Anda di halaman 1dari 32

S1 KEPERAWATAN

KEPERAWATAN TERKINI
STROKE

Disusun Oleh :
Kelompok 4/ 7C
1. Nuraini Maulida Sareng C2018110
2. Nurul Khotimah C2018111
3. Oktavia Indah Sari C2018112
4. Olyviana Yuni Pratama C2018113
5. Pesta Ari Pratiwi C2018114
6. Pita Sulistyaningsih C2018115
7. Ripti Handayani C2018132
PENGARUH
BOBATH THERAPY
PENGERTIAN BOBATH THERAPY

Metode Bobath adalah suatu metode


terapi latihan pada stroke yang
berasumsi bahwa penderita stroke Bobath therapy merupakan terapi manual
seolah-olah pasien stroke kembali dengan suatu pendekatan inhibisi aktifitas
pada usia bayi sehingga pertumbuhan refleks abnormal dan gerakan normal yang
dan perkembangannya sesuai dengan berfungsi untuk meningkatkan kontrol postur
pertumbuhan bayi normal. Oleh dan gerak selektif melalui fasilitasi (Aksoy
karena itu stroke harus dilatih mulai and Timurtas, 2015).
dari posisi berbaring, miring,
tengkurap, merangkak, duduk,
berdiri, dan berjalan (Putu Artha,
2014).
INDIKASI & KONTRAINDIKASI BOBATH THERAPY

Indikasi Bobath Therapy :


• Adanya cidera atau injury Sistem Kontra Indikasi Bobath Therapy :
Saraf Pusat. • Treatment dihentikan apabila nadi
• Adanya gangguan proprioseptif. melebihi HR max.
• danya masalah motor control. • Adanya pucat.
• Adanya masalah human motor • Adanya sesak nafas.
behaviour
PRINSIP KERJA BOBATH THERAPY
Stimulasi :
Suatu bentuk pemberian rangsangan yang
terdiri dari dua bentuk antara lain :
Fasilitasi : • Stimulasi verbal (dengan aba – aba,
Menggunakan kontrol sensory dan suara/bunyi – sbunyian).
propioceptive untuk mempermudah • Stimulasi non verbal (menggunakan
gerakan. Pemberian fasilitasi adalah bagian rangsang taktil dan propioseption)
dari 1 proses belajar secara aktif dimana
individu memungkinkan untuk mengatasi
inersia, inisiatif, melanjutkan atau Stability merupakan salah satu bagian dari
menyelesaikan satu tugas fungsional. teknik terapi yang bertujuan untuk
membentuk stability untuk mengurangi gerakan
yang abnormal. Stabilisasi yang diberikan
antara lain postural stability dan proximal
stability.
11
PROSEDUR BOBATH THERAPY
Latihan aktif pada abdominal

1. Posisi awal pasien stroke tidur


terlentang
2. Tekuk kedua lutut 90 derajat.
3. Kedua tangan berada di samping
badan dengan posisi pronasi
4. Berikan instruksi untuk
mengangkat pelvic secara
bersamaan dan seimbang kearah
tegak lurus (Pelvic tilt).
5. Lakukan dengan 7 kali
pengulangan.
Latihan gerak fleksi pada
tungkai bawah

1. Posisi awal pasien stroke tidur


terlentang.
2. Berikan fiksasi pada bagian
pelvic.
3. Letakkan tangan pada sisi lateral
telapak kaki sebagai fasilitasi
4. Berikan instruksi melakukan
gerakan menekuk pada lutut
dengan tetap
mempertahankan alignment dari
tungkai.
Latihan untuk otot internal
obligue

1. Posisi insan stroke tidur terlentang


2. Salah satu tungkai ditekuk (fleksi
90 derajat).
3. Berikan fiksasi pada panggul (hip
joint).
4. Berikan fasilitasi pada lutut tungkai
yang ditekuk dengan memberikan
stimulasi kearah lateral (abduksi
hip).
5. Berikan instruksi untuk melakukan
gerakan secara aktif dan perlahan.
6. Lakukan minimal sebanyak 7 kali
pengulangan
Latihan gerak aktif pada
tungkai bawah

