Anda di halaman 1dari 14

PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

Vol. 3 No. 4, Agustus 2020

PERENCANAAN BARANG LOGISTIK NON MEDIK DI SUB BAGIAN


PPTK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LEUWILIANG KABUPATEN
BOGOR PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2019

Dilla Angesti1) dan Eny Dwimawati2)

1)
Konsentrasi Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK), Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ibn Khaldun Bogor. Email: dillaangesti@gmail.com
2)
Konsentrasi Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK), Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ibn Khaldun Bogor. Email: enydwisutomo@gmail.com

Abstrak
Mencegah terjadinya kekosongan (Stock Out) dan kelebihan (Over Stock) di gudang penyimpanan
logistik non medik serta kebutuhan yang sesuai dengan keinginan satuan kerja maka perlu
memperhatikan perencanaan logistik non medik. Skripsi ini membahas tentang perencanaan logistik
non medik yang selama ini dilakukan oleh sub bagian PPTK dengan menggunakan pendekatan
sistem. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam, observasi
dan telaah dokumen serta menggunakan Informan sebanyak 5 orang. Hasil penelitian menunjukan
bahwa sumber daya manusia yang berkaitan dengan perencanaan logistik non medik sudah
mencukupi. Terdapat prosedur tetap yang dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.
Saran dari peneliti adalah memberikan pelatihan kepada semua staff perencanaan logistik non
medik khususnya, meningkatkan dan perbaikan secara berkala sarana dan prasarana.
Penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan, melakukan koordinasi secara optimal dengan
seluruh satuan kerja tentang kebutuhan dan menggunakan metode perhitungan safety stock.

Kata Kunci: Perencanaan, Logistik Nonmedik, PPTK Rumah Sakit Umum Daerah

Pendahuluan
Manajemen logistik adalah kumpulan kebutuhan vital yang sangat penting
aktivitas seperti merencanakan, kegunaannya, namun disisi lain barang
mengorganisir dan mengawasi seluruh logistik non medik pun penting untuk
diperhatikan karena logistik ini adalah
kegiatan pengadaan, pencatatan,
perlengkapan penunjang dalam
pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan menyempurnakan dan melengkapi pelayanan
dan penghapusan logistik yang bertujuan di rumah sakit seperti dalam hal pelayanan
untuk mendukung tujuan organisasi agar lebih administrasi, perkantoran, ataupun hal-hal
efektif dan efisien (Dwiantara dan Rumsari, lain yang berkaitan dengan pasien atau pun
2004). pegawai rumah sakit dalam menjalankan
Semua dari segala aktivitas tersebut kegiatan operasionalnya. Banyak rumah sakit
saling berkaitan satu sama lain demi didalam perencanaan logistiknya belum
memberikan kelancaran dalam sebuah memenuhi standar, dilihat dari sering
pelayanan ke dalam satuan kerja yang terjadinya kekosongan stok barang atau
membutuhkan. Alat-alat medis dan obat- kelebihan stok barang di gudang logistik yang
obatan disebuah rumah sakit merupakan suatu akan menganggu dari pelayanannya,
administrasi maupun dari perencanaan, hal ini

334
http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR
apabila dibiarkan akan memberikan efek Keputusan Menteri Kesehatan Republik
kerugian untuk rumah sakit. Indonesia Nomor NK.03.05/I/76940.2010
Logistik non medik adalah alat tentang penetapan kelas Rumah Sakit Umum
penggerak rumah sakit dalam memberikan
Daerah Lewiliang Kabupaten Bogor.
pelayanan untuk pasien ataupun pegawai
dimana bagian perencanaan atau manajemen RSUD Leuwiliang resmi mendapatkan
harus memperhatikan kualitas dan kuantitas Akreditasi Rumah Sakit tipe C dengan
barang logistik non medik ini menjadi sesuai predikat Lulus Tingkat Dasar yaitu pada
dengan kebutuhan unit kerja di rumah sakit tanggal 29 Juni 2012 yaitu pelayanan Medis,
serta total biaya yang dikeluarkan. Hal ini Keperawatan, Manajemen Instalasi Gawat
karena dapat dijadikan tolak ukur Darurat dan Rekam Medis dengan masa
keberhasilan yang dicapai rumah sakit dalam
berlaku sampai tanggal 25 Juni 2015. RSUD
bidang manajemennya. (Imron, 2009).
Adapun kebutuhan barang logistik non Leuwiliang juga telah mendapatkan status
medik di RSUD Leuwiliang terbagi atas dua, sebagai rumah sakit yang mendapat status
diantaranya adalah barang modal dan barang BLUD dengan diterbitkan nya SK Bupati
habis pakai, barang modal seperti barang Nomor: 900/169.Kpts/Per-UU/2014 Tanggal
inventaris sedangkan barang habis pakai 23 Februari Tahun 2014. Ketenagaan yang
antara lain adalah Alat Tulis Kantor (ATK), ada pada RSUD Leuwiliang yaitu Pegawai
Alat Rumah Tangga (ART), Alat Negeri Sipil (PNS) berjumlah 137 orang,
perlengkapan kantor, cetakan untuk rekam Pegawai Tidak Tetap (PTT) berjumlah 96
medik, administrasi dan lain-lain. Banyak orang, Pegawai KK/BLUD Leuwiliang
atau tidaknya barang logistik non medik ini berjumlah 317 orang, hingga jumlah seluruh
dipengaruhi dari pelayanan dan tipe rumah pegawai di RSUD Leuwiliang keseluruhan
sakit, dan juga isu kesehatan yang sering adalah sebanyak 550 orang.
terjadi diwilayah masyarakat juga Dari banyaknya jumlah permintaan
mempengaruhi jenis pelayanan yang kebutuhan dari satuan kerja maka tim
diberikan, maka semakin tinggi tipe rumah perencanaan logistik non medik harus
sakit, semakin banyak juga jenis pelayanan melakukan penyusunan kegiatan dengan
serta pola kecenderungan penyakit yang ada sebaik-baiknya agar barang yang dibutuhkan
di masyarakat semuanya mempengaruhi selalu tersedia di gudang dan sesuai dengan
diperencanaan logistik non medik. Oleh kebutuhan dan ketetapan perencanaan.
karena itu, manajemen perencanaan harus Perencanaan logistik merupakan
mempersiapkan sekaligus memperhatikan merencanakan kebutuhan logistik yang
ketersediaan logistik non medik di rumah pelaksaannya dilakukan oleh semua calon
sakit sesuai dengan permintaan kebutuhan pemakai (User) kemudian diajukan dengan
dari satuan kerja. alur yang berlaku disetiap organisasi
Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang (Mustikasari, 2007). Perencanaan logistik non
merupakan rumah sakit yang berdiri pada medik adalah kegiatan perencanaan
tahun 2001 dengan Keputusan Bupati Bogor kebutuhan logistik non medik secara tegas
Nomor 445/135/Kpts/Per-UU/2017 tentang dan juga tertulis memuat nama, jenis barang,
pemberian ijin penyelenggaraan Rumah Sakit jumlah, waktu yang dibutuhkan, serta dana
Umum Daerah Leuwiliang atas nama Dinas yang dikeluarkan (Imron, 2009).
Kesehatan Pemerintah Kabupaten Bogor di Berdasarkan wawancara dengan Kepala
Desa Cibeber Kecamatan Leuwiliang. sub bagian PPTK masih sering ditemukan
masalah dalam membuat perencanaan yang

