Sap PP No. 71 HN 2010
Sap PP No. 71 HN 2010
g
m
ha
m
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
ku
www.djpp.depkumham.go.id
.g
m
ha Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
m
ku
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
www.djpp.depkumham.go.id
.g
m
ha 6. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat IPSAP,
adalah penjelasan, klarifikasi, dan uraian lebih
lanjut atas PSAP.
m
7. Buletin Teknis SAP adalah informasi yang berisi
penjelasan teknis akuntansi sebagai pedoman bagi
ku
pengguna.
8. SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam
pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui
ep
Pasal 2
www.djpp.depkumham.go.id
.g
m
ha (1)
Pasal 3
BAB II
PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Pasal 4
Pasal 5
www.djpp.depkumham.go.id
.g
m
ha (2) Rancangan perubahan PSAP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun oleh KSAP sesuai dengan
mekanisme yang berlaku dalam penyusunan SAP.
m
(3) Rancangan perubahan PSAP sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disampaikan oleh KSAP kepada
Menteri Keuangan.
ku
Pasal 6
Pasal 7
www.djpp.depkumham.go.id
.g
m
ha dimaksud pada ayat (1) pada pemerintah daerah
diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.
m
Pasal 8
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
www.djpp.depkumham.go.id
.g
m
ha Pasal 10
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
PATRIALIS AKBAR
www.djpp.depkumham.go.id
.g
m
PENJELASAN
ha ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 20102010
m
TENTANG
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
ku
I. UMUM
ep
www.djpp.depkumham.go.id
.g
m
belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang
ha
Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun. Oleh
karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 perlu diganti.
Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah ini meliputi SAP Berbasis
Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Akrual
m
terdapat pada Lampiran I dan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
dapat segera diterapkan oleh setiap entitas. SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual pada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang
ku
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
IPSAP dimaksudkan untuk menjelaskan lebih lanjut topik tertentu
guna menghindari salah tafsir pengguna PSAP.
www.djpp.depkumham.go.id
.g
m
Buletin Teknis SAP dimaksudkan untuk mengatasi masalah teknis
Pasal 4
Cukup jelas.
ep
Pasal 5
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “perubahan” adalah penambahan,
penghapusan, atau penggantian satu atau lebih PSAP.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan diperlukan dalam
rangka mewujudkan konsolidasi fiskal dan statistik keuangan
Pemerintah secara nasional.
Ayat (3)
Selain mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan, dalam menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan
pada pemerintah daerah, Gubernur/Bupati/Walikota mengacu
pula pada peraturan daerah dan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai pengelolaan keuangan daerah.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan dengan
memperhatikan urutan persiapan dan ruang lingkup laporan.
www.djpp.depkumham.go.id
.g
m
Ayat (2)
ha Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
m
Pasal 8
Cukup jelas.
ku
Pasal 9
Angka 1
Cukup jelas.
ep
Angka 2
Peraturan perundang-undangan yang masih relevan dan tidak
bertentangan dengan SAP Berbasis Akrual dinyatakan tetap
berlaku. Peraturan yang bertentangan harus dicabut dan/atau
disesuaikan.
IPSAP dan Buletin Teknis SAP yang disusun oleh KSAP sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan
tetap berlaku. Jika terdapat IPSAP dan Buletin Teknis SAP yang
bertentangan dengan peraturan ini harus dicabut dan/atau
disesuaikan.
Pasal 10
Cukup jelas.
www.djpp.depkumham.go.id
LAMPIRAN I
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
BERBASIS AKRUAL
DAFTAR ISI LAMPIRAN I
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
BERBASIS AKRUAL
1. LAMPIRAN I. 01 KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI
PEMERINTAHAN
2. LAMPIRAN I.02 PSAP 01 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
3. LAMPIRAN I.03 PSAP 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS
KAS
4. LAMPIRAN I.04 PSAP 03 LAPORAN ARUS KAS
5. LAMPIRAN I.05 PSAP 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
6. LAMPIRAN I.06 PSAP 05 AKUNTANSI PERSEDIAAN
7. LAMPIRAN I.07 PSAP 06 AKUNTANSI INVESTASI
8. LAMPIRAN I.08 PSAP 07 AKUNTANSI ASET TETAP
9. LAMPIRAN I.09 PSAP 08 AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM
PENGERJAAN
10. LAMPIRAN I.10 PSAP 09 AKUNTANSI KEWAJIBAN
11. LAMPIRAN I.11 PSAP 10 KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN
KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI
AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK
DILANJUTKAN
12. LAMPIRAN I.12 PSAP 11 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
13. LAMPIRAN I.13 PSAP 12 LAPORAN OPERASIONAL
LAMPIRAN II
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL
DAFTAR ISI LAMPIRAN II
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL
KERANGKA KONSEPTUAL
AKU NT AN S I P E M E RI NT AH AN
23 RUANG LINGKUP
24 4. Kerangka konseptual ini membahas:
25 (a) tujuan kerangka konseptual;
26 (b) lingkungan akuntansi pemerintahan;
27 (c) pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna;
28 (d) entitas akuntansi dan entitas pelaporan;
29 (e) peranan dan tujuan pelaporan keuangan, komponen laporan
30 keuangan, serta dasar hukum;
31 (f) asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat
32 informasi dalam laporan keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala
33 informasi akuntansi; dan
34 (g) unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan, pengakuan, dan
35 pengukurannya.
36 5. Kerangka konseptual ini berlaku bagi pelaporan keuangan
37 pemerintah pusat dan daerah.
33 ASUMSI DASAR
34 31.Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan
35 pemerintah adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran
36 tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang
37 terdiri dari:
4 KEMANDIRIAN ENTITAS
5 32.Asumsi kemandirian entitas, berarti bahwa setiap unit
6 organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban
7 untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan
8 antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu
9 indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk
10 menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab
11 penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber
12 daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya,
13 termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya
14 dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta
15 terlaksana atau tidak terlaksananya program yang telah ditetapkan.
16 KESINAMBUNGAN ENTITAS
17 33.Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas
18 pelaporan akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah
19 diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan
20 dalam jangka pendek.
2 RELEVAN
3 36.Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi
4 yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna
5 dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa
6 kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi
7 hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan
8 keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud
9 penggunaannya.
10 37.Informasi yang relevan:
11 (a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
12 Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau
13 mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.
14 (b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
15 Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang
16 akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
17 (c) Tepat waktu
18 Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
19 berguna dalam pengambilan keputusan.
20 (d) Lengkap
21 Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap
22 mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
23 mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan
24 kendala yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir
25 informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan
26 dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut
27 dapat dicegah.
28 ANDAL
29 38.Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian
30 yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta
31 secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika
32 hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan
33 informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang
34 andal memenuhi karakteristik:
35 (a) Penyajian Jujur
36 Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
37 lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
38 diharapkan untuk disajikan.
39 (b) Dapat Diverifikasi (verifiability)
8 DAPAT DIBANDINGKAN
9 39.Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih
10 berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
11 sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada
12 umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
13 Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas
14 menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
15 Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang
16 diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila
17 entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik
18 daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan
19 tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
20 DAPAT DIPAHAMI
21 40.Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat
22 dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang
23 disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu,
24 pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas
25 kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan
26 pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
6 BASIS AKUNTANSI
7 42.Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
8 pemerintah adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan-LO, beban,
9 aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal peraturan perundangan
10 mewajibkan disajikannya laporan keuangan dengan basis kas, maka
11 entitas wajib menyajikan laporan demikian.
12 43.Basis akrual untuk LO berarti bahwa pendapatan diakui pada
13 saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas
14 belum diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas
15 pelaporan; dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan
16 penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum
17 dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas
18 pelaporan. Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentuk
19 jasa disajikan pula pada LO.
20 44.Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar
21 basis kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas, berarti bahwa
22 pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima di
23 Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan; serta
24 belanja, transfer dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas
25 dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Namun demikian,
26 bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual,
27 maka LRA disusun berdasarkan basis akrual.
28 45.Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban,
29 dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada
30 saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
31 pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
32 dibayar.
4 REALISASI (REALIZATION)
5 48. Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang tersedia yang
6 telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah suatu periode akuntansi
7 akan digunakan untuk membayar hutang dan belanja dalam periode
8 tersebut. Mengingat LRA masih merupakan laporan yang wajib disusun,
9 maka pendapatan atau belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui
10 anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas.
11 49. Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching-cost against
12 revenue principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat
13 penekanan sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial.
23 PERIODISITAS (PERIODICITY)
24 51.Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas
25 pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga
26 kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat
27 ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan. Namun,
28 periode bulanan, triwulanan, dan semesteran juga dianjurkan.
29 KONSISTENSI (CONSISTENCY)
30 52.Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian
31 yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip
32 konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi
33 perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain.