1. Posisi pasien stroke tidur terlentang


2. Posisi awal fleksi lutut dan hip
3. Pegangan fisioterapis pinggung dan
telapak kaki yang memberikan stimulasi
kearah dorsal fleksi saat tungkai di
gerakkan.
4. Berikan stabilisasi pada sisi lateral lutut
untuk menjaga alignment
5. Berikan instruksi untuk melakukan
gerakan ekstensi lutut (seperti
menendang dengan tumit) dengan
dorsofleksi pada ankle dan internal rotasi
untuk menjaga alignment
6. Lakukan secara perlahan minimal 7 kali
pengulangan.
Latihan gerak postural set

1. Posisi awal pasien stroke tidur terlentang


2. Berikan sanggahan berupa box sehingga
hip dan knee membentuk sudut fleksi 90
derajat.
3. Lakukan koreksi alignment kepala
terhadap sternum
4. Berikan fasilitasi agar kepala mengarah
ke sternum (fleksi leher)
5. Berikan fasilitasi agar pasien stroke
mengangkat tubuh kearah fleksi.
6. Berikan fasilitasi pada area upper
thorakal untuk melakukan gerakan fleksi
7. Berikan instruksi agar insan stroke
meniup setiap gerakan dilakukan.
Latihan aktif lateral
abdominal

1. Posisi awal pasien stroke tidur


terlentang.
2. Kedua tungkai disanggah dengan
paha fisioterapis
3. Arahkan kedua tungkai pasien
stroke ± 45 derajat kontra lateral.
4. Berikan fasilitasi pada sisi lateral
pelvic dan abdominal.
5. Berikan fasilitasi untuk elevasi
pelvic
6. Lakukan secara perlahan dengan 7
kali pengulangan.
Latihan aktif persiapan posisi
tidur ke duduk

1. Posisi awal pasien stroke tidur terlentang.


2. Kedua tungkai berada di tepi bed
3. Berikan fasilitasi pada siku untuk
melakukan tumpuan.
4. Berikan fiksasi pada salah satu sisi pelvic
(ipsilateral dengan tumpuan siku)
5. Berikan fasilitasi pada lengan sisi kontra
lateral agar mengangkat tubuh diawali
6. dengan fleksi kepala sejajar dengan
sternum (head control).
7. Lakukan secara perlahan agar terjadi
tumpuan tubuh pada salah satu sisi dari
pinggul (os ischii/tulang duduk)
Fasilitasi area lengan

1. Posisi pasien stroke duduk di tepi


bed.
2. Berikan fasilitasi gerak pada lengan
pasien stroke kearah fleksi bahu
yang diikuti oleh eksternal rotasi
mulai pada 90 derajat fleksi shoulder
dengan mengarahkan secara aktif
siku bergerak kedalaman.
Latihan stabilisasi postur

1. Posisi pasien stroke berdiri.


2. Letakkan alat bantu dengan
menggunakan kotak atau benda
lainnya setinggi 30 cm yang dapat
menopang salah satu kaki.
3. Tempatkan salah satu kaki diatas
kotak, sehingga membentuk sudut
900
4. Posisi tangan terapis pada sisi
abdominal dan gluteal.
5. Lakukan fasilitasi pada pelvic
kearah backward dan superior.
6. Lakukan secara bergantian
kearah foreward.
Fasilitasi pola berjalan

1. Posisi pasien stroke berdiri


2. Berikan topangan pada postur dengan
eksternal rotasi lengan.
3. Berikan fasilitasi kepada pasien stroke untuk
melakukan pemindahan berat badan ke salah
satu sisi (salah satu tungkai).
4. Berikan instruksi agar pasien stroke
mempertahankan pelvic dengan
gerakan backward.
5. Berikan fasilitasi pada tungkai bawah agar
melakukan gerakan melangkah.
6. Pegangan pada sisi lateral telapak kaki,
kemudian berikan fasilitasi agar punggung
kaki melakukan gerakan dorsal fleksi.
7. Berikan instruksi kepada pasien stroke agar
menjaga kepala tetap tegap (tidak menunduk).
8. Berikan instruksi agar fase menapak diawali
oleh tumit atau gerakan searah dengan tumit.
Fasilitasi pola jalan