335
akan memperlambat proses perencanaan permintaan tanpa mengelola nya dengan baik
logistik non medik tersebut, seperti sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi
perubahan-perubahan permintaan dari satuan dalam pelaporannya. Beberapa kendala lain
kerja secara mendadak dengan berbagai yang terjadi dalam perencanaan logistik non
kendala yang muncul kemungkinan medik adalah dana yang tersedia sedikit
mempengaruhi dalam perencanaan sehingga sedangkan pengajuan barang logistiknya
berdampak pada waktu yang menjadi lama banyak. Dampak dari perencanaan yang
dan tidak efisien, dan juga beberapa analisa kurang baik adalah kekosongan atau
yang belum dikaji kegunaan serta manfaat kelebihan stok di gudang penyimpanan
nya, karena dari satuan kerja hanya membuat logistik non medik.

Metode Penelitian
Penelitian mengenai analisis pasti, yang menjadi pegangan selanjutnya
perencanaan barang logistik non medik di sub selama penelitian (Nasution 1992).
bagian PPTK RSUD Leuwiliang Peneliti menggunakan metode kualitatif
menggunakan metode penelitian kualitatif. karena diharapkan mendapatkan informasi
Metode penelitian kualitatif adalah prosedur yang mendalam mengenai gambaran
penelitian yang menghasilkan data deskriftif perencanaan barang logistik non medik di sub
kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan bagian PPTK RSUD Leuwiliang melalui
dari orang-orang dan perilaku yang diamati wawancara dengan pihak terkait, observasi di
(Bogdan dan Taylor 1993). Desain penelitian sub bagian PPTK dan gudang logistik dan
kualitatif pada umumnya belum dapat menelaah dokumen.
direncanakan secara terperinci, lengkap dan

Hasil Penelitian
Dari segi pendidikan, keterampilan dan “cukup sesuai, karena rata-rata disini
lama kerja SDM yang ada di sub bagian SDM nya sudah mendapatkan
PPTK berdasarkan tabel diatas pendidikan pelatihan” (Informan I)
SDM yang ada minimal berpendidikan SLTA
atau menengah atas dan menurut informan I, “ada beberapa yang belum memenuhi,
informan III, dan informan IV cukup sesuai khusus nya untuk pendidikan terakhir
SLTA masih harus melewati beberapa
dan memadai karena pekerjaan adalah bersifat
proses” (Informan II )
umum yang tidak memerlukan keterampilan
khusus. Namun menurut informan II, “tidak perlu ada kriteria khusus, kalo
pendidikan SDM yang ada belum memenuhi sudah di lapangan semua keterampilan
harus ditambah keahlian tentang manajemen nya sama” (Informan III)
membuat perencanaan. Berikut adalah hasil
wawancara dengan informan I, II, III , IV dan “pendidikan saya sesuai lah untuk
pemahaman dan keterampilan”
V mengenai pendidikan, keterampilan dan
(Informan IV)
lama kerja :
Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan kualitas SDM yang ada di sub
bagian PPTK perlu diadakan pelatihan
mengenai perencanaan atau yang berkaitan

336
dengan manajemen logistik non medik di informan 3 sarana saat sudah baik karena
rumah sakit. Berdasarkan wawancara untuk sudah menerapkan sistem komputerisasi
program pelatihan atau pendidikan tidak namun kelemahan nya adalah dari spesifikasi
semuanya SDM yang ada mengikuti, hanya perangkat nya harus diganti demi menunjang
salah satu SDM yang terpilih bisa mengikuti fleksibilitas. Hal ini seperti diungkapkan oleh
seminar dan pelatihan baik dalam rumah sakit informan I, informan II, informan III, dan
maupun di luar rumah sakit. Pelatihan informan IV, informan V dalam menjawab
eksternal tersebut berupa seminar-seminar pertanyaan tentang sarana dan prasarana yang
mengenai pencatatan dan perencanaan, menunjang dalam perencanaan logistik non
mengenai pengelolaan barang untuk unit medik :
gudang logistik yang biasanya diadakan oleh
Kementrian Kesehatan atau pelatihan internal “sesuai, sudah optimal dan memadai”
mengenai sistem akuntasi dan administrasi di (Informan I)
rumah sakit. Menurut informan I dan infoman
II, pelatihan dilakukan 3 bulan sekali dalam
setahun. Berikut hasil wawancara dengan “server kadang suka error aja neng,
informan I,II,III,IV dan V mengenai program mungkin perlu juga nih diuprgrade”
pelatihan pendidikan untuk SDM di sub (Informan II)
bagian PPTK :
“sarana nya sudah optimal, semua
“kami sih ikut pelatihan bisa 3 kali sudah bisa kita pantau melalui aplikasi
dalam setahun tuh (Informan I) atau web” (Informan III)