34 Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa
35 metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih
36 baik dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan
37 metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
35 MATERIALITAS
36 57.Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan
37 keuangan pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang
38 memenuhi kriteria materialitas. Informasi dipandang material apabila
30 NERACA
31 64.Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
32 pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
33 65.Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban,
34 dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :
35 (a) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki
36 oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
37 mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan
38 dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta
39 dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
40 nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
8 Aset
9 66. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset
10 adalah potensi aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik
11 langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah,
12 berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah.
13 67. Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar.
14 Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera
15 untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam
16 waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat
17 dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai aset
18 nonlancar.
19 68. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka
20 pendek, piutang, dan persediaan.
21 69. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang,
22 dan aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak
23 langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat
24 umum. Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang,
25 aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.
26 70. Investasi jangka panjang merupakan investasi yang
27 diadakan dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan
28 manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi.
29 Investasi jangka panjang meliputi investasi nonpermanen dan permanen.
30 Investasi nonpermanen antara lain investasi dalam Surat Utang Negara,
31 penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan investasi
32 nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara lain penyertaan modal
33 pemerintah dan investasi permanen lainnya.
34 71. Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
35 bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi
36 dalam pengerjaan.
37 72. Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya.
38 Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset kerja
39 sama (kemitraan).
22 Ekuitas
23 77. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan
24 selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo
25 ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan
26 Perubahan Ekuitas.
27 LAPORAN OPERASIONAL
28 78.Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya
29 ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh
30 pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
31 dalam satu periode pelaporan.
32 79.Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan
33 Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar
34 biasa. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
35 (a) Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai
36 penambah nilai kekayaan bersih.
37 (b) Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang
38 nilai kekayaan bersih.
5 KEANDALAN PENGUKURAN
6 88. Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai
7 uang akibat peristiwa atau kejadian yang dapat diandalkan
8 pengukurannya. Namun ada kalanya pengakuan didasarkan pada hasil
9 estimasi yang layak. Apabila pengukuran berdasarkan biaya dan estimasi
10 yang layak tidak mungkin dilakukan, maka pengakuan transaksi demikian
11 cukup diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
12 89. Penundaan pengakuan suatu pos atau peristiwa dapat terjadi
13 apabila kriteria pengakuan baru terpenuhi setelah terjadi atau tidak terjadi
14 peristiwa atau keadaan lain di masa mendatang.
15 PENGAKUAN ASET
16 90. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
17 diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat
18 diukur dengan andal.
19 91. Sejalan dengan penerapan basis akrual, aset dalam bentuk
20 piutang atau beban dibayar dimuka diakui ketika hak klaim untuk
21 mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas
22 lain telah atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur
23 atau diestimasi.
24 92. Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara lain
25 bersumber dari pajak, bea masuk, cukai, penerimaan bukan pajak,
26 retribusi, pungutan hasil pemanfaatan kekayaan negara, transfer, dan
27 setoran lain-lain, serta penerimaan pembiayaan, seperti hasil pinjaman.
28 Proses pemungutan setiap unsur penerimaan tersebut sangat beragam
29 dan melibatkan banyak pihak atau instansi. Dengan demikian, titik
30 pengakuan penerimaan kas oleh pemerintah untuk mendapatkan
31 pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan yang lebih rinci, termasuk
32 pengaturan mengenai batasan waktu sejak uang diterima sampai
33 penyetorannya ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Aset tidak diakui
34 jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak
35 mungkin diperoleh pemerintah setelah periode akuntansi berjalan.
36 PENGAKUAN KEWAJIBAN
37 93. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa
38 pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan
39 kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas
5 PENGAKUAN PENDAPATAN
6 95. Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas
7 pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi.
8 Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum
9 Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.
PERNYATAAN NO. 01
Paragraf
Ilustrasi :
Ilustrasi PSAP 01.A : Contoh Format Neraca Pemerintah Pusat
Ilustrasi PSAP 01.B : Contoh Format Neraca Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
Ilustrasi PSAP 01.C : Contoh Format Laporan Perubahan Ekuitas Pemerintah
Pusat
8 PENDAHULUAN
9
10 TUJUAN
11 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan
12 keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka
13 meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar
14 periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
15 laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
16 besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan
17 dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
18 standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan
19 keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi
20 laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis akrual.
21 Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan
22 peristiwa-peristiwa yang lain, diatur dalam standar akuntansi pemerintahan lainnya.
23 RUANG LINGKUP
24 2. Laporan keuangan untuk tujuan umum disusun dan disajikan
25 dengan basis akrual.
26 3. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang
27 dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Yang dimaksud dengan
28 pengguna adalah masyarakat, termasuk lembaga legislatif, pemeriksa/pengawas,
29 fihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman,
30 serta pemerintah. Laporan keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan
31 terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik
32 lainnya seperti laporan tahunan.
33 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam
34 menyusun laporan keuangan suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah
35 daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan
36 negara/daerah.
37 BASIS AKUNTANSI
38 5. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
39 pemerintah yaitu basis akrual.
7 DEFINISI
8 8. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
9 Pernyataan Standar dengan pengertian:
10 Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah
11 meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur
12 dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara
13 sistematis untuk satu periode.
14 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan
15 tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
16 Daerah.
17 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan
18 tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
19 Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan
20 mandat yang diberikan kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk
21 melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan.
22 Arus Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada
23 Bendahara Umum Negara/Daerah.
24 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
25 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
26 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
27 pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
28 termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
29 bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
30 alasan sejarah dan budaya.
31 Aset tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan
32 tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
33 menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk
34 hak atas kekayaan intelektual.
35 Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12
36 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan,
37 dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
38 Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
39 peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa
40 memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
41 Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
42 peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
43 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
44 yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
45 bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
46 pemerintah.
Lampiran I.02 PSAP 01 2
1 Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
2 pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
3 konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
4 Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan
5 yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu
6 tahun anggaran.
7 Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
8 aset dan kewajiban pemerintah.
9 Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/ pengguna
10 barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan
11 menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
12 Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
13 entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan
14 perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
15 berupa laporan keuangan.
16 Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi
17 seperti bunga, dividen, dan royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat
18 meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
19 masyarakat
20 Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat
21 digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.
22 Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh
23 Gubernur/Bupati/Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
24 membayar seluruh pengeluaran daerah.
25 Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh
26 Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung
27 seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.
28 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi,
29 aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas
30 pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
31 Kemitraan adalah perjanjian antara dua fihak atau lebih yang mempunyai
32 komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan
33 menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki.
34 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
35 penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
36 pemerintah
37 Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang
38 merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan, atau
39 entitas akuntansi, sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal.
40 Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara
41 dua laporan keuangan tahunan.
42 Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan entitas.
43 Mata uang pelaporan adalah mata uang rupiah yang digunakan dalam
44 menyajikan laporan keuangan.
45 Materialitas adalah suatu kondisi jika tidak tersajikannya atau salah saji suatu
46 informasi akan mempengaruhi keputusan atau penilaian pengguna yang
47 dibuat atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada hakikat
40 Periode Pelaporan
15 Tepat Waktu
14 NERACA
15 44.Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
16 mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
17 Klasifikasi
18 45.Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam aset
19 lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi
20 kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca.
21 46.Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos aset dan
22 kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau
23 dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan
24 jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu lebih
25 dari 12 (dua belas) bulan.
26 47.Apabila suatu entitas pelaporan menyediakan barang-barang yang
27 akan digunakan dalam menjalankan kegiatan pemerintahan, perlu adanya klasifikasi
28 terpisah antara aset lancar dan nonlancar dalam neraca untuk memberikan
29 informasi mengenai barang-barang yang akan digunakan dalam periode akuntansi
30 berikutnya dan yang akan digunakan untuk keperluan jangka panjang.
31 48.Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset dan kewajiban keuangan
32 bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan.
33 Informasi tentang tanggal penyelesaian aset nonkeuangan dan kewajiban seperti
34 persediaan dan cadangan juga bermanfaat untuk mengetahui apakah aset
35 diklasifikasikan sebagai aset lancar dan nonlancar dan kewajiban diklasifikasikan
36 sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.
37 49. Neraca menyajikan secara komparatif dengan periode
38 sebelumnya pos-pos berikut:
39 a) kas dan setara kas;
40 b) investasi jangka pendek;
41 c) piutang pajak dan bukan pajak;
42 d) persediaan;
24 Aset Lancar
40 Aset Nonlancar
39 Pengakuan Aset
40 67. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
41 diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
42 dengan andal.
3 Pengukuran Aset
35 Pengakuan Kewajiban
6 Ekuitas
4 LAPORAN OPERASIONAL
5 92. Laporan finansial mencakup laporan operasional yang
6 menyajikan pos-pos sebagai berikut:
7 a) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
8 b) Beban dari kegiatan operasional ;
9 c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada;
10 d) Pos luar biasa, bila ada;
11 e) Surplus/defisit-LO.
