Anda di halaman 1dari 1

A.

Pengertian Qawa’id Tafsir

Qawa’id al-Tafsir merupakan kata majemuk, terdiri dari kata Qawa’id dan kata al-
Tafsir. Qawa`id adalah bentuk jamak dari Qa`idah. Adapun kata qa’idah menurut
Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Ifrifqi al-Mashri (w.711 H), mengatakan bahwa
qai’dah adalah isim fail dari fi’il madhi qa’ada qu’udan, qa’id, dan dijama’kan menjadi
qawaid.1
Qa’idah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “kaidah” dengan makna:
rumusan asas yang menjadi hukum; aturan yang sudah pasti; patokan; dalil (dalam
matematika).2 Dalam bahasa Arab makna Qaidah adalah: peraturan, prinsip, dasar, asas,
pondasi, model, pola, mode.3
Adapun definisi Tafsir secara etimologi bermakna; menyingkap/membuka dan
penjelasan mengeluarkan sesuatu dari tempat tersebunyi/samar ke tempat yang jelas/terang. 4
Definisi tersebut menegaskan bahwa kaidah mencakup semua bagian-bagiannya.
Kaidah tafsir membahas firman Allah Swt.; kaidah bahasa membahas bahasa Arab
berkenaan dengan kosa katanya, kalimatnya, hakikatnya, majasnya, dan lainnya; dan kaidah
ushul membahas dalil-dalil fiqih secara komperhensif, cara menggunakannya, dan siapa yang
mampu menggunakannya (mujtahid).
Kaidah tafsir didefinisikan sebagai “Ketentuan umum yang membantu seorang
penafsir untuk menarik makna atau pesan-pesan al-Qur’an”.5
Sedangkan menurut M. Quraish Shihab, membagi beberapa komponen. Pertama,
ketentuan-ketentuan dalam menafsirkan al-Qur’an. Kedua, sistematika penafsiran. Ketiga,
aturan-aturan khusus untuk membantu memahami ayat-ayat al-Qur’an. Olehnya itu, untuk
menafsirkan al-Qur’an seseorang harus memperhatikan aspek-aspek bahasa al-Qur’an serta
korelasi (al-munasabah) antar surat, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah kebahasaan.
Maka Qawaid Tafsir (kaidah-kaidah Tafsir) adalah aturan-aturan umum yang
digunakan untuk memahami makna al-Qur’an al-‘Azhim dan cara menerapkannya (aturan-
aturan itu). Hal itu berbeda dengan kaidah bahasa (qawa’id al-lughah) dan kaidah ushul fiqih
(qawa’id Ushul al-Fiqh) dari segi objeknya.

1
Muhammad ibn Mukrim ibn Manzhur al-Ifriqi al-Mashri, Lisan al-Arab, (Beirut; Dar Shadir, 1414 H), cet. Ke 3,
juz 3, h. 361.
2
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.3, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet.III, 2003), h. 489.
3
Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta; Yayasan Ali Maksum
Pondok Pesantren Krepyak. Cet. II, 1997) h. 1423. Lihat juga 99.
4
Tim Redaksi Ensiklopedia Alquran. Jilid 3, (Jakarta: Lentera Hati, Cet. I. 2007), h. 975. Lihat juga al-Syekh Khalid
Abd ar-Rahman Al-Ak, Ushul al-Tafsir wa Qawaiduhu, (Beirut: Dar al-Nafais, 1986), h. 32.
5
Khalid bin Usman Al-Sabt, op.cit. h. 30.

Anda mungkin juga menyukai