Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

Sebagai pemuda mandiri, setelah lulus Sekolah Menengah Umum, Wira tidak malu
masih tergantung pada orang tua dan orang lain. Dia memutuskan untuk menunda
pendidikan yang lebih tinggi dan menjadi seorang pengusaha. Keinginan dia didasari
pada pendapatnya bahwa uang dan modal bukanlah merupakan kunci sukses utama
seseorang, melainkan kreativitas, keuletan, dan kemampuan menangkap peluang
usaha.

Wira mulai mempersiapkan diri dengan membaca buku, majalah, dan artikel yang
menyangkut dunia usaha. Temyata dia memperoleh pelajaran baru bahwa semangat
dan keyakinannya saja tidak menjamin keberhasilan seseorang. Sukses dan
keberhasilan di dunia usaha selalu didahului oleh perencanaan dan perhitungan yang
matang. Wawasan dia bertambah bahwa perencanaan dan perhitungan diperlukan
karena tidak semua peluang usaha akan memberikan keuntungan, dan disadari pula
bahwa keuntungan akan selalu dibatasi oleh faktor produksi (uang, bahan baku, mesin
dan peralatan, keterampilan dan kemampuan untuk mengelola ) dan kondisi pasar di
lingkungan masyarakat.

Berdasarkan apa yang telah dibacanya, Wira mulai memilih beberapa altematif usaha
yang diperkirakan mampu memberikan keuntungan yang optimal dengan melakukan
perencanaan dan perhitungan terlebih dahulu terhadap faktor produksi yang
dikuasainya serta kondisi pasar dengan matang.

Proses perencanaan dan perhitungan yang dilakukan Wira terhadap faktor-faktor yang
akan membatasi perolehan keuntungan, perkiraan laba rugi usaha dan perkiraan arus
kas beserta analisanya secara tertulis disebut sebagai menghitung kelayakan usaha.
Selanjutnya data yang diperoleh, proses perencanaan usaha dan perhitungan yang
dilakukan dan disusun menurut aturan tertentu disebut sebagai kegiatan menyusun
kelayakan usaha.

Secara umum laporan kelayakan usaha harus memuat hal-hal sebagai berikut:
A. Latar Belakang
B. Gambaran Umum
C. Prospek Pemasaran
D. Aspek Teknis
E. Manajemen Operasional
F. Manfaat Ekonomis dan Prospek Finansial
1
G. Kesimpulan

2
II. KAJIAN YANG DIPERLUKAN

Kelayakan usaha dibuat sebagai alat untuk memutuskan apakah suatu rencana dan
investasi usaha dapat dilanjutkan atau harus dihentikan. Selain untuk pihak yang akan
melakukan kegiatan usaha, kelayakan usaha ini digunakan oleh pihak penyandang
dana atau Bank untuk menilai apakah usaha yang akan didirikan layak untuk dibiayai
atau tidak. Kelayakan yang baik memerlukan beberapa kajian tentang aspek usaha
seperti aspek pemasaran, aspek teknis, aspek keuangan, dan lain-lain.

A. Aspek Pasar

Pada dasarnya setiap usaha adalah menjual jasa dan atau barang yang dihasilkan
untuk digunakan atau dibeli oleh masyarakat (pasar) tergantung dari kebutuhan
masyarakat dan persediaan barang yang dibutuhkan. Sebelum menentukan usaha
apa yang akan dilaksanakan, perlu diidentifikasi terlebih dahulu apa kebutuhan
masyarakat yang harus kita penuhi.

1. Produk

Untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, Wira merencanakan akan melakukan


pengamatan terhadap perumahan disekitar tempat tinggalnya. Dimulai dengan
kompleks perumahan sederhana (tempat tinggalnya), setiap hari Wira mencatat
apa yang dilihat dan dijumpainya. Disamping perumahan sederhana, juga
dilakukan pengamatan ke lingkungan perumahan semi real estate dan real estate
yang ada di sekitar radius 10 KM dari tempat tinggalnya. Data yang berhasil
dikumpulkan oleh Wira adalah sebagai berikut:

Tabel 1

3
Perumahan Semi Real Estate Real Estate
sederhana
Jumlah Rumah 900 600 400
Jumlah Kepala keluarga 851 530 386
KK Tanpa anak 20 6
KK dengan anak sekolah 812 515 263
Suami istri kerja 629 492 300
Sambungan telepon 600 524 386
Waktu pulang kerja
16.00 – 18.00 394 90 23
18.00 – 20.00 311 326 168
20.00 - 146 114 195
Jumlah kendaraan roda 4 126 500 386
Jumlah kndaraan roda 2 304 97 21
Perkiraan pendapatan 2.000.000 5.000.000 10.000.000
Jumlah toko
Barang kebutuhan pokok 8 1 -
Barang elektronik 1 - -
Bahan bangunan 5 - -
Kue dan roti 2 1 -
Bengkel dan cuci mobil - - -
Bengkel sepeda motor 1 - -

Dari basil pengamatannya, Wira sudah mendapat bayangan tentang


kemungkinan bidang usaha atau peluang usaha yang tersedia di lingkungan
tempat tinggalnya, antara lain: Bengkel dan Cuci Mobil, Toko Onderdil, Agen
LPG, Bengkel Las, Suplier Kebutuhan pokok, Toko Eceran, Warung Sayur, dan
sebagainya.

Setelah mempelajari semua peluang usaha yang ada, Wira merasa bahwa yang sesuai
dengan potensi dan kemampuannya saat ini adalah usaha dibidang kebutuhan
pokok.

2. Permintaan dan Penawaran

Tanpa adanya permintaan masyarakat terhadap barang atau jasa yang dihasilkan,
maka usaha yang dijalankan tidak mempunyai nilai atau manfaat ekonomis.

Wira menyadari bahwa kegiatan usaha selalu didasari oleh adanya kebutuhan akan
barang dan jasa dari pasar. Oleh karena itu, dari data yang dikumpulkan, Wira

4
melakukan perhitungan-perhitungan untuk mengetahui berapa besar kebutuhan
pokok sehari-hari yang diperlukan oleh penghuni perumahan di sekitar tempat
tinggalnya.

Tabel 2

No Jenis Data Perumahan Semi real Real estate


sederhana estate
1. Jumlah kepala keluarga 851 530 386
2. Perkiraan pendapatan 2.000.000 5.000.000 10.000.000
3. Biaya hidup 80% dari (no 1) 1.600.000 4.000.000 8.000.000
4. Biaya hidup utama 60% dari 960.000 2.400.000 4.800.000
(no 3)
5. Belanja dilingkungan sendiri 384.000 960.000 1.920.000
40% dari (no 4)
6. Belanja kebutuha pokok 60% 230.400 576.000 1.152.000
dari (no 5)
7. Potensi permintaan kebutuhan 196.070.400 305.280.000 444.672.000
pokok (1x6)

Biaya hidup adalah pengeluaran untuk menunjang kehidupan keluarga, misalnya


makanan, pakaian, perumahan, sekolah, kesehatan. komunikasi, hiburan, dan
lain-lain. Biaya hidup utama adalah pengeluaran untuk beras, lauk pauk,
sayuran, dan kebutuhan pokok lainnya.

Biaya di lingkungan sendiri adalah pengeluaran yang dilakukan di sekitar tempat tinggal
dan tidak memerlukan waktu lama. Biaya ini dikeluarkan untuk tukang sayur
keliling, warung, toko kebutuhan pokok sekitar tempat tinggal.

Belanja kebutuhan pokok adalah pengeluaran yang dilakukan untuk belanja ke


toko-toko kebutuhan pokok di sekitar tempat tinggal. Secara keseluruhan potensi
permintaan belanja di toko kebutuhan pokok per bulan untuk perumahan di
sekitar radius 10 KIn dari tempat tinggal Wira adalah:

Rp.196.070.400+Rp.305.280.000+Rp.444.672.000 = Rp.946.022.400/bulan

atau sekitar Rp.31.534.080 per hari.

Dari segi penawaran, Wira mengamati toko-toko penyedia kebutuhan pokok yang ada
disekitar radius 10 Km, 8 buah di perumahan sederhana dan sebuah di kawasan
semi real estate.

5
Pengamatan terhadap toko-toko tersebut dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar
nilai dagangan dan kemampuan jual serta karakter pembeli di keempat toko
tersebut.