12 Penambahan pos-pos, judul dan subtotal disajikan dalam laporan operasional
13 jika standar ini mensyaratkannya, atau jika diperlukan untuk menyajikan
14 dengan wajar hasil operasi suatu entitas pelaporan.
15 93. Dalam hubungannya dengan laporan operasional, kegiatan
16 operasional suatu entitas pelaporan dapat dianalisis menurut klasifikasi ekonomi
17 atau klasifikasi fungsi/program untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
18 94. Penambahan pos-pos pada laporan operasional dan deskripsi yang
19 digunakan serta susunan pos-pos dapat diubah apabila diperlukan untuk
20 menjelaskan operasi dimaksud. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan meliputi
21 materialitas dan sifat serta fungsi komponen pendapatan-LO dan beban.
22 95. Dalam laporan operasional yang dianalisis menurut suatu klasifikasi
23 beban, beban-beban dikelompokkan menurut klasifikasi ekonomi (sebagai contoh
24 beban penyusutan/amortisasi, beban alat tulis kantor, beban transportasi, dan
25 beban gaji dan tunjangan pegawai), dan tidak direalokasikan pada berbagai fungsi
26 dalam suatu entitas pelaporan. Metode ini sederhana untuk diaplikasikan dalam
27 kebanyakan entitas kecil karena tidak memerlukan alokasi beban operasional pada
28 berbagai fungsi.
29 96. Dalam laporan operasional yang dianalisis menurut klasifikasi fungsi,
30 beban-beban dikelompokkan menurut program atau yang dimaksudkannya.
31 Penyajian laporan ini memberikan informasi yang lebih relevan bagi pemakai
32 dibandingkan dengan laporan menurut klasifikasi ekonomi, walau dalam hal ini
33 pengalokasian beban ke fungsi-fungsi adakalanya bersifat arbitrer dan atas dasar
34 pertimbangan tertentu.
35 97. Entitas pelaporan yang mengelompokkan beban menurut klasifikasi
36 fungsi mengungkapkan pula tambahan informasi beban menurut klasifikasi
37 ekonomi, a.l. meliputi beban penyusutan/amortisasi, beban gaji dan tunjangan
38 pegawai, dan beban bunga pinjaman.
39 98. Untuk memilih metode klasifikasi ekonomi atau klasifikasi fungsi
40 tergantung pada faktor historis dan peraturan perundang-undangan, serta hakikat
41 organisasi. Kedua metode ini dapat memberikan indikasi beban yang mungkin, baik
42 langsung maupun tidak langsung, berbeda dengan output entitas pelaporan
43 bersangkutan. Karena penerapan masing-masing metode pada entitas yang
44 berbeda mempunyai kelebihan tersendiri, maka standar ini memperbolehkan entitas
45 pelaporan memilih salah satu metode yang dipandang dapat menyajikan unsur
46 operasi secara layak.
25 Struktur
17 Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya
26 TANGGAL EFEKTIF
27 114. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini berlaku efektif
28 untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
29 mulai Tahun Anggaran 2010.
PEMERINTAH PUSAT
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
1 ASET
2
3 ASET LANCAR
4 Kas di Bank Indonesia xxx xxx
5 Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxx xxx
6 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
7 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
8 Investasi Jangka Pendek xxx xxx
9 Piutang Pajak xxx xxx
10 Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak xxx xxx
11 Penyisihan Piutang (xxx) (xxx)
12 Beban Dibayar Dimuka xxx xxx
13 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
14 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
15 Bagian Lancar Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx
16 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
17 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
18 Piutang Lainnya xxx xxx
19 Persediaan xxx xxx
20 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 19) xxx xxx
21
22 INVESTASI JANGKA PANJANG
23 Investasi Nonpermanen
24 Pinjaman Jangka Panjang xxx xxx
25 Dana Bergulir xxx xxx
26 Investasi dalam Obligasi xxx xxx
27 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
28 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx
29 Jumlah Investasi Nonpermanen (24 s/d 28) xxx xxx
30 Investasi Permanen
31 Penyertaan Modal Pemerintah xxx xxx
32 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
33 Jumlah Investasi Permanen (31 s/d 32) xxx xxx
34 Jumlah Investasi Jangka Panjang (29 + 33) xxx xxx
35
36 ASET TETAP
37 Tanah xxx xxx
Ilustrasi PSAP 01.A
Ilustrasi PSAP 01.A
Contoh Format Neraca Pemerintah Pusat (Basis Akrual)
PEMERINTAH PUSAT
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
38 Peralatan dan Mesin xxx xxx
39 Gedung dan Bangunan xxx xxx
40 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx
41 Aset Tetap Lainnya xxx xxx
42 Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx xxx
43 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)
44 Jumlah Aset Tetap (37 s/d 43) xxx xxx
45
46 ASET LAINNYA
47 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
48 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
49 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx
Ilustrasi PSAP 01.A
Ilustrasi PSAP 01.A
Contoh Format Neraca Pemerintah Pusat (Basis Akrual)
PEMERINTAH PUSAT
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
50 Aset Tak Berwujud xxx xxx
51 Aset Lain-Lain xxx xxx
52 Jumlah Aset Lainnya (47 s/d 51) xxx xxx
53
54 JUMLAH ASET (20+34+44+52) xxxx xxxx
55
56 KEWAJIBAN
57
58 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
59 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) xxx xxx
60 Utang Bunga xxx xxx
61 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx
62 Pendapatan Diterima Dimuka xxx xxx
63 Utang Belanja xxx xxx
64 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx
65 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (59 s/d 64) xxx xxx
66
67 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
68 Utang Luar Negeri xxx xxx
69 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx
70 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
71 Premium (Diskonto) Obligasi xxx xxx
72 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx
73 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (68 s/d 72) xxx xxx
74 JUMLAH KEWAJIBAN (65+73) xxx xxx
75
76 EKUITAS
77 EKUITAS xxx xxx
78
79 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (74+77) xxxx xxxx
Ilustrasi PSAP 01.B
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
PEMERINTAH DAERAH
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
PERNYATAAN NO. 02
8 PENDAHULUAN
9 TUJUAN
10 1. Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan
11 dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka
12 memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-
13 undangan.
14 2. Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi
15 realisasi dan anggaran entitas pelaporan. Perbandingan antara anggaran dan
16 realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati
17 antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
18 RUANG LINGKUP
19 3. Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian Laporan
20 Realisasi Anggaran yang disusun dan disajikan dengan menggunakan
21 anggaran berbasis kas.
22 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk setiap entitas pelaporan,
23 baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang memperoleh
24 anggaran berdasarkan APBN/APBD, tidak termasuk perusahaan
25 negara/daerah.
8 DEFINISI
9 7. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
10 Pernyataan Standar dengan pengertian:
11 Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah
12 meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur
13 dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara
14 sistematis untuk satu periode.
15 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan
16 tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
17 Daerah.
18 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan
19 tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
20 Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan
21 mandat yang diberikan kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk
22 melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan.
23 Azas Bruto adalah suatu prinsip yang tidak memperkenankan pencatatan
24 secara neto penerimaan setelah dikurangi pengeluaran pada suatu unit
25 organisasi atau tidak memperkenankan pencatatan pengeluaran setelah
26 dilakukan kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran.
27 Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
28 peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
29 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
30 yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
31 bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
32 pemerintah.
33 Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan
34 yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu
35 tahun anggaran.
36 Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
37 entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan
38 perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
39 berupa laporan keuangan.
40 Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh
41 Gubernur/Bupati/Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
42 membayar seluruh pengeluaran daerah.
13 PERIODE PELAPORAN
14 10. Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya
15 sekali dalam setahun. Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas
16 berubah dan Laporan Realisasi Anggaran tahunan disajikan dengan suatu
17 periode yang lebih panjang atau pendek dari satu tahun, entitas
18 mengungkapkan informasi sebagai berikut:
19 (a). alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;
20 (b). fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Realisasi
21 Anggaran dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
22 TEPAT WAKTU
23 11. Manfaat suatu Laporan Realisasi Anggaran berkurang jika laporan
24 tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Faktor-faktor seperti kompleksitas
25 operasi pemerintah tidak dapat dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan entitas
26 pelaporan untuk menyajikan laporan keuangan tepat waktu. Suatu entitas
27 pelaporan menyajikan Laporan Realisasi Anggaran selambat-lambatnya 6 (enam)
28 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
27 AKUNTANSI ANGGARAN
28 18. Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan
29 pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan
30 pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.
