Anda di halaman 1dari 11

Takhrij Hadis melalui nama sahabat yang meriwayatkan hadis

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Takhrij hadis

Dosen pengampu : Dr. H. Masykur Hakim, M.Ag.

Disusun Oleh :

Nur Fauziah Isti Pramesti 11190340000009

Nadya Maharani Lubis 11190340000023

Dhafi Nurhidayat 11190340000147

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga kami berkesempatan menyelesaikan makalah mata kuliah
“Takrij Hadis”.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah menyampaikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan
seluruh umat Islam di dunia. Dalam hal ini, penulis berkesempatan untuk menyelesaikan
makalah yang berjudul “Takhrij Hadis melalui nama sahabat yang meriwayatkan hadis”.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah

Ciputat, 28 Oktober 2021

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …................................................................................................................

DAFTAR ISI …...............................................................................................................................

PENDAHULUAN ….......................................................................................................................

A. Latar Belakang …................................................................................................................


B. Rumusan Masalah …...........................................................................................................
C. Tujuan ….............................................................................................................................

PEMBAHASAN …................................................................................................................

A. Takhrij Hadis melalui nama sahabat yang meriwayatkan …....................................


B. Takhrij Hadis menggunakan kitab al-masanaid …....................................................
C. Takhrij Hadis menggunakan kitab al-mu'jam …........................................................
D. Takhrij Hadis menggunakan kitab al-athraf …..........................................................

PENUTUP …................................................................................................................

Kesimpulan …................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA …................................................................................................


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat perhatian serius
karena didalamnya dibicarakan berbagai jaidah untuk mengetahui sumber hadis itu berasal. Di
samping itu, didalamnya di temukan banyak kegunaan dan hasil yang di peroleh, khususnya
dalam menentukan kualitas sanad hadis.

Munculnya karya-karya para ulama yang mengkaji hadis merupakan suatu perkembangan
yang sanagt signifikan dalam perkembangan hukum islam, dimana para ulama tidak hanya
terikat dengan pendpat mazhab semata, akan tetapi jauh dari itu, mereka sering merujuk
langsung pada hadis-hadis Nabi, karya-karya tersebut sudah beredar di Nusantara sejak beberapa
abad silam.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana mentakhrij hadis melalui nama sahabat yang meriwayatkan ?


2. Bagaimana mentakhrij hadis dengan kitab al-masanaid, al-mu'jam, al-athraf ?

Tujuan

1. Mengetahui pentakhrijan hadis melalui nama sahabat yang meriwayatkan


2. Mengetahui pentakhrijan hadis melalui kitab-kitab al-masanaid, al-mu'jam dan al-athraf
PEMBAHASAN

A. Takhrij Hadits melalui nama sahabat sebagai periwayat

Metode ini berlandaskan pada perawi pertama suatu Hadits. Para penyusun kitab-kitab takhrij
dengan menggunakan metode ini mencantumkan Hadits-Haditsnya sesuai dengan nama perawi
pertamanya. Banyak kita temui dalam ceramah agama banyak potongan hadits yang dikutip
hanya dengan menyebut perawi pertama sebelum matan Hadits, kemudian kolektornya disebut
setelah matan, ataupun keduanya diletakkan setelah matan. Ketika menemui kasus demikian
maka penggunaan metode ini sangatlah efektif untuk menemukan sumber-sumber Hadits
asalnya. Langah pertama dalam penggunaan metode ini ialah dengan mengenal terlebih dahulu
para perawi pertama Hadits yang akan ditakhrij dengan melihat pada kitab-kitab asalnya.
Kemudian mencari nama dari perawi pertama tersebut dalam kitab takhrij yang menggunakan
metode ini, lalu mencari Hadits yang dimaksud diantara Hadits-Hadits yang tertera dibawah
nama perawi pertama. Apabila sudah ditemukan maka kita juga akan mengetahui ulama Hadits
yang meriwayatkannya. Di antara kitab masyhur yang menggunakan metode ini adalah Musnad
Imam Hambal, karya Imam Ahmad bin Hambal. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah
mengetahui nama sahabat (perawi pertama) yang meriwayatkan Hadits ini dari nabi, apabila
sudah diketahui maka kita harus mencari Hadits-Haditsnya pada kitab musnad ini. Kelebihan
dari metode ini diantaranya adalah dapat mempersingkat proses takhrij, apabila sudah diketahui
nama perawi pertamanya.