“ada pelatihan tapi terkadang ga bisa “sejauh ini sudah beroperasi dengan
semuanya ikut, karena harus dipilih” baik” (Informan IV)
(Informan II)
“sudah sesuai dan terstruktur”
“lumayan lah dari pelatihan itu kita (Informan V)
mendapat ilmu baru,” (Informan III)
Sumber dana yang digunakan untuk
“saya ikut pelatihan waktu 3 hari dan perencanaan pengadaan barang logistik non
menambah pengetahuan teknologi medik di sub bagian PPTK RSUD Leuwiliang
juga” ( Informan IV) tahun 2019 berasal dari pendapatan rumah
sakit dan BLUD serta APBD/DAK.
“semua udah termasuk saya Pendapatan rumah sakit yaitu berasal dari
juga”(Informan V) biaya pasien rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat. Dana disesuaikan dengan
Sarana dan prasarana yang menunjang jumlah dan harga barang yang dikeluarkan
dalam kegiatan perencanaan adalah komputer, atas usulan permintaan satuan kerja yang
internet dan ATK. Berdasarkan wawancara
tercantum dalam Form Permintaan Barang.
dengan informan 1 dan 4 saran dan prasarana
cukup memadai namun menurut informan 2 Dana yang dikeluarkan dapat berubah
komputer yang ada masih kurang sistem dipengaruhi oleh sumber dana tersebut.
aplikasi dan wireless yang ada masih belum Berikut adalah pernyataan dari informan
berjalan secara optimal karena dalam I,II,III dan IV dalam menjawab pertanyaan
perencanaan memerlukan data referensi mengenai dana dan sumber dana untuk proses
spesifikasi barang seperti ukuran jenis dan perencanaan logistik non medik :
harga pasar melalui media internet. Menurut

337
“perencanaan dilakukan dalam 4 kali
“ada, kita sudah ada BLUD dan ada dalam setahun, untuk barang-barang
juga yang berasal dari APBN dan yang cepat rusak dan habis pakai, untuk
APBD” (Informan I) 1 tahun itu contoh kayak barang
inventaris” (Informan II)
“iya dari BLUD tapi kalo rumah sakit
tidak mampu untuk membelanjakan “kita menyediakan sesuai dengan
sesuatu karna sebuah kendala, itu dana permintaan dari satuan kerja aja”
nya dari DAK” (Informan II) (Informan III)

“iya anggaran dari pendapatan rumah “yang bagus itu kan menuruti prosedur,
sakit dan BLUD” (Informan III) kalo barang yang habis pakai itu 4 kali
dalam setahun, beda dengan barang
“sumber dana bisa dari BLUD dan inventaris itu hanya 1 kali” (Informan
APBD” (Informan IV) IV)

“anggaran khusus kita ada sumbernya “sesuai dengan prosedur, kita


dari BLUD” (Informan V). mengadakan barang logistik khusus nya
non medik ada ketentuannya”
Perencanaan logistik non medik yang (Informan V).
baik adalah perencanaan yang disesuaikan
dengan kebutuhan satuan kerja yang Menurut informasi dari infoman I,
dilaksanakan sesuai dengan jenis, jumlahnya struktur organisasi telah terbentuk sejak tahun
tidak lebih, dan tidak kurang serta tepat waktu 2010. Struktur organisasi yang ada sudah
dalam pelaksanaan nya berdasarkan prosedur memperjelaskan alur mengenai pembuatan
yang ditetapkan (Mustikasari, 2007). perencanaan, pengadaan barang non medik
Perencanaan logistik non medik di RSUD yang bisa dijadikan acuan dalam melakukan
Leuwiliang berdasarkan atas permintaan kegiatan pembuatan perencanaan. Berikut
seluruh satuan kerja. Perencanaan logistik non pernyataan dari informan I,II,III ,IV dan V
medik dilakukan 4 kali dalam setahun, bagian dalam menjawab pertanyaan mengenai
PPTK membuat perencanaan setiap 3 bulan struktur organisasi :
sekali. Logistik yang sifat nya rutin dan
mudah rusak dilakukan perencanaan setiap 3
“iya ada, sejak tahun 2010 kalau tidak
bulan sekali sedangkan barang inventaris
dilakukan perencanaan setiap 1 tahun sekali salah.. dan sudah cukup jelas mengenai
atau sesuai dengan permintaan satuan kerja strukturnya” (informan I)
yang membutuhkan. Berikut pernyataan dari
informan I,II,III,IV dan V dalam menjawab “sudah diatur sejak lama itu”
pertanyaan mengenai perencanaan yang baik (Informan II)
dan perencanaan yang dilakukan berapa kali
dalam setahun
“sudah ada, sudah di perbaharui juga”
(Informan III)
“perencanaan disesuaikan dengan…
dilakukan pertriwulan atau 4 kali dalam
“iya mungkin sudah lama ya.. iya iya”
setahun” (Informan I)
(Informan IV)

338
“sudah di tentukan sejak lama” dari setiap awal bulan 10% per tri
(Informan V) wulan berjalan terus” (Informan I)

Dalam pngelolaannya terutama dalam “kebutuhan safety stock untuk 3 bulan


pengelolaan mengenai jumlah barang yang tersedia untuk 4 bulan juga bisa dilihat
harus disediakan, bagian PPTK RSUD di data persediaan” (Informan II)
Leuwiliang telah memiliki model perhitungan
sendiri untuk menjaga agar persediaan barang
yang ada di gudang penyimpanan, selalu “iya dihitung dulu, dengan menambah
aman, persediaan yang ada tidak kekurangan 10% juga bisa dilihat dari kartu
dan tidak melebihi jumlah maksimal stock persediaan” (Informan III)
yang telah ada. Petugas perencanaan
membuat safety stock dengan menambah 10% “misalnya perencanaan untuk bulan
dari jumlah permintaan kebutuhan dari satuan januari sampe maret kita
kerja.
mengusahakan bulan april tersedia
“hanya menambah 10% dari jumlah juga” (Informan IV)
kebutuhan permintaan, untuk
mengetahuinya per tri wulan ditambah