31 19. Akuntansi anggaran diselenggarakan sesuai dengan struktur
32 anggaran yang terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
33 Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang dijabarkan menjadi
34 alokasi estimasi pendapatan. Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang
35 dijabarkan menjadi otorisasi kredit anggaran (allotment). Anggaran pembiayaan
36 terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
37 20. Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran
38 disahkan dan anggaran dialokasikan.
39 AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA
40 21. Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas
41 Umum Negara/Daerah.
30 AKUNTANSI BELANJA
31 31. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening
32 Kas Umum Negara/Daerah.
33 32. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran
34 pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran
35 tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
36 33. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan
37 mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan
38 layanan umum.
39 34. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis
40 belanja), organisasi, dan fungsi.
41 35. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan
42 pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk
43 pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga,
44 subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk
26 AKUNTANSI SURPLUS/DEFISIT-LRA
27 47. Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode
28 pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA.
29 48. Surplus-LRA adalah selisih lebih antara pendapatan-LRA dan belanja
30 selama satu periode pelaporan.
31 49. Defisit-LRA adalah selisih kurang antara pendapatan-LRA dan
32 belanja selama satu periode pelaporan.
33 AKUNTANSI PEMBIAYAAN
34 50. Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan
35 pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan
36 diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan
37 untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan
38 pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi.
39 Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran
20 TANGGAL EFEKTIF
21 67. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini berlaku efektif
22 untuk laporan keuangan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai
23 Tahun Anggaran 2010.
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
(%)
NO. URAIAN 20X1 20X1 20X0
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN PERPAJAKAN
3 Pendapatan Pajak Penghasilan xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah xxx xxx xx xxx
5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan xxx xxx xx xxx
6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan xxx xxx xx xxx
7 Pendapatan Cukai xxx xxx xx xxx
8 Pendapatan Bea Masuk xxx xxx xx xxx
9 Pendapatan Pajak Ekspor xxx xxx xx xxx
10 Pendapatan Pajak Lainnya xxx xxx xx xxx
11 Jumlah Pendapatan Perpajakan (3 s/d 10) xxx xxx xx xxx
12
13 PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
14 Pendapatan Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
15 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba xxx xxx xx xxx
16 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya xxx xxx xx xxx
17 Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (14 s/d 16) xxx xxx xx xxx
18
19 PENDAPATAN HIBAH
20 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
21 Jumlah Pendapatan Hibah (20 s/d 20) xxx xxx xx xxx
22 JUMLAH PENDAPATAN (11 + 17 + 21) xxx xxx xx xxx
23
24 BELANJA
25 BELANJA OPERASI
26 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
27 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
28 Bunga xxx xxx xx xxx
29 Subsidi xxx xxx xx xxx
30 Hibah xxx xxx xx xxx
31 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
32 Belanja Lain-lain xxx xxx xx xxx
33 Jumlah Belanja Operasi (26 s/d 32) xxx xxx xx xxx
34
35 BELANJA MODAL xxx xxx xx xxx
36 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
37 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
38 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
39 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
40 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
41 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
42 Jumlah Belanja Modal (36 s/d 41) xxx xxx xx xxx
43 JUMLAH BELANJA (33 + 42) xxx xxx xx xxx
44
45 TRANSFER
Ilustrasi PSAP 02.A
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
(%)
NO. URAIAN 20X1 20X1 20X0
46 DANA PERIMBANGAN
47 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
48 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
49 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
50 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
51 Jumlah Dana Perimbangan (47 s/d 50) xxx xxx xx xxx
52
53 TRANSFER LAINNYA (disesuaikan dengan program yang ada)
54 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
55 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
56 Jumlah Transfer Lainnya (54 s/d 55) xxx xxx xx xxx
57 JUMLAH TRANSFER (51 + 56) xxx xxx xx xxx
58 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (43 + 57) xxx xxx xx xxx
59
60 SURPLUS / DEFISIT (22 - 58) xxx xxx xx xxx
Ilustrasi PSAP 02.A
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
(%)
NO. URAIAN 20X1 20X1 20X0
61 PEMBIAYAAN
62 PENERIMAAN
63 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
64 Penggunaan SAL xxx xxx xx xxx
65 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx xx xxx
66 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
67 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
68 Penerimaan dari Divestasi xxx xxx xx xxx
69 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
70 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
71 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (64 s/d 70) xxx xxx xx xxx
72
73 PENERIMAAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI
74 Penerimaan Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx xxx
75 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx xx xxx
76 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri (74 s/d 75) xxx xxx xx xxx
77 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN (71 + 76) xxx xxx xx xxx
78
79 PENGELUARAN
80 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
81 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx xx xxx
82 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
83 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
84 Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) xxx xxx xx xxx
85 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
86 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
87 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (81 s/d 86) xxx xxx xx xxx
88
89 PENGELUARAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI xxx xxx xx xxx
90 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx xxx
91 Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx xx xxx
92 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri (90 s/d 91) xxx xxx xx xxx
93 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN (87 + 92) xxx xxx xx xxx
94 PEMBIAYAAN NETO (77 - 93) xxx xxx xx xxx
95
96 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (62 + 94) xxxx xxxx xx xxxx
Ilustrasi PSAP 02.B
Ilustrasi PSAP 02.B
Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Provinsi
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO. URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx
8
9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (13 s/d 12) xxxx xxxx xx xxxx
16
17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx
21 Total Pendapatan Transfer (15 + 20) xxxx xxxx xx xxxx
22
23 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
24 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
25 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx
26 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
27 Jumlah Pendapatan Lain-lain yang Sah (24 s/d 26) xxx xxx xx xxx
28 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 21 + 27) xxxx xxxx xx xxxx
29 BELANJA
30 BELANJA OPERASI
31 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
32 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
33 Bunga xxx xxx xx xxx
34 Subsidi xxx xxx xx xxx
35 Hibah xxx xxx xx xxx
36 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
37 Jumlah Belanja Operasi (31 s/d 36) xxxx xxxx xx xxxx
38
39 BELANJA MODAL
40 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
41 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
42 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
43 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
44 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
45 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
Ilustrasi PSAP 02.B
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO. URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
46 Jumlah Belanja Modal (40 s/d 45) xxxx xxxx xx xxxx
47
48 BELANJA TAK TERDUGA
49 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx
50 Jumlah Belanja Tak Terduga (49 s/d 49) xxx xxxx xx xxxx
51 Jumlah Belanja (37 + 46 + 50) xxx xxxx xx xxxx
52
53 TRANSFER
54 TRANSFER/BAGI HASIL PENDAPATAN KE KABUPATEN/KOTA
55 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
56 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
57 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
58 Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan ke Kab./Kota (55 s/d 57) xxx xxxx xx xxxx
59 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (51 + 58) xxx xxxx xx xxxx
60
61 SURPLUS/DEFISIT (28 - 59) xxx xxx xxx xxx
Ilustrasi PSAP 02.B
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO. URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
62
63 PEMBIAYAAN
64
65 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
66 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx
67 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
68 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
69 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
70 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
71 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
72 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
73 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
74 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
75 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
76 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
77 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
78 Jumlah Penerimaan (66 s/d 77) xxxx xxxx xx xxxx
79
80 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
81 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
88 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx
82 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
83 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
84 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
85 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
86 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
87 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
89 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
90 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
91 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
92 Jumlah Pengeluaran (81 s/d 91) xxx xxx xx xxx
93 PEMBIAYAAN NETO (78 - 92) xxxx xxxx xx xxxx
94
95 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (61 + 93) xxxx xxxx xx xxxx
Ilustrasi PSAP 02.C
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO. URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx
8
9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxxx xxxx xx xxxx
16
17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx
21
22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xx xxx
25 Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxxx xxxx xx xxxx
26 Total Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxxx xxxx xx xxxx
27
28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx
31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s/d 31) xxx xxx xx xxx
33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxxx xxxx xx xxxx
