Anda di halaman 1dari 75

PROYEK MODUL MANAJEMEN AGRIBISNIS

Dosen Pengampu : Hendra Saputra, SE., M.Si

Diusulkan oleh:

Devi Tesya Ria Uly Situmorang 7193510016

Dini Arfah Laily S 7193510060

Irma Shintya Sianturi 7193510019

Sri Lili Dewi 7193510027

Gilang Maarif 7193510028

MANAJEMEN C 2019

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami ucapkan kepada Tuhan yang maha esa  yang memberikan 
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada
Kami sehingga dapat menyelesaikan tugas KKNI yaitu “Proyek Modul Manajemen
Agribisnis “
       Dalam penyusunan Proyek Modul Manajemen Agribisnis Kami banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Hendra Saputra, SE., M.Si atas bimbingan, dan arahan yang telah di berikan kepada
Kami.

Kami sangat berharap ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai cara membuat modul manajemen agribisnis .Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Modul manajemen agribisnis ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan Modul yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga Modul sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya Modul manajemen agribisnis yang
telah disusun ini dapat berguna bagi Kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan Kami mohon kritik dan saran yang membangun dari Anda semua demi perbaikan Modul
ini di waktu yang akan datang.

Medan, Mei 2021

Kelompok 7

MODUL 1
MANAJEMEN AGRIBISNIS
Hendra Sahputra,SE., M.Si

Pendahuluan____________________________________________________________
_______

Manajemen mempunyai peranan yang penting dalam suatu organisasi, baik


organisasi yang bersifat sosial ataupun bisnis (komersial). Organisasi merupakan suatu
kumpulan orang-orang yang secara bersama- sama sepakat untuk bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama. Manajemen merupakan koordinasi atau pengelolaan dari sumber
daya yang dimiliki oleh organisasi untuk mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan atau organisasi mempunyai keterbatasan (langka), oleh
sebab itu penggunaannya harus diperhitungkan dengan seksama sehingga akan memberikan
dampak atau nilai tambah yang positif dan menguntungkan.
Manajemen di dalam organisasi bisnis sangat perlu, bagaimana mengorganisasikan
penggunaan sumber daya yang terbatas atau tertentu untuk menghasilkan tujuan (keuntungan
maksimum) dengan karakteristik penuh risiko dan ketidakpastian (Harsh, S.B, et al. 1981).
Pengertian Manajemen menurut Terry (dalam Siregar, A.B. dan TMA Ari Samadhi, 1987)
yang sangat terkenal adalah (POAC), yaitu suatu proses dari suatu organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi dalam perencanaan (P, Planning), mengorganisir atau mengelola sumber
daya (O, Organizing), menggerakkan dan memotivasi seluruh sumber daya yang dimiliki (A,
Actuating) dan mengawasi semua proses kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan yang
telah ditetapkan terlebih dahulu, biasanya perusahaan akan mencari keuntungan maksimum
(C, Controlling).
Pada intinya, manajemen merupakan suatu proses untuk menjalankan visi dan misi suatu
organisasi dengan efisien dan efektif. Sebagai suatu proses, manajemen pada prinsipnya
adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan atau organisasi untuk
mencapai tujuan. Tujuan merupakan landasan manajemen yang merupakan arah atau
pegangan dari para manajer, untuk menggerakkan dan mengawasi semua sumber daya,
terutama tenaga kerja atau manusia, untuk melakukan aktivitas sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai (dalam perencanaan) sehingga aktivitas tersebut efisien. Pengertian efisien
adalah berhubungan dengan penggunaan sumber daya tertentu dengan hasil yang maksimal,
sedangkan efektif adalah proses aktivitas tersebut tepat pada sasaran atau tujuan yang ingin di
capai oleh organisasi atau perusahaan.
Ada delapan proses atau fungsi manajerial (Harsh, S.B, et al. 1981) yang dapat didefinisikan,
yaitu (1) menetapkan tujuan perusahaan, sebagai landasan atau arah dari semua aktivitas yang
akan digerakkan untuk mencapai tujuan tersebut; (2) menentukan atau mendefinisikan
masalah- masalah yang dihadapi perusahaan; (3) pengamatan (observation), manajer harus
melakukan pengamatan, penyelidikan dan mencari alternatif untuk menyelesaikan persoalan
yang ada; (4) melakukan proses analisis dari pengumpulan data: bahan baku, bahan
tambahan, teknik yang akan atau dapat dipergunakan; (5) membuat keputusan atau
menentukan alternatif-alternatif yang dapat dilakukan; (6) pelaksanaan atau implementasi; (7)
sikap yang bertanggung jawab; dan (8) evaluasi hasil dan ketentuan sebagai umpan balik
untuk pengambilan keputusan yang akan datang.
Pertanian merupakan proses produksi primer, di mana input-input pertanian (lahan bibit,
benih, pestisida, pakan, dan tenaga kerja) melalui proses biologis akan menghasilkan output
pertanian (pangan dan serat). Manajemen mengindikasikan bahwa manajer harus membuat
keputusan di bawah risiko dan kondisi ketidakpastian. Manajemen adalah suatu proses
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota
dengan menggunakan sumber daya perusahaan yang terbatas untuk mencapai tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajer adalah orang yang bertanggung
jawab untuk mengarahkan usaha yang bertujuan agar perusahaan (organisasi) mencapai
tujuan. Dalam pertanian, hasil (yields), harga-harga, biaya-biaya, teknologi dan kelembagaan
pada waktu yang akan datang, relatif sukar untuk diprediksi, dengan demikian bisnis atau
usaha di sektor pertanian mempunyai risiko dan ketidakpastian yang lebih tinggi daripada
sektor nonpertanian. Dengan demikian, manajemen pertanian merupakan perencanaan,
pengelolaan daripada sumber daya-sumber daya pertanian yang disebut dengan input
pertanian untuk menghasilkan produk pertanian atau output pertanian.
Pada kondisi tingkat persaingan yang tinggi (ekonomi global), untuk meningkat nilai tambah,
efisiensi dan keunggulan maupun kompetisi di sektor pertanian, pendekatan pengelolaan atau
manajemen pertanian, dilakukan dengan pendekatan sistem yaitu Manajemen Agribisnis.
Agribisnis, secara sederhana dapat diartikan sebagai bisnis di bidang pertanian. Sistem
Agribisnis merupakan keterkaitan dalam subsistem- subsistem, yaitu subsistem sarana
produksi pertanian (saprodi atau sapronak), usaha tani atau usaha ternak (on-farm),
pemasaran dan pengolahan (off-farm) dan sub sistem penunjang (kredit, penyuluhan,
kebijakan-kebijakan dan kelembagaan). Sistem agribisnis, subsistemnya (off-farm) sering
disebut dengan sub sistem hulu dan hilir, kemudian subsistem usaha tani/usaha ternak (on-
farm). Karakteristik produk-produk pertanian yang cepat rusak dan besar (perishable dan
bulky), memerlukan penanganan atau manajemen yang spesifik dan berbeda dengan produk-
produk nonpertanian. Keterkaitan ke belakang dan ke depan dari produk pertanian, sangat
diperlukan backward and forward linkage). Oleh sebab itu, pengembangan pertanian saat ini,
mempergunakan sistem agribisnis. Dalam sistem agribisnis, manajemen akan terpakai,
bagaimana mengoordinasikan atau kerja sama antarsistem dalam agribisnis maupun di dalam
subsistem agribisnis itu sendiri dengan tujuan untuk peningkatan produktivitas agribisnis
yang efisien, sesuai dengan keinginan konsumen. Pada akhirnya, akan dihasilkan produk-
produk agribisnis yang memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif mempunyai
makna bahwa produk atau jasa yang dihasilkan dengan bentuk, waktu, tempat, dan kualitas
harus sesuai dengan keinginan konsumen. Demikian pula dengan harga produk yang mampu
bersaing dengan perusahaan lain. Artinya, dengan kualitas yang sama, produk-produk
agribisnis dapat diterima konsumen dengan harga yang relatif lebih rendah dibandingkan
dengan perusahaan atau negara lain yang menghasilkan produk yang sama.

KEGIATAN BELAJAR 1
Sistem Agribisnis
1.1 Pengertian Manajemen Agribisnis
Manajemen Agribisnis adalah sebuah kegiatan di bidang pertanian yang menerapkan
manajemen dengan melaksanakan fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi
pengarahan dan pengendalian serta fungsi pengawasan dan pengendalian dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan produk pertanian dan
keuntungan yang maksimal.
1.2 Peran Manajemen dalam Agribisnis
Manajemen sangat dibutuhkan dalam agribisnis dan memiliki peran aktif dalam
pengembangan agribisnis sesuai dengan fungsi manajemen yaitu :
1. Perencanaan
Perencanaan agribisnis merupakan suatu sistematis untuk mencari alternatif-alternatif baru,
disertai dengan perhitungan konsekuensi finansialnya terhadap hasil dan biaya. Kegiatan
perencanaan agribisnis meliputi beberapa hal yaitu, pertama identifikasi kebutuhan pasar
yang mana perencanaan agribisnis terlebih dahulu harus dapat menjawab apa yang diinginkan
oleh pembeli untuk menekan kerugian dan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya. Selain untuk mengetahui kebutuhan pasar, pengidentifikasian ini juga berfungsi
untuk mengetahui beberapa sumber informasi seperti grosir, warung kecil, konsumen akhir,
dan lembaga keuangan (Bank pemerintah).
2. Pengorganisasian
Langkah selanjutnya setelah perencanaan yaitu pengorganisasian, dalam pengorganisasian
ditetapkan sistem organisasi yang dianut untuk menetapkan pembagian pekerjaan, tugas dan
tanggung jawab dari masing-masing orang yang ikut bekerja sama untuk mempermudah
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Organisasi mempunyai tiga komponen yaitu fungsi,
personalia, dan faktor-faktor sarana fisik. Seorang manajer sangat berperan dalam
pengorganisasian untuk dapat mengelola orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi
tersebut. Seorang manajer harus mampu memberi bimbingan kepada bawahannya dan harus
dapat memimpin organisasi tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab agar menjadi teladan
kepada para bawahannya (Firdaus, 2009).
3.Pengarahan
Fungsi pengarahan merupakan gerak pelaksanaan dari kegiatan-kegiatan fungsi perencanaan
dan pengorganisasian. Menurut Downey dan Erickson (1992), pengarahan bertujuan untuk
menentukan kewajiban dan tanggung jawab, menetapkan hasil yang harus dicapai,
mendelegasikan wewenang yang diperlukan, menciptakan hasrat untuk berhasil, mengawasi
agar pekerjaan benar-benar dilaksanakan sebagaimana mestinya. Pengarah merupakan
jantung dari proses manajemen dan harus didasarkan pada rencana organisasi yang baik, yang
menentukan tanggung jawab, wewenang, dan evaluasi. Selain itu pengarahan berfungsi untuk
membuat organisasi tetap hidup, untuk menciptakan kondisi yang menumbuhkan minat kerja,
kekuatan untuk bertindak, pemikiran yang imajinatif dan kelompok kerja yang berkelanjutan.
4. Pengkoordinasian
Dalam suatu organisasi sering terjadi perbedaan antar anggota organisasi, padahal suatu
organisasi disusun untuk mencapai satu tujuan bersama. Hal tersebut dapat menimbulkan
perbedaan yang akhirnya dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil, oleh karena itu
berbagai pendapat tersebut perlu dipadukan agar harmonis dalam suatu tindakan koordinasi
yang akan menuju kesuatu tujuan organisasi. Koordinasi merupakan daya upaya untuk
mensinkronkan dan menyatukan tindakan-tindakan sekelompok manusia. Koordinasi
merupakan otak dalam batang tubuh dari keahlian manajemen.
5. Pengawasan
Pengawasan merupakan fungsi terakhir yang harus dilakukan dalam manajemen, sebab
dengan pengawasan dapat diketahui hasil yang telah tercapai dan apabila terjadi
penyimpangan dapat dilakukan perbaikan sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
Dalam agribisnis terdapat tiga aspek yang perlu untuk menerapkan manajemen didalamnya,
dan ketiga aspek tersebut saling menunjang satu sama lain. Adapun aspek-aspek tersebut
ialah :
a.    Manajemen Produksi
Manajemen produksi merupakan proses kegiatan manajemen yang diterapkan dalam bidang
produksi dan mencangkup perencanaan sistem produksi, pengendalian produksi dan
pengambilan keputusan dalam persiapan produksi.
b.    Manajemen Pemasaran
Pemasaran merupakan tujuan utama dalam suatu kegiatan pengolahan, karena dengan adanya
pemasaran akan diperoleh keuntungan. Tanpa adanya kegiatan pemasaran, produk dari suatu
perusahaan tidak akan dapat memasuki pasar dengan lancar dan perusahaan akan mengalami
kerugian.
c.    Manajemen Keuangan/Permodalan
Aspek permodalan dalam perusahaan tidak kalah pentingnya dengan aspek produksi dan
pemasaran. Kesalahan dalam penanganan keuangan akan membuat langkah produksi dan
pemasaran akan menjadi pincang.
1. 3 Peran Manajer Agribisnis
Peranan dari Manager Agribisnis sangat diperlukan di dalam perusahaan agribisnis, antara
lain mengoordinasikan, pelaksanaan, dan mengawasi secara terintegrasi aktivitas- aktivitas
di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi proses bisnis,
Manajer memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan
menetapkan prioritas-prioritas, Manajer bertanggung jawab dan memepertanggungjawabkan
bawahannya, Manajer bertanggun gjawab kepada pemilik perusahaan dan mempertanggung
jawabkan bawahannya, berpikir secara analitis dan konseptual, menganalisis setiap masalah
yang sudah dikelompokkan menjadi masalah-masalah kecil dan mencari akar permasalahan
agar mudah diselesaikan. Manajer harus mampu mengambil keputusan sulit dan dengan hati-
hati jika perusahaan dalam keadaan yang sulit atau adanya masalah agar tidak merugikan
perusahaan.

1.4 Fungsi-Fungsi Manajemen dalam Agribisnis


Agribisnis memiliki karakteristik khusus yang membuatnya berbeda dengan bidang bisnis
lainnya, sehingga penerapan fungsi-fungsi manajerial tersebut juga berbeda. Fungsi agribisnis
terdiri atas kegiatan pengadaan dan penyaluran saran produksi, kegiatan produksi primer
(budidaya), pengolahan (agroindustri) dan pemasaran. Fungsi tersebut kemudian disusun
menjadi suatu sistem, dimana fungsi tersebut menjadi subsistem dari sistem agribisnis.
Melihat agribisnis sebagai sistem yang terdiri atas beberapa subsistem. Sistem tersebut akan
berfungsi baik jika tidak ada gangguan pada salah satu subsistem. Pengembang harus
mengembangkan semua subsistem di dalamnya karena tidak ada satu subsitem yang lebih
penting dari subsistem yang lainnya.
1.5 Mendeskripsikan Tingkat Manajemen
A. Manajemen Tingkat Atas (Top Level Management)
Manajemen Tingkat Atas atau sering disebut dengan Top Management (Manajemen Puncak)
atau Executives (Eksekutif) adalah Manajer-manajer yang bertanggung jawab atas kinerja
manajemen organisasi secara keseluruhan. Mereka memegang jabatan-jabatan seperti CEO
(Chief Executive Officer), CFO (Chief Financial Officer), COO (Chief Operational Officer),
Presiden Direktur, Wakil Presiden Direktur, Direktur Utama dan lain sebagainya. Manajer-
manajer yang berada di tingkatan manajemen tingkat atas ini memiliki tanggung jawab,
otoritas dan wewenang maksimum dalam mengendalikan organisasi atau perusahaannya.
Beberapa tugas atau fungsi utama Manajer yang berada di manajemen tingkat atas ini
diantaranya adalah sebagai berikut:

 Menentukan Tujuan Perusahaan – Manajemen tingkat atas ini merumuskan tujuan


utama organisasinya, dapat berupa tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka
pendeknya.
 Membuat kerangka Rencana dan Kebijakan – Manajemen tingkat atas membuat
kerangka rencana dan kebijakan untuk mencapai tujuan utama yang telah ditetapkan.
 Mengorganisir kegiatan dan pekerjaan yang akan dilakukan oleh manajer-manajer di
tingkat menengah.
 Mengumpulkan dan mengatur sumber daya organisasi atau perusahaan seperti sumber
daya keuangan, aset tetap, tenaga kerja dan lain sebagainya untuk  melakukan
kegiatan sehari-hari dalam organisasi.
 Bertanggung jawab atas kelangsungan dan pertumbuhan hidup organisasi/perusahaan.
 Sebagai penghubung dengan dunia luar seperti bertemu dengan pejabat pemerintah,
pemasok, pesaing, pelanggan, media dan lain-lainnya.
B. Manajemen Tingkat Menengah (Middle Level Management)
Manajemen Tingkat Menengah atau Middle Level Management adalah manajer yang berada
di bawah Manajer tingkat atas. Mereka biasanya memegang jabatan dengan nama jabatannya
seperti General Manager, Plant Manager, Factory Manager, Regional Manager ataupun
Division Manager. Manajer-manajer tingkat menengah ini bertanggung jawab untuk
melaksanakan rencana dan kebijakan yang ditetapkan oleh Manajemen tingkat atas serta
bertindak sebagai penghubung antara manajemen tingkat atas dan manajemen tingkat bawah.
Manajer-manajer ini juga menjalankan fungsi tingkat atas di departemen atau unit kerja
mereka sendiri seperti membuat perencanaan, membuat kebijakan,  mengumpulkan dan
mengatur sumber daya untuk departemen atau divisi mereka masing-masing.
Adapun fungsi-fungsi dan tugas Manajer di Manajemen Tingkat Menengah ini diantaranya
adalah :

 Meng-interpresi-kan kebijakan yang disusun oleh Manajemen Puncak (manajemen


tingkat atas) dan menjelaskannya ke tingkat manajemen yang lebih rendah.
Manajemen tingkat menengah ini berfungsi sebagai penghubung antara manajemen
tingkat atas dengan manajemen tingkat bawah.
 Mengorganisir kegiatan departemennya untuk melaksanakan rencana dan kebijakan
yang telah ditetapkan.
 Mengrekrut  dan menyeleksi serta menempatkan karyawan yang dibutuhkan oleh
department atau unit kerjanya.
 Memotivasi karyawannya untuk melakukan yang terbaik untuk departemennya.
Misalnya menawarkan berbagai insentif dan tunjangan kepada karyawannya sehingga
termotivasi dan melakukan yang terbaik agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
 Mengawasi dan mengarahkan karyawan-karyawan di departemennya. Contohnya
seperti menyiapkan laporan penilaian kinerja karyawannya.
 Bekerjasama dengan departemen lain untuk kelancaran dalam menjalankan fungsinya.
 Melaksanakan rencana yang disusun oleh Manajemen tingkat atas.
C. Manajemen Tingkat Pertama (First Level Management)
Manajemen Tingkat Pertama atau disebut juga dengan First Level Management  atau First
Line Management adalah Manajemen yang bertanggung jawab atas operasional atau
pekerjaan harian para karyawan dalam menghasilkan suatu produk atau layanan. Manajemen
tingkat pertama ini biasanya memegang jabatan seperti Department Manager, Section
Manager, Superintendent, Mandor atau Supervisor. Para Manajer di manajemen tingkat
pertama ini memiliki otoritas atau wewenang yang terbatas.
Beberapa fungsi dan tugas Manajemen tingkat pertama ini adalah sebagai berikut :

 Memahami dan mempelajari masalah dan keluhan-keluhan para pekerja operasional


sebelum melaporkannya ke manajemen tingkat menengah.
 Menjaga kondisi kerja yang baik dan menjaga hubungan yang sehat antara atasan dan
bawahan.
 Menyediakan lingkungan kerja yang sehat and aman untuk para karyawan
operasional.
 Membantu manajemen tingkat menengah untuk merekrut dan menyeleksi pekerja
yang sesuai untuk jabatan yang dibutuhkan.
 Berkomunikasi dengan karyawan dan mendengarkan saran-saran karyawan serta
mendorong para pekerja untuk mengambil inisiatif.
 Menjaga dan mempertahankan standar kualitas dan memastikan jumlah output
produk/layanan sesuai dengan perencanaan.
 Bertanggung jawab untuk meningkatkan moral karyawan dan membangkitkan
semangat kerja dalam tim.
 Meminimalkan pemborosan sumber daya organisasi/perusahaan.
F. Tanggung Jawab dan Fungsi Manajemen
1. Tanggung Jawab Manajemen
Walaupun banyak manajer berada jauh dari tempat kerja, para manajer tersebut dapat
memberi banyak pengaruh, entah itu resmi atau tak resmi, melalui penciptaan suasana kerja
yang aman untuk organisasinya. Sikap kerja para manajer tersebut harus dijadwalkan di pabri
walaupun di antara keduanya tidak ada hubungan komunikasi langsung. Jika para manajer
begitu mempedulikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja, maka rasa peduli ini akan
terbuktidalam tingkat kinerja keselamatan kerja yang tinggi dalam organisasi secara
keseluruhan. Dengan demikian, dalam menjalankan perannya, para manajer bertanggung
jawab untuk memastika bahwa bagian bagian perusahaan di bawah kendalinya beroperasi
pada tingkat efisiensi maksimum, tidak hanya dibidang kesehatan dan keselamatan kerja
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
A. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber daya yang
dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan
cara terbaik untuk mencapai tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternative
sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan
dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses
terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya
tidak akan berjalan.
B. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah pengaturan sumber daya perusahaan, baik sumber daya manusia
maupun sumber daya lain secara konsisten sesuai dengan sasaran perusahaan yang telah
ditetapkan melalui fungsi perencanaan. Salah satu tugas penting dalam pengorganisasian
adalah membentuk struktur organisasi. Struktur organisasi adalah suatu model yang bisa
menjelaskan wewenang, batas wewenang, dan koordinasi antara satuan-satuan yang ada
dalam organisasi. Saat ini umumnya dikenal 3 struktur organisasi yaitu struktur garis, struktur
garis dan staf, serta struktur fungsional.
C. Pengarahan (Actuating/Directing)
Pengarahan adalah kegiatan yang khususnya ditujukan untuk mengarahkan bawahan agar
mau bekerja secara efektif dan efisien dalam rangka pencapain tujuan organisasi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi :

 Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian


motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan
 Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
 Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
D. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan diperlukan untuk melihat apakah rencana dilaksanakan sesuai dengan tujuan.
Pengawasan diperlukan untuk melihat apakah anggota organisasi terlibat penuh dalam
pelaksanaan rencana dan apakah hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk menilai dan
mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan pengawasan adalah untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan,
penyimpangan, penyelewengan, dan kegiatan lainnya yang tidak sesuai rencana. Jadi
pengawasan bukan untuk mencari kesalahan, tetapi mencari kebenaran dalam pelaksanaan
pekerjaan.
RANGKUMAN
Manajemen Agribisnis adalah suatu kegiatan dalam bidang pertanian yang menerapkan
manajemen dengan melaksanakan fungsi- fungsi perencanaan,fungsi pengorganisasian,fungsi
pengarahan dan fungsi pengawasan serta pengendalian dengan menggunakan sumber daya
yang tersedia untuk menghasilkan produk pertanian dan keuntungan yang maksimal.
Agribisnis sebagai sebuah sistem memiliki 4 subsistem utama, yaitu subsistem penyediaan
sarana dan prasarana usaha tani, subsistem usaha tani/budidaya, subsistem pengolahan dan
penyimpanan, dan subsistem pemasaran. Keempat subsistem tersebut sekaligus menjadi
ruang lingkup atau batasan dalam manajemen agribisnis. Manajemen agribisnis menerapkan
fungsi-fungsi manajemen seperti halnya manajemen yang lain, yakni fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengeavaluasian dan pengendalian. Konsep
agribisnis merupakan suatu konsep yang terikat dari subsystem hulu hingga hilir yang
berorientasi pada pasar  dengan memperhatikan kuantitas, kualitas dan kontuinitas serta
berdaya saing tinggi untuk dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan pelaku
agribisnis. Jika konsep agribisnis dapat diterapkan dengan baik secara tidak langsung dapat
memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan perekonomian baik dalam
pemanfaatan tenaga kerja yang banyak dari masing-masing subsitem hingga penyediaan
pangan nasional.