Gambaran umum yang diperoleh adalah omzet rata-rata per toko di perumahan
sederhana sebesar Rp.l.500.000 per hari. Kawasan semi real estate sebesar
Rp.2.000.000 per hari. Kesimpulannya f: ornzet rata-rata toko kebutuhan pokok
di lingkungan radius 10 KIn ( 9 toko ) adalah Rp.14.000.000 per hari atau
sebesar Rp.570.000.000 per bulan.
Dari perhitungan yang dilakukan, Wira memperoleh kesimpulan bahwa masih
terdapat peluang untuk masuk dalam usaha pengadaan kebutuhan bahan pokok
sebagai berikut:
Potensi permintaan Rp.946.022.400.-
Potensi penawaran Rp.420.000.000,-
Peluang pasar Rp.526.022.400,-

Wira beranggapan bahwa potensi pemenuhan kebutuhan pokok yang ada


selama ini diperoleh dari luar kawasan, seperti Makro, Goro, atau Hero. Dan
potensi ini masih bisa ditarik ke dalam kawasan usaha Wira bila tokonya masih
dalam jangkauan konsumen atau pemasaran dilakukan dengan proaktif ( barang
di antar ke rumah ).

3. Persaingan

Menyadari bahwa usaha yang akan dimasukinya sudah ada 9 toko yang menjalaninya,
Wira menperhitungkan bahwa persaingan yang dihadapi cukup berat. Oleh
karena itu, Wira melakukan pengamatan lebih jauh dan terperinci terhadap ke
sembilan toko tersebut, untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
a) Apakah dalam waktu dekat akan memperluas usahanya, kalau ya di mana
lokasinya?
b) Tingkat harga jual barang dagangan dan perkiraan margin yang diambil.
c) Bagaimana cara melayani konsumen.
d) Pelayanan tambahan apa yang diberikan oleh toko ( misalnya fasilitas antar
barang, diskon, dll. )
e) Siapa pemasoknya dan bagaimana caranya.

6
Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
a) Dalam waktu dekat belum ada rencana usaha baru yang sernpa.
b) Harga jual barang lebih mahal dari harga super market, marjin yang diambil
rata-rata 20 persen.
c) Konsumen dilayani pelayan toko.
d) Tidak ada fasilitas antar barang
e) Pemasok mendatangi toko.

Dari basil pengamatan di atas, Wira menyimpulkan bahwa peluang pasar yang hendak
diambilnya tidak diganggu oleh pesaing baru.

Wira merencanakan memperpendek rantai distribusi untuk berhubungan langsung


dengan agen atau distriubtor. Dengan pasokan langsung dari distributor, Wira
yakin mampu memberikan harga yang lebih murah dari pesaingnya. Dengan
sistim swalayan dimana konsumen melayani dirinya sendiri diharapkan dapat
menekan biaya operasi, sehingga harga dapat lebih murah dari pesaingnya
bahkan dari supermarket.

Melalui fasilitas antar barang, Wira berharap selain mendapat konsumen baru juga
dapat menarik konsumen pesaing.

4. Rencana Pemasaran

Sebelum toko dibuka, hal-hal yang harus dilakukan Wira berdasarkan informasi yang
diperoleh adalah minimal sudah dapat menentukan:
a) Lokasi usaha
b) Produk yang akan dijual
c) Harga jual barang
d) Rencana promosi

B. Aspek Teknis

1. Lokasi .

Setelah menghitung potensi pasar yang ada, Wira harus menentukan lokasi dimana
usahanya akan dibuka. Untuk itu dilakukan analisa terhadap lokasi berdasarkan
7
faktor-faktor yang mendukung usaha, seperti jalur jalan, kemudahan pasokan
barang, kemudahan akses ke pasar, dan sebagainya.

2. Tanah dan Bangunan .


Selanjutnya terhadap lokasi yang telah ditetapkan masih harus diputuskan apakah
tanahnya akan dibeli atau disewa. Sebagai pengusaha pemula di bidang
perdagangan, pada tahap awal sebaiknya menyewa tempat usaha.

3. Mesin dan Peralatan

Kebutuhan akan mesin dan peralatan berbeda-beda menurut jenis usahanya. Di


bidang usaha produksi, mesin dan peralatan merupakan keharusan, sedangkan
untuk bidang perdagangan hanya diperlukan mesin pendukung yaitu mesin
hitung dan lebih diutamakan ruang pamer dan perlengkapannya.