Pembahasan
Penelitian ini menggunakan data primer informan baik informan untuk sub bagian
dan data sekunder. Data primer didapatkan PPTK dan unit penunjang lain nya masih
dari sub bagian PPTK sehingga ketepatan kurang terstruktur sehingga informasi yang
didapat penulis masih kurang.
data sepenuhnya tergantung dari sub bagian
PPTK tersebut. Tidak semua data yang Berikut adalah beberapa keterbatasan
menunjang penelitian ini dapat diperoleh dalam penelitian:
ditempat penelitian karena adanya data yang 1. Menurut Handoko (2010), cukup
belum pernah disusun atau didokumentasikan tidaknya karyawan didasarkan pada
secara sistematik. Mengenai data sample yang analisa jabatan dan struktur organisasi
digunakan dalam hasil penelitian, penulis yang ada. Meskipun dalam analisa
menggunakan sampel acak, yang berart data jabatan tersebut hanya ditetapkan jumlah
tersebut didapat secara langsung dari sub karyawan yang dibutuhkan secara tepat.
bagian PPTK tanpa menggunakan metode- Berdasarkan analisa dan jabatan dan
metode ilmiah, hal ini dikarenakan adanya struktur organisasi yang ada di sub
keterbatasan penulis dalam mendapatkan data bagian PPTK, 1 orang Kepala
yang utuh yang diperlukan dalam penelitian Perencanaan dan pelaporan, 1 orang
ini. pelaksanaan penganggaran, 2 orang
Data primer diperoleh melalui bagian pelaksanaan, 1 orang bagian
wawancara mendalam dengan para informan,
monitoring dan evaluasi lalu 3 orang
sehingga banyak fakto subyektf yang
mempengaruhinya, baik dari pihak peneliti bagian pelaporan perlengkapan. Oleh
sendiri. Pertanyaan yang dibuat oleh peneliti karena itu, meskipun saat ini belum ada
masih kurang dalam menggali informasi standar tenaga untuk uraian tugas sub
mendalam mengenai perencanaan logistik non bagian PPTK, maka dengan mengacu
medik. Dalam membuat pertanyaan untuk pada struktur organisasi, dengan uraian

339
tugas maka jumlah yang saat ini cukup organisasi dan hubungan manusiawi
memadai. Menurut Siagian (1992), dalam kelompok kerja. Staff sub bagian
proses perencanaan dilakukan oleh semua PPTK RSUD Leuwiliang yang ada belum
tingkat dalam organisasi, sedangkan pernah mendapatkan pelatihan.
fungsi perencanaan dalam manajemen 2. Tedjakusnadi (2002), berpendapat bahwa
logistik merupakan salah satu dari sub jika kebijakan adalah niat, maka prosedur
sistem aktifitas perencanaan keseluruhan. adalah tata cara untuk melihat prosedur
Sumber daya manusia yang berkualitas yang ada. Fungsi utama dari prosedur
sangatlah diperlukan agar tidak terjadi adalah menyiakan predeterminan course
permasalahan dalam pelaksanaannya of action atau dengan kata lain, sebuah
yaitu kelebihan dan kekurangan di sub solusi pada masalah yang membutuhkan
bagian PPTK. keputusan yang terus-menerus.
Menurut Desseler (2005), pelatihan Prosedur yang dimaksud adalah
adalah proses mengajarkan karyawan cara yang dipakai dalam proses
baru atau yang sudah ada sekarang. perencanaan logistik non medik di sub
Keterampilan dasar yang mereka bagian PPTK sebagai pedoman atas dasar
butuhkan untuk menjalankan pelaksanaan kegiatan perencanaan
pekerjaannya. Perbaikan mutu sering logistik non medik. Prosedur tetap
menuntut pelatihan karena program perencanaan logistik non medik di RSUD
peningkatan mutu mengandalkan Leuwiliang Bogor sudah tersusun dengan
karyawan untuk dapat berpikir kritis dilakukan perevisian oleh bagian yang
untuk memperbaiki kualitas terkait. Prosedur perencanaan pengadaan
pekerjaannya. barang non medik di RSUD Leuwiliang
Menurut Stoner (1996) pelatihan terbit pada tanggal 30 Desember 2010
dimaksudkan juga untuk menyesuaikan dengan nomor dokumen
diri dengan kebutuhan-kebutuhan baru HK.03.05.1.2862 yang ditetapkan oleh
atas sikap, tingkah laku, keterampilan dan Direktur Utama RSUD Leuwiliang
pengetahuan dengan tuntutan perubahan Bogor.
misalnya perubahan teknologi dan 3. Menurut Budiman (2008), sarana
metode kerja. komputer akan mempermudah
Metode ini mengharuskan pengelolaan barang dari pengolahan data
karyawan melakukan sejumlah pekerjaan sampai pelaporan. Dari hasil wawancara
dalam periode tertentu, sehingga dapat dan observasi, diketahui bahwa sudah ada
belajar berbagai macam keterampilan. sarana komputer dan dilengkapi dengan
Karyawan baru dilatih dibawah internet dan sudah dilengkapi sistem IT
bimbingan rekan sekerja. Hal ini juga yang mendukung dalam perencanaan
yang dilakukan di sub bagian PPTK logistik non medik di sub bagian PPTK.
RSUD Leuwiliang Bogor. namun sarana dan prasarana tersebut
Pelatihan dan pengembangan masih belum berjalan secara optimal.
memiliki berbagai manfaat karir jangka Sistem IT yang ada sering mengalami
panjang yang membantu pegawai untuk error pada saat kegiatan dan internet juga
tanggung jawab yang lebih besar dimasa dipasang atas inisiatif sendiri dari sub
yang akan datang. Pelatihan tidak hanya bagian PPTK.
penting bagi individu, tetapi juga bagi