Sedangkan kekurangannya dapat diurai sebagai berikut:

a. Metode ini tidak akan efektif apabila tidak mengetahui nama perawi pertama dari Hadits.
b. Sulitnya pencarian Hadits sebab penyusunan Haditsnya yang berdasarkan dari nama-
nama perawi awal.1

Secara garis besar, kitab- kitab takhrij yang digunakan dalam metode ini terbagi menjadi tiga
bagian: Kitab Al Musnad, Al Mu’jam dan Kitab Al Athraf. Berikut penjelasannya:

1
M. Harfil Birbik, “Takhrij Hadits (Metode Penelitian Sumber-sumber Hadis untuk Meminimalisir Pengutipan Hadis
Secara Sepihak)”, Vol. 18 (IAIN Tulunggagung, 2020), h.180-181.
A. Kitab Musnad
Kitab musnad adalah kitab Hadits yang penyusunannya berdasarkan sanad pada tingkat
sahabat. Pengarang kitab ini mengumpulkan Hadits-Haditsnya sesuai dengan nama
sahabat yang meriwayatkan Hadits secara terpisah. Kitab musnad memiliki karakteristik
tersendiri, yakni:
 Musnad tersusun menurut perawi teratas, baik dari sahabat atau tabi’in apabila
Hadits tersebut mursal.
 Nama sahabat disusun menurut aturan tertentu. Sebagian besar menggunakan
urutan huruf hija’iyyah, dan sebagian lagi diurutkan berdasarkan yang lebih
dahulu memeluk agama islam.
 Hadits-Hadits yang terdapat di dalam kitab musnad pengelompokannya dipukul
rata, sehingga berbagai macam kualitas Hadits terkumpul tanpa ada
pengklasifikasian khusus.
 Kitab ini belum memuat keseluruhan sahabat.

Sedangkan kitab-kitab musnad jumlahnya sangatlah banyak, diantaranya Musnad


Ahmad bin Hambal, Musnad al-Humaidi, Musnad Abi Daud at-Thoyalishi, dan
lainnya.

Adapun Kegunaan dari kitab musnad sendiri adalah sebagai berikut:

 Merupakan kumpulan dari berbagai macam Hadits dlam jumlah yang banyak,
mencakup berbagai macam riwayat dan meliputi jalan periwayatan yang
bermacam-macam.
 Sarana mempermudah menghafal Hadits.
 Menjadi alternatif untuk mencari Hadits yang ingin di takhrij. Walaupun harus
membutuhkan kesabaran dan kehati-hatian.2

2
M. Harfil Birbik, “Takhrij Hadits (Metode Penelitian Sumber-sumber Hadis untuk Meminimalisir Pengutipan Hadis
Secara Sepihak)”, Vol. 18 (IAIN Tulunggagung, 2020), h.181.
C. Takhrij Hadis menggunakan kitab al-Mu'jam

Takhrij hadist melalui lafazh yang jarang digunakan. Adapun metode takhrij dengan lafal-lafal
yang terdapat pada Hadis adalah metode yang berdasarkan pada kata-kata yang terdapat dalam
matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini tidak digunakan
huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan adalah bagian haditsnya sehingga pencarian hadits-hadits
yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat. Kitab yang berdasarkan metode ini di antaranya
adalah kitab al-Mu'jam al-Mufahras li al-fazh al-Hadist an-Nabawi. Kitab ini mengumpulkan
hadis-hadis yang terdapat didalam sembilan kitab induk hadis sebagaimana yaitu ; sahih Bukhari,
sahih Muslim, Sunan Turmuzi, sunan Abu Dawud, sunan Nasa’i, Sunan Ibn Majah, sunan
Darimi, Muwatha’ Malik, dan Musnad Imam Ahmad.