1. Posisi pasien stroke berdiri


2. Posisi terapis di depan atau dibelakang pasien
stroke.
3. Pegangan terapis pada kedua sisi lateral
pelvic.
4. Berikan fasilitasi kepada pasien stroke untuk
melakukan pemindahan berat badan ke salah
satu sisi (salah satu tungkai).
5. Berikan rangsangan agar pasien stroke
mempertahankan pelvic dengan
gerakan backward.
6. Berikan instruksi kepada pasien stroke agar
menjaga kepala tetap tegap (tidak menunduk).
7. Berikan instruksi agar fase menapak diawali
oleh tumit atau gerakan searah dengan tumit.
Fasilitasi pola jalan

1. Posisi pasien stroke berdiri


2. Posisi terapis di depan atau dibelakang pasien
stroke.
3. Pegangan terapis pada kedua sisi lateral
pelvic.
4. Berikan fasilitasi kepada pasien stroke untuk
melakukan pemindahan berat badan ke salah
satu sisi (salah satu tungkai).
5. Berikan rangsangan agar pasien stroke
mempertahankan pelvic dengan
gerakan backward.
6. Berikan instruksi kepada pasien stroke agar
menjaga kepala tetap tegap (tidak menunduk).
7. Berikan instruksi agar fase menapak diawali
oleh tumit atau gerakan searah dengan tumit.
STIMULASI AUDITORI MENGGUNAKAN MUROTTAL
TERHADAP VITAL SIGNS

Stimulasi auditori adalah pemberian stimulasi audio melalui pendengaran


(baik dalam bentuk suara langsung maupun melalui rekaman audio) ke satu
sisi tubuh, sisi lain, atau kedua sisi sekaligus, pada orang yang dapat
mengidentifikasi di mana suara itu terdengar.

Stimulasi auditori menggunakan murottal merupakan salah satu terapi


komplementer yang mempunyai cara kerja dengan mengantarkan
gelombang suara sehingga menstimulasi perubahan reseptor.
Terapi stimulasi auditori menggunakan
murottal diberikan 2 kali/hari selama
5 hari untuk setiap responden dan
terapi diberikan setelah pemberian obat
analgetik. Untuk klien dengan
pemberian analgetik secara intra vena,
Waktu Pemberian
maka terapi stimulasi auditori Intervensi Stimulus
menggunakan murottal diberikan 30
menit setelah pemberian analgetik,
Auditori
sedangkan bagi klien dengan jenis
analgetik paracetamol dan golongan
NSAID rute pemberian oral diberikan 1
jam setelahnya.
CONTOH
ASKEP
PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas Pasien
a. Nama : Ny.P
b. Usia : 65 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMP
f. Alamat : Boyolali
g. Nomer RM : 1201208
h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Tn.P
b. Usia : 68 tahun
c. Alamat : Boyolali
d. Pekerjaan : Swasta
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMP
g. Hubungan dengan pasien : Suami
RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan ny.p mengalami kelemahan anggota gerak, sulit untuk berkomunikasi, dan
mengalami penurunan tingkat kesadaran
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Serangangan strok sering terjadi lebih sering disaat ny.p melakukan aktifitas sehingga menyebabkan
nyeri kepala, mual, muntah dan kejang
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga ny.p mengatakan bahwa ny.p pernah menderita penyakit hipertensi, diabetes melitus, dan
penyakit jantung
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga ny.p mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit apapaun semua
keluarga dalam kondisi sehat
f. Thorax
PEMERIKSAAN FISIK • Inspeksi: Simetris kiri dan kanan
• Palpasi : Fremitus sama kiri dan kanan
a. Tingkat Kesadaran • Perkusi : Bunyi sonor
Tingkat kesadaran pasien deliruam karena • Auskultasi : Vesikuler
ny.p tidak dapat melakukan aktivitas setiap g. Jantung
harinya dan juga mengalami gangguan • Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
b. Tanda -Tanda vital • Palpasi : Ictus cordis teraba
▨ TD : 160/100 mmHg • Perkusi : Batas jantung normal
▨ Suhu : 37,5°C • Auskultasi : Vesikuler
▨ RR : 32x/menit h. Abdomen
▨N : 82x/ menit • Inspeksi : Simetris tidak ada asites
c. Rambut • Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar
Rambut pasien berwarna hitam, tidak ada • Perkusi : Timpani
Kuti, tidak berketombe dan ramputnya lurus • Auskultasi : bising usus tidak terdengar
d. Wajah i. Ekstremitas
Wajah pasien terlihat pucat, mata terlihat • Atas
lelah Pasien terpasang infus, CRT normal dan
e. Leher pasien tidak dapat melawan tahanan.
Pasien mengalami gangguan menelan • Bawah
Kaki kiri pasien fleksi dan pasien tidak
mampu melawan bila diberi tahanan pada
kaki.
ANALISA DATA
No Hari/Tgl/Jam Data Fokus Problem Etiologi