340
Gudang penyimpanan RSUD kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk
Leuwiliang terletak dekat dengan ruang disesuaikan dengan besarnya pembiayaan
staff sub bagian PPTK sehingga staff dari dana yang tersedia. Dengan
dapat dengan mudah mengontrol mengetahui hambatan-hambatan dari
persediaan yang ada pada saat itu. keterbatasan yang dikaji secara seksama,
Perencanaan logistik non medik juga maka anggaran tersebut merupakan
mengecek fisik secara berlangsung anggaran yang dapat diandalkan.
berapa stok persediaan yang ada di Menurut Subagya (1996) anggaran
gudang penyimpanan. yang dibutuhkan untuk menyempurnakan
Dinilai dari suhu ruang gudang anggaran perlengkapan atau logistik non
medik yaitu anggaran pembelian,
hanya diberi exhausted fan yang
anggaran perbaikan dan pemeliharaan,
terkadang kurang memberikan anggaran penyimpanan dan
Kenyamanan saat beraktfitas, penerangan pendistribusian, anggaran penelitian dan
yang kurang disalah satu tempat pengembangan barang, anggaran
penyimpanan logistik non medik, tata penyempurnaan administrasi barang,
letak juga masih tidak sesuai dengan anggaran pengawasan barang dan
tempat penyimpanan logistik non medik anggaran penyediaan dan peningkatan
mutu personil.
yang dibuat. Oleh karena itu perlu ada
Walaupun sub bagian PPTK sudah
perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan
memiliki dana yang akan dikeluarkan
kelancaran proses pelayanan di sub
untuk memenuhi kebutuhan logistik non
bagian Gudang logistik ini.
medik dan direncanakan secara seksama,
Menurut Azwar (1996), salah satu
namun dana yang dibutuhkan terkadang
aspek penting dalam tersedianya fasilitas,
masih kurang, sehingga sub bagian PPTK
yaitu sarana dan peralatan yang dapat
harus menggunakan anggaran yang
dipakai untuk kelancaran perencanaan
diberikan dengan sebaik-baiknya, agar
tersebut. Dengan demikian peningkatan
pengusulan permintaan logistik non
sarana bagi keperluan perencanaan
medik dari satuan kerja sesuai dengan
logistik non medik di sub bagian PPTK
kebutuhan baik jenis dan jumlahnya.
RSUD leuwiliang perlu dilakukan untuk
5. Menurut Tedjakusnadi (2002)
menjamin kelancaran kegiatan
mengemukakan bahwa perencanaan
pengelolaan logistik. Peningkatan sarana
adalah proses penentuan penggunaan
tersebut dapat dilakukan dengan cara
sumber daya yang tersedia agar dapat
meng-upgrade sarana yang telah ada
dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
dengan menggunakan dana operasional
Selain merencanakan kebutuhan
sub bagian PPTK.
berdasarkan perkiraan dari permintaan
4. Menurut Subagya (1996) penganggaran
sebelumnya, juga dilakukan berdasarkan
adalah semua kegiatan dan usaha untuk
pada permintaan yang terjadi. Di sub
merumuskan perincian dan penentuan
bagian PPTK RSUD Leuwiliang
kebutuhan dalam suatu skala tertentu,
ketidaksesuaian kebutuhan permintaan
yaitu skala mata uang dan jumlah biaya
dari satuan kerja yang buat oleh tim
dengan memperhatikan pengarahan dan
perencanaan logistik non medik
pembatasan yang berlaku baginya. Dalam
disebabkan karena selama ini petugas
fungsi penganggaran semua rencana dan
pembuat perencanaan hanya
fungsi-fungsi perencanaan dan penentuan

341
menggunakan perkiraan-perkiraan dari sudah terdokumentasi secara rapih dan
pemakaian bulan-bulan sebelumnya dan dibakukan oleh Direktur Utama RSUD
melihat sisa stok persediaan yang ada di Leuwiliang. Selain itu sub bagian PPTK
gudang penyimpanan apakah masih sudah mempunyai tujuan, nilai-nilai dan
mencukupi atau tidak. Jika diperhatikan, kebijakan yang jelas yang disesuaikan
dapat disimpulkan bahwa staff sub bagian dengan Bagian Umum.
PPTK bukan berdasarkan standar Menurut Siagian (2008), dalam
perhitungan kebutuhan yang baku. Tanpa membentuk atau menjalankan organisasi
menggunakan metode perhitungan yang maka agar organisasi tersebut dapat
baku menghasilkan data yang kurang berfungsi dengan optimal dalam
akurat serta informasi yang dibutuhkan mencapai tujuan perlu diperhatikan
untuk menunjang kegiatan perencanaan prinsip-prinsip organisasi yaitu dengan
yang baik juga masih kurang dari yang tujuan yang jelas. Tujuan yang mudah
dibutuhkan. dipahami oleh setiap indivdu, perumusan
6. Menurut Hasibuan (2001), bahwa tugas pokok dan fungsi yang jelas,
organisasi merupakan suatu sistem prinsip bagian habis tugas, prinsip
perserikatan formal, berstruktur dan koordinasi, intelejensi dan sinkronisasi,
terkoordinasi, sekelompok orang yang prinsip kontituinitas, prinsip
bekerjasama dalam mencapai tujuan kesederhanaan,prinsip fleksibilitas,
tertentu. prinsip pendelegasian wewenang secara
Menurut Depkes (1990) organisasi jelas, adanya kesatuan arah dan perintah
adalah suatu sistem usaha kerjasama dari dan adanya distribusi tugas pekerjaan.
sekelompok orang untuk mencapai tujuan 7. Safety stock atau persediaan pengguna
bersama. adalah jumlah persediaan bahan
Organisasi sebagai fungsi minimum yang harus dimiliki oleh
manajemen adalah sangat dinamis dan perusahaan untuk menjaga kemungkinan
tergantung kemampuan para keterlambatan datangnya bahan baku.
pengelolanya. Sehingga tidak terjadi stagnansi. Safety
Pada dasarnya sub bagian PPTK stock merupakan bagian dari persediaan
RSUD Leuwiliang telah mempunyai yang digunakan sebagai cadangan untuk
struktur organisasi sendiri yang mencegah terjadinya kekurangan
diperkirakan telah terbentuk sejak awal persediaan (Stock Out) yang disebabkan
rumah sakit berdiri tetapi struktur karena ketidakpastian dalam permintaan
tersebut sudah mengalami revisi-revisi maupun proses supply. Proses supply
dari tahun ke tahun untuk meningkatkan yang dimaksud disini adalah waktu
mutu pelayanan akan yang akan penerimaaan pesanan dari supplier (lead
diberikan. Struktur organisasi yang time pemesanan). Dalam kenyataannya
terbaru berlaku sejak tanggal 16 Agustus kelebihan persediaan diakibatkan
2017 dengan nomor: perencanaan yang kurang tepat mengenai
HK.03.05/II.I/1145/2017 berdasarkan persediaan pengaman (Bowersox, 2000).
Surat Keputusan Direktur Utama RSUD Menurut hasil wawancara dan
Leuwiliang tentang struktur organisasi observsi, sub bagian PPTK kurang
sub bagian PPTK berada di bawah memiliki data mengenai safety stock
Bagian Umum. Dan sub bagian PPTK untuk logistik non medik rutin setiap