4. Bahan Baku dan bahan pembantu


Untuk usaha perdagangan, barang dagangan merupakan bahan bakunya. Guna
keperluan tersebut Wira telah melakukan pendekatan terhadap pemasok bahan
baku, ketersediaan pasokan, sarana transportasi, sistem pembelian, dan
sebagainya.

5. Proses Produksi

Proses produksi untuk usaha industri berbeda dengan usaha perdagangan. Di bidang
industri proses produksi berhubungan dengan proses pengolahan bahan baku
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, sementara di bidang
perdagangan tidak ada proses pengolahan. Secara umum proses melayani
pembeli mulai dari promosi, menawarkan barang, transaksi, penyerahan barang
dapat dikategorikan sebagai proses produksi di bidang perdagangan.
Sebagai pengusaha tentunya Wira harus mengerti bagaimana proses produksi
berlangsung, dan proses itu perlu digambarkan dengan jelas, dipahami dan
dilaksanakan oleh pegawai maupun pihak lain yang terkait.

8
Dari peluang pasar dan kriteria teknis yang menjadi pertimbangan usaha tersebut,
kemudian Wira melakukan sejumlah keputusan dan perhitungan sebagai
berikut:
a) Lokasi Usaha : Jl. Raya Bogor, Cimanggis Depok
b) Status : Sewa
c) Luas Tempat Usaha : 300 M2
d) Luas Ruang Pamer: : 100 M2 "
e) Luas Gudang : 60 M2
f) Nilai Sewa : Rp.2.000.000/ bulan
g) Biaya Renovasi : Rp.5.000.000

Selanjutnya untuk kegiatan operasional diperlukan sejumlah perlengkapan dan alat


transportasi yang terdiri dari:

a) Papan nama dan perizinan 1 unit


b) Meja, kursi kasir 1 unit
c) Meja, kursi pimpinan 1 unit
d) Meja, kursi administrasi 1 unit
e) Etalase 4 unit
f) Rak besi 20 unit
g) Lemari pendingin 1 unit
h) Filling Cabinet 1 unit
i) Cash Register 1 unit
j) Kalkulator 2 unit
k) Kotak Kas 1 unit
l) Komputer 1 unit
m) Telepon/Fax 1 unit
n) Sepeda motor 2 unit

Renovasi gedung/toko dilakukan agar didapatkan suasana toko yang lebih


nyaman dan membuat betah calon konsumen. Untuk tertib administrasi dan
proses pelayanan, Wira menggunakan jasa orang untuk membuat sistem
pembukuan, sistem database inventori, dan sistem pelayanan. Untuk itu
diperlukan biaya pengembangan sistem komputer.

9
Dalam hal pengisian barang dagangan, wira telah melakukan negosiasi dengan
beberapa agen dan distributor untuk memperpendek rantai distribusi.
Pembayaran pasokan barang tergantung pada jenis dan karakteristik barang,
bisa dilakukan tunai, kredit, atau konsinyasi.

10
Ill. RENCANA PENGELOLAAN USAHA

Berdasarkan omzet yang hendak dicapai dan sistem pelayanan yang menyerupai mini
market, Wira merencanakan merekrut 4 orang karyawan selain dirinya dengan
pembagian tugas sebagai berikut:

1. Seorang pimpinan toko sebagai pengelola usaha


2. Seorang kasir yang bertanggung jawab terhadap pembukuan dan proses
administrasi.
3. Seorang pramuniaga murni untuk melayani kebutuhan calon pembeli. 4.
4. Dua orang pramuniga yang merangkap petugas antar barang.

A. Perkiraan Kebutuhan Modal Investasi


Berdasarkan kebutuhan operasional usaha dan perlengkapan yang dibutuhkan dapat
dihitung perkiraan biaya investasi sebagai berikut:

Tabel 3
No. Jenis biaya Harga/uni Jumlah Harga (Rp) Penyusuta
t (Rp) Unit n
1. Renovasi gedung 5.000.000 1 5.000.000
2. Papan nama, perijinan 500.000 1 500.000
3. Meja, kursi kasir 900.000 1 900.000
4. Meja, kursi pimpinan 400.000 1 400.000
5. Meja, kursi administrasi 200.000 1 200.000
6. Etalase 500.000 4 2.000.000
7. Rak besi 200.000 20 4.000.000
8. Lemari pendingin 3.000.000 1 3.000.000
9. Filling cabinet 800.000 1 800.000
10. Cash register 4.000.000 1 4.000.000
11. Kalkulator 50.000 2 100.000
12. Kotak kas 200.000 1 200.000
13. Komputer 4.000.000 1 4.000.000
14. Telp/fax 300.000 1 300.000
15. Sepeda motor 8.000.000 2 16.000.000
Jumlah 41.400.000

Peralatan tersebut di atas diperkirakan mempunyai umur ekonomis 4 tahun.


--~

11
B. Perkiraan Biaya Operasi dan Modal Kerja

Biaya operasi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelolaan toko setiap
bulannya dengan rincian sebagai berikut: Dengan asumsi:
a) Potensi Pasar per bulan Rp.526.022.400 ………..(a)
b) Target Omzet (80% x a) Rp.420.817.920 ………..(b)
c) Target Omzet perhari (b:30) Rp.14.027.264 …………(c)
d) Pengadaan barang 4 kali setiap bulan ……..(d)
e) Hari kerja perbulan 30hari ……………………(e)
f) Rata-rata perputaran barang (e:d) 7,5 hari …………………. (f)
g) Harga pokok pembelian (90% x c) Rp.12.624.537 …………(g)
h) Modal kerja barang dagangan (g x f) Rp.94.864.032

Perkiraan Biaya Operasi

Tabel 4

Item Harga/unit Unit Jumlah/bulan

Pembelian barang dagangan 12.625.000 30 hari 378.750.000


Kemasan 10.000 30 hari 300.000
Sewa gedung Rp. 6 jt/ tahun 500.000
Gaji pegawai (5 orang) 2.000.000
Air, listrik, dan telepon 500.000
Alat tulis kantor 100.000
Pemeliharaan gedung 200.000
Biaya operasional kendaraan 140.000
Biaya pemeliharaan kendaraan 100.000
Total 382.590.000

Perkiraan Modal Kerja

Modal kerja adalah sejumlah dana tunai atau barang dagangan awal yang harus
ada sebelum toko mulai beroperasi. Dalam hal ini keperluan dana tetsebut akan
dipergunakan untuk membeli barang dagangan, kemasan, gaji pegawai, sewa

12
tempat dan cadangan uang tunai. Kebutuhan modal kerja untuk barang dagangan
dihitung dengan perkiraan berapa lama barang tertahan di toko sejak mulai
pembelian sampai barang tersebut terjual dan memperoleh pendapatan tunai.
Dalam kasus ini barang akan terjual dalam jangka waktu 7,5 hari. Karena usaha
perdagangan pada umumnya menciptakan pendapatan tunai dalam setiap transaksi
yang terjadi, maka pembelian barang berikutnya dibiayai.dari basil penjualan,
demikian seterusnya. Dengan demikian modal kerja untuk barang dagangan adalah
7,5 x Rp.12.625.000,- = Rp.94.687.500,-

Karena sewa gedung harus dibayar untuk 1 tahun dimuka, maka dana tunai awal
yang diperlukan adalah Rp.6.000.000,-.

Untuk gaji pegawai diperkirakan dari pendapatan tunai harian ditambah dana tunai
untuk 5 hari kerja sudah cukup untuk memenuhi pembayaran gaji pegawai bulan
pertama. Untuk bulan selanjutnya dana untuk gaji pegawai dapat dipenuhi dari
pendapatan penjualan. Modal kerja untuk gaji pegawai adalah 5/30 x Rp.2.000.000,-
= Rp.335.000,- (dibulatkan).

Dana cadangan dipersiapkan untuk pembiayaan keperluan yang mendadak diluar yang
telah direncanakan, biasanya 15% dari modal kerja untuk barang dagangan.

Kebutuhan modal kerja untuk memulai usaha perdagangan adalah sebagai berikut:

Tabel 5

Uraian Dana Tertahan Modal Kerja (Rp.)