KEGIATAN BELAJAR 2
Bentuk dan Badan Usaha
2.1 Pengertian Badan Usaha
Badan Usaha   di definisikan   sebagai organisasi   yang terstruktur   dalam mengelola factor
faktor produksi untuk mendapatkan keuntungan. Pengertiann lain badan usaha dalam buku
Kompeten Ekonomi adalah kesatuan yuridis dan ekonomi yang menggunakan faktor produksi
untuk meghasilkan barang dan jasa dengan tujuan mencari keuntungan. Pada umumnya
sebagian orang menganggap bahwa badan usaha dengan perusahaan memiliki pengertian
yang sama. Cara yang ditempuh adalah menyediakan barang (produk) atau memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat. Sedangkan perusahaan adalah tempat berlangsungnya
kegiatan produksi atau pelayanan tersebut dilakukan. Pandangan yang menyamakan badan
usaha dengan perusahaan dapat dimaklumi, karena badan usaha dan perusahaan merupakan
suatu kesatuan dalam melaksanakan kegiatan. Namun   sebenarnya keduanya memiliki
pengertian yang berbeda. Badan usaha merupakan kesatuan organisasi ekonomi yang
berbentuk suatu badan hukum serta bertujuan untuk mencari laba. Sedangkan perusahaan
merupakan kesatuan organisasi modal dan tenaga kerja yang bertujuan untuk menggasilkan
barang dan jasa. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perusahaan merupakan alat bagi
badan usaha untuk mencapai tujuan. Pengertian badan usaha tidak dapat dipisahkan dengan
perusahaan, karena keduanya merupakan fungsi yang saling keterkaitan namun mempunyai
hakikat yang berbeda. Jadi, mungkin saja ada beberapa perusahaan di bawah pengelolaan
sebuah badan. Mungkin yang ada di bayangan selama ini adalah perusahaan itu sebuah kantor
yang besar. Padahal perusahaan tidak harus besar bahkan tidak selalu bersifat formal. Bisa
saja sebuah toko, bengkel, atau pabrik. Sebaliknya, badan yang mengelola usahanya harus
resmi, formal, dan memenuhi syarat-syarat tertentu. Jika tidak, maka kegiatan operasionalnya
tidak sah dan dapat dianggap ilegal dan melawan hukum. Dengan adanya kemungkinan
sebuah badan usaha memiliki beberapa perusahaan, maka jelaslah kalau ruang lingkupnya
lebih luas dibandingkan perusahaan. Biasanya satu perusahaan hanya menjalankan satu jenis
kegiatan usaha saja. Berbeda dengan badan yang menaunginya mungkin saja bergerak di
sejumlah usaha yang berbeda. Selanjutnya akan dibahas pembagian badan ini berdasarkan
beberapa kriteria.

2.2 Bentuk-Bentuk Badan Usaha


2.2.1 Badan Usaha Menurut Lapangan Usahanya
 Badan usaha agragris 
Badan usaha agragris  adalah badan usaha yang  kegiatan nya  mengolah alam sehingga dapat
memberikan manfaat yang lebih banyak. Contohnya pertanian, perikanan darat, peternakan,
dan perkebunan.
 Badan usaha ekstraktif 
Badan usaha ekstraktif  adalah badan usaha yang kegiatan nya mengambil hasil alam secara
langsung sehingga menimbulkan manfaat tertentu. Contohnya adalah bidang usaha
pertambangan, perikanan laut, penebangan kayu, pendulangan emas, atau bidang usaha intan.
 Badan usaha industri
Badan usaha industri adalah badan usaha yang kegiatan nya mengolah dari bahan mentah
menjadi barang jadi yang siap untuk dikonsumsi. Contohnya perusahaan tekstil, industri
logam, kerajinan tangan, assembling.
 Badan usaha jasa
Badan usaha jasa adalah badan usaha yang kegiatan nya bergerak dalam bidang pemberian
atau pelayanan jasa tertentu kepada konsumen. Contohnya salon, bengkel, notaris, asuransi,
bank dan akuntan.
 Badan usaha perdagangan
Badan usaha perdagangan adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang penyaluran
barang dari produsen kepada konsumen atau kegiatan pertukaran atau jual beli. Contohnya
grosir, pedagang eceran, supermarket, dan perusahaan ekspor impor.
2.2.2 Badan Usaha Menurut Kepemilikan Modalnya
a. BUMN (BADAN USAHA MILIK NEGARA )
Badan Usaha Milik Negara adalah semua perusahaan dalam bentuk apapun dan bergerak
dalam bidang usaha apapun yang sebagian atau seluruh modalnya   merupakan   kekayaan  
Negara,   kecuali   jika   ditentukan   lainberdasarkan undang-undang. Badan Usaha Milik
Negara adalah bentuk badan hukum yang tunduk pada segala macam hukum di Indonesia.
Karena perusahaan ini milik negara, maka tujuan utamanya adalah membangun ekonomi
sosial menuju tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.  (Fuad, H, Nurlela, Sugiarto,
& Paulus,2003).
Ciri-ciri utama dari Badan Usaha Milik Negara adalah

 Tujuan utama usaha adalah melayani kepentingan umum sekaligus untuk mencari
keuntungan.
 Berstatus badan hukum dan diatur berdasarkan undang-undang.
 Pada umumnya bergerak pada bidang jasa-jasa vital.
 Mempunyai nama dan kekayaan sendiri serta bebas bergerak untuk mengikat   suatu  
perjanjian,   kontrak,   serta   hubungan-hubungan   dengan pihak lain.
 Dapat dituntut dan menuntut, sesuai dengan ayat dan pasal dalam hukum perdata.
 Seluruh   atau   sebagian   modalnya   dimiliki   Negara   serta   dapat memperoleh
dana   dari   pinjaman   dalam   dan   luar   negeri   atau   dari masyarakat dalambentuk
obligasi.
 Pada prinsipnya secara finansial harus dapat berdiri sendiri Setiap tahun perusahaan
menyusun laporan tahunan yang memuat neraca dan laporan rugi-laba untuk
disampaikan kepada yang berkepentingan.
Bentuk badan usaha yang merupakan Badan Usaha Milik Negara antara lain :
1. Perusahaan Jawatan (Perjan)
Perusahaa Jawatan adalah bentuk badan usaha milik Negara yang hampir seluruh modalnya
dimiliki oleh pemerintah. Perjan ini berorientasi pelayanan pada masyarakat sehingga selalu
merugi. Sekarang sudah tidak ada perusahaan BUMN yang menggunakan model perjan
karena besarnya biaya untuk memelihara perjan tersebut.
Ciri-ciri Perusahaan Jawatan antara lain sebagai berikut:
o Memberikan pelayanan kepada masyarakat
o Merupakan bagian dari suatu departemen pemerintah
o Dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada menteri atau
dirjen
o departemen yang bersangkutan
o Status karyawannya adalan pegawai negeri

Contoh  Perjan :
a) Rumah Sakit  ( RS Cipto Mangunkusumo, Rs Dr. Wahidin )
b) Radio Republik Indonesia dan TVRI
c) Perusahaan Negara Umum ( PERUM )
2. Perusahaan Umum (Perum)
Perum   adalah   bentuk  badan   usaha  milik   Negara   yang  bertujuan melayani masyarakat
sekaligus mencari keuntungan. Bagian pelayanan dan mencarikeuntungan hampir seimbang.
Misalnya perum pegadaian ,perum Damri.
3. Persero
Persero adalah perusahaan yang melakukan  usaha  dengan  tujuan utama mencari laba
walaupun tetap melayani masyarakat umum. Bagian mencari keuntungan lebih besar
daripada melayani kepentingan masyarakat umum. Misalnya, PT Bank BNI, PT Bank
Mandiri, PT Pelindo, PTP Nusantara, PT Garuda Indonesia, dan PT Telekomunikasi. Ciri-
ciri Persero adalah sebagai berikut:
o Pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden
o Pelaksanaan   pendirian   dilakukan   oleh   mentri   dengan   memperhatikan
perundang-undangan
o Statusnya  berupa   perseroan   terbatas  yang   diatur   berdasarkan  undang- undang
o Modalnya berbentuk saham dan sebagian atau seluruh modalnya adalah milik negara
dari kekayaan negara yang dipisahkan
4. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Badan   Usaha  Milik  Daerah   (BUMD)  adalah  Badan  Usaha  yang modalnya dimiliki oleh
pemerintah daerah, badan usaha yang bergerak di bidang usaha umum yang menguasai hajat
hidup orang banyak.
Ciri-ciri BUMD adalah sebagai berikut:
o Pemerintah memegang hak atas segala kekayaan dan usaha
o Pemerintah berkedudukan sebagai pemegang saham dalam pemodalan perusahaan
o Pemerintah   memiliki wewenang dan kekuasaan dalam   menetapkan kebija-kan
perusahaan
o Pengawasan dilakukan alat pelengkap negara yang berwenang
o Melayani kepentingan umum, selain mencari keuntungan sebagai stabillisator
perekonomian dalam rangka menyejahterakan rakyat
5. BUMS (BADAN USAHA MILIK SWASTA )
Bentuk badan usaha ini adalah badan usaha yang pemiliknya sepenuhnya berada ditangan
individu atau swasta. Yang bertujuan untuk mencari keuntungan sehingga ukuran
keberhasilannya juga dari banyaknya keuntungan yang diperoleh dari hasil usahanya.
Perusahaan ini sebenarnya tidak kalah selalu bermotif mencari keuntungan semata tetapi ada
juga yang tidak bermotif mencari keuntungan. Contoh : perusahan swasta yang bermotif nir-
laba yaitu Rumah Sakit, Sekolahan, Akademik, dll. Landasan hukum pada pendirian BUMS
adalah UU 1945 pasal 27 Ayat 2 yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Misalnya, PT Indofood, PT HM
Sampoerna, dan PT Bumi Karsa.
Ciri-ciri BUMS (Badan Usaha Milik Swasta)
o Badan   usaha   sepenuhnya   dikelola   dan   permodalannya   dari   pihak swasta.
o Pengawasan   dilakukan   secara   hirarki   maupun   secara   fungsional dilakukan
oleh pemegang perusahaan.
o Merupakan lembaga ekonomi yang tidak mempunyai tujuan utama mencari
keuntungan
o Perusahaan   yang   dijalankan   dan   dimodali   oleh   banyak orang/organisasi
o Badan usaha ini memiliki badan hukum

6. BADAN USAHA CAMPURAN


Badan Usaha Milik Campuran adalah badan usaha yang modalnya berasal dari campuran
Negara (pemerintah) dengan swasta sehingga dimilki oleh pemerintah dan swasta. Misalnya
PT Bank Sentral Asia.
2.2.3 Badan Usaha Berdasarkan Badan Hukumnya
Badan usaha menurut bentuk hukumnya dapat digolongkan menjadi Perusahaan
Perseorangan, Firma, Persekutuan Komanditer (Coomanditer Vennotschaft), dan Perseroan
Terbatas (PT).
1. Perusahaan Perseorangan
Perusahaan perseorangan (sole proprietorship) merupakan perusahaan yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh satu orang. Bentuk usaha ini memiliki karakteristik tertentu, seperti
modal yang kecil, jumlah tenaga kerja yang sedikit, terbatasnya keanekaragaman produk dan
jasa yang dihasilkan, dan penggunaan teknologi yang masih sederhana. Umumnya badan
usaha ini merupakan sector usaha mandiri yang mempekerjakan sedikit tenaga kerja dari
lingkungan yang terdekat. (Suharyadi, Arissetyanto, S.K., & Maman, 2007).
Perusahaan perseorangan adalah perusahaan yang dimiliki oleh orang seorang. Umumnya
perusahaan perseorangan tidak memiliki badan hukum. Pemiliknya  bertanggung jawab
penuh  atas perusahaan  sehingga kekayaan pemilik dan kekayaan perusahaan tidak terpisah.
Dengan demikian, tanggung jawab pemilik tidak terbatas atas semua utang perusahaan.
Setiap bentuk badan   usaha   selalu   memiliki   kelebihan   dan   kekurangan   dalam   setiap
manajerialnya. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan perusahaan perseorangan.
Ciri-ciri perusahaan perseorangan:
o Modal sendiri dan kelola sendiri
o Modal relatif terbatas
o Pendirian relatif murah

2. Firma
Firma (firm) merupakan persekutuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan nama
bersama untuk menjalankan satu bisnis. Dalam firma semua anggota bertanggung jawab
sepenuhnya, baik sendiri-sendiri maupun bersama terhadap utang-utang perusahaan kepada
pihak lain. Bila perusahaan mengalami kerugian akan ditanggung bersama, kalau perlu
dengan seluruh kekayaan pribadi mereka. (Fuad, H, Nurlela, Sugiarto, & Paulus, 2003.
Ciri ciri firma :
o Para sekutu aktif dalam mengelola perusahaan
o Tanggung jawab tak terbatas atas segala yang terjadi
o Berahir apabila salah satu anggota meninggal dunia dan mengundurkan diri dan
o atau masa usaha nya telah sampai pada saat yang di tentukan

3. Persekutuan komanditer
Komanditer atau Commanditer Vennootshcap lebih sering disingkat dengan CV merupakan
persekutuan yang didirikan berdasarkan kepercayaan. CV merupakan salah satu bentuk usaha
yang dipilih oleh para pengusaha yang ingin melakukan kegiatan usaha dengan modal yang
terbatas. CV merupakan badan usaha yang tidak berbadan hukum dan kekayaan para
pendirinya tidak terpisahkan dari kekayaan CV.
Persekutuan komanditer dapat dianggap sebagai perluasan bentuk badan usaha perseorangan.
Persekutuan komanditer (CV) adalah persekutuan yang didirikan oleh beberapa orang
(sekutu) yang menyerahkan dan mempercayakan uangnya untuk dipakai dalam persekutuan.
Para anggota persekutuan menyerahkan uangnya sebagai modal persekutuan dengan jumlah
yang tidak perlu  sama  sebagai tanda keikutsertaan di dalam persekutuan.
4.  Perseroan terbatas ( pt )
Perseroan terbatas adalah suatu badan usaha yang mempunyai kekayaan hak, serta kewajiban
sendiri, yang terpisah dari kekayaan, hak, serta kewajiban para pendiri maupun para pemilik.
Berbeda dengan bentuk badan usaha lainnya, Perseroan Terbatas mempunyai kelangsungan
hidup yang panjang, karena perseroan ini akan tetap berjalan meskipun pendiri atau
pemiliknya meninggal dunia. Tanda keikutsertaan seseorang sebagai pemilik adalah saham
yang dimilkinya. Makin besar saham yang dimilki seseorang, semakin besar pula peran   dan
kedudukannya sebagai pemilik perusahaan yang menerbitkan saham tersebut.
Tanggung jawab seorang pemegang saham terhadap pihak ketiga terbatas pada modal
sahamnya. Dengan kata lain, tanggung jawab pemilik terhadap kewajiban-kewajiban
finansial perusahaan ditentukan oleh besarnya.modal yang diikutsertakan pada perseroan.
Pada   perseroan   terbatas,   kekayaan   pribadi   para   pemegang   saham maupun milik para
pimpinan perusahaan itu tidak dipertanggungkan sebagai jaminan terhadap utang-utang
perusahaan. Sesuai dengan namanya, perseroan terbatas, keterlibatan dan tanggung jawab
para pemilik terhadap utang piutang terbatas pada saham yang dimiliki. Perseroan terbatas
adalah perseroan yang modalnya berasal dari penjualan saham (sero).
2.3 Fungsi dan Peran Badan Usaha
Fungsi Badan Usaha
Sebagai lembaga atau institusi bisnis yang bertujuan mem peroleh keuntungan maksimal,
badan usaha memiliki fungsi atau peranan sebagai fungsi komersial dan fungsi sosial.
a. Fungsi Komersial
Fungsi komersial badan usaha meliputi fungsi operasional dan fungsi manajerial.
1) Fungsi Operasional
Fungsi operasional adalah fungsi yang memungkinkan badan usaha dapat melaksanakan
kegiatannya dengan baik untuk mencapai tujuan. Fungsi ini meliputi fungsi pembelian dan
produksi, pemasaran, keuangan, personalia, serta administrasi/akuntansi.
2) Fungsi Manajerial
Fungsi manajerial adalah fungsi badan usaha yang menyatakan bagaimana suatu badan usaha
dikelola secara efisien agar memberikan keuntungan maksimal. Fungsi ini meliputi
perencanaan, peng organisasian, pengarahan, dan pengawasan. Kedua fungsi tersebut bersifat
internal, artinya sampai sejauh mana sebuah badan usaha tersebut mampu menjaga
kelangsungan usahanya sehingga tetap berfungsi bagi badan usaha yang ber sangkutan.
a. Fungsi Sosial
Berbeda dengan fungsi sebelumnya, fungsi sosial badan usaha lebih bersifat eksternal. Fungsi
sosial menyatakan sampai sejauh mana suatu badan usaha mampu memberikan peran secara
nyata bagi lingkungan di luar badan usaha yang bersangkutan. Fungsi social antara lain
sebagai berikut.
1) Penyedia Kesempatan Kerja
Sebagai suatu institusi bisnis, badan usaha akan menyerap tenaga kerja dari masyarakat.
Semakin maju dan berkembang suatu badan usaha, semakin banyak tenaga kerja terserap
karena kesempatan kerja yang tersedia lebih luas.
2) Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
Etika bisnis yang sehat, mengharuskan setiap badan usaha meningkatkan kualitas lingkungan
hidup. Misalnya, menyediakan tempat pengolahan limbah pabrik dalam rangka mengurangi
pencemaran.
3) Fungsi Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Kemajuan dunia usaha akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Semakin maju dan berkembang dunia usaha, semakin banyak kesempatan kerja yang
tersedia. Selain itu, skala usaha juga akan lebih besar karena produk yang dihasilkan akan
lebih banyak dan pangsa pasar juga lebih luas. Dalam jangka panjang akan memengaruhi
tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara yang berarti peningkatan pertumbuhan
ekonomi nasional.
Peran Badan Usaha
a. Peranan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
BUMN memiliki peranan penting dalam perekonomian, yaitu sebagai berikut.
1. BUMN dapat mengelola dan menggunakan cabang-cabang produksi yang pokok untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat secara maksimal demi tercapainya kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat pada umumnya.
2. Pemerintah melalui perusahaan negara (BUMN) dapat melayani masyarakat secara
maksimal.
3. BUMN menjadi salah satu sumber pendapatan negara yang berasal dari pendapatan
nonpajak.
4. BUMN dapat menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat membantu mengatasi
pengangguran.
5. BUMN dapat membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.
Peranan BUMN ditegaskan dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003, yaitu sebagai
berikut.
1. Memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional umumnya dan penerimaan negara
khususnya.
2. Mengadakan pemupukan keuntungan dan pendapatan.
3. Menyediakan kebutuhan umum berupa barang dan jasa yang bermutu dan memadai bagi
pemenuhan hajat orang banyak.
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha swasta dan koperasi.
5. Menyelenggarakan kegiatan usaha yang bersifat melengkapi kegiatan swasta dan koperasi,
antara lain menyediakan kebutuhan masyarakat, baik dalam bentuk barang maupun jasa
dengan memberikan pelayanan yang bermutu dan memadai.
6. Turut aktif memberikan bimbingan kegiatan sektor swasta, khususnya pengusaha golongan
ekonomi lemah.
7. Turut aktif melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan umumnya.
b. Peranan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
BUMS memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional, antara lain:
1. meningkatkan penerimaan devisa negara dari perusahaan swasta yang melakukan kegiatan
ekspor dan impor;
2. membantu pemerintah mengusahakan kegiatan produksi dalam rangka meningkatkan
kemakmuran masyarakat;
3. meningkatkan lapangan kerja untuk mengatasi pengang guran;
4. membantu pemerintah meningkatkan penerimaan negara melalui berbagai pajak.
c. Peranan Koperasi
Koperasi memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional, antara lain:
1. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya;
2. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kehidupan manusia dan masyarakat;
3. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya;
4. berusaha mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
RANGKUMAN
Badan Usaha di definisikan sebagai organisasi yang terstruktur dalam mengelola faktor-
faktor produksi untuk mendapatkan keuntungan. Pengertian lain Badan usaha dalam
buku Kompeten Ekonomi adalah kesatuan yuridis dan ekonomi yang menggunakan faktor
produksi untuk meghasilkan barang dan jasa dengan tujuan mencari keuntungan. Badan
usaha dibedakan dari beberapa jenis, menurut lapangan usahanya badan usaha
agraris, industry, ekstraktif, jasa. Badan usaha menurut permodalannya BUMN, BUMS,
campuran. Badan  usaha menurut hukumnya, perseorangan, firma (Persekutuan), Persekutuan
Komanditer, persero terbatas dan koperasi. Fungsi badan usaha terdiri dari fungsi produksi,
pembelanjaan, pemasaran, personalia, dan fungsi adminitrasi.