Contoh pencarian Hadis

‫سلَّ َم نَ َهى عَنْ طَ َع ِام ا ْل ُمتَبَا ِريَ ْي ِن أَنْ يُؤْ َك َل‬


َ ‫صلَّى هّللا ِ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫اِنَّ النَّبِ َي‬

Dalam pencarian hadis di atas, pada dasarnya dapat ditelusuri melalui kata-kata naha (‫)نَ َهى‬,
ِ َ‫) ْال ُمتَب‬. Akan tetapi dari sekian kata yang dapat
ta’am (‫ )طَ َع ِام‬, yu’kal (‫)يُؤْ َكل‬, al mutabariyaini (‫اريَ ْين‬
dipergunakan, lebih dianjurkan untuk menggunakan kata al-Mutabariyani karena kata tersebut
jarang adanya, penggunaan kata tabara didalam kitab induk hadis (yang berjumlah sembilan)
hanya dua kali. Berikut adalah langkah-langkah Takhrij Hadis :

1. Menentukan kata kkuncinya yaitu kata yang akan dipergunakan sebagai alat untuk
mencari hadis. Sebaiknya kata kunci yang dipilih adalah kata yang jarang dipakai, karena
semakin bertambah asing kata tersebut akan semakin mudah proses pencarian hadis.
Setelah itu, kata tersebut dikembalikan kepada bentuk dasarnya. Dan berdasarkan bentuk
kitab Mu’jam menurut urutannya secara abjad (Hijaiyyah).
2. Mencari bentuk kata kunci tadi sebagaimana yang terdapat di dlaam hadis, yang akan kita
temukan melalui Mu’jam ini. Di bawah kata kunci tersebut akan ditemukan hadis yang
sedang dicari dalam bentuk potongan-potongan hadis (tidak lengkap).

Metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu; metode ini mempercepat pencarian hadis dan
memungkinkan pencarian hadis melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam matan hadis.
Selain itu, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu; terkadang suatu hadis tidak
didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata lain.
Kitab al-Mu'jam al-Mufaharas li al-fazh al-hadis al-Nabawi ini terdiri dari 8 jilid, disusun oleh
tim orientalis dianatarnya Arnold John Wensinck (w.1939) seorang profesor bahasa-bahasa semit
termasuk bahasa Arab di lafal dan penggalan mata hadis, serta mensistimatisasikannya dengan
baik berkat kerja sama dengan Muhammad Fuad Abdul Baqi.

Kitab ini berisikan semua lafal (kosa kata) hadis yang disusun berdasarkan huruf hijaiyah yang
telah di masdarkan dan itu dijadikan sebagai kata kunci dalam pencarian hadis yang dimaksud.
Setelah di masdarkan barulah diuraikan di bawahnya yang dimulai dengan fiil madhi, kemudian
fiil mudhari dan seterusnya sesuai dengan susunan kitab sharaf. Maksud takhrij hadis dengan
kata benda (kalimah isim) atau kata kerja (kalimah huruf) bukan kata sambung (kalimah huruf)
dalam bahasa Arab yang mempunyai asal akar kata 3 huruf. Kata itu diambildari salah satu
bagian dari teks hadis yang mana saja selain kata sambung atau kalimah huruf kemudian dicari
akar kata asal dalam bahasa Arab yang hanya tiga huruf, kemudian dicari akar kata asal dalam
bahasa Arab yang hanya tiga huruf yang disebut fi’il tsulatsi.