Barang dagangan 7,5 hari 94.687.500
Kemasan 7,5 hari 75.000
Sewa gedung 12 bulan 6.000.000
Gaji pegawai 5 hari 335.000
Cadangan 14.200.000
Total modal kerja 115.297.500

Pembiayaan Investasi dan Modal Kerja

Perhitungan yang dilakukan Wira memberikan gambaran kebutuhan dana sebagai


berikut:

13
Tabel 6

Biaya investasi 41.400.000


Modal kerja 115.297.500
Total kebutuhan dana 156.697.500
Modal sendiri (modal disetor) 50.000.000
Pinjaman/kredit 106.697.500

Karena modal yang dimiliki Wira tidak mencukupi untuk membuka usaha, maka dia
harus mencari dana dari luar atau mengajukan kredit modal kerja ke Bank dengan
bunga 21 % per tahun.

C. Perhitungan Laba Rugi.

Setelah mendapatkan jumlah dana yang diperlukan untuk investasi dan modal
kerja. Wira kemudian melakukan perhitungan apakah usaha yang akan
dilakukannya dapat memberikan keuntungan atau kerugian.
Proyeksi Laba-rugi dibuat untuk jangka waktu 4 tahun sesuai dengan masa
pengembalian kredit dan umur ekonomis dari peralatan dan perlengkapan yang
dipakai. Pendapatan dari penjualan diasumsikan meningkat 15 % setiap tahunnya
sedangkan sewa gedung meningkat 10 % per tahun.

Perkiraan laba-rugi dihitung sebagai berikut (dalam juta rupiah):

Tabel 7

Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Total


Penjualan (g=15% / 5.050 5.807,5 6.678,6 7.680,5 25.216,6
tahun)
Harga pokok pembelian 4.544,8 5.226,7 6.010,7 6.912,4 22.694,6
Biaya penjualan 40,1 44,1 48,5 53,3 186

14
Laba kotor 465,1 536,7 619,4 714,8 2336
Sewa gedung 6 6,6 7,3 8 27,9
Biaya listrik dll 6 6 6 6 24
Pemeliharaan 1,2 1,2 1,2 1,2 4,8
kendaraan
Laba operasional 451,9 522,9 604,9 699,6 2279,3
Biaya lain-lain
Biaya penyusutan 10,35 10,35 10,35 10,35 41,4
Bunga pinjaman 24,5 20.1 14,6 8 68,1
Laba bersih sebelum 41705 492,45 579,95 681,25 2.170,7
pajak

Perhitungan arus Kas

Setelah laba-rugi dihitung, Wira menghitung arus kas yang mungkin terjadi pada
usahanya. Proyeksi arus kas ini bagian tak terpisahkan dari proyeksi laba rugi,
sebab kadang-kadang usaha merugi, tetapi secara arus kas positif. Bila arus kas
negatif, maka harus diupayakan adanya tambahan dana baru baik berupa pinjaman
atau modal sendiri, sebab pada dasamya kas tidak boleh negatif.
Dengan menghitung arus kas, Wira lebih dapat melihat kondisi keuangan tunai secara
lebih nyata
Proyeksi Arus Kas (dalam Juta Rupiah )

Tabel 8

Uraian Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4


Penerimaan kas
-Penjualan 5.050 5.807,5 6.678,6 7.680,5
Pengeluaran kas
-Harga pokok pembelian 4.544,8 5.226,7 6.010,7 6.912,4

15
-biaya penjualan 40,1 44,1 48,5 53,3
-Sewa gedung 6 6 6,6 7,3 8
-Biaya listrik dll 6 6 6 6
-Bunga pinjaman 24,5 20,1 14,6 8
Jumlah operasi dan 6 4.621,4 5.304,4 6.087,1 6.987,7
umum
Ivestasi 41,4
Jumlah pengeluaran kas 47,4 4.621,4 5.304,4 6.087,1 6.987,7
Surplus / devisit -47,4 428,6 503,1 591,5 692,8
Kas awal 0 119,3 148,5 177,7 206,9
Modal disetor 50
Kredit investasi & modal 106.7
kerja
Angsuran kredit 29,2 29,2 29,2 29,2
Kas akhir 119,3 148,5 177,7 206,9 236,1
Kas netto -156,7 428,6 503,1 591,5 692,8
Akumulasi kas 271,9 775 1.366,5 2.059,3