1 Kamis, 21 DS : Perfusi serebral Infark pada


Oktober 2021 • Keluarga pasien mengatakan tidak efektif jaringan otak
tingkat kesadaran pasien
08.00 WIB menurun.
• Pasien mengeluh sakit kepala

DO :
• Pasien terlihat gelisah dan
cemas
• TD : 160/100mmHg
• N : 82x/menit
• RR : 32x/menit
• S : 37,5°C
ANALISA DATA
No Hari/Tgl/Jam Data Fokus Problem Etiologi

2 Kamis, 21 DS : Gangguan Gangguan


Oktober 2021 • Keluarga pasien mengataka komunikasi verbal neuromuskular
pasien tidak mampu
08.00 WIB komunikasi dengan baik dan
tidak dapat mendengar dengan
baik.

DO :
• Pasien terlihat berbicara
terbata-bata.
ANALISA DATA
No Hari/Tgl/Jam Data Fokus Problem Etiologi

3 Kamis, 21 DS : Gangguan Gangguan


Oktober 2021 • Pasien mengatakan tidak bisa mobilitas fisik neuromuskular
melakukan aktivitas dengan
08.00 WIB baik jika melakukan aktivitas
harus dibantu.

DO :
• Kekuatan otot menurun pasien
terlihat dibantu saat melakukan
aktivitas.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Perfusi serebral tidak efektif berhubungan
dengan infark pada jaringan otak

2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan


dengan penurunan sirkulasi serebral

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan


dengan gangguan neuromuskular
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Intervensi

Perfusi serebral tidak efektif berhubungan 1. Monitor TTV.


dengan infrak pada jaringan otak 2. Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang
3. Berikan posisi semi fowler.
4. Berikan terapi stimulus auditori (murrotal)
5. Berikan Pendidikan Kesehatan kepada
keluarga pasien untuk mengurangi tingkat
kecemasan pasien.
6. Kolaborasi dalam pemberian obat.
Diagnosa Keperawatan Intervensi

Gangguan komunikasi verbal 1. Monitor kecepatan, kejelasan, dan


berhubungan dengan penurunan volume berbicara
sirkulasi serebral 2. Gunakan metode komunikasi
alternatif.
3. Berikan terapi AIUEO
4. Berikan dukungan psikologis.
5. Anjurkan bicara perlahan.
6. Kolaborasi dengan terapi wicara.
Diagnosa Keperawatan Intervensi

Gangguan mobilitas fisik berhubungan 1. Identifikasi fungsi dan gerak sendi.


dengan gangguan neuromuskular 2. Kaji ulang kekuatan otot.
3. Berikan posisi tubuh optimal untuk
pemberian gerak aktif dan pasif .
4. Berikan latihan ROM dan Bobath therapy.
5. Anjurkan ambulasi sesuai toleransi.
6. Kolaborasi dengan fisioterapi untuk
mengembangkan dan melaksanakan
program latihan
THANKS
FOR ATTENTION!
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon and infographics & images by
Freepik

Anda mungkin juga menyukai