KEGIATAN BELAJAR 3
Sistem Pemasaran Agribisnis
3.1. Pengertian dan Cakupan Sistem Pemasaran Agribisnis
Sistem adalah sekolompok item atau bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling
berkaitan secara tetap dalam membentuk satu kesatuan terpadu. Sistem pemasaran adalah
kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang, dan
faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta
mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya. Sistem pemasaran agribisnis
merupakan suatu kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-
fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan
konsumen akhir dan sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai produk yang tercipta oleh
kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, dari tangan konsumen
akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem komoditas. Sistem pemasaran agribisnis
tersebut mencakup kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada dalam
sistem komoditas tersebut, baik secara vertikal berdasarkan urutan penambahan kegunaan
maupun secara horizontal berdasarkan tingkatan kegiatan produktif yang sama. Tingkat
produktivitas sistem pemasaran ditentukan oleh tingkat efisiensi dan efektivitas seluruh
kegiatan fungsional sistem pemasaran tersebut, yang selanjutnya menentukan kinerja operasi
dan proses sistem. Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari terselenggaranya integrasi
vertikal dan integrasi horizontal yang kuat, terjadi pembagian yang adil dari rasio nilai
tambah yang tercipta dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produktif masing-
masing pelaku.
3.2. Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran dapat dicapai dengan mengukur kepuasan dari konsumen, produsen, dan
lembaga pemasaran yang terlibat dalam mengalirkan barang atau jasa. Namun untuk
mengukur kepuasan tersebut sangat sulit sehingga para pakar sering menggunakan indikator
ukuran efisiensi operasional dan efisiensi harga. Indikator efisiensi pemasaran yaitu sebagai
berikut :
a. Efisiensi operasional yaitu teknis untuk mengukur aktivitas pemasaran menggunakan
analisis marjin pemasaran dan farmer’s share. Melalui analisis tersebut dapat diketahui

frekuensi produktivitas dari input-input pemasaran terhadap keuntungan pemasaran yang


diperoleh oleh lembaga-lembaga pemasaran. Tiga cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi operasional, yaitu menurunkan input tanpa menurunkan kepuasan,
kemudian meningkatkan kepuasan tanpa meningkatkan input, selain itu meningkatkan
kepuasan konsumen dan input dengan nilai kepuasan lebih tinggi dibandingkan nilai input.
b. Efisiensi harga yaitu teknis dalam mengalokasikan sumber daya dan mengatur seluruh
produksi pertanian hingga proses pemasaran sehingga dapat menghasilkan harga yang
menguntungkan bagi produsen dan juga memuaskan bagi konsumen. Efisiensi harga tercapai
apabila masing-masing pihak yaitu produsen dan konsumen puas dengan harga yang
ditetapkan, kemudian penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien, serta kegiatan
pemasaran terkoordinasi dengan baik dan lancar antara pembeli dan penjual. Efisiensi
pemasaran telah dicapai jika mampu meningkatkan nilai tambah, menghasilkan keuntungan-
keuntungan yang sesuai dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga
pemasaran, marjin pemasaran (biaya dan keuntungan) yang terjadi relatif sesuai dengan
kepuasan konsumen akhir, dan memberikan pendapatan yang menguntungkan bagi peternak
(farmer’s share) (Asmarantaka, 2014).
3.3 Sistem Pemasaran Merupakan Sistem yang Kompleks
Sektor pertanian Indonesia merupakan suatu sistem yang kompleks karena melibatkan lebih
dari dari 70% penduduk Indonesia sebagai produsen dan 100% penduduknya sebagai
konsumen. Di samping itu, juga melibatkan banyak perusahaan baik yang bergerak dalam
produksi dan pengolahan produk agribisnis maupun yang menyediakan jasa untuk sektor
pertanian. Bahkan produk agribisnis dan hasil olahannya menjadi salah satu andalan produk
ekspor Indonesia di luar minyak dan gas dan menjadi salah satu komponen utama ekonomi
Indonesia. Kompleksitas pada sektor pertanian tersebut memberikan implikasi kepada
kompleksitas sistem pemasaran komoditas pertanian. Sistem pemasaran komoditas pertanian
juga relatif lebih kompleks dibanding komoditas lainnya, di luar komoditas pertanian. Hal ini
disebabkan oleh sifat produk, sistem produksi, serta struktur dan karakteristik pasar produk
pertanian yang khas.

3.4. Sifat-sifat Produk Agribisnis


Produk agribisnis umumnya memiliki sifat rawan terhadap kerusakan, memiliki ukuran yang
besar per tumpukan dan beraneka ragam mutunya. Kerawanan terhadap kerusakan dan
ukuran yang besar per tumpukannya sangat berperan untuk menentukan metode dan tempat
penyimpanan, metode dan alat pengangkutan, serta penjadwalan. Di lain pihak,
keanekaragaman mutu memerlukan standarisasi, pernyortiran, dan pengelompokan
berdasarkan standar produk yang baku atau diinginkan oleh konsumen. Sifat-sifat produk
agribisnis tersebut diuraikan sebagai berikut.
a.      Tidak Tahan Lama
Sifat produk agribisnis yang mudak busuk dan rusak, terutama produk buah-buahan, sayur-
sayuran, daging hasil peternakan dan perikanan, memerlukan penanganan yang cepat dan
cermat untuk menjaga mutu sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. Penanganan yang
dapat dilakukan adalah pengepakan, pendinginan, pengangkutan dengan cepat, dan
pengolahan, sesuai jenis produk. Sifat mudah busuk dan rusak di atas menyebabkan kegiatan
pada fungsi pengangkutan dan penyimpanan menjadi lebih kompleks dan mahal.
b.      Sifat Ukuran yang Besar Per Tumpukan
Sifat tersebut menyebabkan produk agribisnis memerlukan tempat yang besar, terutama
untuk kebutuhan penyimpanan dan pengangkutan. Pengangkutan yang dilakukan dengan
jarak yang relatif jauh dari sumber produk ke daerah pemasaran akan menelan biaya
pengangkutan yang relatif tinggi. Begitu juga dengan fungsi penyimpanan yang dilakuakan,
memerlukan tempat atau gudang yang relatif besar sehingga biaya penyimpanannya juga
relatif besar. Hal ini secara relatif akan memperbesar marjin biaya pemasaran komoditas
tersebut.
c.      Mutu Produk yang Bervariasi
Mutu produk agribisnis bervariasi dari tahun ke tahun, dari musim ke musim, dan dari sentra
produksi yang satu ke sentra produksi yang lainnya. Kualitas produk sangat ditentukan oleh
kesesuaian kondisi terhadap pertumbuhan tanaman, jenis varietas, dan penanganannya. Mutu
produk sangat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti keadaan iklim dan cuaca, keadaan
fisik tanah, peristiwa alam, serangan penyakit dan hama pertanian, serta tingkat penerapan
teknologi produksi dan penanganan pascapanen yang tidak tepat.
3.5.Fungsi-Fungsi Pemasaran
Menurut William J. Shultz, fungsi pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan dalam
bisnis yang terlibat dalam menggerakkan barang dan jasa dari produsen sampai ke tangan
konsumen. Dalam konsep fungsi pemasaran Sofjan Assauri (1987: 19) mengklasifikasikan
fungsi-fungsi pemasaran atas tiga fungsi dasar yaitu; fungsi transaksi/transfer meliputi:
pembelian dan penjualan; fungsi supply fisik (pengangkutan dan penggudangan atau
penyimpanan); dan fungsi penunjang (penjagaan, standarisasi dan grading, financing,
penanggungan resiko dan informasi pasar). Adapun fungsi-fungsi pemasaran yang disoroti
dalam tulisan ini adalah :
1.     Pembelian (Buying)
Ialah fungsi yang mengikuti aktivitas-aktivitas mencari dan mengumpulkan barang-barang
yang di perlukan sebagai persediaan memenuhi kebutuhan konsumen. Fungsi ini pada
dasarnya merupakan proses atau kegiatan mencari penjual dan merupakan tibal balik dari
kegiatan penjualan (Selling). Untuk itu maka, sangat perlu dipahami kegiatan apa saja yang
dapat mengakibatkan orang melakukan pembelian.
2.     Penjualan (Selling)
Mencakup aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk mencari calon pembeli produk yang
ditawarkan dengan harapan dapat menguntungkan. Kegiatan penjualan merupakan lawan dari
pembelian. Buying tidak akan terjadi tanpa selling demikian pun sebaliknya.
3.     Transportasi
Adalah proses pendistribusian atau pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain.
4.     Penggudangan/ penyimpanan
Ialah fungsi penyimpanan produk yang dibeli sebagai persediaan agar terhindar dari resiko
kerusakan maupun resiko lainnya.
5.     Informasi Pasar
Poin ini merupakan fungsi pemasaran yang luas dan penting, karena fungsi ini memberikan
informasi tentang situasi perdagangan pada umumnya yang berhubungan dengan produk,
harga yang inginkan konsumen dan situasi pasar secara menyeluruh. Menurut Sofjan Assauri
(1987: 303) yang dimaksudkan dengan informasi adalah keterangan baik berupa data atau
fakta maupun hasil analisa, pertimbangan atau pandangan dari yang menyampaikan
mengenai kondisi yang berkaitan dengan kebutuhan dalam pengambilan keputusan.

RANGKUMAN
1. Sistem pemasaran agribisnis merupakan suatu kesatuan urutan lembaga-lembaga
pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk
pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen akhir.dan sebaliknya memperlancar aliran
uang, nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga pemasaran, dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem
komoditas.
2. Sektor pertanian Indonesia merupakan suatu sistem yang kompleks karena melibatkan
lebih dari dari 70% penduduk Indonesia sebagai produsen dan 100% penduduknya sebagai
konsumen.
3. Sistem pemasaran yang kompleks tersebut diharapkan dapat memainkan peranan penting
dalam upaya memaksimumkan tingkat konsumsi, kepuasan konsumen, pilihan konsumen dan
mutu hidup masyarakat. pemasaran merupakansuatu kegiatan yang dapat menciptakan atau
menambah nilai/ guna/ekonomis dari suatu produk atau jasa tertentu. Sedangkan nilai
ekonomis akan menentukan tingkat harga dari produk dan jasa itu bagi setiap individu.
Kegiatan pemasaran adalah bentuk kegiatan bisnis oleh suatu badan usaha atau perorangan
dengan tujuan memuaskan keinginan dan memenuhi kebutuhan konsumen akan produk dan
jasa yang diinginkan dengan imbalan mendapatkan keuntungan.

KEGIATAN BELAJAR 4
Manajemen Sumber Daya Manusia Agribisnis
4.1 Kedudukan Manajemen Sumber Daya Manusia
Kedudukan Manajemen Sumber Daya Manusia beradadalam hubungan lini, yaitu kedudukan
yang memperoleh wewenang tertentu untuk mengarahkan dan mengendalikan para pegawai
dalam. Mereka bertanggung jawab untuk menasehati manajer lini di bidang-bidang lain
seperti perekrutan, perintahkerja, dan kompensas

4.2 Perencanaan Sumber Daya Manusia


Perencanaan SDM merupakan proses perencanaan sistematis untuk memaksimalkan sumber
daya manusia sebagai aset utama perusahaan. Tujuan dari perencanaan SDM ini adalah untuk
memastikan kesesuaian antara tenaga kerja dan pekerjaan, baik dari segi jumlah maupun
kualitas yang dibutuhkan. Proses ini didasari oleh supply dan demand dalam konteks SDM
perusahaan.

Perencanaan SDM bermanfaat bagi perusahaan dalam berbagai hal, yaitu:

a. Membantu HR mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja dengan berbagai kualifikasi di


kemudian hari.

b. HR bisa bekerja secara proaktif dalam menemukan kandidat yang sesuai.

c. Sesuai dengan tujuan masing-masing perusahaan, perencanaan SDM memungkinkan HR


untuk mengidentifikasi, memilih, dan mengembangkan kompetensi atau tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan.

Proses Perencanaan SDM

Secara garis besar, proses perencanaan SDM dibagi menjadi 4 langkah yang meliputi:
a. Persediaan Tenaga Kerja Saat Ini

Langkah paling awal yang bisa dilakukan dalam memulai perencanaan SDM yaitu menilai
ketersediaan sumber daya manusia yang ada di perusahaan. Penilaian ini termasuk studi
komprehensif dari berbagai aspek SDM, seperti jumlah, skill, kompetensi, kualifikasi,
pengalaman, usia, jabatan, kinerja, kompensasi, dan lain sebagainya.

Dalam tahap ini, HR juga bisa melakukan wawancara dengan manager tim untuk memahami
tantangan dari sisi SDM yang sedang dihadapi, serta kualifikasi yang dirasa penting untuk
dimiliki oleh karyawan tim tersebut

b. Kebutuhan SDM di Masa Mendatang

Langkah selanjutnya dari perencanaan SDM yaitu menganalisa kebutuhan tenaga kerja di
masa mendatang. Dalam langkah ini, berbagai variabel HR seperti pengurangan SDM,
lowongan yang akan dibuka, promosi jabatan, mutasi karyawan, dan lain sebagainya perlu
dimasukkan ke dalam pertimbangan. Selain itu, variabel tidak terduga seperti pengunduran
diri serta pemecatan juga perlu dijadikan bahan pertimbangan dalam analisa

c. Perkiraan Permintaan SDM


Kemudian, HR bisa mencocokkan tenaga kerja yang ada saat ini dengan perkiraan kebutuhan
tenaga kerja di kemudian hari dan membuat demand forecast (perkiraan permintaan). Dalam
langkah ini, penting juga untuk mengetahui strategi dan objektif bisnis jangka panjang, agar
perkiraan permintaan bisa sesuai untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.

d. Strategi dan Implementasi Pencarian SDM

Setelah mengetahui kekurangan yang dibutuhkan dari evaluasi supply dan demand SDM, HR
bisa mengembangkan strategi berdasarkan perkiraan permintaan SDM yang sudah dibuat.
Strategi yang dibuat tentunya harus bisa memberikan solusi bagi kekurangan masalah SDM
di perusahaan. HR bisa melakukan relokasi, rekrutmen, outsourcing, pelatihan, manajemen
SDM, hingga melakukan perubahan kebijakan terkait SDM. Perusahaan juga bisa
menggunakan jasa konsultan untuk meminimalisir reaksi negatif, terutama mengenai masalah
hukum dan legal.

Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Perencanaan SDM

a. Pertumbuhan (Growth)

Beda perusahaan, beda juga tingkat pertumbuhannya. Dalam melakukan perencanaan SDM,
penting juga bagi para HR untuk mempertimbangkan faktor pertumbuhan finansial dan
kebutuhan perusahaan. Apakah perusahaan memiliki budget? Apakah perusahaan akan
melakukan ekspansi dan membutuhkan banyak SDM?

b. Perubahan (Change)

Perubahan bisa terjadi kapan pun. Ketika perusahaan sedang mengalami perubahan, usahakan
agar HR memiliki fleksibilitas agar bisa memenuhi kebutuhan perusahaan dengan lebih baik.

c. Teknologi (Technology)

Di era yang didominasi oleh teknologi ini, penting bagi HR untuk memahami pentingnya
fungsi dan peran teknologi dalam operasional perusahaan. Jika diperlukan, HR juga bisa
merencanakan pelatihan untuk karyawan mempelajari fitur ataupun perangkat yang
digunakan dalam perusahaan.

4.3 Pengembangan Sumber Daya Manusia


Pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) adalah kerangka kerja untuk membantu
karyawan mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan pribadi dan
organisasi. Pengembangan SDM pada sebuah perusahaan akan dimulai dari proses
onboarding, pengadaan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dengan kelas atau
kursus dan seminar, penyediaan tool yang bisa membantu pekerjaan karyawan dan
sebagainya. Pengembangan sumber daya manusia sangat penting untuk setiap organisasi
yang ingin menjadi dinamis dan berorientasi pada pertumbuhan
Tujuan Pengembangan SDM
Tujuan pengembangan Sumber Daya Manusia secara umum adalah untuk meningkatkan
kualitas para pekerja atau manusia melalui program pendidikan dan pelatihan agar
menciptakan sebuah produk yang berkualitas dan mampu memajukan perusahaan atau
organisasi. Yang menjadi fokus dalam pengembangan ini adalah pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki setiap individu harus mumpuni dan hasil pekerjaan setiap individu
dan kelompok harus diperhatikan untuk mencapai potensi kerja secara maksimal.

Strategi Pengembangan SDM


Dalam melakukan pengembangan SDM yang baik pastilah perusahaan tersebut harus
memiliki strategi yang tepat. Berikut beberapa strategi pengembangan SDM yang  dapat
dilakukan oleh perusahaan.

a. Memberi kesempatan kepada karyawan untuk menyalurkan ide dan gagasan


Karena di dalam suatu perusahaan, karyawan juga berkontribusi dalam mengembangkan
perusahaan atau sebagai roda penggerak suatu perusahaan. Sehingga ide dan gagasan dari
setiap karyawan juga perlu didengarkan dan dipertimbangkan.

b. Memberi penghargaan.

Disini memberikan penghargaan kepada karyawan bertujuan untuk membuat karyawan


lainnya agar termotivasi untuk dapat menjadi lebih baik. Hal tersebut nantinya akan
memberikan kontribusi besar terhadap perusahaan dalam mengembangkan perusahaan.
c. Mengadakan pelatihan.

Ada beberapa jenis pelatihan dan pengembangan SDM yang dapat dilakukan. Diantaranya
adalah skill training, retraining atau pelatihan ulang, cross functional training, team training,
dan creativity training.

4.4 Penilaian Kerja


Performance appraisal atau penilaian kinerja adalah kegiatan menilai dan mengevaluasi
pencapaian, kemampuan, dan melihat pertumbuhan dari karyawan. Kegiatan yang satu ini
sangat perlu dilakukan oleh setiap perusahaan agar bisa mengevaluasi kinerja dan
meningkatkan produktivitas dari karyawan. 
Kriteria Efektivitas Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja juga memiliki beberapa kriteria atau syarat dalam proses pelaksanaannya.
Berikut ini beberapa kriteria yang harus Anda ketahui.

 Sensitivitas
Kriteria pertama yaitu sensitivitas. Dalam kriteria ini, sistem penilaian yang dilakukan
seharusnya bisa memberikan perbedaan di antara pegawai yang memang efektif dan
tidak efektif.

 Dapat diandalkan

Selanjutnya ada sifat dapat diandalkan, yaitu dari hasil penilaian yang diperoleh harus
menunjukkan konsistensi yang tinggi. Selain itu, sistem yang digunakan untuk
prosesnya harus bisa diandalkan dan dipercaya telah menggunakan tolak ukur yang
akurat, objektif, stabil, dan konsisten. 

 Relevan
Kriteria efektivitas penilaian kinerja selanjutnya adalah relevan. Saat dalam proses
penilaian kinerja, harus terdapat kaitan yang sangat jelas antara standar tampilan kerja
dan tujuan utama dari perusahaan. 

 Kepraktisan
Selanjutnya ada kepraktisan, yaitu dapat dengan mudah untuk dimengerti dan
digunakan. Prosesnya harus dimengerti, baik oleh manajer dan karyawan, serta bahasa
yang digunakan jelas dan tidak rumit.

 Dapat diterima

Sifat dapat diterima yaitu setiap perilaku kerja yang telah dinilai bisa diterima oleh
pihak perusahaan dan karyawan.

Proses Penilaian Kinerja


Proses penilaian kinerja memiliki beberapa proses yang harus dilakukan. Memang
seharusnya kegiatan yang satu ini dilakukan secara terus-menerus agar bisa mengetahui
tingkat produktivitas dari karyawan. Berikut ini proses dalam penilaian kinerja. 

a. Analisis pekerjaan
Langkah analisis pekerjaan ini dimulai dari menganalisis jabatan. Analisis pekerjaan akan
lebih mudah untuk mengetahui jabatan atau posisi dari karyawan. Jadi, mereka juga akan
lebih mudah saat menjelaskan seperti apa pekerjaannya, tanggung jawab apa saja yang
dimiliki, serta seperti apa kondisinya saat bekerja. 

Proses analisis pekerjaan penting sekali karena bisa menjadi dasar dari penetapan standar dan
evaluasi. Selain itu, bisa diketahui seperti apa pemahaman dari karyawan mengenai tugas
pekerjaannya serta tanggung jawab yang dimiliki.

b. Sistem penilaian kinerja


Proses penilaian kinerja sebenarnya memiliki empat metode yang perlu diterapkan. Pertama,
ada metode behavioral appraisal system atau penilaian kinerja yang fokus pada penilaian
tingkah laku. Kemudian, ada metode personal/performer appraisal system, yaitu penilaian
kinerja yang fokus pada sifat individu karyawannya.  Ketiga adalah metode result oriented
appraisal system, yaitu penilaian kinerja yang hanya melihat hasil pekerjaannya. Terakhir,
ada metode contingency appraisal system, yaitu penilaian kinerja atas kombinasi beberapa
hal, mulai dari tingkah laku, sifat, dan hasil kerjanya. Dari keempat metode penilaian kinerja
tersebut, perusahaan bisa menggunakan beberapa di antaranya untuk mengevaluasi serta
mengukur hasil kinerja dari para karyawannya. 

c. Standar kinerja
Proses penilaian kinerja selanjutnya yaitu dilihat dari standar kinerja. Hal yang satu ini
digunakan untuk membandingkan hasil kerja dengan standar yang sudah ditentukan oleh
perusahaan. Hasil dari perbandingan tersebut bisa membuat perusahaan mengetahui seperti
apa kinerja dan produktivitas dari para karyawannya. 

Manfaat dari Penilaian Kinerja


Proses penilaian kinerja memang memiliki sejumlah manfaat yang baik bagi untuk karyawan
maupun perusahaannya. Inilah beberapa manfaat yang bisa diambil dari penilaian kinerja
yang dilakukan secara teratur. 
 Meningkatkan produktivitas dari karyawan. Sehingga, bila ada karyawan yang
berprestasi, bisa langsung diberikan apresiasi. 
 Membuat komunikasi antara pihak karyawan dan perusahaan menjadi lebih baik. 
 Mencegah adanya kesalahpahaman yang berkaitan dengan kualitas dan hasil kerja
yang sudah dilakukan.
 Dapat memberikan informasi yang jelas mengenai hasil pekerjaan yang sudah
dilakukan oleh karyawan. 
4.5 Manajemen Konflik
Konflik dalam sebuah bisnis memang sangat rawan, mengingat persaingan bisnis yang
amatlah ketat menjadikan konflik tak dapat dihindari. Tetapi, konflik dapat diatasi dengan
baik jika ada yang mengatur atau istilah lain ada manajemen yang mengatur. Dalam dunia
bisnis sering disebut manajemen konflik.