Contoh Hadis yang ingin di Takhrij :

‫ال تدخلون الجنة حتى تؤمنوا وال تؤمنوا حتى تحابوا‬

Pada penggalan teks diatas dapat ditelusuri melalui kat-kata yang digaris bawahi. Andai kata dari
kata ‫ تحابوا‬dapat dilihat ‫ ح‬dalam kitab al-Mu’jam karena kata itu berasal dari ‫ حبب‬setelah
ditelusuri kata tersebut dapat ditemukan di al-Mu'jam juz 1 halam. 408.3

Selain itu terdapat pula Mu’jam al-Wajiz Min Ahadith al-Rasul al-Aziz, yang termasuk dalam
salah satu metode penyusunan al-Mu'jam. Karena teks ini menyajikan kumpulan hadis Nabi yang
disusun sesuai dengan huruf hijaiyyah, yaitu dimulai dengan hadis yang hurf awalnya hamzah,
kemudian hadis yang huruf awalnya ba’ dan seterusnya sampai berakhir. Pada huruf kedua
pengarang tidak lagi konsisten mengikuti aturan yang sama, di mana hadis yang huruf awalnya
hamzah dan ba’ belum tentu lebih dahulu daripada huruf hamzah tha’ . Disini pengarang hanya
fokus pada huruf pertama. Urutan abjad juga tidak mempertimbangkan “alif lam” ma’rifat,

3
http://gudangsemuamakalahkuliah.blogspot.com/2016/03/makalah-takhrij-melalui-lafzh-hadits.html?m=1 oleh
Muhammad Faiz
hanya melihar huruf pertama setelah “alif lam”. Kata-kata “ aladzi” atau “aladzina” yang
menjadi kata pertama dalam sebuah hadis juga dimasukan dalam kelompok hadis yang huruf
awalnya “lam” . Pengarang tidak menyebutkan secara lengkap jalur sanad masing-masing hadis
yang dinukilkan dalam naskah ini, ia hanya menyebutkan gelarnya saja.

Tanda titik dan koma dalam naskah ini tidak ada, kecuali hanya beberapa tempat saja pada
penghujung matan sebuah hadissebelum nama mukharrij, tetapi tidak konsisten, sehingga
pembaca harus benar-benar teliti. Apabila suatu hadis sudah berakhir, pengarang langsung
masuk pada hadis berikutnya, tanpa ada tanda-tanda lain, tanpa menyebutkan , ‫قال الرسول‬,
langsung pada matan hadis.

Tanda sebagai pemisah antara suatu hadis dengan hadis berikutnya adalah setiap kata pertama
sebuah hadis ditulis dengan tinta merah. Tinta merah ini juga digunakan pada kata-kata huruf
hijaiyyah yang akan dimulai hadis degannya. Mengenai kualitas hadis, pengarang tidak pernah
menyebutkan apakah hadis yang ada dalam naskah Mu’jam al-Wajiz Min Ahadith al-Rasul al-
Aziz berkualitas sahih, hasan atau dhaif. Para mukharij hadis yang terdapat di dalam naskah ini,
tidak hanya para ulama hadis yang termasuk dalam kutub al-tis'ah, disamping itu juga sering
terdapat nama seperti Ibn ‘Adi, Tabrani, DAylami, al-Khatib, al-Hakim, Sa’id ibn Mansur,
Bayhaqi, Ibn Abi Syaybah, al-Bazar, Abu Ya’la, Daya, Abu Syayskh. Dengan melihat nama-
nama ini dapat diasumsikan hadis-hadis yang terkandung dalam teks Mu’jam al-Wajiz Min
Ahadith al-Rasul al-Aziz tidak semuanya termasuk dalam kategori sahih.4