16
IV. ANALISA KELAYAKAN USAHA

Sebenarnya banyak cara untuk melihat apakah suatu rencana usaha layak untuk
diteruskan atau tidak. Tetapi secara umum kelayakan usaha dilihat pertama kali
dari potensi pasarnya. Dari perhitungan yang dilakukan Wira nampak bahwa usaha
yang akan dilakukan memiliki prospek pasar dan layak.
Setelah aspek pasar, berikutnya adalah aspek teknis dan pengelolaan usaha. Teryata
usaha ini secara teknis dapat diusahakan dan dapat dikelola dengan tenaga yang
ada.
Analisa kelayakan usaha terpenting adalah dilihat dari aspek keuangannya. Ada
beberapa ukuran yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
untuk menyatakan apakah suatu rencana usaha atau kegiatan investasi layak
untuk dijalankan.
Untuk suatu usaha dengan umur ekonomis kurang dari lima tahun dapat digunakan
undiscount criteria yaitu suatu perhitungan keuangan yang tidak
mempermasalahkan nilai sekarang dari suatu pendapatan dimasa mendatang.
Ukuran kelayakan yang dipergunakan untuk kriteria tersebut adalah:

1. Marginal Efficiency of Capital ( MEC )


MEC adalah perbandingan perkiraan laba rata-rata terhadap modal awal suatu usaha.
Bila MEC yang dihitung lebih besar dari 1 ( MEC > 1 ), maka investasi dianggap
layak untuk dilanjutkan.
Dari proyeksi laba rugi yang dihitung Wira, diperoleh MEC sebagai berikut:

MEC = Laba rata-total Modal usaha = 542,8/156,7 = 3,46

2. Payback Period

17
Payback period merupakan salah suatu penilaian investasi berdasarkan periode
pelunasan biaya investasi oleh kas netto- selisih pendapatan terhadap
pengeluaran dikurangi biaya investasi dan modal kerja dari suatu usaha (
periode tercapainya besarnya kas netto sama dengan modal awal usaha ).
Dari proyeksi arus kas, kas netto tahun ke 0 hanya menunjukan modal awal
usaha atau biaya investasi dan modal kerja karena belum terjadi pendapatan
dan pengeluaran, sedangkan akumulasi kas adalah penjumlahan antara biaya
investasi dengan kas netto setiap tabunnya. Dari perhitungan akumulasi kas
terlihat bahwa pada tahun pertama akumulasi kas telah menunjukan nilai positif
yang berarti bahwa biaya investasi dan modal kerja sudah dapat dikembalikan
pada tabun tersebut.

Perhitungan payback period adalah sebagai berikut:

Payback period = 156,7/428,6 x 12 = 4,39 bln

artinya biaya investasi dan modal kerja dari usaha yang akan dilakukan Wira
sudah dapat dikembalikan pada sebelum bulan ke 5 usahanya berjalan. Dengan
perkataan lain, usaha yang akan dijalankan Wira sangat layak untuk dilanjutkan.

Selain ukuran kelayakan tersebut di atas, untuk rencana usaha jangka panjang
sebaiknya menggunakan discount kriteria yang mempermasalahkan berapa nilai
sekarang dari suatu pendapatan yang diterima di masa mendatang (NPV). Pada
kasus usaha Wira, umur ekonomis barang investasi adalah 4 tahun sehingga
ukuran kelayakan undiscount criteria sudah cukup memadai.

Selain itu dari akumulasi arus kas sampai tabun ke 4 diperoleh kas akhir sebesar
Rp.236, I juta. Bila tabun ke 5 harus dilakukan investasi ulang dengan kenaikan
15 %, maka biaya investasi dan modal kerja yang harus dikeluarkan adalah
sebesar:

115% x Rp.156,7 juta = Rp.180,2 juta

18
dan masih tersisa kas sebesar Rp.236, I - Rp.180,2 = Rp.55,9 juta.
Dari perhitungan ini temyata usaha yang dilakukan Wira mampu menyisihkan kas bagi
pemiliknya sebesar Rp.55,9 juta selama 4 tabun.
Dengan dua ukuran kelayakan tersebut, sudah cukup memberikan gambaran awal
terhadap kelayakan usaha yang dilakukan Wira.

Selamat berbisnis semoga sukses

Moh. Hamdani
Balai Inkubator Teknologi BPPT
Email: cak_ham@yahoo.com
Telp. 08129536772

19

Anda mungkin juga menyukai