34
35 BELANJA
36 BELANJA OPERASI
37 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
38 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
39 Bunga xxx xxx xx xxx
40 Subsidi xxx xxx xx xxx
41 Hibah xxx xxx xx xxx
42 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
43 Jumlah Belanja Operasi (37 s/d 42) xxxx xxxx xx xxxx
44
45 BELANJA MODAL
46 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
Ilustrasi PSAP 02.C
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO. URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
47 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
48 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
49 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
50 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
51 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
52 Jumlah Belanja Modal (46 s/d 51) xxxx xxxx xx xxxx
53
54 BELANJA TAK TERDUGA
55 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx
56 Jumlah Belanja Tak Terduga (55 s/d 55) xxx xxxx xx xxxx
57 JUMLAH BELANJA (43 + 52 + 56) xxxx xxxx xx xxxx
58
Ilustrasi PSAP 02.C
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO. URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
59 TRANSFER
60 TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA
61 Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
62 Bagi Hasil Retribusi xxx xxx xx xxx
63 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
64 JUMLAH TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA (61 s/d 63) xxx xxxx xx xxxx
65 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (57 + 64)
66
67 SURPLUS/DEFISIT (33 - 65) xxx xxx xxx xxx
68
69 PEMBIAYAAN
70
71 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
72 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx
73 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
74 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
75 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
76 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
77 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
78 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
79 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
80 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
81 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
82 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
83 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
84 Jumlah Penerimaan (72 s/d 83) xxxx xxxx xx xxxx
85
86 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
87 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
88 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx
89 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
90 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
91 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
92 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
93 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
94 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
89 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
90 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
91 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
92 Jumlah Pengeluaran (87 s/d 91) xxx xxx xx xxx
93 PEMBIAYAAN NETO (84 - 92) xxxx xxxx xx xxxx
94
95 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (67 + 93) xxxx xxxx xx xxxx
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010
TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
LAMPIRAN I.04
PERNYATAAN NO. 03
Paragraf
PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------- 1-7
TUJUAN--------------------------------------------------------------------------------- 1- 2
RUANG LINGKUP ------------------------------------------------------------------- 3-4
MANFAAT INFORMASI ARUS KAS -------------------------------------------- 5-7
DEFINISI ---------------------------------------------------------------------- 8
KAS DAN SETARA KAS ------------------------------------------------ 9-11
ENTITAS PELAPORAN ARUS KAS --------------------------------- 12-14
PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS --------------------------------- 15-36
AKTIVITAS OPERASI --------------------------------------------------------------- 21-26
AKTIVITAS INVESTASI ------------------------------------------------------------ 27-30
AKTIVITAS PENDANAAN --------------------------------------------------------- 31-34
AKTIVITAS TRANSITORIS -------------------------------------------------------- 35-38
PELAPORAN ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI,
INVESTASI, PENDANAAN, DAN TRANSITORIS----------------- 39-41
PELAPORAN ARUS KAS ATAS DASAR ARUS KAS BERSIH 42
ARUS KAS MATA UANG ASING -------------------------------------------- 43-44
BUNGA DAN BAGIAN LABA ------------------------------------------ 45-49
PEROLEHAN DAN PELEPASAN INVESTASI PEMERINTAH
DALAM PERUSAHAAN NEGARA/DAERAH/KEMITRAAN DAN
UNIT OPERASI LAINNYA ----------------------------------------------- 50-56
TRANSAKSI BUKAN KAS ---------------------------------------------- 57-58
KOMPONEN KAS DAN SETARA KAS ------------------------------ 59
PENGUNGKAPAN LAINNYA ------------------------------------------ 60-62
TANGGAL EFEKTIF ------------------------------------------------------ 63
Ilustrasi :
Ilustrasi PSAP 03.A : Contoh Format Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat
Ilustrasi PSAP 03.B : Contoh Format Laporan Arus Kas Pemerintah Provinsi
Ilustrasi PSAP 03.C : Contoh Format Laporan Arus Kas Pemerintah Kabupaten/Kota
8 PENDAHULUAN
9 TUJUAN
10 1. Tujuan Pernyataan Standar Laporan Arus Kas adalah mengatur
11 penyajian laporan arus kas yang memberikan informasi historis mengenai
12 perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan dengan mengklasifikasikan
13 arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris selama
14 satu periode akuntansi.
15 2. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai
16 sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
17 akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini
18 disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.
19 RUANG LINGKUP
20 3. Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan
21 laporan keuangan dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun laporan
22 arus kas sesuai dengan standar ini untuk setiap periode penyajian laporan
23 keuangan sebagai salah satu komponen laporan keuangan pokok.
24 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk penyusunan laporan arus
25 kas pemerintah pusat dan daerah, satuan organisasi di lingkungan pemerintah
26 pusat dan daerah, atau organisasi lainnya jika menurut peraturan perundang-
27 undangan atau menurut standar, satuan organisasi dimaksud wajib menyusun
28 laporan arus kas, kecuali perusahaan negara/daerah.
19 AKTIVITAS OPERASI
20 21. Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
21 kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu
22 periode akuntansi.
23 22. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang
24 menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup
25 untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa
26 mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
27 23. Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
28 (a) Penerimaan Perpajakan;
29 (b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
30 (c) Penerimaan Hibah;
31 (d) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi Lainnya;
32 (e) Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan
33 (f) Penerimaan Transfer.
34 24. Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:
35 (a) Pembayaran Pegawai;
36 (b) Pembayaran Barang;
37 (c) Pembayaran Bunga;
38 (d) Pembayaran Subsidi;
39 (e) Pembayaran Hibah;
40 (f) Pembayaran Bantuan Sosial;
41 (g) Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan
42 (h) Pembayaran Transfer.
43 25. Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang
44 sifatnya sama dengan persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka perolehan
45 dan penjualan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas
46 operasi.
Lampiran I.04 PSAP 03 - 5
1 26. Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan
2 suatu entitas lain, yang peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal
3 kerja, penyertaan modal, atau untuk membiayai aktivitas periode berjalan,
4 maka pemberian dana tersebut harus diklasifikasikan sebagai aktivitas
5 operasi. Kejadian ini dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
6 AKTIVITAS INVESTASI
7 27. Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
8 kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi
9 lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas.
10 28. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
11 pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya
12 ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah
13 kepada masyarakat di masa yang akan datang.
14 29. Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
15 (a) Penjualan Aset Tetap;
16 (b) Penjualan Aset Lainnya;
17 (c) Pencairan Dana Cadangan;
18 (d) Penerimaan dari Divestasi;
19 (e) Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
20 30. Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
21 (a) Perolehan Aset Tetap;
22 (b) Perolehan Aset Lainnya;
23 (c) Pembentukan Dana Cadangan;
24 (d) Penyertaan Modal Pemerintah;
25 (e) Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.
26 AKTIVITAS PENDANAAN
27 31. Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan
28 pengeluaran kas yang yang berhubungan dengan pemberian piutang jangka
29 panjang dan/atau pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan
30 perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang jangka panjang dan utang
31 jangka panjang.
32 32. Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan
33 pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman
34 jangka panjang.
35 33. Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
36 (a) Penerimaan utang luar negeri;
37 (b) Penerimaan dari utang obligasi;
38 (c) Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah;
39 (d) Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara.
40 34. Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
41 (a) Pembayaran pokok utang luar negeri;
42 (b) Pembayaran pokok utang obligasi;
43 (c) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah;
2 AKTIVITAS TRANSITORIS
3 35. Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
4 kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
5 36. Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan
6 pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan
7 pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain transaksi
8 Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali uang persediaan
9 kepada/dari bendahara pengeluaran, serta kiriman uang. PFK menggambarkan kas
10 yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau
11 diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes.
12 Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah.
13 37. Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan
14 penerimaan transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali uang
15 persediaan dari bendahara pengeluaran.
16 38. Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan
17 pengeluaran transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang persediaan
18 kepada bendahara pengeluaran.
4 PENGUNGKAPAN LAINNYA
5 60. Entitas pelaporan mengungkapkan jumlah saldo kas dan setara
6 kas yang signifikan yang tidak boleh digunakan oleh entitas. Hal ini dijelaskan
7 dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
8 61. Informasi tambahan yang terkait dengan arus kas berguna bagi
9 pengguna laporan dalam memahami posisi keuangan dan likuiditas suatu entitas
10 pelaporan.
11 62. Contoh kas dan setara kas yang tidak boleh digunakan oleh entitas
12 adalah kas yang ditempatkan sebagai jaminan, dan kas yang dikhususkan
13 penggunannya untuk kegiatan tertentu.
14 TANGGAL EFEKTIF
15 63. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini berlaku efektif
16 untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
17 mulai Tahun Anggaran 2010.