D. Takhrij Hadist menggunakan kitab Al- Athrof


Pengertian Al-Athraf Al-Athraf adalah salah satu jenis kitab-kitab yang disusun sebagai
kumpulan hadits-hadits Nabi. Yang dimaksud dengan jenis al-Athraf ini ialah kumpulan hadits-
hadits dari beberapa kitab induknya dengan cara mencantumkan bagian atau potongan hadits-
hadits yang diriwayatkan oleh setiap shahabat. Penyusunnya hanyalah menyebutkan beberapa
kata atau pengertian yang menurutnya dapat dipahami hadits yang dimaksud. Sedangkan sanad-
sanadnya terkadang ada yang menuliskannya lengkap dan ada pula yang menuliskannya sebagian.
Hal ini bermaksud agar dapat dijadikan studi komparatif sanad dan memperjelas selukbeluk
sanadnya (Abu Muhammad ‘Abd al-Mahdi ibn ‘Abd al-Qadir ibn ‘Abd alHadi, 1986: 107).
2) Kegunaan Kitab-Kitab Athraf
a) Dapat menghimpun berbagai jalan hadits (sanad) dari kitab-kitab yang menjadi
literaturnya hingga dapat diketahui hukum setiap hadits. Penentuan hukum suatu hadits
biasanya bersifat nisbi, artinya hanya berdasarkan apa yang dikatakan oleh beberapa kitab-
kitabnya.
4
Salman Abdul Muthalib, Metode Penyusunan Kitab Mu’jam al-Wajiz Min Ahadith al-Rasul al-Aziz, hal 169-170
b) Hadits-hadits yang dihimpunnya dapat dijadikan bahan studi komparatif sanad antara yang
satu dengan yang lainnya.

c) Sebagai tindak lanjut penyelamatan teks hadits, ini tentunya sebagai hasil menelaah kembali
teks-teks haditsnya dalam kitab-kitab referennya melalui kitab-kitab al-athraf.

d) Pengenalan terhadap para Imam periwayat hadits dan tempat-tempat hadits dalam kitab-kitab
mereka.

3) Kitab-Kitab Yang Berjenis Al-Athraf

a) Athraf ash-Shahihain, karangan al-Hafizh Imam abu Mas’ud Ibrahim bin Muhammad bin
‘Ubaid ad-Dimasyqi, wafat tahun 400 H.

b) Athraf ash-Shahihain, karangan al-Hafizh Imam Khalaf bin Hamadun alWashithi, wafat tahun
401 H.

c) Athraf al-Kutub as-Sittah, karangan Ibnu al-Qaisarani, wafat tahun 507 H.

Kesimpulan

Banyak metode-metode yang bisa dijadikan sebagai langkah mentakhrij hadis, misalnya
takhrij hadis berdasarkan nama sahabat sebagai periwayatnya. Metode ini sering di sebut
sebagai metode mentakhrij hadis berdasarkan periwayat pertama baik sahabat, maupun
tabi‟in. Semakin berjalanya waktu, para ulama hadis pun menyusun kitab-kitab hadisnya
menggunakan banyak variasi metode. Hal ini bertujuan agar proses pentakhrijan hadis
bisa lebih mudah.
Dalam hal ini, setidaknya ada 3 jenis kitab-kitab hadis berdasarkan metodenya yaitu:
1. Kitab hadis al-Musnad. Kitab kumpulan hadis berdasarkan nama sahabat secara
tersendiri, baik hadis shahih, hasan, ataupun dha’if.
2. Kitab hadis al-Athraf. Kitab yang terdapat kumpulan hadis-hadis dari beberapa kitab
induknya dengan cara mencantumkan bagian atau potongan hadis-hadis yang
diriwayatkan oleh setiap sahabat.
3. Kitab hadis al-Mu’jam Kitab yang di dalamnya berisi hadis-hadis sesuai dengan urutan
para sahabat, guru, daerah atau yang lainnya dimana pada umumnya susunan sahabat,
guru atau daerah tersebut berdasarkan urutan huruf abjad. Dan memiliki dua tipe
berdasarkan isinya yaitu Mu’jam al-Shahabah dan Mu’jam al-Shuyukh.

DAFTAR PUSTAKA

http://gudangsemuamakalahkuliah.blogspot.com/2016/03/makalah-takhrij-melalui-lafzh-
hadits.html?m=1

M. Harfil Birbik, “Takhrij Hadits (Metode Penelitian Sumber-sumber Hadis untuk Meminimalisir
Pengutipan Hadis Secara Sepihak)”, Vol. 18 (IAIN Tulunggagung, 2020

Journal Salman Abdul Muthalib, Metode Penyusunan Kitab Mu’jam al-Wajiz Min Ahadith al-Rasul al-Aziz

Anda mungkin juga menyukai