342
bulannya. Metode perhitungan safety tanpa adanya pengeluaran biaya
stock tersebut masih kurang sesuai persediaan yang terlalu berlebihan dan
dengan metode perhitungan yang kerugian yang ditimbulkan karena
seharusnya. Untuk persediaan pengaman terjadinya stock out dapat dikurangi.
sub bagian PPTK hanya menambah 10% Dengan demikian, kelangsungan proses
dari kebutuhan yang direncanakan. Dari pelayanan rumah sakit tetap dapat
hasil penelitian jumlah persediaan berjalan sesui dengan apa yang
pengaman logistik non medik rutin dinilai direncanakan.
berlebihan untuk jumlah yang seharusnya 8. Pengendalian internal didefinisikan
dibutuhkan dan tentu saja hal ini akan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi
mengakibatkan pemborosan dana yang oleh sumber daya manusia dan sistem
dikeluarkan untuk pemenuhan teknologi informasi, yang dirancang
persediaan. Hal ini terlihat pada hasil untuk membantu organisasi mencapai
perhitungan yang telah dilakukan pada suatu tujuan atau objektif tertentu.
hasil penelitian untuk contoh stok cetakan (Azwar, 2006).
RSUD Leuwiliang, safety stock yang Dalam menetapkan standar sub
dibutuhkan adalah sekitar 1200 lembar, bagian PPTK sudah memakai pedoman
namun berdasarkan metode perhitungan yang berlaku mengenai peraturan yang
yang dimiliki oleh sub bagian PPTK mengatur mengenai terkait. Sebuah
safety stock yang dibutuhkan adalah pengendalian berjalan dengan baik adalah
sekitar 541 lembar. Dari hasil tersebut dengan terukur dan nyata, biasanya
dapat disimpulkan jumlah safety stock disebut juga dengan ketetapan
yang disediakan oleh sub bagian PPTK pengendalian harga tetap, mengetahui
RSUD Leuwiliang memiliki perbedaan standar pasar dan produktivitas.
yang besar dengan melakukan Penerapan pengendalian di sub
perhitungan persediaan pengaman dengan bagian PPTK sudah rutin dibawah
menggunakan metode perhitungan yang pengawasan langsung oleh Kepala sub
ada sehingga dapat berakibat peingkatan bagian PPTK, namun dalam
atau pemborosan biaya pengadaan pengendalian lain adalah keterbatasan
barang. dengan server, penyedia barang/jasa dan
Menurut Zulfikrijah (2005), safety anggaran.
stock merupakan dilema, dimana adanya 9. Efektifitas kerja tidak jauh dengan
stock out akan berakibat terganggunya penyimpangan dan harus segera
proses pelayanan dana adanya stok yang mengambil tindakan. Namun nyatanya di
berlebihan akan memperbesar biaya sub bagian PPTK RSUD Leuwiliang
penyimpanan. Oleh Karena itu, dalam perencanaan pengadaan barang
perhitungan yang tepat mengenai logistik non medik khusus nya ATK
banyaknya jumlah safety stock tiap jenis terjadi kenaikan target sebesar 5%
barang merupakan hal yang perl menjadi aktual 8% maka penyimpangan
diperhatikan oleh sub bagian PPTK agar tersebut dapat dikategorikan sebagai
penentuan jumlah perencanaan tiap penyimpangan dalam keefektifan kinerja
barang dapat dilakukan dengan lebih dalam organisasi. Namun hal ini sub
optimal dan agar setiap kebutuhan barang bagian PPTK selalu mengupayakan
dari satuan kerja dapat selalu terpenuhi perbaikan secara terus-menerus dengan