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2 Arus Masuk Kas
3 Penerimaan Pajak Penghasilan XXX XXX
4 Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah XXX XXX
5 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan XXX XXX
6 Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan XXX XXX
7 Penerimaan Cukai XXX XXX
8 Penerimaan Pajak Lainnya XXX XXX
9 Penerimaan Bea Masuk XXX XXX
10 Penerimaan Pajak Ekspor XXX XXX
11 Penerimaan Sumber Daya Alam XXX XXX
12 Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN XXX XXX
13 Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya XXX XXX
14 Penerimaan Hibah XXX XXX
15 Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa XXX XXX
16 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 15) XXX XXX
17 Arus Keluar Kas
18 Pembayaran Pegawai XXX XXX
19 Pembayaran Barang XXX XXX
20 Pembayaran Bunga XXX XXX
21 Pembayaran Subsidi XXX XXX
22 Pembayaran Bantuan Sosial XXX XXX
23 Pembayaran Hibah XXX XXX
24 Pembayaran Lain-lain XXX XXX
25 Pembayaran Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX
26 Pembayaran Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX
27 Pembayaran Dana Alokasi Umum XXX XXX
28 Pembayaran Dana Alokasi Khusus XXX XXX
29 Pembayaran Dana Otonomi Khusus XXX XXX
30 Pembayaran Dana Penyesuaian XXX XXX
31 Pembayaran Kejadian Luar Biasa XXX XXX
32 Jumlah Arus Keluar Kas (18 s/d 31) XXX XXX
33 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (16 - 32) XXX XXX
34 Arus Kas dari Aktivitas Investasi
35 Arus Masuk Kas
36 Penjualan atas Tanah XXX XXX
Ilustrasi PSAP 03.A
CONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PUSAT
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
37 Penjualan atas Peralatan dan Mesin XXX XXX
38 Penjualan atas Gedung dan Bangunan XXX XXX
39 Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
40 Penjualan Aset Tetap Lainnya XXX XXX
41 Penjualan Aset Lainnya XXX XXX
42 Penerimaan dari Divestasi XXX XXX
43 Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen XXX XXX
44 Jumlah Arus Masuk Kas (36 s/d 43) XXX XXX
Ilustrasi PSAP 03.A
CONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PUSAT
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
45 Arus Keluar Kas
46 Perolehan Tanah XXX XXX
47 Perolehan Peralatan dan Mesin XXX XXX
48 Perolehan Gedung dan Bangunan XXX XXX
49 Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
50 Perolehan Aset Tetap Lainnya XXX XXX
51 Perolehan Aset Lainnya XXX XXX
52 Pengeluaran Penyertaan Modal Negara XXX XXX
53 Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen XXX XXX
54 Jumlah Arus Keluar Kas (46 s/d 53) XXX XXX
55 Arus Kas Bersih dari Akt Investasi (46 - 54) XXX XXX
56 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
57 Arus Masuk Kas
58 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan XXX XXX
59 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX
60 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX
61 Penerimaan Pinjaman Luar Negeri XXX XXX
62 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Daerah XXX XXX
63 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
64 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
65 Jumlah Arus Masuk Kas (58 s/d 64) XXX XXX
66 Arus Keluar Kas
67 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan XXX XXX
68 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX
69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX
70 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri XXX XXX
71 Pemberian Pinjaman kepada Daerah XXX XXX
72 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
73 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
74 Jumlah Arus Keluar Kas (67 s/d 73) XXX XXX
75 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan (65 - 74) XXX XXX
76 Arus Kas dari Aktivitas Transitoris
77 Arus Masuk Kas
78 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX
79 Kiriman Uang Masuk XXX XXX
80 Jumlah Arus Masuk Kas (78 s/d 79) XXX XXX
81 Arus Keluar Kas
82 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX
Ilustrasi PSAP 03.A
CONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PUSAT
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
83 Kiriman Uang Keluar XXX XXX
84 Jumlah Arus Keluar Kas (82 s/d 83) XXX XXX
85 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris (77 - 81) XXX XXX
86 Kenaikan/Penurunan Kas (32+50+72+82) XXX XXX
87 Saldo Awal Kas di BUN & Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX
88 Saldo Akhir Kas di BUN & Kas di Bendahara Pengeluaran (86+87) XXX XXX
89 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan XXX XXX
90 Saldo Akhir Kas (88+89)) XXX XXX
Ilustrasi PSAP 03.B
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2 Arus Masuk Kas
3 Penerimaan Pajak Daerah XXX XXX
4 Penerimaan Retribusi Daerah XXX XXX
5 Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX
6 Penerimaan Lain-lain PAD yang sah XXX XXX
7 Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX
8 Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX
9 Penerimaan Dana Alokasi Umum XXX XXX
10 Penerimaan Dana Alokasi Khusus XXX XXX
11 Penerimaan Dana Otonomi Khusus XXX XXX
12 Penerimaan Dana Penyesuaian XXX XXX
13 Penerimaan Hibah XXX XXX
14 Penerimaan Dana Darurat XXX XXX
15 Penerimaan Lainnya XXX XXX
16 Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa
17 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 16) XXX XXX
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
43 Jumlah Arus Masuk Kas (34 s/d 42) XXX XXX
44 Arus Keluar Kas
45 Pembentukan Dana Cadangan XXX XXX
46 Perolehan Tanah XXX XXX
47 Perolehan Peralatan dan Mesin XXX XXX
48 Perolehan Gedung dan Bangunan XXX XXX
49 Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
50 Perolehan Aset Tetap Lainnya XXX XXX
51 Perolehan Aset Lainnya XXX XXX
52 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah XXX XXX
53 Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen XXX XXX
54 Jumlah Arus Keluar Kas (45 s/d 53) XXX XXX
55 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (42 - 52) XXX XXX
Ilustrasi PSAP 03.B
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
56 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
57 Arus Masuk Kas
58 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX
59 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX
60 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX
61 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX
62 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX
63 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX
64 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
65 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
66 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX
67 Jumlah Arus Masuk Kas (58 s/d 66) XXX XXX
68 Arus Keluar Kas
69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX
70 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX
71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX
72 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX
73 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX
74 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX
75 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
76 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
77 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX
78 Jumlah Arus Keluar Kas (69 s/d 77) XXX XXX
79 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan (67 - 78) XXX XXX
80 Arus Kas dari Aktivitas Transitoris
81 Arus Masuk Kas
82 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX
83 Jumlah Arus Masuk Kas (82) XXX XXX
84 Arus Keluar Kas
85 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX
86 Jumlah Arus Keluar Kas (85) XXX XXX
87 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris (83 - 86) XXX XXX
88 Kenaikan/Penurunan Kas XXX XXX
89 Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX
90 Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran (88+89) XXX XXX
91 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan XXX XXX
92 Saldo Akhir Kas (90+91) XXX XXX
Ilustrasi PSAP 03.C
Ilustrasi PSAP 03.C
CONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2 Arus Masuk Kas
3 Penerimaan Pajak Daerah XXX XXX
4 Penerimaan Retribusi Daerah XXX XXX
5 Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX
6 Penerimaan Lain-lain PAD yang sah XXX XXX
7 Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX
8 Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX
9 Penerimaan Dana Alokasi Umum XXX XXX
10 Penerimaan Dana Alokasi Khusus XXX XXX
11 Penerimaan Dana Otonomi Khusus XXX XXX
12 Penerimaan Dana Penyesuaian XXX XXX
13 Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil Pajak XXX XXX
14 Penerimaan Bagi Hasil Lainnya XXX XXX
15 Penerimaan Hibah XXX XXX
16 Penerimaan Dana Darurat XXX XXX
17 Penerimaan Lainnya XXX XXX
18 Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa XXX XXX
19 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 18) XXX XXX
20 Arus Keluar Kas
21 Pembayaran Pegawai XXX XXX
22 Pembayaran Barang XXX XXX
23 Pembayaran Bunga XXX XXX
24 Pembayaran Subsidi XXX XXX
25 Pembayaran Hibah XXX XXX
26 Pembayaran Bantuan Sosial XXX XXX
27 Pembayaran Tak Terduga XXX XXX
28 Pembayaran Bagi Hasil Pajak XXX XXX
29 Pembayaran Bagi Hasil Retribusi XXX XXX
30 Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya XXX XXX
31 Pembayaran Kejadian Luar Biasa XXX XXX
32 Jumlah Arus Keluar Kas (21 s/d 31) XXX XXX
33 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (18 - 30) XXX XXX
34 Arus Kas dari Aktivitas Investasi
35 Arus Masuk Kas
36 Pencairan Dana Cadangan XXX XXX
37 Penjualan atas Tanah XXX XXX
38 Penjualan atas Peralatan dan Mesin XXX XXX
39 Penjualan atas Gedung dan Bangunan XXX XXX
40 Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
Ilustrasi PSAP 03.C
CONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
41 Penjualan Aset Tetap XXX XXX
42 Penjualan Aset Lainnya XXX XXX
43 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX
44 Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen XXX XXX
45 Jumlah Arus Masuk Kas (36 s/d 44) XXX XXX
Ilustrasi PSAP 03.C
CONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
46 Arus Keluar Kas
47 Pembentukan Dana Cadangan XXX XXX
48 Perolehan Tanah XXX XXX
49 Perolehan Peralatan dan Mesin XXX XXX
50 Perolehan Gedung dan Bangunan XXX XXX
51 Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
52 Perolehan Aset Tetap Lainnya XXX XXX
53 Perolehan Aset Lainnya XXX XXX
54 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah XXX XXX
55 Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen XXX XXX
56 Jumlah Arus Keluar Kas (47 s/d 55) XXX XXX
57 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (45 - 56) XXX XXX
58 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
59 Arus Masuk Kas
60 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX
61 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX
62 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX
63 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX
64 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX
65 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX
66 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
67 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
68 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX
69 Jumlah Arus Masuk Kas (60 s/d 68) XXX XXX
70 Arus Keluar Kas
71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX
72 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX
73 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX
74 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX
75 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX
76 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX
77 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
78 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
79 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX
80 Jumlah Arus Keluar Kas (71 s/d 79) XXX XXX
81 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan (69 - 80) XXX XXX
82 Arus Kas dari Aktivitas Transitoris
83 Arus Masuk Kas
84 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX
85 Jumlah Arus Masuk Kas (84) XXX XXX
Ilustrasi PSAP 03.C
CONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
86 Arus Keluar Kas
87 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX
88 Jumlah Arus Keluar Kas (87) XXX XXX
89 Arus Kas Bersih dari Aktivitas transitoris (84 - 87) XXX XXX
90 Kenaikan/Penurunan Kas XXX XXX
91 Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX
92 Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran (90+91) XXX XXX
93 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan XXX XXX
94 Saldo Akhir Kas (92+93) XXX XXX
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010
TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
LAMPIRAN I.05
Paragraf
9 PENDAHULUAN
10 TUJUAN
11 1. Tujuan Pernyataan Standar Catatan atas Laporan Keuangan
12 adalah mengatur penyajian dan pengungkapan yang diperlukan pada Catatan
13 atas Laporan Keuangan.