Manajemen adalah pengelolaan untuk mengatur sebuah organisasi atau sekelompok orang
untuk mencapai tujuan organisasi.Sedangkan konflik adalah proses dua orang atau lebih yang
melakukan tindakan untuk menyingkirkan orang lain.  Jadi, manajemen konflik adalah
sebuah pendekatan yang dilakukan serta diarahkan untuk komunikasi dengan pelaku konflik.
Yang mana pelaku konflik dapat memengaruhi kepentingan bersama suatu organisasi.

Sedangkan enurut ahli Howard Ross, manajemen konflik adalah langkah yang diambil pihak
ketiga dengan tujuan mengarahkan konflik ke hasil tertentu yang mungkin/tidak
menghasilkan hasil akhir berupa penyelesaian konflik atau mungkin/tidak menghasilkan
ketenangan atau hasil mufakat.

Tipe Manajemen Konflik yang Harus Di Ketahui


Dalam manajemen konflik ada beberapa tipe yang digunakan untuk menyelesaikan konflik
yang ada, ada enam macam tipe manajemen konflik, yaitu :

a. Acomodating
Acomodating merupakan usaha yang dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai
pendapat pihak yang terlibat konflik. Nantinya, akan digunakan untuk musyawarah atau
menyelesaikan konflik tersebut. Namun, tetap mementingkan kepentingan dari salah satu
pihak. Hal ini dapat merugikan salah satu pihak yang berkonflik.

b. Avoiding
Avoiding adalah sebuah upaya untuk menghindari sebuah konflik agar tidak terlibat di
dalamnya. Hal ini menjadi cara yang efektif agar lingkungan terhindar dari konflik.

c. Compromising
Berbeda dari acomodating, cara ini lebih memerhatikan kepentingan bersama. Dengan
mendengarkan pendapat dari semua pihak dan memutuskan jalan keluar dengan tetap
mementingkan kepentingan bersama menjadi cara yang adil bagi semua pihak. Cara ini akan
memberikan solusi bagi semua pihak. Ada 4 bentuk kompromi yaitu separasi, atrasi,
menyogok, dan mengambil keputusan secara kebetulan.
1. Separasi artinya pihak yang terlibat konflik dipisahkan untuk menyelesaikan konflik
yang ada.
2. Atrasi artinya pihak yang berkonflik setuju dengan keputusan yang diambil pihak
ketiga atau penengah.
3. Mengambil keputusan berdasarkan faktor kebetulan, dengan cara ini bisa dilakukan
dengan hal-hal yang sederhana tapi tetap berpegang pada aturan yang berlaku.
4. Menyogok merupakan memberikan imbalan untuk pihak yang mengambil keputusan
dengan tujuan pihaknya dapat dimenangkan dalam konflik tersebut. Hal ini mungkin
curang, tetapi bergantung pihak masing-masing yang menyelesaikannya.

d. Colaborating

Colaborating merupakan cara menyelesaikan konflik dengan bekerja sama yang hasilnya


memuaskan semua pihak. Semua pihak akan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah
dengan tetap memerhatikan kepentingan bersama.

e. Competing
Competing adalah cara yang digunakan dengan mengarahkan pihak yang terlibat konflik
bersaing dan memenangkan kepentingan masing-masing pihak. Cara ini pastinya tidak akan
memberikan solusi bagi kedua belah pihak dan yang pasti ada kalah ada yang menang.

f. Conglomeration
Conglomeration merupakan kombinasi atau campuran menyelesaikan konflik dengan cara
menggabungkan lima tipe di atas. Tentunya cara ini akan lebih memakan banyak waktu dan
tenaga.

Strategi Management Konflik


Selain cara menyelesaikan konflik yang ada Anda juga harus memerhatikan awal mula
terjadinya konflik tersebut, kita harus memelajari agar tidak salah langkah dalam mengambil
keputusan untuk menyelesaikan konflik tersebut. Ada beberapa strategi yang dapat digunakan
untuk mengenali konflik yang terjadi :

a. Pengenalan
Sebelum masuk lebih dalam ke konflik yang sedang terjadi, terlebih dahulu Anda harus tahu
akar atau awal mula konflik terjadi dan juga harus tahu keadaan sekitar ketika konflik belum
dan sedang terjadi. Dengan melakukan ini, Anda akan memeroleh informasi awal terjadinya
konflik.

b. Diagnosa
Jika sudah mendapat informasi yang ingin diperoleh seperti siapa saja yang bekonflik, apa
konflik yang dipermasalahkan, awal mula terjadi konflik. Langkah selanjutnya adalah
memikirkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan konflik tersebut.

c. Menyepakati Solusi
Jika sudah memikirkan solusi yang tepat, langkah berikutnya adalah menyepakati solusi yang
dirasa paling tepat untuk mengakhiri konflik. Sebaiknya, solusi yang digunakan tidak berat
sebelah dan juga harus ada pihak penengah.
d. Pelaksanaan
Setelah solusi disepakati bersama, maka langkah selanjutnya adalah semua pihak harus
melaksanakan serta menerima solusi yang telah disepakati. Kesepakatan yang diambil
sebaiknya tidak merugikan salah satu pihak dan diharapkan tidak menimbulkan konflik lagi
kedepannya.

e. Evaluasi
Setelah konflik selesai, lakukanlah evaluasi bersama-sama. Musyawarah kan hal-hal yang
bisa menghindari konflik lagi ke depannya. Evaluasi dilakukan bertujuan untuk untuk tidak
mengulangi kesalahan atau konflik yang pernah terjadi.

Fungsi Manajemen Konflik


Pasti banyak yang bertanya-tanya, apa fungsi dari manajemen konflik? Banyak orang yang
belum tahu mengenai manajemen konflik dan bagaimana cara penyelesaian yang tepat. Pun,
apa fungsinya dalam dunia bisnis.

a. Meningkatkan kinerja dan keaktifan karyawan


Dalam manajemen konflik, mengeluarkan pendapat menjadi sarana yang tepat bagi para
karyawan. Karyawan akan lebih aktif mengemukakan pendapat ketika terjadinya konflik,
karyawan dan atasan akan berdiskusi langsung memikirkan solusi yang tepat. Dengan begitu,
atasan dapat melihat serta meningkatkan kinerja dan keaktifan para karyawannya.

b. Mengembangkan kemampuan karyawan


Dengan adanya manajemen konflik, secara tidak langsung akan mengasah kemampuan para
karyawan untuk lebih berpikir logis, kreatif, dan rasional. Karyawan akan ikut memikirkan
bagaimana menyelesaikan konflik yang sedang terjadi.

Sehingga, kemampuan berpikir karyawan akan mengembang dan meningkat karena sering
diasah untuk ikut memberikan solusi yang tepat. Serta lebih kreatif dalam berpikir dan
tentunya akan meningkatkan skill mereka sebagai karyawan.

c. Melatih kemampuan menyelesaikan konflik


Dalam sebuah perusahaan, konflik pasti akan terus terjadi. Perusahaan yang pernah
mengalami konflik akan lebih berkembang dan maju. Dengan konflik yang terjadi, akan
membuat sebuah perusahaan terbiasa menyelesaikannya dengan solusi yang tepat.
Perusahaan akan lebih mampu bertahan karena sudah terbiasa dengan adanya konflik.

d. Meningkatkan rasa saling menghormati.


Dengan manajemen konflik, akan ada berbagai pendapat yang muncul. Pendapat yang
berbeda-beda bisa menimbulkan sebuah perpecahan. Namun, itu lah tantangannya bagaimana
Anda bisa menghormati pendapat orang lain dan tidak menjatuhkannya. Yang artinya
manajemen konflik berguna untuk meningkatkan rasa toleransi antar semua pihak.

4.6 Kompensasi Pekerja


kompensasi adalah keseluruhan imbalan yang diterima oleh pekerja setelah melakukan
sebuah pekerjaan yang bertujuan untuk memajukan bisnis secara keseluruhan.
Bentuk kompensasi tidak selalu uang atau bawang tetapi bisa juga berupa hal yang tidak
berbentuk, seperti paket liburan atau tambahan cuti.
Bentuk-bentuk Kompensasi Pekerja
Ada beragam kompensasi yang biasa diberikan perusahaan terhadap karyawannya berkaitan
dengan proses usaha yang dilakukan. Sifatnya memang tidak hanya materi saja tetapi juga
bisa berbentuk tunjangan juga. Ada 4 bentuk kompensasi yang biasa diberikan yakni sebagai
berikut:

a. Upah atau Gaji


Dalam sistem upah, beberapa perusahaan biasanya menggunakan sistem pembayaran per jam.
Hal ini tentunya membuat pekerja akan mendapatkan gaji lebih besar pada saat waktu
bekerjanya lebih lama. Sistem upah biasa diterapkan pada buruh atau pekerja di bagian
produksi dan pemeliharaan mesin. Sedangkan sistem gaji biasanya terhitung bulanan atau
mingguan.

b. Insentif
Besar uang yang diterima oleh pekerja biasanya melebihi upah atau gaji yang sudah
ditetapkan. Insentif ini biasanya  sehingga besaran gaji yang diterima menjadi lebih tinggi.
Insentif ini bisa melalui beberapa faktor seperti penjualan yang melebihi target atau
keuntungan lebih. Bisa juga didapatkan dari produktivitas yang meningkat.

c. Tunjangan
Ada bentuk kompensasi perusahaan yang tidak berwujud uang seperti jenis yang lain yakni
tunjangan. Tunjangan biasa berbentuk asuransi baik berupa asuransi kesehatan, keselamatan
pekerja, ataupun asuransi jiwa. Selain itu, tunjangan juga bisa dalam bentuk liburan yang
ditanggung oleh perusahaan serta program pensiun yang berhubungan dengan kepegawaian.

d. Fasilitas
Kompensasi lainnya bisa berupa barang atau bisa disebut juga dengan fasilitas yang diterima
pekerja. Fasilitas yang dimaksud bisa berupa mobil dinas perusahaan, tempat parkir khusus,
ataupun keanggotaan klub olahraga. Kompensasi yang satu ini lebih sering disesuaikan
dengan kemampuan perusahaan memberikan fasilitas dan posisi pekerja tersebut.
Jenis-jenis Kompensasi
Secara umum, keseluruhan komponen dalam kompensasi yang diberikan perusahaan dibagi
ke dalam tiga kelompok. Berikut ini adalah tiga jenis kompensasi yang diberikan perusahaan
kepada karyawannya beserta penjelasannya:

a. Kompensasi Finansial secara Langsung


Biasanya jenis pertama dari kompensasi yang diberikan perusahaan adalah kompensasi
finansial secara langsung. Beberapa hal yang termasuk dalam kompensasi finansial secara
langsung ini yaitu bayaran pokok . Selain itu bayaran insentif seperti komisi, bonus, dan laba
jug termasuk dalam kompensasi jenis ini. Bayaran tertangguh juga bisa dikategorikan pada
jenis kompensasi ini.

b. Kompensasi Finansial Tidak Langsung


Jenis lain dari kompensasi adalah yang tidak diberikan secara langsung kepada pekerja yang
menerima. Kompensasi ini bisa disalurkan melalui program-program proteksi berupa asuransi
ataupun juga bayaran ketika cuti. Fasilitas seperti tempat parker, atau kendaraan yang
diberikan perusahaan juga dikategorikan sebagai kompensasi finansial secara tidak langsung
ini.

c. Kompensasi Non Finansial


Jenis terakhir dari kompensasi ini adalah kompensasi non finansial. Biasanya pemberian
kompensasi ini bisa berupa tanggung jawab atau pekerjaan yang menarik dan penuh
tantangan. Ada juga pembentukan berupa lingkungan kerja yang nyaman dan menenangkan
bisa dikategorikan sebagai kompensasi tipe ini.

Tujuan Kompensasi Perusahaan


Ada banyak sekali dampak positif dan tujuan dari perusahaan kenapa memberikan
kompensasi terhadap karyawannya. Nah, beberapa tujuan lazim perusahaan dalam pemberian
kompensasi adalah sebagai berikut:

a. Mempertahankan Karyawan Berprestasi


Pada saat seorang karyawan bisa memberikan prestasi membanggakan terhadap perusahaan,
saat itu pula citra perusahaan akan naik. Nah karena itulah pemberian kompensasi ini
bertujuan agar karyawan yang potensial tersebut mau terus bekerja dengan perusahaan. Saat
ini perputaran karyawan antar perusahaan cukup tinggi dan kompensasi inilah yang bisa
menahannya.

b. Mendapatkan Karyawan Berkualitas


Ketika hiring atau hendak merekrut pekerja, perusahaan biasanya telah menjabarkan
kompensasi apa saja yang bisa diterima karyawan nantinya. Saat kompensasi bisa dikatakan
cukup besar dan menarik, secara otomatis karyawan berkualitas akan mulai berdatangan
untuk mendaftar. Tingkat kompensasi yang kompetitif sering membuat perusahaan tidak
mendapat karyawan berkualitas.

c. Efisiensi Biaya
Umumnya, perusahaan tidak akan memberikan gaji yang cukup besar di awal pada
karyawannya. Ini dikarenakan kualitas pekerjaan dari karyawan tersebut tidak bisa
diperkirakan apakah baik atau tidak. Ketika dialihkan dalam bentuk kompensasi, maka
perusahaan bisa mengatur bayaran yang sesuai dengan hasil pekerjaan. Etos kerja karyawan
bisa sesuai dengan gaji yang diberikan.

d. Membentuk Rasa Adil


Dalam sebuah perusahaan, biasanya sudah sangat wajar tingkat hasil dari pekerjaan
pekerjanya berbeda. Tak jarang ada pekerja yang mau bekerja lebih keras dari yang lain
dengan pekerjaan yang lebih berat pula. Ketika gaji yang diterima sama rata dengan pekerja
yang lain, maka akan menimbulkan iri. Keadaan seperti ini mutlak perlu diperhatikan agar
setiap karyawan merasa adil.

e. Pemenuhan Administrasi Legalitas


Pemerintah mengatur legalitas perusahaan salah satunya dalam pemberian kompensasi
perusahaan terhadap karyawannya. Hal ini diatur dalam Undang-Undang sehingga setiap
perusahaan harus memenuhinya. Pemberian kompensasi terhadap karyawan ini dijadikan
perusahaan untuk memenuhi administrasi legalitas dari pemerintah ini.

f. Memicu Perubahan Sikap Positif


Adanya kompensasi bagi karyawan bisa membentuk lingkungan kerja yang suportif dan mau
bersaing secara sehat. Keberadaan kompensasi ketika karyawan memberikan usaha lebih
untuk perusahaan bisa menjadi motivasi tersendiri agar lebih baik lagi. Dari kompensasi ini,
perusahaan bisa memberikan bukti kepedulian dan penghargaan terhadap loyalitas pekerja.

4.7 Manajemen Gaji dan Upah


Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima pegawai sebagai konsekuensi dari
kedudukannya sebagai seorang pegawai yang memberikan sumbangan dalam mencapai
tujuan organisasi. Atau, dapat dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima seseorang dai
keanggotaannya dalam sebuah organisasi.Upah kata lain dari gaji yang ditujukan pada
pegawai tertentu, biasanya pada pegawai bagian operasi.
Gaji dan upah bagiandari kompensasi,Kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang
diterima oleh pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam bentuk
uang atau lainnya, seperti gaji, upah, bonus, insentif, tunjangan kesehatan, hari raya, uang
makan, uang cuti, dll.Tujuan kompensasi yaitu untuk menarik pegawai yang berkualitas,
membangun komitmen karyawan, mendorong peningkatan pengetahuan dan keterampilan
dalam upaya meningkatkan kompetensi organisasi secara keseluruhan.

4.8 Tunjangan dan Program Kesejahteraan


a. Untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan karyawan terhadap organisasi. Universitas
Sumatera Utara
b. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi karyawan beserta keluarganya.
c. Memotivasi gairah kerja, disiplin, dan produktivitas kerja karyawan.
d. Menurunkan tingkat absensi dan turnover karyawan.
e. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik dan nyaman.
f. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
g. Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan.
h. Mengefektivitas pengadaan karyawan.
i. Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas manusia
Indonesia.
j. Mengurangi kecelakaan dan kerusakan peralatan perusahaan.
k. Meningkatkan status sosial karyawan beserta keluarganya. Penyelenggaraan kompensasi
tidak langsung bagi perusahaan atau organisasi, haruslah diimbangi dengan suatu manfaat
yang mendatangkan keuntungan.

4.9 Peningkatan Kepuasan Kerja dan Produktivitas Pekerja


 Peningkatan Kepuasan Kerja
1. Menyediakan Lingkungan Terbaik bagi Para Karyawan
Lingkungan tentu saja akan mendukung produktivitas karyawan perusahaan. Karena bila
karyawan merasa tidak nyaman, semangat bekerja malah akan semakin menurun dari waktu
ke waktu. 
2. Berikanlah Pelatihan pada Karyawan
Memberikan pelatihan pada karyawan perusahaan juga sangatlah dianjurkan guna
mendukung kepuasan kerja karyawan. 
3. Fasilitas Pendukung
Fasilitas yang diberikan oleh perusahaan juga bisa memberikan kepuasaan kerja pada
karyawan, selain itu mereka juga bisa lebih produktif tanpa ada hambatan ketika bekerja.
4. Memberikan Semangat Kerja Kepada Karyawan
Tidak sedikit karyawan merasa malas bekerja dalam perusahaan karena mereka tidak
mendapatkan dukungan dari perusahaan, mereka hanya sering mendapatkan tuntutan saja.
5. Berikanlah Dukungan Bila Memberikan Suatu Ide yang Baik untuk Perusahaan
Jangan membuat karyawan merasa segan mengeluarkan pendapat. Meskipun tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan, biarkanlah mereka untuk mempertimbangkannya kembali.
Latihlah mereka untuk terus kreatif dan percaya diri memberitahukan pendapatnya.
 6. Memberikan Tujuan dan Target Sesuai Kemampuan
Karyawan tentunya mempunyai tujuan dan target yang besar.
7. Terimalah Saran dari Karyawan Bila Memang itu Benar dan Baik
Meskipun perusahaan sudah menetapkan suatu target dan tujuan, bukan berarti harus
menutup telinga dari saran yang diberikan oleh karyawannya. Karena bisa jadi, ketika
karyawan menjalankan pekerjaannya mereka menemukan sesuatu yang seharusnya tidak
dilakukan agar karyawan tidak mendapatkan kesalahan.

 Produktivitas Pekerja
Produktivitas tenaga kerja adalah tingkat kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan
produk atau menyelesaikan suatu pekerjaan dengan volume tertentu dalam batas waktu
tertentu dalam kondisi standar dan diukur dalam satuan volume/hari-orang.

RANGKUMAN
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan,
pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Sejarah Manajemen Sumber Daya Manusia sebelum
permulaan abad ke-20 manusia dipandang sebagai barang, benda mati yang dapat
diperlakukan sekehendak oleh majikan, hingga saat ini peningkatan kualitas sumber daya
masih terus dilakukan, karena meskipun suatu negara tidak mempunyai keunggulan
komparatif yang baik, namun mempunyai keunggulan kompetitif, maka negara tersebut bisa
lebih bersaing dengan negara lain. Pendekatannya Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu
dilakukan dengan pendekatan mekanis, pendekatan paternalisme, dan, pendekatan system
social. Tahap pelaksanaannya yaitu recruitment (pengadaan), maintenance (pemeliharaan),
dan development (pengembangan). Fungsi adanya MSDM yaitu perencanaan tenaga kerja,
pengembangan tenaga kerja, penilaian prestasi kerja, pemberian kompensasi, pemeliharaan
tenaga kerja, dan pemberhentian. Urgensi adanya MSDM yaitu karena MSDM berarti
mengatur, mengurus SDM berdasarkan visi perusahaan agar tujuan organisasi dapat dicapai
secara optimum, staffing dan personalia dalam organisasi, meningkatkan kinerja,
mengembangkan budaya korporasi yang mendukung penerapan inovasi dan fleksibilitas.
KEGIATAN BELAJAR 5
Manajemen Produksi dan Operasi Agribisnis
5.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi
Manajemen produksi dan operasi adalah serangkaian kegiatan atau aktivitas untuk
menciptakan, mengkoordinasi, mengatur dan mengelola operasional sistem dengan
memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki (tenaga kerja, peralatan, mesin, tanah,
bangunan, bahan baku dan modal) secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan suatu
barang atau jasa dengan biaya optimum untuk meningkatkan laba perusahaan.

5.2 Ruang Lingkup Manajemen Produksi dan Operasi


Ruang lingkup Manajemen Operasi mencakup tiga aspek utama yaitu:
1) Perencanaan Sistem Produksi.
Secara umum perencanaan & pengendalian produksi dapat diartikan sebagai aktivita
merencanakan dan mengendalikan material masuk, mengalir, dan keluar dari sistem
produksi sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu
penyerahan yang tepat dan biaya produksi yang minimum.
Perencanaan Sistem Produksi ini meliputi Perencanaan Produk, Perencanaan Lokasi
Pabrik, Perencanaan Layout Pabrik, Perencanaan Lingkungan Kerja, Perencanaan Standar
Produksi.
2) Sistem Pengendalian Produksi.
Sistem Pengendalian produksi adalah suatu rangkaian prosedur pelaksanaan proses produksi
yang meliputi pengendalian bahan, harga beli bahan baku, proses produksi, standar kualitas
produksi, tenaga kerja untuk mencapai hasil yang menghabiskan ongkos terendah dalam
waktu tercepat. Meliputi pengendalian proses produksi, bahan, tenaga kerja, biaya, kualitas
dan pemeliharaan. 
3) Sistem Informasi Produksi.
Aspek ini meliputi struktur organisasi, Produksi atas dasar pesanan, Mass Production.
Ketiga aspek dan komponen-komponennya tersebut agar dapat berjalan dengan baik perlu
planning, organizing, directing, coordinating, controlling (Management Process).

5.3 Sistem Produksi Sistem Produksi adalah satu rangkaian operasi yang mengolah atau
memproses input berupa bahan mentah (raw material), bahan setengah jadi (intermediate
product), part, komponen dan/atau rakitan (subassembly) untuk menghasilkan output bernilai
tambah (value added product) atau produk akhir (finished good).
Tujuan Sistem Produksi
Memperhitungkan modal, sistem produksi membantu para pengusaha untuk
memperhitungkan modal yang digunakan. Memenuhi kebutuhan perusahaan, dengan sistem
produksi semua kegiatan produksi akan berjalan lancar dan semua barang produksi yang
dibuat dapat sesuai dengan pesanan.
Sistem produksi terdiri dari berbagai subsistem yang saling berinteraksi seperti Perencanaan
dan pengendalian produksi, pengendalian kualitas, perawatan fasilitas produksi, penentuan
standar operasi, penentuan fasilitas produksi, dan penentuan harga pokok produksi.