343
memantau kemungkinan-kemungkinan jumlah persediaan yang akan dibuat
permasalahan yang akan muncul dalam perencanaan juga selalu
khususnya dalah kefeektifan kinerja. diasumsikan sama setiap periodenya.
Keefektifan kinerja yang berada di Namun demikian, terdapat sedikit
sub bagian PPTK dalam memenuhi perbedaan dalam proses penentuan
kebutuhan permintaan dari satuan kerja mengenai jumlah perencanaan kedua
terjadi pada lead time, akibat usulan jenis barang tersebut.
permintaan kebutuhan secara mendadak Permasalahan yang saat ini terjadi
yang sebelum belum tercantum dalam di sub bagian PPTK RSUD leuwiliang
perencanaan, hal dikarenakan kebutuhan permintaan kebutuhan yang banyak tetapi
logistik yang kosong disalah satu satu persediaan dana terbatas, walaupun sub
kerja, maka dari itu hal ini yang bagian PPTK sudah menerapkan stok
merupakan bentuk ketidak efektifan yang pengaman sebesar 10% belum menutupi
terjadi didalam organisasi sub bagian apabilaterjadi adanya KLB atau kejadian-
perencanaan RSUD Leuwiliang dalam kejadian tidak terduga, hal ini yang sering
pengadaan barang logistik non medik. terjadi dalam pengupayaan memenuhi
10. Titik tolak perencanaan logistik bermula kebutuhan permintaan untuk satuan kerja.
dari penentuan kebutuhan dan semua 11. Output ini diharapkan dalam perencanaan
keputusan yang berkaitan dengan itu, logistik non medik di sub bagian PPTK
bersumber pada estimasi tentang apa dan RSUD Leuwiliang adalah perencanaan
berapa banyaknya kebutuhan yang yang sesuai dengan kebutuhan.
diperlukan oleh satuan kerja/organisasi. perencanaan yang sesuai dengan jumlah
Perencanaan kebutuhan akan menjadi jenis, ukuran yang diminta oleh satuan
lebih mudah apabila telah mempunyai kerja dengan menggunakan dana
standar kebutuhan/pemakaian. Estimasi anggaran sebaik-baiknya serta persediaan
akan mempengaruhi baik jenis maupun yang ada di gudang penyimpanan selalu
jumlah barang yang akan disediakan. tersedia dalam jumlah yang cukup untuk
Perkiraan yang berlebihan terhadap menjadi acuan kerja.
kebutuhan yang akan disediakan akan Dinilai dari segi sumber daya
menimbulkan pemborosan (kelebihan manusia, staff yang ada masih perlu
persediaan) sedangkan perkiraan yang pengupayaan untuk diadakan pelatihan
terlalu rendah terhadap persediaan guna menghasilkan sumber daya manusia
kebutuhan akan menganggu kelancaran yang berkualitas dan memiliki
kegiatan, penentuan kebutuhan harus pengetahuan yang luas baik mengenai
dilakukan secara optimal (Kencana, perencanaan atau mengenai manajemen
2001). logistik itu sendiri secara keseluruhan,
Berdasarkan hasil obervasi, baik sehingga apabila sudah berjalan dengan
untuk barang yang bersifat slow moving optimal muncul sebagai acuan kerja yang
maupun fast moving, diketahui bahwa baik demi meningkatkan kinerja
estimasi mengenai banyaknya permintaan khususnya dalam melaksanakan
dari setiap bulannya diasumsikan selalu pembuatan perencanaan pengadaan
dalam jumlah konstan. Banyaknya barang logistik non medik.

344
Daftar Pustaka
[1] Ardiyanti, Ria (2014) Gambaran [11] Donabedian A (1980) The Definition of
Pelaksanaan Sistem Manajemen Quality and Approaches To Its
Logistik Barang Umum RSUD Kota Asessemenet, (Health Administration),
Depok. Skripsi FKM Universitas Jakarta : Pustaka Sinar
Indonesia [12] Dwiantara dan Hadi (2004) Prinsip
http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016- Manajemen Logistik Rumah Sakit,
2105/S55277-Ria%20Ardiyanti Surabaya : Rineka Cipta
(Diakses pada 20 Januari 2019). [13] Garside, Annisa dan Rahmasari (2017)
[2] Arraniry, Benazir (2012) logistik non Manajemen Logistik, Jakarta:
medik: Analisis Perencanaan logistik Universitas Negeri Muhammadiyah
Non Medik Di Sub Bagian Rumah Malang.
Tangga Rumah Sakit Fatmawati. [14] Geriro, Ascobat (2010) perencanaan
Skripsi FKM Universitas Indonesia. dalam ilmu manajemen, Yogyakarta:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20355 Media Komputindo.
103-S-Benazir%20Arraniry.pdf [15] Herlambang, Susatyo (2016)
(Diakses pada 25 Januari 2019). Manajemen Pelayanan Rumah Sakit,
[3] Arikunto, (2010) Prosedur Penelitian Jakarta: Gosyen Publishing.
(Suatu Pendekatan Praktek), Jakarta: PT [16] Heru, Raymond (2014) Mengukur Mutu
Rineka Cipta. Pelayanan operasional Rumah Sakit,
[4] Amsyari, Fuad (2010) Prinsip-prinsip Jakarta : Media Komputindo
dan dasar statistik dalam perencanaan [17] Ilham, Bisri (1998) Sistem Teknik
kesehatan, Jakata : Ghalia Indonesia Pengumpulan Data, Jakarta: Grafindo
[5] Azwar, Azrul (1996) Menjaga Mutu Media.
Pelayanan Kesehatan, Jakarta: pustaka [18] Imron, Mochamad (2009) Sistem
sinar harapan. Administrasi Dan Perencanaan Logistik
[6] Bilal, M. Wasim. Study Kasus Model Farmasi, Jakarta : Gosyen Publishing
Penulisan dan Pemilihan Unit [19] Indrajit, Eko, Ricardus & Ricardus
Penulisan, Jurnal Hisbah, Jurnal Hisbah. Djokopranoto (2002) Konsep
Vol.2, No 1, Juni 2003 Manajemen Supply Vhain, Jakarta: PT.
[7] Bogdan, Robert dan Taylor, Steven Gramedia Widiasmara Indonesia. Jurnal
(1992) Pengantar Metode Kualitatif, Kesehatan Masyarakat 2013, Volume 2,
Surabaya: Usaha Nasional. Nomor 2, April 2013
[8] Bowersox, Donald J (2004) Manajemen http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/j
Integrasi Sistem-sistem Manajemen km
Distribusi Fisik dan Manajemen [20] Juwita, Resty (2011) Analisis
Material Jilid 2, Jakarta : Bumi Aksara Penyelenggaraan Pengadaan Barang
[9] Creswell, W.Jhon. 1994. Research Umum Di Unit Logistik Rumah Sakit
Design. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Pertamina Jaya Tahun 2011: Depok.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI [21] Kalasuat, Yonas dkk (2015) Sistem
Edisi kedua, 1995) Pengelolaan Logistik Non Medis Di
[10] Elf, Breach (2010) Metode Pengawasan Rumah Sakit Panti Nugroho Kabupaten
dan Pengendalian Mutu, Surabaya : Sleman, Jurnal Manajemen Rumah
Rineka Cipta Sakit.