14 2. Tujuan penyajian Catatan atas Laporan Keuangan adalah untuk
15 meningkatkan transparansi Laporan Keuangan dan penyediaan pemahaman
16 yang lebih baik, atas informasi keuangan pemerintah.
17 RUANG LINGKUP
18 3. Standar ini harus diterapkan pada:
19 (a) Laporan Keuangan untuk tujuan umum untuk entitas pelaporan;
20 (b) Laporan Keuangan yang diharapkan menjadi Laporan Keuangan
21 untuk tujuan umum oleh entitas yang bukan merupakan entitas
22 pelaporan.
23 4. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang
24 dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi akuntansi
25 keuangan yang lazim. Yang dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat,
26 legislatif, lembaga pengawas, pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan
27 dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan
28 keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari
29 laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan
30 tahunan.
31 5. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam
32 menyusun laporan keuangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
33 laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk badan usaha milik
34 negara/daerah.
35 6. Suatu entitas yang bukan merupakan entitas pelaporan dapat
36 menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum. Bila hal ini diinginkan, maka
37 standar ini harus diterapkan oleh entitas tersebut walaupun tidak memenuhi
38 kriteria satu entitas pelaporan sesuai dengan peraturan dan/atau standar
39 akuntansi mengenai entitas pelaporan pemerintah.
40 DEFINISI
19 KETENTUAN UMUM
20 8. Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan
21 Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
22 laporan keuangan untuk tujuan umum.
23 9. Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan
24 keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya
25 untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Laporan
26 Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi
27 kesalahpahaman di antara pembacanya. Oleh karena itu, untuk menghindari
28 kesalahpahaman, atas sajian laporan keuangan harus dibuat Catatan atas
29 Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam
30 memahami Laporan Keuangan.
31 10. Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari
32 pembaca laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa dengan orientasi
33 anggaran mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami konsep
34 akuntansi akrual. Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor
35 komersial cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan
36 keuangan perusahaan. Pembahasan umum dan referensi ke pos-pos laporan
37 keuangan menjadi penting bagi pembaca laporan keuangan.
38 11. Selain itu, pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan
39 akuntansi yang diterapkan akan dapat membantu pembaca menghindari
40 kesalahpahaman dalam memahami laporan keuangan.
35 KEBIJAKAN AKUNTANSI
36 39. Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi
37 perlu disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan. Sasaran pilihan
38 kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi
39 entitas pelaporan secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan
40 kegiatan.
41 40. Tiga pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan
42 akuntansi yang paling tepat dan penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:
43 (a) Pertimbangan Sehat
44 (b) Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut seharusnya
45 diakui dalam penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak
46 membenarkan penciptaan cadangan rahasia atau disembunyikan
16 SUSUNAN
17 64. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
18 membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atas
19 Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan susunan sebagai berikut:
20 (a) Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
21 (b) Kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
22 (c) Ikhtisar pencapaian target keuangan berikut hambatan dan kendalanya;
23 (d) Kebijakan akuntansi yang penting:
24 i. Entitas pelaporan;
25 ii. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
26 iii. Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
27 keuangan;
28 iv. Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
29 ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
30 oleh suatu entitas pelaporan;
31 v. setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk
32 memahami laporan keuangan.
33 (e) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:
34 i. Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan;
35 ii. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
36 Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
37 lembar muka Laporan Keuangan.
38 (f) Informasi tambahan lainnya yang diperlukan.
39 TANGGAL EFEKTIF
40 65. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini berlaku
41 efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan
42 anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.
PERNYATAAN NO. 05
AKUNTANSI PERSEDIAAN
Paragraf
PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------------------- 1-3
TUJUAN------------------------------------------------------------------------------- 1
RUANG LINGKUP ----------------------------------------------------------------- 2-3
DEFINISI ---------------------------------------------------------------------------------- 4
UMUM -------------------------------------------------------------------------------------- 5-12
PENGAKUAN--------------------------------------------------------------------------- 13-14
PENGUKURAN ------------------------------------------------------------------------ 15-21
BEBAN PERSEDIAAN ------------------------------------------------------------- 22-25
PENGUNGKAPAN ------------------------------------------------------------------- 26
TANGGAL EFEKTIF ---------------------------------------------------------------- 27
4 AKUNTANSI PERSEDIAAN
5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf
6 standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf penjelasan yang
7 ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
8 PENDAHULUAN
9 TUJUAN
10 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan
11 akuntansi persediaan yang dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan.
12 RUANG LINGKUP
13 2. Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian seluruh
14 persediaan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum. Standar ini diterapkan
15 untuk seluruh entitas pemerintah pusat dan daerah tidak termasuk perusahaan
16 negara/daerah.
17 3. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:
18 a. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan
19 dibebankan ke suatu akun konstruksi dalam pengerjaan; dan
20 b. Instrumen keuangan.
21 DEFINISI
22 4. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
23 Pernyataan Standar dengan pengertian:
24 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
25 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
26 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
27 pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
28 sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
29 masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan
30 sejarah dan budaya.
31 Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang
32 memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.
33 Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
34 dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-
35 barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka
36 pelayanan kepada masyarakat.
37 Perusahaan negara/daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
38 modalnya dimiliki oleh pemerintah pusat/daerah.
40 PENGAKUAN
41 13. Persediaan diakui (a) pada saat potensi manfaat ekonomi masa
42 depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
43 dengan andal, (b) pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau
44 kepenguasaannya berpindah.
3 PENGUKURAN
4 15. Persediaan disajikan sebesar:
5 a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
6 b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
7 c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/ rampasan.
8 16. Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya
9 pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat
10 dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang
11 serupa mengurangi biaya perolehan.
12 17. Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:
13 a. Metode sistematis seperti FIFO atau Rata-rata tertimbang
14 b. Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak
15 material dan bermacam-macam jenis.
16 18. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan
17 untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.
18 19. Harga pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang terkait
19 dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara
20 sistematis.
21 20. Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai
22 dengan menggunakan nilai wajar.
23 21. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau
24 penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan
25 transaksi wajar (arm length transaction).
26 BEBAN PERSEDIAAN
27 22. Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of
28 goods).
29 23. Penghitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian
30 Laporan Operasional.
31 24. Dalam hal persediaan dicatat secara perpetual, maka pengukuran
32 pemakaian persediaan dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan
33 nilai per unit sesuai metode penilaian yang digunakan.
34 25. Dalam hal persediaan dicatat secara periodik, maka pengukuran
35 pemakaian persediaan dihitung berdasarkan inventasisasi fisik, yaitu dengan cara saldo
36 awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan persediaan dikurangi dengan
37 saldo akhir persediaan dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode penilaian yang
38 digunakan.
39 PENGUNGKAPAN
40 26. Laporan keuangan mengungkapkan:
41 a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
8 TANGGAL EFEKTIF
9 27. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini berlaku efektif
10 untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai
11 tahun anggaran 2010.
PERNYATAAN NO. 06
AKUNTANSI INVESTASI
Paragraf
PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------------------- 1 - 5
TUJUAN ----------------------------------------------------------------------------------- 1
RUANG LINGKUP ----------------------------------------------------------------------- 2- 5
DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------------- 6
BENTUK INVESTASI ---------------------------------------------------------------- 7- 8
KLASIFIKASI INVESTASI -------------------------------------------------------- 9 - 19
PENGAKUAN INVESTASI -------------------------------------------------------- 20 - 22
PENGUKURAN INVESTASI ------------------------------------------------------ 23 - 35
METODE PENILAIAN INVESTASI -------------------------------------------- 36 - 38
PENGAKUAN HASIL INVESTASI --------------------------------------------- 39 - 40
PELEPASAN DAN PEMINDAHAN INVESTASI ------------------------ 41 - 42
PENGUNGKAPAN -------------------------------------------------------------------- 43
TANGGAL EFEKTIF------------------------------------------------------------------ 44
4 AKUNTANSI INVESTASI
5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf
6 standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf penjelasan yang
7 ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual Akuntansi
8 Pemerintahan.
9 PENDAHULUAN
10 TUJUAN
11 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan
12 akuntansi untuk investasi dan pengungkapan informasi penting lainnya yang harus
13 disajikan dalam laporan keuangan.