5.4 Tipe Produksi Macam-Macam Tipe Proses Produksi


Berdasarkan pertimbangan cermat mengenai faktor-faktor tersebut ditetapkan tipe proses
produksi yang paling cocok untuk setiap situasi produksi. Macam tipe proses produksi dari
berbagai industri dapat dibedakan sebagai berikut (Yamit, 2002):
1. Proses produksi terus-menerus.
Proses produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar aliran produk dari
satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disuatu titik dalam proses. Pada
umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah yang memiliki karakteristik yaitu output
direncanakan dalam jumlah besar, variasi atau jenis produk yang dihasilkan rendah dan
produk bersifat standar.
2. Proses produksi terputus-putus
Produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-menerus dalam proses
produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat sekumpulan atau lebih
komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses, sehingga lebih banyak
memerlukan persediaan barang dalam proses.
3. Proses produksi campuran
Proses produksi ini merupakan penggabungan dari proses produksi terus-menerus dan
terputus-putus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan kenyataan bahwa setiap perusahaan
berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara penuh.

5.5 Perencanaan Produksi


Pengertian proses produksi adalah suatu kegiatan yang menggabungkan berbagai faktor
produksi yang ada dalam upaya menciptakan suatu produk, baik itu barang atau jasa yang
memiliki manfaat bagi konsumen. Proses produksi disebut juga sebagai kegiatan mengolah
bahan baku dan bahan pembantu dengan memanfaatkan peralatan sehingga menghasilkan
suatu produk yang lebih bernilai dari bahan awalnya.
Tujuan Perencanaan Produksi
a. Pemanfaatan sumber daya secara efektif
Perencanaan akan menghasilkan pemanfaatan sumber daya, kapasitas dan peralatan pabrik
secara efektif dan pata akhirnya akan menghasilkan pengembalian berbiaya rendah dan
pemasukan tinggi bagi organisasi.
b. Aliran produksi yang stabil
Perencanaan ini akan memastikan aliran produksi yang teratur dan stabil. Di sini, semua
mesin digunakan secara maksimal dan menghasilkan produksi reguler yang membantu
memberikan pasokan rutin kepada pelanggan.
c. Perkirakan sumber daya
Perencanaan produksi juga membantu memperkirakan sumber daya seperti manusia, bahan,
dll. Perkiraan dibuat berdasarkan perkiraan penjualan, jadi seluruh proses produksi
direncanakan untuk memenuhi persyaratan penjualan.

d. Memastikan jumlah stok yang optimal


Perencanaan produksi memastikan persediaan optimal untuk mencegah kelebihan stok dan
kekurangan stok. Stok selalu di jaga agar sesuai permintaan pasar. Stok bahan baku juga
dipertahankan pada tingkat yang tepat untuk memenuhi permintaan produksi. Stok barang
jadi juga dipertahankan untuk memenuhi permintaan reguler dari pelanggan.
e. Mengkoordinasikan kegiatan departemen
Perencanaan ini dapat membantu mengoordinasikan kegiatan berbagai departemen. Misalnya,
departemen pemasaran berkoordinasi dengan departemen produksi untuk menjual barang
untuk menghasilkan keuntungan bagi organisasi.
f. Meminimalkan pemborosan bahan baku
Perencanaan produksi meminimalkan pemborosan bahan baku. Ini memastikan inventaris
bahan baku dan penanganan bahan yang tepat. Perencanaan yang baik juga memastikan
memproduksi produk atau barang berkualitas dan menghasilkan penolakan minimum. Jadi
perencanaan produksi dan kontrol yang tepat menghasilkan pemborosan minimum.
g. Meningkatkan produktivitas tenaga kerja
Perencanaan produksi meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Di sini, ada pemanfaatan
tenaga kerja secara maksimal. Pelatihan diberikan kepada para pekerja. Keuntungan dibagi
dengan pekerja dalam bentuk peningkatan upah dan insentif lainnya. Pekerja termotivasi
untuk melakukan yang terbaik sehingga menghasilkan peningkatan efisiensi tenaga kerja.
h. Membantu memimpin pasar
Perencanaan produksi membantu memberikan pengiriman barang kepada pelanggan tepat
waktu. Ini karena aliran kualitas produksi yang teratur sehingga perusahaan dapat
menghadapi persaingan secara efektif, dan dapat memimpin pasar.
i. Memberikan lingkungan kerja yang lebih baik
Perencanaan produksi menyediakan lingkungan kerja yang lebih baik bagi para pekerja.
Pekerja mendapatkan peningkatan kondisi kerja, jam kerja yang tepat, cuti dan liburan,
kenaikan upah dan insentif lainnya. Ini karena perusahaan bekerja dengan sangat efisien.
j. Memfasilitasi peningkatan kualitas
Perencanaan produksi memfasilitasi peningkatan kualitas karena produksi diperiksa secara
berkala. Kesadaran kualitas dikembangkan di antara karyawan melalui pelatihan, skema
saran, lingkaran kualitas, dll.
k. Menghasilkan kepuasan konsumen
Perencanaan produksi membantu memberikan pasokan barang dan jasa secara teratur kepada
konsumen dengan harga jauh. Ini menghasilkan kepuasan konsumen.
l. Mengurangi biaya produksi
Yang terakhir, perencanaan yang baik dapat membuat pemanfaatan sumber daya secara
optimal, dan meminimalkan pemborosan. Ini juga mempertahankan ukuran persediaan yang
optimal dan pada akhirnya mengurangi biaya produksi.

Jenis-jenis Perencanaan Produksi


a. Job Method (Metode Pekerjaan)
Dengan metode ini, tugas lengkap pembuatan produk ditangani oleh pekerja tunggal atau
kelompok. Jenis pekerjaan yang menggunakan metode ini bisa berskala kecil atau kompleks.
Metode ini biasanya dimasukkan ketika spesifikasi pelanggan sangat penting dalam produksi.
Penjahit, juru masak, dan penata rambut adalah contoh dari para profesional yang
menggunakan metode pekerjaan dalam perencanaan produksi. Pekerjaan skala kecil adalah
pekerjaan yang produksinya relatif mudah, karena pekerja memiliki keterampilan yang
diperlukan untuk pekerjaan itu. Juga peralatan khusus yang relatif kecil biasanya diperlukan
dalam tugas-tugas seperti itu. Karena pertimbangan tersebut, persyaratan spesifik pelanggan
dapat dengan mudah dimasukkan kapan saja selama itu bisa dilakukan. Pekerjaan yang
kompleks melibatkan penggunaan teknologi tinggi, membuat kontrol proyek dan manajemen
penting. Bisnis konstruksi, misalnya, adalah operasi kompleks yang masih menggunakan
metode pekerjaan dalam perencanaan produksi.
b. Metode Batch
Ketika bisnis tumbuh dan volume produksinya tumbuh bersama mereka, metode perencanaan
produksi Batch menjadi lebih umum. Untuk itu diperlukan pembagian kerja menjadi
beberapa bagian Agar suatu pekerjaan dapat dilanjutkan dan menyelesaikannya secara
keseluruhan, penting agar bagian sebelumnya diselesaikan. Bisnis pembuatan komponen
elektronik menggunakan metode batch. Metode Batch membutuhkan spesialisasi tenaga kerja
untuk setiap divisi.
c. Metode Aliran
Metode ini mirip dengan metode batch. Di sini tujuannya adalah untuk meningkatkan aliran
material dan pekerjaan, mengurangi biaya tenaga kerja dan tenaga kerja dan menyelesaikan
pekerjaan lebih cepat. Berbeda dengan metode batch, di mana satu batch selesai setelah yang
lain, dalam metode ini, pekerjaan berkembang sebagai aliran. Contohnya, jalur perakitan
yang membuat televisi biasanya menggunakan metode ini. Produk ini diproduksi oleh
sejumlah operasi yang saling berhubungan di mana bahan bergerak satu tahap ke tahap kedua
tanpa jeda waktu dan gangguan.
d. Metode Proses
Di sini produk diproduksi menggunakan urutan yang seragam dan standar. Mesin yang sangat
canggih digunakan di sini. Produksi terus menerus, contohnya produksi otomotif.
e. Metode Produksi Massal
Dalam metode ini, barang diproduksi menggunakan standarisasi tertentu seperti manufaktur
raksasa pembuatan produk kesehatan atau obat-obatan.

Tahapan dalam Perencanaan Produksi


a. Routing (Penyusunan Alur)
Routing adalah langkah pertama dalam perencanaan dan kontrol produksi. Routing dapat
didefinisikan sebagai proses menentukan jalur (rute) pekerjaan dan urutan operasi.
Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah:
1. Kuantitas dan kualitas produk.
2. Karyawan, mesin, dan bahan yang akan digunakan.
3. Jenis, jumlah dan urutan operasi pabrik, dan
4. Tempat produksi.

Singkatnya, routing menentukan ‘Apa’, ‘Berapa’, ‘Dengan mana’, ‘Bagaimana’ dan ‘Di
mana’ akan diproduksi. Routing bisa sangat sederhana atau kompleks. Ini tergantung pada
sifat produksi. Dalam produksi berkelanjutan semu hal ini otomatis, yaitu sangat sederhana.
Namun, dalam bisnis yang memberlakukan pesanan pekerjaan, ini sangat kompleks.

Routing dipengaruhi oleh faktor manusia. Karena itu, ia harus mengenali kebutuhan,
keinginan, dan harapan manusia. Ini juga dipengaruhi oleh tata letak pabrik, karakteristik
peralatan, dll.

Tujuan utama routing adalah untuk menentukan (memperbaiki) urutan operasi terbaik dan
termurah dan untuk memastikan bahwa urutan ini diikuti dipabrik.

Routing memberikan metode yang sangat sistematis untuk mengubah bahan baku menjadi
barang jadi. Ini mengarah pada pekerjaan yang lancar dan efisien. Ini mengarah pada
pemanfaatan sumber daya secara optimal; yaitu,tenaga kerja, mesin, bahan, dll. Ini mengarah
pada pembagian kerja dan  memastikan aliran material yang berkelanjutan tanpa mundur
untuk mennghemat waktu dan dana.

b. Scheduling (Penjadwalan)

Penjadwalan adalah langkah kedua dalam perencanaan dan kontrol produksi. Muncul setelah
routing. Penjadwalan berarti:

1. Perbaiki jumlah pekerjaan yang harus dilakukan.


2. Atur operasi pabrik yang berbeda sesuai urutan prioritas.
3. Atur waktu kapan mulai dan selesai. Juga anggal dan waktu, untuk setiap operasi.

Penjadwalan juga dilakukan untuk bahan, suku cadang, mesin, dll. Jadi, ini seperti tabel
waktu produksi. Elemen waktu diberikan kepentingan khusus dalam penjadwalan. Ada
berbagai jenis jadwal; yaitu, jadwal tujuan, jadwal Operasi dan jadwal harian. Penjadwalan
membantu untuk memanfaatkan waktu secara optimal. Proses ini akan melihat bahwa setiap
pekerjaan dimulai dan diselesaikan pada waktu tertentu yang telah ditentukan. Ini membantu
untuk menyelesaikan pekerjaan secara sistematis dan tepat waktu dan membawa koordinasi
waktu dalam perencanaan produksi. Semua ini membantu mengirimkan barang kepada
pelanggan tepat waktu dan juga menghilangkan kapasitas idle atau barang menganggur dan
membuat tenaga kerja terus digunakan. Jadi, penjadwalan adalah langkah penting dalam
perencanaan dan pengendalian produks, terlebih pada pabrik yang memproduksi produk
secara bersamaan.

c. Dispatching (Penugasan)

Dispatching atau penugasan adalah langkah ketiga dalam perencanaan dan pengendalian
produksi. Ini adalah tahap tindakan, tindakan atau implementasi. Muncul setelah routing dan
scheduling. Penugasan berarti memulai proses produksi berdasarkan tanggung jawab. Ini
memberikan otoritas yang diperlukan untuk memulai pekerjaan. Ini didasarkan pada dua
tahap sebelumnya, routing dan scheduling

Dispatching meliputi:

1. Masalah bahan, peralatan, perlengkapan, dll. Yang diperlukan untuk proses produksi
aktual.
2. Masalah pesanan, instruksi, gambar, dll. Untuk memulai pekerjaan.
3. Menyimpan catatan yang tepat untuk memulai dan menyelesaikan setiap pekerjaan
tepat waktu.
4. Memindahkan pekerjaan dari satu proses ke proses lainnya sesuai jadwal.
5. Mulai prosedur kontrol.
6. Merekam waktu idle mesin.

Dispatching dapat dilakukan secara terpusat atau terdesentralisasi:

 Di bawah pengiriman terpusat, pesanan dikeluarkan langsung oleh otoritas terpusat.


 Di bawah desentralisasi penugasan dan dikeluarkan oleh departemen terkait.

d. Follow-up

Follow-up atau peninjauan ulang adalah langkah terakhir dalam perencanaan dan
pengendalian produksi. Ini adalah perangkat pengendali dan berkaitan dengan evaluasi hasil.
Proses ini untuk menemukan dan menghilangkan cacat produk, keterlambatan, keterbatasan,
kemacetan, gap, dan masalah lainnya dalam proses produksi. Tahapan ini juga mengukur
kinerja aktual dan membandingkannya dengan kinerja yang diharapkan dengan cara
melakukan pencatatan pekerjaan, mencari sumber masalah, dan mencatat solusi. Catatan
semacam itu digunakan di masa depan untuk mengendalikan produksi yang lebih baik.

5.6 Produksi Sebagai Sistem yang Menyeluruh


Menurut Downey dan Erickson (1992), manajer agribisnis yang mampu memperkirakan
semua pengaruh yang mungkin atas berbagai variabel produksi menerapkan cara pandang
sistem. Ketiga bagian dari sistem ini yaitu : lokasi, ukuran dan tata letak fasilitas.
a. lokasi
Dalam memilih tempat untuk fasilitas, pada umumnya manajer agribisnis harus
mempertimbangkan 4 hal yaitu: 1) sumber bahan baku, 2) ketersediaan tenaga kerja, 3) lokasi
pasar dan 4) insentif khusus yang tersedia pada daerah tertentu.
Sedangkan menurut Assauri (2008), lokasi penting bagi perusahaan karena akan
mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan
hidup perusahaan. Dengan adanya penentuan lokasi suatu perusahaan yang tepat karena
menentukan: Kemampuan melayani konsumen dengan memuaskan Mendapatkan bahan-
bahan mentah yang cukup dan kontinu dengan harga yang memuaskan/layak Memungkinkan
diaadakan perluasan pabrik di kemudian hari Menurut Yamit (2003), pemilihan lokasi pabrik
terkait dengan pendirian pabrik baru atau perluasan (expansion) pabrik. Perluasan pabrik
disebabkan:
a. Fasilitas-fasilitas produksi dirasakan sudah ketinggalan
b. Permintaan pasar terus berkembang diluar jangkauan kapasitas produksi yang dimiliki
c. Tenaga kerja yang tidak mencukupi
 Sumber Bahan Baku Lokasi agribisnis mungkin akan berdekatan dengan sumber
bahan bakunya jika pada dasarnya hanya dibutuhkan satu jenis bahan baku dan
ongkos angkutnya dalam bentuk bahan baku sangat besar. Misalnya : ongkos angkut
untuk ternak atau buah dan sayuran lebih mahal daripada ongkos angkut untuk hasil
olahan dari bahan tersebut. Agribisnis memerlukan sedemikian banyak jenis bahan
baku dari lokasi yang terpencar dan berjauhan sehingga lebih tepat menempatkan
lokasi produksi di dekat pasar.
 Ketersediaan Tenaga Kerja Wilayah yang berbeda menawarkan jenis tenaga kerja
yang berbeda pula. Disamping itu wilayah tertentu memerlukan upah dan tunjangan
yang lebih tinggi bagi pekerjanya karena biaya hidup yang lebih tinggi di daerah
tersebut. Ada juga daerah yang menjanjikan tingkat produktivitas yang lebih tinggi
serta ketidakhadiran dan pergantian pekerja yang lebih rendah.
 Lokasi Pasar Jika perusahaan membutuhkan banyak jenis bahan bakar dengan ongkos
angkut yang tidak begitu besar, maka penempatan di dekat pasar bisa sangat
menguntungkan. Penempatan yang berdekatan dengan pasar terutama penting bagi
pengecer sehingga pelanggan tidak perlu pergi jauh-jauh untuk membeli.
 Insentif Khusus Industri pertanian membutuhkan air dan pembangkit tenaga yang
besar sebaiknya ditempatkan di daerah yang berlimpah dengan sumber perbekalan
tersebut. Untuk menggairahkan bisnis adakalanya pemerintah menawarkan
keringanan pajak dan biaya listrik atau air disamping kemudahan dalam perijinan dan
penyediaan prasarana yang lebih baik.
b. ukuran pabrik
Ukuran pabrik yang optimal merupakan dimensi penting dari agribisnis. Pada
umumnya unit-unit yang lebih besar lebih mudah dioperasikan, tetapi pabrik yang terlalu
besar hanya akan merupakan pemborosan besar jika ditinjau dari berbagai faktor. Menurut
prinsip skala usaha yang ekonomis, pabrik yang besar biasanya akan mengakibatkan biaya
perunit yang makin kecil. Akan tetapi, ukuran pabrik yang lebih kecil menawarakan lebih
banyak fleksibiltas dalam hal jaraknya ke sumber bahan baku atau ke pasar yang pada
gilirannya mengakibatkan ongkos angkut yang lebih murah.
c. tata letak
Dalam merencanakan tata letak suatu pabrik perlu mempertimbangkan semua proses
dan prosedur yang kan dijalani pabrik, kuantitas dan kualitas yang diperlukan dan setiap jenis
perubahan, jenis, mutu atau permintaan produk di masa mendatang. Menurut Subagyo
(2000), tata letak (layout) pabrik adalah cara penempatan fasilitas-fasilitas yang digunakan di
dalam pabrik. Fasilitas itu misalnya : mesin, alat produksi, alat pengangkutan barang, tempat
pembuangan sampah dan lain-lain. Letak dari fasilitas-fasilitas itu harus diatur sedemikian
rupa sehingga proses produksi dapat berjalan sedemiakian rupa dengan lancar dan efisien.
Sedang menurut Assauri (2008), layout yang baik dapat diartikan sebagia penyusunan
yang teratur dan efisien semua fasilitas pabrik dan buruh (personel) yang ada di dalam pabrik.
Fasilitas pabrik tidak hanya mesin-mesin tapi juga service area termasuk penerimaan dan
pengiriman barang, tempat maintenance, gudang dll. Selain itu juga harus diperhatikan segi
keamanan pekerja. Menurut Yamit (2003), tujuan dan manfaat layout adalah:
a. Meningkatkan jumlah produksi
b. Mengurangi waktu tunggu
c. Mengurangi proses pemindahan bahan
d. Penghematan penggunaan ruangan
e. Efisiensi penggunaan fasilitas
f. Mempersingkat waktu proses
g. Meningkatkan kepuasan dan keselamatan kerja
h. Mengurangi kesimpangsiuran

Macam Tipe Layout yaitu:


1. Layout Proses Dikenal juga sebagai functional layout yaitu : proses pengaturan dan
penempatan fasilitas pabrik seperti mesin dan peralatan yang memiliki karakteristik kerja
yang sama atau memiliki fungsi yang sama ditempatkan pada satu departemen atau bagian.
Dalam layout proses ini, tipe dan karakteristik dari peralatan adalah faktor yang dominan
dalam pengaturan letak fasilitas pabrik.
2. Layout Produk Atau Garis (Line Layout) Layout produk atau garis) adalah pengaturan tata
letak fasilitas pabrik berdasarkan aliran dari produk tersebut. Tipe layout produk / garis ini
merupakan tipe paling populer dan sering digunakan untuk pabrik yang menghasilkan produk
secara massal dengan tipe produk relatif kecildan standar untuk jangka waktu relatif lama.
Tujuan utama dari tata letak seperti ini adalah untuk memudahkan pengawasan dalam
kegiatan produksi.
3. Layout Kelompok Adalah : pengaturan tata letak fasilitas pabrik ke dalam daerah-daerah
atau kelompok mesin bagi pembuatan produk yang memerlukan pemrosesan yang sama.
Setiap produk diselesaikan pada daerah tersendiri dengan seluruh urutan pengerjaan
dilakuakn pada tempat tersebut.
4. Layout Posisi Tetap (Fixed Position Layout) Adalah : pengaturan material atau komponen
produk yang dibuat akan tinggal tetap pada posisinya, sedangkan fasilitas produksi seperti
peralatan, perkakas, mesin-mesin, manusia serta komponen kecil lainnya akan
bergerak/berpindah menuju lokasi material atau komponen produk utama tersebut.
5. Layout Bentuk U Hakekat layout bentuk U adalah pintu masuk dan keluar bahan baku dan
produk akhir berada pada posisi yang sama. Keuntungan dari tata letak model ini adalah
fleksibilitas untuk menambah atau mengurangi jumlah pekerja yang diperlukan bila harus
menyesuaikan dengan perubahan jumlah produksi atau perubahan permintaan. Hal ini dapat
dicapai dengan menambah atau mengurangi jumlah pekerja pada daerah sebelah dalam dari
tempat kerja berbentuk U ini.
6. Layout Gabungan Garis dan Proses Penggabungan kedua tipe layout ini untuk
mengeliminir segala kelemahan yang terdapat dalam layout proses maupun layout garis.
7. Layout Gabungan Garis dan Bentuk U Dengan penggabungan kedua layout ini dapat
mengurangi tenaga kerja pecahan. REFERENSI Downey dan Ericson, Manajemen Agribisnis
(Terjemahan). Erlangga. Jakarta. Heizer dan Barry Render Manajemen Operasi Buku 2.
Salemba Empat. Jakarta Manahan P. Tampubolon Manajemen Operasional. Ghalia
Indonesia. Jakarta Pangestu Subagyo,2000. Manajemen Operasi.BPFE. Yogyakarta Sofjan
Assauri Manajemen Produksi dan Operasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
RANGKUMAN
Manajemen Produksi adalah salah satu cabang manajemen yang kegiatannya
mengatur agar dapat menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa. Untuk
mengatur kegiatan ini, perlu dibuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha-
usaha untuk mencapai tujuan agar barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan apa yang
direncanakan.
Tanpa adanya perencanaan yang matang, pengaturan yang bagus serta pengawasan akan
mengakibatkan jeleknya hasil produksi. Di samping hasil produksi yang harus bagus
kwalitasnya juga harus di pikirkan pula agar jangan sampai terjadi hasil produksi bagus tapi
ongkos yang diperlukan untuk keperluan itu terlalu besar. Biaya produksi yang terlalu tinggi
akan berakibat harga pokok produksinya menjadi besar dan hal ini akan mengakibatkan
tingginya harga jual produk, sehingga akan tidak terjangkau oleh konsumen. Inilah yang
merupakan tugas dari bagian produksi.  Tugas-tugas tersebut akan dapat terlaksana dengan
baik dengan mengacu pada pedoman kerja tertentu. Pedoman kerja yang harus menjadi arah
kerja bagi bagian produksi.
KEGIATAN BELAJAR 6
Pembiayaan Agribisnis
6.6. Definisi Pembiayaan Perusahaan Agribisnis
Pembiayaan adalah aktivitas BMT dalam penyediaan dana dimana dana tersebut didapat dari
anggota yang kelebihan dana, dan disalurkan kepada pihak yang kekurangan dana dengan
kesepakatan pengembaliannya dalam jangka waktu tertentu dan nisbah bagi hasil yang telah
disepakati.
Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik
di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan “hulu” dan “hilir” mengacu pada pandangan
pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Agribisnis,
dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai
subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola
aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga
tahap pemasaran.
Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor
produksi. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi
perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha untuk
perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut yang terdaftar di
pemerintah secara resmi.Jenis perusahaan berdasarkan lapangan usaha:
1. Perusahaan ekstraktif adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengambilan
kekayaan alam
2. Perusahaan agraris adalah perusahaan yang bekerja dengan cara mengolah
lahan/ladang
3. Perusahaan industri adalah perusahaan yang menghasilkan barang mentah dan
setengah jadi menjadi barang jadi atau meningkatkan nilai gunanya
4. Perusahaan perdagangan adalah perusahaan yang bergerak dalam hal perdagangan
5. Perusahaan jasa adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa

Jenis perusahaan berdasarkan kepemilikan:


1. Perusahaan negara adalah perusahaan yang didirikan dan dimodali oleh negara
2. Perusahaan koperasi adalah perusahaan yang didirikan dan dimodali oleh anggotanya
3. Perusahaan swasta adalah perusahaan yang didirikan dan dimodali oleh sekelompok
orang dari luar perusahaan

Unsur-unsur perusahaan
1. Badan usaha
2. Kegiatan dalam bidang perekonomian
3. Terus menerus
4. Bersifat tetap
5. Terang-terangan
6. Keuntungan dan atau laba
7. Pembukuan

Pembiayaan juga memiliki fungsi, di antaranya:


1. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang dan jasa.
2. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund.
3. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga.
4. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada.

