 kelompok :

1. Tes Imobilisasi

2. Tes Imunofluoresensi

3. Tes Hemaglutinasi
4. Tes Fiksasi komplemen Reiter protein complement fixation test
(RPCF)

Pemeriksaan lain yang harus dijalani yaitu :

• Pemeriksaan sinar Rontgen untuk melihat kelainan khas pada


tulang, kelainan sistem kardiovaskular

• Pemeriksaan EKG untuk menilai kelainan sistem kardiovaskular

• Pemeriksaan USG untuk menilai kelainan organ tubuh lain

• Pemeriksaan Laboratorium lain untuk menilai fungsi hepar dan


ginjal

7. PENYAKIT TROPIS HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang merusak sistem kekebalan


tubuh, dengan menginfeksi merusak sistem sel CD4 (jenis Sel darah
putih atau limfosit).Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan,
Kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang
berbagai penyakit. Infeksi HIV yang tidak segara ditangani akan
berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome) adalah stadium akhir dari infeksi virus
HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah
hilang sepenuhnya. Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani
HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada obat untuk memperlambat
perkembangan penyakit tersebut, dan dapat meningkatkan harapan
hidup penderita HIV.
Fase Perjalanan Alamiah Infeksi HIV/AIDS

▪ Tahap Serokonversi (Infeksi Awal)

▪ Tahap Asimtomatik (0 – 5 tahun setelah terinfeksi)

▪ Tahap Simtomatik (5 – 7 tahun setelah terinfeksi)

▪ Tahap AIDS (7 tahun setelah terinfeksi atau Lebih)

▪ Tahap Serokonversi (Infeksi Awal)

▪ Tahap Asimtomatik (0 – 5 tahun setelah terinfeksi)

▪ Tahap Simtomatik (5 – 7 tahun setelah terinfeksi)

▪ Tahap AIDS (7 tahun setelah terinfeksi atau Lebih)

Cara Pencegahan Infeksi HIV/AIDS

▪ HIV TIDAK DITULARKAN dari orang ke orang melalui bersalaman,


berpelukan, bersentuhan atau berciuman. Tidak ada data bahwa
HIV dapat ditularkan melalui penggunaan toilet, kolam renang,
penggunaan alat makan atau minum secara bersama atau gigitan
serangga seperti nyamuk.
Pencegahan penularan melalui hubungan seksual menggunakan
konsep ABCD yaitu: tidak melakukan hubungan seksual kepada
satu pasangan seks (tidak berganti-ganti),Kondom harus dipakai
oleh pasangan apabila salah satu atau keduanya diketahui
terinfeksi HIV,terutama Napza suntik dengan jarum bekas secara
bergantian.

Pengertian HIV/AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency
Sydrome. “Acquired” artinya tidak diturunkan, tetapi ditularkan dari
satu ke orang lainnya; “Immune” adalah daya tangkal atau kekebalan
tubuh terhadap penyakit; ”Deficiency” artinya tidak cukup atau kurang;
dan “Syndrome” adalah kumpulan tanda dan gejala penyakit. AIDS
adalah bentuk lanjut dari infeksi HIV. Human Immunodeficiency Virus
(HIV) adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS.Seseorang yang
terinfeksi HIV, akan mengalami infeksi seumur hidup. Banyak orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap “seperti sehat” tanpa tanda dan gejala
dari suatu penyakit untuk waktu panjang dan tidak mengetahui bahwa
dirinya terinfeksi. Meski demikian, mereka telah dapat menulari orang
lain.

Mitos dan Fakta HIV/AIDS

▪ Mengidap HIV berarti menderita AIDS

▪ HIV dapat menular melalui kontak biasa

▪ Pengidap HIV berumur pendek

▪ Anda tahu positif HIV karena merasakan gejalanya

▪ HIV dapat disembuhkan

▪ HIV hanya menginfeksi kelompok berisiko

▪ Seks menjadi aman untuk sesama pengidap HIV

▪ Bayi dari ibu yang terinfeksi sudah pasti positif HIV

▪ Infeksi lain terkait dengan HIV tidak dapat dicegah


8. ASKEP GONORE

Kencing nanah atau gonore adalah salah satu penyakit menular seksual.


Pada pria, gonore akan menimbulkan gejala berupa keluarnya nanah
dari penis. Selain itu, penderita gonore akan merasakan perih saat
buang air kecil.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (2015), gonore


adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae yang dapat menginfeksi baik pria dan wanita
yang mengakibatkan infeksi pada alat kelamin, rectum. Gonore adalah
salah satu penyakit menular seksual paling umum yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoeae (Irianto, 2014). Neisseria gonorrhoeae
(N. Gonorrhoeae) merupakan bakteri diplokokkus gram negatif dan
manusia merupakan satu-satunya faktor host alamiah untuk
gonokokus, infeksi gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas
seksual. bakteri Gram negatif berbentuk coccus, aerob.

PENGKAJIAN GONORE

Identitas pasien

Yang pertama itu identitas klien seperti: nama, umur, jenis kelamin,
alamat, dll.

Yang kedua itu identitas penanggung jawab seperti: nama, umur,


alamat dll.

Riwarat Kesehatan

a) Keluhan utama : panas seperti terbakar


b) Riwayat kesehatan sekarang : rasa tidak enak, panas, pedih, nyeri
dll

c) Riwayat kesehatan dahulu : klien pernah mengalami gonore

d) Riwayat kesehatan keluarga : pada keluarga tidak ada riwayat


penyakit gonore

e) Riwayat kesehatan lingkungan : klien tinggal dilingkungan


endemic

Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum : komposmentis, panas pada are kelamin.

b) Pemeriksaan per sistem :

 Sistem kardiovaskular : klien mengalami takikardi > 100/menit. TD


nya hipotesis yaitu < 100 mm Hg, klien tampak pucat dan cemas.

 Sistem respensi gastro intestinal : klien mengalami tarkipnea


dengan frekuensi > 24/menit.

 Sistem gastro intestinal : penrita tidak mengalami gangguan pada


sistem ini.

 Sistem musculoskeletal : untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari


dalam beraktivitas terlalu sering dibantu dengan alat.

 Sistem integument : turgor kulit jelek


DIAGNOSA GONORE

Infeksi gonorrhea dapat didiagnosis melalui riwayat hubungan seksual


yang tidak terproteksi atau berisiko, baik secara vaginal, anal maupun
oral, timbulnya gejala atau manifestasi klinis berupa cairan purulen
yang timbul dari area tubuh yang terpengaruh, dan secara mikroskopik
melalui pemeriksaan penunjang gram dan polymerase chain reaction.

INTERVENSI GONORE

Pengobatan pasien gonore dengan regimen yang paling efektif akan


menurunkan angka penyebaran penyakit, mencegah komplikasi dan
akan memperlambat resistensi kuman terhadap antibiotik

Anda mungkin juga menyukai