345
http://eprints.uad.ac.id/2727/1/SISTEM [32] Modul Manajemen Logistik Progran
_PENGELOLAAN_LOGITIK_BARANG Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit
_NON_MEDIS.pdf (Diakses pada 19 (2002), Depok : FKM UI
Februari 2019) [33] Nasir, Mohammad (1988) Metode
[22] Kebijakan Manjemen Rumah sakit Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
(2018) http://www.depkes.go.id/ [34] Nasution, (1992) Metode Penelitian
(Diakses Pada 28 Januari 2019). Naturalistik Kualitatif, Bandung:
[23] Kebijakan Prasarana Rumah Sakit Tarsito.
(2017) [35] Oktaviani, N., Avianty, I, dan Mawati,
http://www.academia.edu/19499784/KE E. 2019. Faktor-Faktor Yang
BIJAKAN_SARANA_DAN_PRASARAN Berhubungan Dengan Perilaku
A_DI_RUMAH_SAKIT (Diakses 20 Merokok Pada Mahasiswa Pria Di
Februari 2019). Universitas Pakuan Bogor Provinsi
[24] Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Jawa Barat. Jurnal Kesehatan
Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Masyarakat Vol 2. Nomor 1. Diakses
Tentang Rumah Sakit. pada Bulan Februari 2019. Hal 49.
[25] Lexy, Moleong (2006) Metodologi [36] Pedoman RPJMN, (2015)
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. https://www.bappenas.go.id/index.php?
Remaja Rosdakarya. cID=4925 (Diakses pada 28 Februari
[26] Lukman dan Widyastuti (2006) 2019)
Manajemen Dan Logistik Bantuan [37] Prasetya, E. (2018). Pemberdayaan
Keamanan Dalam Sektor Kesehatan, Masyarakat Tentang Kesehatan,
Jakarta : EGC Pendidikan dan Kreatifitas. Abdi
[27] Lusi. (2007), “Sistem Evaluasi Dosen: Jurnal Pengabdian Pada
Pengadaan Barang Logistik Non Medis Masyarakat 2 (1), 19-25.
di Rumah Sakit Panembahan Senopati [38] Profil RSUD Leuwliang Bogor (2019)
Kabupaten Bantul”. Skripsi, http://rsudleuwiliang.bogorkab.go.id/
Yogyakarta, Fakultas Kesehatan (Diakses 4 Maret 2019).
Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan. [39] Prastowo, Andi (2010) Menguasai
[28] Lumenta, A. (1990) Manajemen Teknik- teknik Koleksi Data Penelitian
Logistik Rumah Sakit Konsep dan Kualitatif. Jogjakarta: DIVA Press
Prinsip Manajemen Rumah sakit, [40] Purwanto. (2012) Metodologi Penelitian
Jakarta : Rineka Cipta Kualitatif, Yogyakarya: Pustaka Pelajar
[29] Martha dan Kresno (2016) Metodologi [41] Rahman, Subagya (1994) Sistem
Penelitian Kualitatif Untuk Bidang Perencanaan Barang Operasional
Kesehatan, Jakarta : PT. Grafindo DiRumah Sakit, Jakarta : Alfa Beta
Persada Cetak
[30] Mulyadi (2013) Sistem Akuntansi, [42] Rangkuti, Freddy (1996) Manajemen
Jakarta: Salemba Empat. Pengendalian Logistik Dan Farmasi
[31] Mustikasari (2007) Siklus dan Rumah Sakit, Surabaya: Deepublish
Pengertian Logistik Di Rumah Sakit, Media.
Jakarta: Rineka Cipta. [43] Rey, Moekijat (2007) Robert, Bogdan
dkk (1993) Kualitatif Dasar-Dasar
Penelitian,Surabaya: Usaha Nasional

346
[44] RSUD Leuwiliang, (2019) Standar kualitatif, dan R&D, Bandung:
Operasional Prosedur Sub Bagian Alfabeta.
PPTK RSUD Leuwiliang Bogor RSUD [51] Stoner, James (1996) Manajemen Jilid 1
Leuwiliang. terjemahan Drs. Alexander Sindoro dari
[45] Sabarguna (2005) Logistik Rumah Management (1995) Jakarta
Sakit, Jakarta : Rineka Cipta Penhalindo
[46] Sayi, Soerdjono dan Yunita (2014) [52] Taurany, (1986) Administrasi Rumah
Barang barang Kebutuhan Dan Alat Sakit, Jakarta: FKM-UI.
Kesehatan Rumah Sakit, Jakarta : EGC [53] Tedjakusnadi,ari (2010) Manajemen
[47] Siagian, Sondang P (1992) Fungsi- Administrasi Kesehata, Jakarta : Bumi
Fungsi Manajerial, Jakarta : Bumi Aksara
Aksara [54] Wijono, D (1999) Manajemen Mutu
[48] Sukrisno, Agoes (2012) Petunjuk Pelayanan Kesehatan, Surabaya:
Praktis Akuntan,Jakarta : Salemba Airlangga University Press.
Empat.
[49] Subagya, MS (1994) Manajemen
Logistik Rumah Sakit Jakarta : PT.
Toko Gunung Agung.
[50] Sugiyono.(2010) Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

347

Anda mungkin juga menyukai