Jadi, Pembiayaan perusahaan agribisnis merupakan bagian dari studi keuangan pertanian.
Sektor pertanian, terutama di negara-negara yang sedang berkembang mempunyai kedudukan
yang sangat penting, bahkan yang paling penting dalam sektor ekonomi secara keseluruhan.
Pembiayaan perusahaan agribisnis adalah studi mikro tentang bagaimana menyediakan
modal, kemudian memakai, dan akhirnya mengontrolnya di dalam suatu perusahaan
agribisnis

6.2. Sumber Pembiayaan Agribisnis


Sumber Memperoleh Dana
Ada tiga sumber yang dapat digali manager untuk memperoleh dana yang diperlukan guna
mengoprasikan agribisnis:

 Investasi atau penanaman modal oleh para pemilik


 Peminjaman
 Dana yang berasal dari laba penyusutan
Sumber utama dana agribisnis (lebih dari 50%) merupakan kekayaan bersih (net worth)
perusahaan (modal sendiri).
Alasan Peningkatan Sumber Daya Keuangan
Alasan terpenting peningkatan sumber daya keuangan adalah untuk memperbesar pendapatan
dan laba dengan mengadakan bisnis tambahan. Agribisnis membutuhkan kas sebagai modal
kerja.
Penggunaan yang paling penting atas sumber daya keuangan tambahan adalah untuk
perluasan wilayah dan meningkatkan pertumbuhan bisnis, untuk melakukan aktifitas bisnis
tambahan, untuk menjaga atau meningkatkan likuiditas atau posisi kas perusahaan, dan untuk
meningkatkan posisi bersaing perusahaan.

6.3. Sumber Dana Eksternal


Sumber-Sumber Keuangan Eksternal
Modal dari sumber ekternal adalah modal yang berasal dari luar perusahaan. Sumber modal
yang tersedia untuk setiap agribisnis antara lain : Bank Komersial, Pinjaman dengan Jaminan
Piutang Usaha, Bukti Penerimaan Gudang, Perusahaan asuransi, Lembaga Keuangan
Komersial, Faktor, Peminjaman oleh Koperasi, Kredit Dagang, Leasing atau Penyewaan,
Obligasi, Surat Hutang, Wesel Bayar.

 Bank Komersial
Bank komersial merupakan sumber utama dari dana pinjaman hampir semua
agribisnis. Bank-bank ini menyediakan 80% dari dana pinjaman, kecuali kredit
perdagangan.
 Perusahaan Asuransi
Hampir semua perusahaan asuransi tertarik pada pinjaman jangka menengah dan
jangka panjang untukpembelian aktiva tetap, seperti barang tidak bergerak.
 Lembaga Keuangan Komersial
Lembaga keuangan komersialmerupakan badan keuangan yang mengkhususkan
aktivitasnya pada bidang pinjaman bisnis dan komersial. Lembaga ini lebih berani
mengambil resiko ketimbang bank.
 Faktor
Faktor merupakan sumber dana modal modal yang sangat khusus. Faktor membeli
piutang usaha pada harga yang lebih murah dan memikul sendiri risiko terjadinya
piutang yang tidak dapat ditagih.
 Peminjaman oleh Koperasi
Koperasi agribisnis dapat meminjam dari bank koperasi yang merupakan bagian dari
sistem kredit usaha tani.
 Kredit Dagang
Salah satu sumber modal yang paling diabaikan adalah kredit yang diabaikan adalah
kredit yang diberikan oleh pemasok usaha agribisnis.
 Leasing atau Penyewaan
Leasing memberikan peluang bagi banyak perusahaan agribisnis untuk memperluas
aktiva modalnya tanpa harus meminjam uang.
Sumber Modal Lainnya
Agribisnis dapat membuka banyak sumber modal lainnya, termasuk:
1. Obligasi (bonds)
2. Surat hutang (debentures)
3. Wesel bayar (promissory notes)

6.4. Sumber Dana Internal


Modal internal adalah modal yang dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Modal internal di
dalam suatu perusahaan sebagai berikut : Modal Ekuitas, Saham Biasa, Saham Preferen,
Penyusutan (depreciations).
1. Modal Ekuitas
Menunjukkan dana yang diperoleh perusahaan melalui laba yang ditahan, tambahan
investasi oleh para pemilik, atau penambahan jumlah penanaman modal yang bersedia
memikul resiko kerja.
2. Saham Biasa
Untuk perusahaan kecil, pada umumnya penjualan bagian saham bisa dilakukan kepada
orang yang dikenal oleh pemilik yang ada sekarang.
3. Saham Prefen
Saham prefenadalah saham yang didahulukan oleh perusahaan. Jika suatu perseroan
dilikuidasi, para pemilik saham preferen akan memperoleh pengembalian hak miliknya
terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa.
4. Pembiayaan Internal Lainnya
Persekutuan dapat mkemperoleh lebih banyak modal dengan menjual sebagian
bisnisnya kepada pihak lain yang mau merisikokan uangnya dalam bisnis. Sekutu baru
ini dapat merupakan sekutu biasa dan sekutu dalam.
RANGKUMAN
Pembiayaan perusahaan agribisnis merupakan bagian dari studi keuangan pertanian. Sektor
pertanian, terutama di negara-negara yang sedang berkembang mempunyai kedudukan yang
sangat penting, bahkan yang paling penting dalam sektor ekonomi secara keseluruhan.
Pembiayaan perusahaan agribisnis adalah studi mikro tentang bagaimana menyediakan
modal, kemudian memakai, dan akhirnya mengontrolnya di dalam suatu perusahaan
agribisnis (Kadarsan , 1992). Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk
suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang
berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.

Modal memiliki sumber dari internal (keuntungan ,depresiasi) dan eksternal terdiri dari
kreditur dan pemilik, peserta atau penanam saham di dalam perusahaan(modal asing & modal
sendiri). Peranan modal dalam suatu perusahaan sangat penting dengan adanya modal maka
kegiatan perusahaan akan berjalan dengan baik,dan modal memiliki 3 fungsi yaitu sebagai
faktor produksi, sebagai kontrol atau pengendali perusahaan dan modal sebagai fungsi sosial.
KEGIATAN BELAJAR 7
Manajemen Keuangan Agribisnis
7.1. Manajemen Keuangan Agribisnis
Aspek ini mempertimbangkan akibat dari seluruh keputusan terhadap penerimaan dan laba
perusahaan dibidang agribisnis. Artinya manajer dalam hal ini harus mempertimbangkan
seluruh sumber pembiayaan dari aspek penerimaan. Dalam bahasa yang umum bidang ini
mempertimbangkan kesehatan perusahaan. Peralatan seperti neraca dan laporan laba rugi
adalah perangkat yang umum digunakan sebagai alat analisis dalam menentukan kemampuan
perusahaan.
Dalam usaha agribisnis, pembiayaan dikelompokkan menjadi 2, yaitu biaya tetap (fixed cost)
dan biaya tidak tetap (variable cost).
1. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang besarnya tidak berubah walaupun terjadi
penambahan pada volume produksi. Termasuk dalam kelompok ini adalah: gaji dan
tunjangan, biaya penyusutan (depreciation), biaya perawatan mesin dan gedung, bunga kredit,
asuransi, pajak perusahaan, biaya tak terduga, dan lain-lain.
2. Biaya tidak tetap (variable cost), yaitu biaya yang besarnya berubah sesuai dengan
penambahan dari volume produksi. Termasuk dalarn kelompok ini adalah: bahan baku, bahan
penolong, pengepakan, bahan untuk laboratorium, bahan bakar dan pelumas, pajak penjualan,
sales promotion dan biaya lembur.
Disamping kedua kelompok pembiayaan di atas, dalam penerapannya masih terdapat
pengeluaran pembiayaan lain seperti untuk pengadaan tanah, bangunan, peralatan, maupun
pembiayaan lainnya. Sehingga apabila dikelompokkan, maka pembiayaan ini masuk ke
dalam kelompok Modal Investasi dan Modal Kerja.
a) Modal Investasi, yaitu modal yang dipergunakan untuk keperluan pengadaan atau
pembelian fasilitas yang tidak langsung habis pakai, namun apabila akan digantipun perlu
waktu relatif lama. Termasuk ke dalam kelompok modal investasi adalah: tanah, bangunan,
mesin, peralatan pabrik, pembelian lisensi hak patent, perijinan, pengadaan alat-alat
transportasi, peralatan kantor, perabot kantor, instalasi air dan listrik. Termasuk modal
ketrampilan berupa palatihan pegawai, pembiayaan produksi percobaan, biaya perencanaan
dan lain-lain.
b) Modal Kerja, yaitu: modal yang dipergunakan untuk membiayai keseluruhan kegiatan
usaha agar berjalan lancar sesuai dengan rencana setelah investasi dianggap memadai.
Termasuk dalam kelompok modal kerja antara lain : bahan baku, bahan penolong, bahan
bakar dan bahan pelumas, bahan pembungkus (packing), bahan untuk pembersih air (zat
kimia), gaji, lembur, biaya administrasi dan lain-lain.
7.2. Sumber Permodalan
Untuk menjaga keberlangsungan suatu usaha diperlukan modal dalam jumlah yang cukup.
Terdapat beberapa sumber permodalan yang dapat digunakan untuk menials dan
mengembangkan agribisnis tanaman diantaranya adalah:

 Modal Sendiri, yakni uang yang dikumpulkan dari tabungan (bila bekerja) atau
warisan yang diwariskan orang tua atau hibah pemberian dari orang lain.
 Dari barang yang digadaikan, yakni barang milik sendiri yang digadaikan baik ke
lembaga formal (seperti Perum Pegadaian) atau informal.
 Melakukan peminjaman kepada Bank dan Lembaga Keuangan sejenis Bank, dengan
rnembayar angsuran sesuai tingkat bunga yang ada.
 Mendapat modal dengan bermitra dengan pihak lain yang sering disebut sebagai
kemitraan
 Mendapat pinjaman dari lembaga non formal seperti LSM kemanusiaan dan lembaga
pemberdayaan ekonomi lainnya.
 Modal dengan mengoptimalkan hubungan clengan supplier (pemasok), misalnya
dengan kepercayaan tinggi mengambil barang dulu lalu bayar belakangan.
 Mendapatkan modal dengan melakukan Go Public ke pasar modal, tetapi memliki
persyaratan bisnis yang ketat.
MODAL SENDIRI MODAL PINJAMAN
a. Tidak ada beban bunga a. Beban bunga merupakan factor pengurangan pendapatan dan
keuntungan, sehingga pajak yang dibayar lebih kecil
b. Modal dalam kondisi relatif permanen (jangka panjang)
c. Jika realisasi laba lebih kecil, maka tingkat keuntungan per Rupiah penyertaan belum tentu
lebih rendah daripada menggunakan modal sendiri
d. Penambahan atau pengurangan modal relative lebih fleksibel
e. Jika tingkat bunga kredit lebih kecil daripada tingkat keuntungan yang dicapai, maka
pemilik memperoleh tambahan keuntungan berupa selisih bunga antara kredit dan tingkat
keuntungan tersebut
f. Untuk Penambahan atau pengurangan modal dapat dilaksanakan dalam waktu relative lebih
cepat, tergantung keputusan bersama
g. Akibat penggunaan modal pinjaman, maka kemungkinan memperoleh kesempatan pada
usaha lain masih terbuk
MODAL SENDIRI MODAL PINJAMAN
a. Jumlah pajak yang harus dibayarkan lebih besar karena tidak ada pengurangan beban
bunga
b. Terdapat beban bunga
c. Keuntungan yang diharapkan ternyata lebih kecil, akibatnya keuntungan per rupiah
penyertaan juga berkurang
d. Kerugian akan terjadi jika terdapat kenaikan suku bunga karena berakibat langsung
terhadap penurunan penghasilan
e. Jika tingkat suku bunga lebih kecil daripada tingkat keuntungan yang dicapai, maka
pemilik akan mengalami kerugian berupa selisih bunga kredit dan tingkat keuntungan
tersebut
f. Penambahan atau pengurangan modal relative tidak fleksibel
g. Tidak ada kesempatan untuk melakukan investasi pada usaha yang lain
h. Penambahan atau pengurangan modal tidak dapat dilaksanakan dalam waktu relatif lebih
cepat

7.3. Sumber-sumber Pembiayaan dalam Agribisnis


Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup strategis dalampengembangan dan
pemulihan ekonomi selama berlangsung krisis ekonomi, terutama dalam produksi pangan.
Dalam pembangunan sektor pertanian antara lain dilaksanakan melalui pendekatan system
dan usaha agribisnis berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan tersdesentralistis serta
mencakup baik aspek hulu, budidaya dan aspek hilir, maupun komponen pendukungnya.
Salah satu pendukung bergeraknya usaha agribisnis tersebut adalah dukungan permodalan,
antara lain melalui skim-skim kredit perbankan Skim kredit tersebut adalah Skim Kredit
Ketahanan Pangan (KKP) yang dimulai efektif pada bulan Oktober 2000. Skim kredit untuk
sektor pertanian selama ini terfokus pada usaha budidaya (on- farm) dengan komoditas
terbatas, misalnya seperti KUT (Kredit Usaha Tani) dan KKP (Kredit Ketahanan Pangan).
Padahal usaha agribisnis hulu dan hilir juga memerlukan dukungan pembiayaan dan memiliki
nilai ekonomis yang cukup baik. Untuk itu, Departemen Pertanian memandang perlu adanya
skim kredit yang dapat digunakan untuk membiayai usaha pada aspek hulu , on-farm dan hilir
serta pendukungnya dan untuk berbagai komoditas, yaitu Skim Kredit Agribisnis (SKA).
Sumber pembiayaan lain yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan usaha
agribisnis antara lain adalah : kredit Taskin, Modal, Ventura, Pemanfaatan Laba BUMN,
Pegadaian, Kredit Komersial perbankan (kupedes dari BRI, Swamitra dari bank Bukopin,
Kredit Usaha Kecil dari : BNI, Bank Danamon, BII, Bank Mandiri, Kredit BCA, Kredit
Pengusaha Kecil dan Mikro (KPKM) danri Bank Niaga, Kredit Modal Kerja dari Bank Agro
Niaga dll), dan pemanfaatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di pedesaan.
A. SKIM Kredit Agribisnis (SKA)
Skim Kredit Agribisnis (SKA) tidak saja mencakup usaha on-farm, tetapi juga mencakup
usaha agribisnis hulu dan hilir. Komoditas yang akan dibiayai meliputi komoditas tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan yang merupakan komoditas unggulan (high
value commodities). SKA disusun untuk mendukung pengmbangan agribisnis disektor hulu,
on- farm, dan hilir. Prinsip SKA adalah:
a. Dapat merubah image petani untuk tidak mengandalkan sumber pembiayaan dengan suku
bungan murah.
b. Pengelolaan penggunaan kredit yang transparan.
c. Sistem pengembalian kredit dengan pola reward dan punishment,
d. Fleksibel baik dalam besarnya kredit, pola kredit, jangka pengembalian dan pelayanan,
e. Prosedur dan mekanisme pengajuan, penyaluran dan pengembalian kredit yang sederhana.
Langkah-langkah operasional SKA meliputi:
a. Sebagai tahap awal, pemerintah harus memprioritaskan berupa bank yang mempunyai
kompetensi di sektor agribisnis untuk dapat menyalurkan kredit agribisnis.
b. Pemerintah memfasilitasi pelaksanaan pendidikan perkreditan sektor usaha agribisnis
untuk mendidik tenaga perbankan agar mempunyai kompetensi yang memadahi dalam
bidang kredit agribisnis.
c. Perbankan harus meningkatkan kerjasama dengan Lembaga Asuransi untuk memperkecil
resiko kredit agribisnis antara lain kerjasama dengan PT. Askrindo dan Perum Sarana
Pengembangan Usaha sebagai penjamin kredit agribisnis.
d. Perbankan lebih memberikan kelonggaran persyaratan kredit untuk kredit agribisnis antara
lain dengan kelonggaran syarat audit laporan keuangan maupun syarat penilaian aset.
e. Perbankan melakukan kerjasama dengan instansi terkait seperti Kementrian Keuangan,
Kementrian pertanian, Kementrian Kelautan dan Perikanan, dan Ikatan Akuntansi Indonesia.

2. Sumber Pembiayaan Lainnya Untuk Usaha Agribisnis


Sumber-sumber pembiayaan lainnya untuk mendukung pengembangan agribisnis antara lain
sebagai berikut:
a. Kredit ketahanan pangan (KKP)
KKP adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank Pelaksana
kepada petani, peternak, kelompok (tani dan peternak) dalam rangka pembiayaan
intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, budi daya tebu, peternakan sapi
potong, sapi perah, ayam buras, itik, usaha penangkapan ikan dan pengadaan pangan gabah,
jagung dan kedelai. Dengan demikian untuk komoditas perkebunan yang lain tidak dapat
dibiayai dari skim KKP. Pola penyaluran KKP melalui pola executing, dengan sumber dana
100% berasal dari dana perbankan dan resiko sepenuhnya ditanggung oleh perbankan.
Namun demikian, pemerintah masih menyediakan subsidi suku bunga.
Realisasi penyaluran KKP masih dirasakan belum optimal, hal ini antara lain disebabkan:

 Adanya kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan KKP mengingat trauma


tunggakan KUT yang cukup besar.
 Beberapa Bank Pelaksana masih memerlukan agunan tambahan berupa sertifikat
tanah sebagai persyaratan kredit.
 Masih terbatasnya lembaga penjaminan dan avalis.
 Adanya sumber dana di daerah yang berasal dari APBD dengan bunga rendah
Upaya tindak lanjut agar dana KKP dapat dimanfaatkan secara optimal adalah dilakukan
melalui Pola Kerjasama Kemitraan antara Perbankan, Konsorsium Sarana Produksi/Sarana
Peternakan, Perusahaan Swasta lainnya dan Pemerintah Daerah seperti dilakukan pada
komoditi padi, jagung dan peternakan yang telah dikembangkan di beberapa daerah.
b. Kredit Taskin Agribisnis
Kredit Taskin Agribisnis merupakan kredit berbunga murah yang ditujukan untuk
meningkatkan investasi agribisnis skala kecil/rumah tangga sekaligus untuk mengentaskan
kemiskinan di daerah. Kredit ini bersumber dari Yayasan Dakap dan Yayasan Mandiri.
Beberapa ketentuan Kredit Taskin Agribisnis adalah sebagai berikut:

 Penerima Kredit: Kelompok tani Taskin (keluarga pra sejahtera dan sejahtera).
 Plafon Kredit: Untuk kelompok maksimum Rp 50.000.000 dan untuk anggota
kelompok sebesar Rp 2.000.000
 Suku Bunga: 12% per tahun
 Jangka waktu: 1 sampai dengan 3 tahun.
 Jaminan : Kelayakan usaha
 Bank Pelaksana : Bank BPD
c. Modal Ventura
Modal ventura merupakan salah satu sumber pembiayaan non perbankan yang dipergunakan
untuk semua sektor usaha produktif melalui kerjasama antara Perusahaan Modal Ventura
dengan Pengusaha Kecil/Menengah. Beberapa ketentuan tentang Modal Ventura adalah
sebagai berikut:

 Penerima kredit: Pengusaha kecil dan menengah.


 Plafon kredit :- Perusahaan Modal Ventura daerah Rp 100.000.000
-PT.Bahana Artha Ventura maksimun Rp 500.000.000
 Pola pembiayaan: Pola penyertaan langsung dan bagi hasil.
 Jangka Waktu : 3 sampai 6 tahun
 Pelaksana: PT. Bahana Artha Ventura dan Perusahaan Modal ventura Daerah.
d. Dana laba BUMN
Dana Laba BUMN merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi pengusaha kecil dan
menengah dengan suku bunga yang sangat rendah. Beberapa ketentuan tentang Dana Laba
BUMN adalah sebagai berikut:

 Penerima kredit: Pengusaha kecil dan koperasi


 Plafon kredit: maksimal Rp 25.000.000
 Suku bunga: 6% per tahun
 Jangka waktu: 2 tahun
 Sumber dana : BUMN setempat
e. Pegadaian
Perum Pegadaian telah melaksanakan uji coba gadai gabah di Kabupaten Indramayu
bekerjasama dengan Ditjen Bina Sarana Pertanian dengan hasil cukup baik. Perum Pegadaian
merencanakan pengembangan sistem tunda jual di beberapa propinsi sentra produksi padi,
seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan sebagainya. Prinsipnya
petani dapat memperoleh kredit dari pegadaian dengan jaminan gabah, terutama pada saat
panen raya pada saat harga gabah turun. Dengan demikian Perum Pegadaian juga merupakan
salah satu alternatif sumber pembiayaan untuk pengembangan alsintan. Namun suku bunga
gadai cukup tinggi, yaitu 1,75% per 15 hari maksimum 4 bulan, karena sumber dana yang
digunakan berasal dari kredit komersial.
f. Skim kredit komersial
Skim Kredit Komersial merupakan sumber permodalan dengan suku bunga komersial dan
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor pertanian. Secara garis besar skim kredit
komersial antara lain adalah:
KUPEDES (Kredit Umum Pedesaan) dari BRI
KUPEDES merupakan sumber permodalan di pedesaan yang disalurkan oleh BRI Unit
kepada masyarakat pedesaan untuk sektor pertanian, industry dan jasa. Beberapa ketentuan
tentang KUPEDES adalah sebagai berikut:

 Penerima kredit : Perorangan/perusahaan yang layak


 Sektor usaha : Sektor pertanian, perdagangan, industri dan jasa
 Plafon : Rp 50.000 sampai dengan Rp 50.000.000
 Suku bunga : komersial
 Jaminan : Agunan berupa benda bergerak dan tidak bergerak
SWAMITRA dari Bank Bukopin

 Penerima kredit : Pengusaha/perorangan anggota dan non anggota


 Sektor usaha : Semua usaha produktif
 Plafon : Rp 1.000.000 s/d Rp 50.000.000
 Suku bunga : 30% per tahun (berubah sesuai kondisi pasar)
 Jangka waktu : 1 s/d 3 tahun
 Jaminan : Agunan barang bergerak dan tidak bergerak
Kredit Usaha Kecil dari BNI

 Penerima kredit : Pengusaha kecil


 Plafond kredit : Rp 50.000.000 s/d Rp 350.000.000 (melampirkan NPWP)
 Suku bunga : Komersial
 Jangka waktu : Maksimum 1 tahun (untuk Kredit Modal Kerja), untuk Kredit
Investasi disesuaikan dengan jenis investasi yang dibiayai
 Jaminan : Agunan barang bergerak maupun tidak bergerak
Kredit Usaha Kecil dari Bank Danamon

 Penerima kredit : Pengusaha kecil


 Plafond kredit : 1. KUK mikro : s/d Rp 50.000.000
2. KUK dasar: Rp 50.000.000 s/d Rp 100.000.000
3. KUK prima: Rp 100.000.000 s/d Rp 350.000.000
 Suku bunga : Komersial yang berlaku di pasar
 Jangka waktu : Maksimum 1 tahun (untuk kredit modal kerja), untuk kredit investasi
5 tahun
 Jaminan : Agunan barang bergerak maupun tidak bergerak
Kredit BCA

 Penerima kredit : Pengusaha produktif


 Syarat : Telah menjadi nasabah BCA Selama 3 Bulan, Prudential Banking (5C)
 Plafond kredit : Sesuai kebutuhan debitur
 Suku bunga : Komersial sesuai ketentuan BCA
 Jangka Waktu : Maksimum 1 tahun dapat diperpanjang
 Jaminan : Agunan barang bergerak atau tidak bergerak
Kredit Usaha Kecil dari Bank Mandiri

 Penerima kredit : Pengusaha kecil


 Plafond kredit : Maksimum s/d Rp 350.000.000
 Suku bunga : Komersial sesuai ketentuan Bank Mandiri
 Jangka waktu : Maksimum 1 tahun (untuk Kredit Modal Kerja), dan 10 tahun (untuk
Kredit Investasi)
 Jaminan : Agunan barang bergerak maupun tidak bergerak
Kredit Usaha Kecil dari BII

 Penerima Kredit : Pelaku usaha perusahaan atau perorangan


 Sektor Usaha : Semua usaha produktif (modal kerja dan investasi)
 Plafond Kredit : Maksimum s/d Rp 350.000.000
 Suku Bunga : Komersial sesuai ketentuan BII
 Jangka Waktu : 1. Kredit Modal Kerja: Maksimal 1 Tahun
2. Kredit Investasi: Maksimal 10 tahun
 Jaminan : Agunan barang bergerak maupun tidak bergerak
Kredit Kepada Pengusaha Kecil dan Mikro dari Bank Niaga

 Penerima kredit : Pengusaha mikro dan kecil perseorangan ataupun perusahaan


 Sektor Usaha : Semua usaha produktif
 Suku Bunga : Komersial sesuai ketentuan Bank Niaga
 Jangka waktu : 1 Tahun
 Jaminan : Agunan barang bergerak maupun tidak bergerak
Kredit Modal Kerja dari Bank Agro Niaga

 Penerima kredit : Usaha perorangan/perusahaan yang memiliki ijin usaha


 Sektor usaha : Semua usaha produktif
 Suku bunga : Komersial sesuai ketentuan Bank Agro Niaga
 Jangka waktu : Data tidak tersedia
 Jaminan : sertifikat tanah dan bangunan

B. Lembaga Keuangan Mikro (LKM)


Untuk mengantisipasi kondisi kebijakan perbankan yang bersifat branch banking system
maka dari aspek pembiayaan, Departemen Pertanian mempunyai kebijakan untuk
mengembangkan dan memberdayakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dapat
menjadi sumber pembiayaan dan mudah diakses oleh petani. Kebijakan pengembangan LKM
untuk
Agribisnis ini didasari atas pertimbangan teknis sebagai berikut:
(1) LKM umumnya berada di lokasi yang mudah diakses oleh petani,
(2) Kultur petani kecil, cenderung akan lebih menyukai proses yang singkat, tanpa banyak
prosedur dan memerlukan kredit yang tepat dalam jumlah yang kecil (sesuai kebutuhan), dan
(3) Dengan menggunakan LKM yang umumnya mempunyai keterikatan socio- historical
dengan daerah, (dengan petani di sekitarnya) maka diasumsikan akan mengurangi masalah
“moral hazard" dalam pengembalian kredit.
Untuk mewujudkan program Departemen Pertanian tersebut maka Direktorat Jenderal Bina
Sarana telah mendapatkan bantuan/grant dari pemerintah Perancis melalui Asian
Development Bank dengan tujuan pengembangan keuangan mikro pedesaan untuk agribisnis
melalui 2(dua) pendekatan yaitu:

 Departemen Pertanian akan menggunakan LKM yang sudah ada, berkembang dan
mengakar sesuai dengan kultur masyarakat setempat sebagai lembaga intermediasi
penyaluran kredit mikro agribisnis. LKM ini diharapkan dapat menjadi jejaringan
(networking) Departemen Pertanian dalam menyediakan fasilitas kredit bagi petani
atau berfungsi sebagai lembaga intermediasi penyaluran kredit. Kategori LKM yang
berpotensi untuk dijadikan jejaring LKM Agribisnis adalah BPR di pedesaan, LDKP,
Credit Union, BMT dan Koperasi Simpan Pinjam.
 Departemen Pertanian juga akan mendorong tumbuhnya LKM Agribisnis yang
berasal dari embrio LKM sebagai tindak lanjut dari program pengembangan
kelompok dana bergulir di Departemen Pertanian. Program- progam yang dapat
dikategorikan embrio LKM pertanian antara lain : Kel. Delivery, P4K, PKP, UPKD,
Koptan dll. Kebijakan untuk mendorong penumbuhan LKM yang berasal dari embrio
LKM merupakan peningkatan konsep pemberdayaan kelompok sehingga menjadi
melembaga melalui capacity building atau dalam bentuk training pendampingan
sampai pada titik penguatan modal kerja.
1. Konsep Break Even Point
Perhitungan atau penutupan BEP tergantung pada konsep-konsep yang mendasari
atau asumsi yang digunakan didalamnya.
Menurut Susan Irawati dalam bukunya “Manajemen Keuangan” asumsi dasar yang
digunakan dalam BEP adalah sebagai berikut. Biaya yang terjadi dalam suatu
perusahaan harus digolongkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel. Biaya vaiabel
yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume, sedangkan biaya tetap
tidak mengalami perubahan secara total. Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun
ada perubahan kegiatan, sedangkan biaya tetap perunit akan berubah-ubah. Harga jual
per-unit konstan selama periode dianalisis. Jumlah produk yang diproduksi dianggap
selalu habis terjual. Perusahaan menjual dan membuat satu jenis produk, bila
perusahaan membuat atau menjual lebih dari satu jenis produk maka “perimbangan
hasil penjualan” setiap produk tetap.
2.Analisis rasio keuangan usaha agribisnis
Analisis rasio keuangan ialah suatu alat analisa yang digunakan untuk menilai kinerja
keuangan berdasarkan data perbandingan keuangan pada suatu periode. Adapun data
keuangan yang digunakan meliputi tiga laporan keuangan perusahaan, yaitu laporan
keuangan laba-rugi, laporan arus kas, dan neraca. Laporan keuangan ini digunakan
untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan untuk
mengambil keputusan.
Pengguna utama dari analisis rasio keuangan dibagi menjadi dua pihak, yaitu pihak investor
dan manajemen. Meski menggunakan analisisrasio keuangan yang sama, baik dalam segi
prosedur mau pun jenis analisanya, kedua pihak memiliki tujuan penggunaan masing- masing
mengingat informasi dan wawasan yang dibutuhkan berbeda-beda.
Pihak investor memanfaatkan rasio keuangan untuk mengukur nilai investasi yang dilakukan
sekaligus memprediksi untung atau rugi apabila berinvestasi di sebuah perusahaan.
Dengan melakukan perbandingan rasio antara perusahaan atau bisnis, maka investor mampu
menentukan investasi yang paling menguntungkan. Di sisi manajemen, pemanfaatan rasio
keuangan digunakan untuk memantau kinerja perusahaan sekaligus sebagai tolak ukur dalam
evaluasi perkembangan bisnis. Contoh sederhananya adalah, sebuah perusahaan dapat
mengetahui margin kotor yang rendah dalam analisa rasio keuangan, kemudian memikirkan
cara untuk meningkatkannya.

RANGKUMAN
Sektor Agribisnis merupakan salah satu sektor yang cukup penting dalam menunjang
perekonomian. Salah satu hambatan untuk mengembangkan usaha agribisnis adalah
mendapatkan bantuan modal. Salah satu sumber permodalan bagi usaha agribisnis tanaman
adalah kredit pinjaman yang berasal dari Bank. Hanya saja, Bank tidak dengan mudah
mengucurkan kredit, khususnya bagi usaha pertanaman karena bidang usaha ini dianggap
memiliki resiko tinggi. Untuk mendapat kucuran dana dari Bank, manajer harus
menyelaraskan cara berpikir kita dengan logika perbankkan. Bank bukan lembaga nirlaba
yang memberikan pinjaman curna-cuma. Tujuannya jelas, yaitu mendapatkan keuntungan
dari pinjaman yang diberikan. Tentu saja Bank enggan memberikan pinjaman pada pihak
yang dinilai memiliki kemampuan pengembalian pinjaman yang rendah. Oleh sebab itu
manajer keuangan harus pandai melihat kondisi kesehatan perusahaan dan pandai memilih
sumber permodalan perusahaan, baik dengan modal sendiri ataupun modal pinjaman.
Jadi dalam menentukan komposisi pendanaan dengan melakukan pinjaman manajer harus
mempertimbangkan biaya bunga dan ROE (Return of Equity) yang dihasilkan. Suatu unit
usaha memutuskan untuk melakukan pinjaman untuk beberapa kondisi berikut:

 Jika perusahaan benar-benar kekurangan dana untuk menjalankan atau memperluas


usahanya
 Mengambil kesempatan untuk melakukan investasi diusaha lain.
KEGIATAN BELAJAR 8
Manajemen Risiko Agribisnis
8.1 Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk:
penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan
menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil antara
lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek
negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen
resiko tradisional terfokus pada resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal
(seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum). Menurut
Vibiznews.com, manajemen resiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur resiko,
serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Strategi
yang dapat digunakan antara lain mentransfer resiko pada pihak lain, menghindari resiko,
mengurangi efek buruk dari resiko dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari
resiko tertentu. Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko
yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh
lingkungan, teknologi, manusia, organisasi, dan politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen
resiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya entitas manajemen
resiko (manusia, staff, organisasi).

8.2 Macam-Macam Risiko dalam Agribisnis


Macam- macam manajemen risiko dalam agribisnis dikelompokkan menjadi 3 kelompok,
yaitu:
1. Risiko berdasarkan sifatnya
a). Risiko Spekulatif Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang
dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko spekulatif
kadangkadang dikenal pula dengan istilah risiko bisnis (business risk). Seseorang yang
menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan

pertama investasinya menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Risiko yang


dihadapi seperti adalah risiko spekulatif. Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang
dihadapi yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat menimbulkan kerugian. Jenis
risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar
terjadinya ketidakpastian memberikan peluang keuntungan kepadanya. Umumnya tidak bisa
diasuransikan.
b). Risiko Murni Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu
contohnya adalah kebakaran, apabila perusahaan mengalami kebakaran, maka perusahaan
tersebut akan mengalami kerugian. Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran.
Dengan demikian kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan,
kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu. Salah satu cara
menghindari risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat
diminimalkan. Itu sebabnya risiko murni dapat dikenal dengan istilah risiko yang dapat
diansuransikan (insurable risk).
2. Risiko berdasarkan dapat tidaknya dialihkan
a). Risiko yang dapat dialihkan Risiko yang dapat dialihkan yaitu risiko yang dapat
dipertanggungkan sebagai obyek yang terkena risiko kepada perusahaan asuransi dengan
membayar sejumlah premi. Dengan demikian kerugian tersebut menjadi tanggungan (beban)
perusahaan asuransi.
b). Risiko yang tidak dapat dialihkan, Risiko yang tidak dapat dialihkan yaitu semua risiko
yang termasuk dalam risiko spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan
asuransi.
3. Risiko berdasarkan asal timbulnya
a). Risiko Internal Risiko Internal yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.
Misalnya risiko kerusakan peralatan kerja pada proyek karena kesalahan operasi, risiko
kecelakaan kerja, risiko mismanagement, dan sebagainya.
b). Risiko Eksternal Risiko Eksternal yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau
lingkungan luar perusahaan. Misalnya risiko pencurian, penipuan, fluktuasi harga, perubahan
politik, dan sebagainya.

8.3 Komponen Pokok Risiko Usaha


Komponen-komponen manajemen risiko adalah sebagai berikut:
A. Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah lingkungan yang terbentuk dalam suatu organisasi/perusahaan
sebagai hasil dari filosofi, gaya operasional, dan struktur organisasi perusahaan. Lingkungan
internal memiliki pengaruh besar dalam suatu organisasi sehingga struktur organisasi, budaya
kerja, dan pendelegasian wewenang harus jelas dan tertulis.
B. Penentuan Sasaran
Agar bisa sampai pada tujuan perusahaan, pertama-tama Anda harus tentukan terlebih dahulu
sasarannya. Tentukan apa yang menjadi tujuan perusahaan sehingga risiko yang mungkin
terjadi lebih mudah diidentifikasi dan dikelola. Oleh karena itu, segala kegiatan yang
dilakukan oleh manajemen akan mengarahkan dan menunjang perusahaan untuk sampai pada
tujuan yang telah ditentukan.
C. Identifikasi Peristiwa
Manajemen harus mengidentifikasi kejadian yang berpotensi memengaruhi strategi dan
pencapaian tujuan perusahaan. Peristiwa tersebut bisa memberikan dampak positif atau
negatif.
D. Penilaian Risiko
Setelah mengidentifikasi peristiwa yang memiliki potensi untuk memengaruhi upaya
pencapaian tujuan, langkah manajemen selanjutnya adalah menilai peristiwa-peristiwa
tersebut. Apakah peristiwa tersebut mendekatkan perusahaan kepada tujuannya? Atau justru
menjauhkan darinya?
E. Tanggapan Risiko
Setelah penilaian risiko, perusahaan harus menentukan tanggapannya terhadap risiko
tersebut. Tanggapan itu dapat berupa menghindari, mengurangi, memindahkan, atau bahkan
menerimanya.
F. Aktivitas Pengendalian
Proses ini adalah pembuatan kebijakan untuk memastikan bahwa tanggapan yang telah
ditentukan dilaksanakan dengan baik.
G. Informasi dan Komunikasi
Manajemen harus mengidentifikasi informasi dan berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait
supaya setiap orang dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
H. Pemantauan
Pada komponen ini, manajemen melakukan pemantauan untuk memastikan bahwa setiap
komponen berjalan dengan baik.
8.4 Cara Mengelola Risiko dalam Agribisnis
Upaya mengurangi dampak resiko dalam agribisnis:
Resiko penurunan produksi Dengan penanggungan resiko pada asuransi Resiko
penurunan mutu produk Penerapan teknologi budidaya dan pasca panen Resiko keuangan dan
pembiayaan Diversivikasi, integrasi vertical Resiko perubahan harga Kontrak dimuka, future
market, hedging, agricultural options
Ada empat langkah dasar yang dapat dilakukan oleh pelaku UMKM untuk membuat
pengelolaan risiko
1. Identifikasi risiko
Agar bisa menyusun manajemen risiko, pelaku perlu mempertimbangkan terlebih
dahulu risiko apa saja yang dapat timbul pada kegiatan usaha, yakni risiko internal
sepertu kelancaran arus kas, kelancaran pasokan bahan baku, dil, serta risiko bencana
alam, perubahan peraturan, perubahan peraturan, perubahan, dsb.
2. Penilaian tiap risiko
Setelah semua risiko dapat diidentifikasi dan didaftar, pelaku usaha yang memberikan
penilaian apapun dampak yang besar dari risiko tersebut pada kelangsungan usaha.
Misalnya kelancaran arus kas memiliki nilai risiko risiko, sedangkan pasokan bahan
baku memiliki nilai risiko sedang.
Selain itu, lakukan juga pada terhadap kemampyan perusahaan dalam menghadapi
risiko-risiko tersebut. Jangan lupa, beri perhatian lebih terhadap risiko kritikal, yakni risiko
yang jika terjadi akanberdampak paling signifikan bahkan bisa melumpuhkan usaha.
3. Rencana penanggulangan
Langkah selanjutnya adalah dengan membuat rencana penanggulangan untuk setiap
risiko, terutamauntuk risiko kritikal. Rencana tersebut termasuk hal apa saja yang
perlu dipersiapkan dan dilakukansupaya terhindar dari risiko, atau jika risiko terjadi.
Misalnya, dengan mengasuransikan aset perusahaan, mengasuransikan kesehatan
karyawan, menerapkan standar keamanan untuk mencegah kecelakaan kerja, dan
menghindari transaksi dengan pihak yang memiliki risiko gagal bayar.
4. Monitor dan evaluasi secara berkala
Jika semua rencana penanggulangan selesai, jangan lupa untuk selalu melakukan
pemantauan pada rencana-rencana yang telah disusun tersebut.
8.5 Tahap- tahap Manajemen Risiko
Risiko dalam Manajemen Risiko yang berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh
karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Adapun
tahap – tahapnya yaitu: Tahap-tahap manajemen risiko:
 Mengidentifikasi terlebih dahulu risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan
 Mengevaluasi atas masing-masing risiko ditinjau dari severity (nilai risiko) dan
frekuensinya
 Mengendalikan risiko, secara fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) dan ataupun
secara finansial (risiko ditahan, risiko ditransfer)
 Menghilangkan risiko berarti menghapuskan semua kemungkinan terjadinya kerugian,
misalnya dalam mengendarai mobil di musim hujan, kecepatan kendaraan dibatasi
maksimum 60 km/jam
 Meminimalisasi risiko dilakukan dengan upaya-upaya untuk meminimumkan kerugian,
misalnya dalam produksi, peluang terjadinya produk gagal dapat dikurangi dengan
pengawasan mutu (quality control)
 Menahan sendiri risiko berarti menanggung keseluruhan atau sebagian dari risiko,
misalnya
dengan cara membentuk cadangan dalam perusahaan untuk menghadapi kerugian yang bakal
terjadi (retensi sendiri)

 Pengalihan/transfer risiko dapat dilakukan dengan memindahkan kerugian atau risiko yang
mungkin terjadi kepada pihak lain, misalnya perusahaan asuransi

8.6 Cara Mengidentifikasi Risiko


Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk menemukan secara sistematis dan
berkesinambungan atas resiko (kerugian yang potensial) yang dihadapi perusahaan. Oleh
karena itu, diperlukan checklist untuk pendekatan yang sistematis dalam menentukan
kerugian potensial. Salah satu alternatif sistem pengklasifikasian kerugian dalam suatu
checklist adalah; kerugian hak milik (property losses), kewajiban mengganti kerugian orang
lain (liability losses) dan kerugian personalia (personnel losses).
Metode yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Questioner analisis resiko (risk analysis questionnaire)
2. Metode laporan Keuangan (financial statement method)
3. Metode peta aliran (flow-chart)
4. Inspeksi langsung pada objek
5. Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan
6. Catatan statistik dari kerugian masa lalu
7. Analisis lingkungan Dengan mengamati langsung jalannya operasi, bekerjanya mesin,
peralatan, lingkungan kerja, kebiasaan pegawai dan seterusnya, manajer resiko dapat
mempelajari kemungkinan tentang hazard.
Oleh karena itu, keberhasilannya dalam mengidentifikasi resiko tergantung pada kerja sama
yang erat dengan bagian-bagian lain yang terkait dalam perusahaan.
RANGKUMAN
Resiko adalah kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan
dan sasaran organisasi. Sedangkan Manajemen Risiko yaitu upaya-upaya dalam bentuk
aturan maupun tindakan yang ditujukan untuk mengoptimalkan (meminimalisir) risiko atas
suatu portfolio sesuai dengan Kebijakan Investasi masing-masing dana kelolaan. Penerapan
sistem manajemen risiko mengacu pada peraturan serta ketentuan yang tertuang dalam
kebijakan perusahaan. Manajemen risiko dan pengendalian internal memiliki kesamaan
materi dan komponen, dan saling terkait satu dengan lainnya. Manajemen risiko yang ada
perlu dievaluasi keandalannya. Sementara itu, aktifitas pengendalian akan menjadi optimal
dengan menggunakan pendekatan risiko.
KEGIATAN BELAJAR 9
Manajemen Teknologi Agribisnis
9.1 Pengertian Teknologi
“Teknologi pada hakikatnya melekat pada kehidupan manusia mulai dari teknologi yang
paling sederhana sampai pada yang paling canggih. Teknologi dapat diartikan sebagai proses
yang meningkatkan nilai tambah, produk yang digunakan dan/atau dihasilkan dalam proses
dan sistem di mana proses dan produk merupakan bagian integral.” (Yusufhadi Miarso,2007).
Selanjutnya ada seorang ahli sosiologi lainnya yang memberikan definisi mengenai
teknologi. Castells (2004) dalam buku Manajemen Teknologi Agribisnis menyebutkan bahwa
teknologi merupakan suatu kumpulan alat, aturan dan juga prosedur yang merupakan
penerapan dari sebuah pengetahuan ilmiah terhadap sebuah pekerjaan tertentu dalam suatu
kondisi yang dapat memungkinkan terjadinya pengulangan.
Berikut adalah pengertian teknologi secara umum :
 Teknologi adalah sebuah metode praktis yang digunakan untuk menciptakan sesuatu
yang berguna dan bisa digunakan secara berulang kali.
 Teknologi diciptakan oleh manusia, banyak berhubungan dengan kegiatan praktis
yang dilakukan manusia sehari hari.
 Penciptaan dan juga pengembangan dari sebuah teknologi adalah untuk tujuan
pengembangan diri manusia, dimana teknologi memang sengaja diciptakan untuk
membantu mempermudah pekerjaan dan aktivitas manusia.
 Dasar keilmuan yang dimilki oleh teknologi adalah keilmuan sain, yang merupakan
versi praktis atau praktikal dari sebuah sains.
 Setiap teknologi bisa diciptakan dan juga dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
juga kemampuan yang dimiliki manusia. Batasan dari sebuah teknologi hanyalah
pikiran manusia. Selama manusia bisa mencari ide – ide baru, maka pengembangan
teknologi tidak akan pernah berhenti.

Dengan bantuan teknologi, manusia cenderung mempunyai banyak pilihan dalam


mengembangkan bidang-bidang yang diminatinya. Salah satunya, pilihan yang dapat
ditawarkan untuk pengembangan agroindustri (Gumbira Sa’id et al,2001:21), yakni :
a. Jenis teknologi, prospek, cara penerapan, dan pasar;
b. Jumlah modal yang harus ditanamkan (biasanya disesuaikan dengan besar kecilnya skala
usaha yang akan dilaksanakan);
c.  Cara penanaman modal, baik melalui penanaman modal asing (PMA), penanaman modal
dalam negeri (PMDN), atau non PMA- PMDN;
d.  Produk dan nilai tambahnya.

Selain itu, di dalam buku Manajemen Teknologi Agribisnis, Hubeis(1993) juga melakukan
pembagian tipologi teknologi ke dalam empat kelompok teknologi, yaitu :
1.  Teknologi standar dengan system produksi standar, peralatan standar, dan pekerja
berkualifikasi sedang (contoh : susu pasteurisasi, sirup, dan selai buah-buahan skala
menengah);
2.  Teknologi mutakhir dengan system produksi kompleks, peralatan kompleks dan pekerja
berkualifikasi tinggi (contoh : industri makanan dan minuman kaleng, kultur jaringan, dan
industri kertas);
3.  Teknologi tradisional dengan system produksi standar, peralatan tidak banyak, dan pekerja
kurang berkualifikasi (contoh : industri rumahan gula merah batok, kerupuk sagu, dan ikan
asin);
4.  Teknologi transisi dengan system produksi standar, peralatan sederhana sampai modern,
dan pekerja kurang berkualifikasi (contoh : industri tempe dan tahu skala menengah, industri
pakan ternak, dan nata de coco skala menengah)

9. 2 Pengertian Agribisnis
Agribisnis dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan meliputi manufaktur, distribusi
kebutuhan usaha tani,ternak , proses produksi usaha tani atau ternak, penyimpanan,
pengolahan, serta distribusi hasil atau komoditas dari usaha tani atau ternak dan jenis lainnya.
Definisi lain yang dapat disebutkan mengatakan bahwa agribisnis adalah setiap kegiatan
perusahaan yang dimaksudkan untuk mencapai laba, meliputi bahan-bahan pertanian atau
pengolahan, pemasaran, transportasi, serta distribusi material dan produk- produk
konsumen.(Diktat,2007)

Pengelolaan sumber daya alam serta perubahan teknologi dan kelembagaan sedemikian rupa
untuk menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi
generasi sekarang dan mendatang.
Pembangunan pertanian, kehutanan, dan perikanan harus mampu mengkonservasi tanah, air,
tanaman dan hewan, tidak merusak lingkungan, serta secara teknis tepat guna, secara
ekonomi layak, dan secara sosial dapat diterima. Pengertian di atas membawa
beberapa implikasi pembangunan berwawasan lingkungan, yaitu:
a. Menjamin terpenuhinya secara berkesinambungan kebutuhan dasar nutrisi bagi
masyarakat, baik untuk generasi masa kini maupun yang akan datang,
b. Dapat menyediakan lapangan kerja dan pendapatan yang layak yang memberikan tingkat
kesejahteraan dalam kehidupan yang wajar,
c. Memelihara kapasitas produksi peternakan yang berwawasan lingkungan,
d. Mengurangi dampak kegiatan pembangunan peternakan yang dapat menimbulkan
pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup, dan
e. Menghasilkan berbagai produk peternakan, baik primer maupun hasil olahan, yang
berkualitas dan higienis serta berdaya saing tinggi.

9.3 Pengertian Agribisnis Peternakan


Agribisnis tidak hanya dalam bidang pertanian melainkan terdapat juga agribisnis dalam
bidang peternakan. Agribisnis dalam bidang peternakan hampir sama dengan agribisnis
dalam bidang pertanian yaitu meliputi kegiatan manufaktur, penyimpanan, pengolahan serta
distribusi hasil kepada masyarakat. Pada awalnya pemeliharaan ternak oleh masyarakat
hanya untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga. Namun demikian, sejalan
dengan perkembangan zaman, kegiatan peternakan telah mengalami banyak perubahan dan
perkembangan yang mengarah pada bentuk usaha sebagai sumber pendapatan. Agar dalam
menjalani usaha peternakan bisa menguntungkan maka dibutuhkan pengelolaan efektif dan
efisien yang diistilahkan dengan sebutan agribisnis peternakan.
     Menurut Rahardi dan Hartono (2006:5) Agribisnis peternakan merupakan sistem
pengelolaan ternak secara terpadu dan menyeluruh yang meliputi semua kegiatan mulai dari
manufaktur, distribusi, penyimpanan, dan pengolahan, serta penyaluran dan pemasaran
produk peternakan yang didukung oleh lembaga penunjang seperti perbankan dan kebijakan
pemerintah.

9.4 Pemanfaatan Teknologi dalam Agribisnis


Teknologi sangat berperan penting dalam Agribisnis. Banyak sekali manfaat teknologi dalam
sektor agribisnis, baik itu agribisnis peternakan maupun agribisnis pertanian. Berikut ini
adalah pemanfaatan teknologi dalam Agribisnis baik peternakan maupun pertanian :
a. Aplikasi Teknologi dalam Pengembangan Agribisnis Jeruk
Beberapa subkomponen teknologi seperti penggunaan perangkap kuning, penyiraman tanah
dengan insektisida, penggunaan sex feromon, pemberongsongan, pemangkasan arsitektur,
penyiraman, pemanenan secara benar, dan konsolidasi pengelolaan kebun, memiliki sifat
inovasi yang berkategori nilai rendah. Subkomponen teknologi yang paling menonjol
walaupun baru dikenal petani namun paling cepat dan mudah diadopsi atau diaplikasikan
adalah penggunaan teknologi penyaputan batang dengan bubur Kalifornia. (Ridwan, H.K. et
al.2008).
b. Pemerah Susu Sapi dengan Menggunakan Mesin
Metode pemerahan susu sapi dahulu kala hanya dengan cara tradisional atau memerah
dengan tangan sendiri. Namun sekarang para peternak sapi dapat menghasilkan susu dari
sapinya selain memerah dengan tangan tapi juga terdapat alat modern yakni dengan
menggunakan mesin pemerah susu.
Bagaimana Anda menggunakannya? Anda tinggal memasukan alat pemerah susu tersebut ke
setiap puting sapi betina, lalu otomatis mesin itu menyedot susu sapi kemudian
menampungnya di tempat penampungan dari mesin tersebut. Dengan alat ini susu sapi dapat
Anda peroleh dengan sangat praktis. Anda dapat menghemat waktu karena prosesnya lebih
cepat dibandingkan dengan cara tradisional (memakai tangan) juga hasil perolehan liter susu
sapi lebih banyak. Apabila menggunakan tangan, susu yang bisa diperoleh dari seekor sapi
sehat bisa mencapai 8-9 liter. Namun, apabila menggunakan mesin bisa mencapai 11-12 liter.
Selain itu, susu sapi yang dihasilkan lebih higienis apabila menggunakan mesin.
c. Alat Penanam Padi Jarwo Transplanter
Alat ini direkomendasikan oleh bagian penelitian dan pengembangan (Litbang)
Kementerian Pertanian.Jarwo merupakan kependekan dari jajar legowo dari jawa timur.
Konsep alat ini adalah memberikan jarak yang pas antara satu barisan padi dan barisan padi
lainnya. menururt riset, sistem ini ternyata mampu meningkatkan produksi sampai dengan
30%. Selain itu jarak yang lebar anatar baris juga memudahkan untuk pemeliharaan tanaman
padi. 

Masih banyak lagi teknologi yang digunakan dalam Agribisnis. Tentunya teknologi tersebut
dapat membantu para petani dan peternak dalam mengolah ladang mereka. Teknologi
tersebut memiliki manfaat namun juga dapat merugikan. Manfaat teknologi sudah jelas
seperti yang diatas yaitu dapat membantu petani atau peternak dalam mengelola ladang
mereka. Namun, kerugian akibat dampak teknologi adalah sebagai berikut:
a. Rusaknya tanah pertanian akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan terus
menerus
b.Pekerjaan manusia digantikan oleh teknologi. Jadi, semakin banyak pengangguran
c.Tekanan terhadap tanah yang dihasilkan oleh traktor dan perlengkapannya dapat
menyebabkan pemadatan yang signifikan terhadap lapisan tanah dan juga menghambat
pertumbuhan tanaman).
9.5 Manajemen, Teknologi, dan Agribisnis
Manajemen dalam bidang agribisnis mencakup semua aktivitas yang menerapkan berbagai
prinsip dan pengetahuan umum manajemen yang baku pada kegiatan agribisnis. Dalam
mengelola kegiatan agribisnis, pihak manajemen perlu berkreasi dalam melakukan suatu
terobosan dengan menggunakan keahlian yang unik. Hal ini dikarenakan sifat agribisnis itu
sendiri yang unik.
Menurut Rachmayanti dalam (Gumbira-Sa’id et al,2001:24) Terdapat delapan hal penting
yang menyebabkan manajemen dalam agibisnis bersifat unik yaitu :
 a. Banyak jenis bisnis yang dapat dilakukan dalam sector agribisnis, yakni mulai dari lahan
pertanian sampai ke pengangkutan, pengolahan, penjualan, pengemasan, penyimpanan,
rumah makan, dan lain-lain
b. Terdapat banyak bisnis yang berbeda yang dapat dilakukan untuk menangani perpindahan
barang dari petani ke konsumsi melalui pedagang pengecer
c. Pada dasarnya hampir semua usaha dalam bidang agribisnis berhubungan secara langsung
atau tidak langsung dengan para petani produsen pangan dan serat. Tidak ada industri lain
pun yang dibangun di sekitar produsen bahan baku
d. Skala agribisnis beragam, dari ukuran raksasa sampai dengan ukuran rumah tangga
e. Skala agribisnis biasanya kecil dan harus bersaing di pasar bebas, di mana terdapat banyak
penjual dan sedikit pembeli. Jumlah dan ukuran agribisnis biasanya tidak dapat membentuk
perusahaan monopoli. Pada agribisnis tertentu, diferensiasi produk juga sangat sulit terjadi
f.  Agribisnis cenderung bersifat konservatif, dibandingkan dengan jenis bisnis lainnya. Hal
ini dikarenakan filosofi hidup para petani yang tradisional
g. Agribisnis cenderung berorientasi pada keluarga. Oleh karena itu, banyak usaha dalam
agribisnis yang dikelola oleh keluarga
h. Agribisnis juga cenderung berorientasi kepada masyarakat. Pada umumnya mereka
bertempat tinggal di kota-kota kecil atau pelosok pedesaan.
“Karena bagaimanapun juga suatu usaha akan berjalan baik apabila memiliki manajemen
perusahaan yang tertata dengan baik. Manajemen perusahaan yang semakin baik akan
berpengaruh terhadap reputasi perusahaan dimata semua pihak, baik pembeli, pemasok dan
investor.” (Amalia Sholehana et al.2012)
Dengan memperhatikan delapan faktor tersebut diatas, manajemen dalam bidang agribisnis
merupakan seni dalam menyukseskan penerapan prinsip-prinsip manajemen yang baku,
untuk memenuhi hasil-hasil yang diinginkan, dengan menggunakan berbagai sumber daya
yang terdapat pada perusahaan agribisnis tersebut.
Teknologi secara tidak langsung terkait dengan sistem ekonomi, budaya dan politik.
Perubahan-perubahan teknologi yang terjadi, baik oleh sebab ekonomi, budaya, maupun
politik, dapat menimbulkan dampak positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu, manajemen teknologi diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan manfaat yang diperoleh. Dalam bidang bisnis manajemen teknologi juga
berkaitan erat dengan kegiatan operasional peternakan untuk menghasilkan produk dan jasa
bermutu tinggi.
Menurut Tjakraatmadja (1997), manajemen teknologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan untuk memaksimumkan nilai tambah suatu teknologi dengan cara melakukan
proses manajemen yang tepat. Dengan adanya fungsi manajemen tersebut, maka ruang
lingkup penerapan manajemen teknologi dalam bidang agribisnis menjadi sangat luas, mulai
dari perencanaan teknologi sampai dengan pengawasan teknologi dalam rangka mencapai
nilai tambah yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen.
RANGKUMAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
1. Agribisnis sudah menjadi pola sosial budaya masyarakat di Indonesia dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi dan kebutuhan pangan di Indonesia. Baik itu agribisnis peternakan
maupun agribisnis pertanian.
2. Teknologi sangat berperan penting dalam membantu para peternak dan petani dalam
mengelola Agribisnis. Tetapi, disisi lain terdapat juga kerugian yang diakibatkan oleh
teknologi. Oleh karena itu, kita harus memiliki manajemen yang baik dalam Agribisnis.
3. Dalam agribisnis kita harus bisa menyeimbangkan manajemen dan teknologi karena
diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat yang
diperoleh. Dalam bidang bisnis manajemen teknologi juga berkaitan erat dengan kegiatan
operasional peternakan untuk menghasilkan produk dan jasa bermutu tingg
KEGIATAN BELAJAR 10
Manajemen Kewirausahaan Agribisnis
10.1 Imbalan Dalam Berwirausaha
Imbalan yang didapat dari berwirausaha dapat dikatagorikan kedalam 3 katagori dasar yaitu :
laba, kebebasan, dan kepuasan dalam menjalani.
 Imbalan berupa laba
Imbalan berupa laba adalah motivasi yang lebih kuat bagi wirausaha. Wirausaha mengharap
hasil yang tidak hanya mengganti kerugian waktu dan uang yang mereka investasikan, tapi
juga
memberikan imbalan yang pantas bagi risiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam
mengoperasikan bisnis mereka sendiri.
 Imbalan berupa Kebebasan
Kebebasan untuk menjalana secara bebas perusahaannya merupakan imbalan lain bagi
seorang
wirausaha. Survai yang dilakukan pada bisnis berskala kecil di tahun 1991 menunjukan
bahwa
38 % dari orang-orang yang meninggalkan perkerjaan di perusahaan lain karena mereka ingin
menjadi bos atas perusahaannya sendiri. Seperti wirausaha ini, banyak dari kita mempunyai
keinginan yang kuat untuk membuat keputusan kita sendiri, mengambil risiko dan memungut
imblaan yang ada. Menjadi satu-satunya bos di perusahaan mereka adalah ide yang menarik.
Beberapa wirausaha menggunakan kebebasannya untuk menyusun kehidupan dan perilaku
kerja
pribadinya secara fleksibel.
 Imbalan Berupa Kepuasan Menjalani Hidup
Wirausaha sering kali menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan dalam menjalankan
bisnisnya sendiri. Kadang beberapa orang mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka
lakukan
merupakan suatu keceriaan. Kenikmatan yang mereka dapatkan mungkin berasal dari
kebebasan
mereka, tapi dari kenikmatan tersebut merefleksikan pemenuhan kerja pribadi pemilik pada
barang dan jasa perusahaan. Banyak perusahaan yang dikelolah oleh wirausaha tumbuh
menjadai
besar akan tetapi ada juga yang relative tetap berskala kecil

10.2 Tantangan dalam Berwirausaha


Meskipun imbalan dalam kewirausahaan menggiurkan, tapi ada juga biaya yang berhubungan
dengan kepemilikan bisnis tersebut. Memulai dan mengoperasikan bisnisnya sendiri,
biasanya memerlukan kerja keras, menyita waktu, dan membutuhkan kekuatan emosi.
Wirausaha mengalami tekanan pribadi yang tidak menyenangkan seperti kebutuhan untuk
menginvestasikan lebih banyak waktu dan tenaganya. Banyak wirausaha menggambarkan
kariernya menyenangkan, tetapi sangat menyita segalanya. Kemungkinan gagal dalam bisnis
adalah ancaman yang selalu ada bagi wirausaha. Tidak ada jaminan kesuksesan. Wirausahan
harus menerima berbagai risiko yang berhubungan dengan kegagalan bisnis. Tidak
seorangpun yang ingin gagal, tetapi selalu ada kemungkinan bagi orang yang memulai suatu
bisnis.
10.3 Langkah-Langkah Memulai usaha
Hambatan terbesar saat membuka usaha adalah memulainya. Jika Anda sudah melalui fase
ini, maka langkah selanjutnya relatif bisa Anda jalani. Untuk memulai usaha baru, mari kita
coba langkah-langkah berikut ini.
1. Siapkan Mental
Hal pertama yang harus disiapkan adalah mental. Mental pengusaha berbeda dengan
karyawan. Karyawan cenderung menghabiskan gaji bulanannya. Sedangkan, pengusaha
harus menginvestasikan sebagian penghasilannya untuk mendapatkan penghasilan yang
lebih besar. Maka, ketika kita sudah memilih untuk membuka usaha, terapkanlah mental
sebagai pengusaha.
2. Siapkan Modal
Apapun jenis usahanya, pasti memerlukan modal. Banyak pengusaha yang mengeluhkan
modal. Sebenarnya, tak perlu dirisaukan. Dengan modal kecil pun Anda sudah bisa
membuka usaha. Besarnya modal tergantung dari besar atau kecilnya usaha yang Anda
jalankan.
3. Bidang Usaha
Tentukan bidang usaha yang akan Anda buka. Anda bisa memilih bidang usaha yang
belum pernah ada atau yang sudah banyak. Pada awalnya, orang merasa ragu untuk mulai
membuka usaha, baik bidang yang belum pernah ada maupun yang sudah banyak
dilakukan.
4. Lokasi
Lokasi merupakan peran penting dalam membuka usaha. Lokasi yang ramai diyakini
akan membuat usahamu cepat dikenal dan menarik banyak peminat. Pilih lokasi yang
strategis, yaitu dekat dengan tempat aktivitas masyarakat, kantor, sekolah, atau kampus.
5. Fokus
Fokuslah pada satu bidang usaha terlebih dahulu. Banyak pengusaha yang gagal saat
mulai berkembang, karena tidak fokus pada peningkatan bisnis awal, melainkan terlalu
banyak ingin mencoba bidang usaha lain.
6. Cari Pelanggan
Kenalkan bidang usaha Anda ke luar. Sebarkan informasi barang dagangan atau usaha
jasa Anda ke semua orang, agar bisa mendapatkan klien. Ada banyak cara untuk promosi,
baik dari
7. Cara Berbisnis
Sebenarnya, berbisnis itu mudah, kok. Contohnya, barang seharga Rp1000, tugas Anda
adalah menjualnya dengan harga lebih dari itu, misalnya Rp. 1.500. Intinya, dari sebuah
barang, Anda bisa menjualnya dengan memperoleh keuntungan. Setelah itu, juallah
barang tersebut sebanyak-banyaknya.
8. Pegawai
Pada awal membuka usaha, Anda hanya membutuhkan sedikit pegawai. Selain Anda
sendiri yang mengurus usaha tersebut, Anda bisa melibatkan pasangan atau anggota
keluarga yang lain untuk ikut mengelola. Tujuannya agar mereka dapat ikut merasa
memiliki usaha tersebut. Setelah usaha Anda berkembang, Anda bisa mepekerjakan
pegawai tambahan.
9. Perencana Keuangan
Keuangan untuk membuka bidang usaha, tak hanya terpaku pada modal awal. Ketika
usaha sudah berjalan, Anda harus pandai mengatur alur keluar masuknya uang. Pisahkan
keuangan bisnis dengan keuangan pribadi. Banyak pengusaha yang gagal karena
keuangan pribadi dan bisnis, tercampur aduk.
10. Mulai!
Sudah memikirkan segala sesuatunya? Kalau begitu, mulailah!
11. Risiko
Membangun bisnis, tentu saja ada risikonya. Namun, kalau Anda sudah menyadari
risikonya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semakin maju usaha Anda, reputasi Anda
semakin dipertaruhkan. Karena itu, sambil menjaga kelangsungan bisnis, Anda juga
harus terus menjaga reputasi.
12. Antisipasi Kegagalan
Risiko kegagalan dalam berbisnis, selalu ada. Karena itu Anda dituntut untuk bersikap
tegas dan cepat bertindak, terutama bila melihat sesuatu yang tak beres.
RANGKUMAN
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh sifat dan kepribadian
seseorang. Theofficer of Advocacy of Small Business Administration. bahwa kewirausahaan
yang berhasil padaumumnya memiliki sifat-sifat kepribadian. Seperti telah diungkapkan
bahwa wirausaha sebenarnyaadalah seorang inovator atau individu yang mempunyai
kemampuan naluriah untuk melihat benda-bendamateri sedemikian rupa yang kemudian
terbukti benar, mempunyai semangat. Para ahli mengemukakanbahwa seseorang memiliki
minat berwirausaha karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi(achievement
motive). Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat
untukmencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi.

Anda mungkin juga menyukai