14 RUANG LINGKUP
15 2. Pernyataan Standar ini harus diterapkan dalam penyajian seluruh
16 investasi pemerintah dalam laporan keuangan untuk tujuan umum yang
17 disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
18 3. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam
19 menyusun laporan keuangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan
20 keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
21 4. Pernyataan Standar ini mengatur perlakuan akuntansi investasi
22 pemerintah pusat dan daerah baik investasi jangka pendek maupun investasi
23 jangka panjang yang meliputi saat pengakuan, klasifikasi, pengukuran dan
24 metode penilaian investasi, serta pengungkapannya pada laporan keuangan.
25 5. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:
26 (a) Penempatan uang yang termasuk dalam lingkup setara kas;
27 (b) Investasi dalam perusahaan asosiasi;
28 (c) Kerjasama operasi; dan
29 (d) Investasi dalam properti.
30 DEFINISI
31 6. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan
32 Standar dengan pengertian:
33 Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh entitas investor
34 dalam perolehan suatu investasi misalnya komisi broker, jasa bank, biaya
35 legal dan pungutan lainnya dari pasar modal.
36 Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi
37 seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat
38 meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
39 masyarakat.
35 BENTUK INVESTASI
36 7. Pemerintah melakukan investasi dimaksudkan antara lain untuk
37 memperoleh pendapatan dalam jangka panjang atau memanfaatkan dana yang
38 belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas.
39 8. Terdapat beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan
40 sertifikat atau dokumen lain yang serupa. Hakikat suatu investasi dapat berupa
41 pembelian surat hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang, serta
42 instrumen ekuitas.
43 KLASIFIKASI INVESTASI
44 9. Investasi pemerintah diklasifikasikan menjadi dua yaitu investasi
45 jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek
22 PENGAKUAN INVESTASI
23 20. Pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah dalam bentuk
24 investasi dan perubahan piutang menjadi investasi dapat diakui sebagai
25 investasi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
26 (a) Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa pontensial
27 di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh
28 pemerintah;
29 (b) Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai
30 (reliable).
31 21. Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas dan/atau aset,
32 penerimaan hibah dalam bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi investasi
33 memenuhi kriteria pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji tingkat
34 kepastian mengalirnya manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial
35 dimasa yang akan datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia pada saat
36 pengakuan yang pertama kali. Eksistensi dari kepastian yang cukup bahwa manfaat
37 ekonomi yang akan datang atau jasa potensial yang akan diperoleh memerlukan
38 suatu jaminan bahwa suatu entitas akan memperoleh manfaat dari aset tersebut
39 dan akan menanggung risiko yang mungkin timbul.
40 22. Kriteria pengakuan investasi sebagaimana dinyatakan pada paragraf
41 20 butir b, biasanya dapat dipenuhi karena adanya transaksi pertukaran atau
42 pembelian yang didukung dengan bukti yang menyatakan/mengidentifikasikan biaya
43 perolehannya. Dalam hal tertentu, suatu investasi mungkin diperoleh bukan
44 berdasarkan biaya perolehannya, atau berdasarkan nilai wajar pada tanggal
45 perolehan. Dalam kasus yang demikian, penggunaan nilai estimasi yang layak dapat
46 digunakan.
18 PENGUNGKAPAN
19 43. Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan
20 pemerintah berkaitan dengan investasi pemerintah, antara lain:
21 (a) Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
22 (b) Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
23 (c) Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi
24 jangka panjang;
25 (d) Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan
26 tersebut;
27 (e) Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
28 (f) Perubahan pos investasi.
29 TANGGAL EFEKTIF
30 44. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini berlaku efektif
31 untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
32 mulai Tahun Anggaran 2010.
33
Paragraf
PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------------------- 1-3
TUJUAN ------------------------------------------------------------------------------ 1
RUANG LINGKUP ----------------------------------------------------------------- 2-3
DEFINISI ---------------------------------------------------------------------------------- 4
UMUM -------------------------------------------------------------------------------------- 5-6
KLASIFIKASI ASET TETAP ---------------------------------------------------- 7-14
PENGAKUAN ASET TETAP --------------------------------------------------- 15-19
PENGUKURAN ASET TETAP ------------------------------------------------ 20-22
PENILAIAN AWAL ASET TETAP -------------------------------------------- 23-48
KOMPONEN BIAYA --------------------------------------------------------------- 28-37
KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN -------------------------------------- 38-40
PEROLEHAN SECARA GABUNGAN ---------------------------------------- 41
PERTUKARAN ASET (EXCHANGES OF ASSETS) -------------------- 42-44
ASET DONASI --------------------------------------------------------------------- 45-48
PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN (SUBSEQUENT
EXPENDITURES)--------------------------------------------------------------------- 49-51
PENGUKURAN BERIKUTNYA (SUBSEQUENT MEASUREMENT)
TERHADAP PENGAKUAN AWAL ------------------------------------------ 52-60
PENYUSUTAN ---------------------------------------------------------------------- 53-58
PENILAIAN KEMBALI ASET TETAP (REVALUATION) ---------------- 59-60
AKUNTANSI TANAH --------------------------------------------------------------- 61-64
ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS) -------------------------- 65-72
ASET INFRASTRUKTUR (INFRASTRUCTURE ASSETS)------ 73-75
ASET MILITER (MILITARY ASSETS) ------------------------------------- 76
PENGHENTIAN DAN PELEPASAN (RETIREMENT
AND DISPOSAL) --------------------------------------------------------------------- 77-79
PENGUNGKAPAN ------------------------------------------------------------------ 80-83
TANGGAL EFEKTIF ---------------------------------------------------------------- 84
9 PENDAHULUAN
10 TUJUAN
11 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan
12 akuntansi untuk aset tetap meliputi pengakuan, penentuan nilai tercatat,
13 serta penentuan dan perlakuan akuntansi atas penilaian kembali dan
14 penurunan nilai tercatat (carrying value) aset tetap.
15 RUANG LINGKUP
16 2. Pernyataan Standar ini diterapkan untuk seluruh unit
17 pemerintah yang menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum dan
18 mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan,
19 penilaian, penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan.
20 3. Pernyataan Standar ini tidak diterapkan untuk:
21 (a) Hutan dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (regenerative
22 natural resources); dan
23 (b) Kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas
24 alam, dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui
25 (non-regenerative natural resources).
26 Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset tetap yang digunakan
27 untuk mengembangkan atau memelihara aktivitas atau aset yang tercakup
28 dalam (a) dan (b) di atas dan dapat dipisahkan dari aktivitas atau aset
29 tersebut.
30 DEFINISI
31 4. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
32 Pernyataan Standar dengan pengertian:
33 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
34 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
35 manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
36 diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur
37 dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang
38 diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
39 sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
40 Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
41 dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk
25 UMUM
26 5. Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset
27 pemerintah, dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca. Termasuk
28 dalam aset tetap pemerintah adalah:
29 (a) Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan
30 oleh entitas lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas,
31 dan kontraktor;
32 (b) Hak atas tanah.
33 6. Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang
34 dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan
35 (materials) dan perlengkapan (supplies).
15 KOMPONEN BIAYA
16 28. Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya
17 atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat
18 diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi
19 yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang
20 dimaksudkan.
21 29. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
22 (a) biaya persiapan tempat;
23 (b) biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar
24 muat (handling cost);
25 (c) biaya pemasangan (instalation cost);
26 (d) biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; dan
27 (e) biaya konstruksi.
28 30. Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan. Biaya
29 perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya
30 yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan,
31 pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan maupun yang
32 masih harus dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga
33 meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika
34 bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.
35 31. Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah
36 pengeluaran yang telah dan yang masih harus dilakukan untuk memperoleh
37 peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi
38 harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung
39 lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin
40 tersebut siap digunakan.
41 32. Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan
42 seluruh biaya yang dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan untuk
43 memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini antara lain
44 meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan
45 IMB, notaris, dan pajak.
46 33. Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan
47 seluruh biaya yang dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan untuk
15 ASET DONASI
16 45. Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus
17 dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.
18 46. Sumbangan aset tetap didefinisikan sebagai transfer tanpa
19 persyaratan suatu aset tetap ke satu entitas, misalnya perusahaan
20 nonpemerintah memberikan bangunan yang dimilikinya untuk digunakan oleh
21 satu unit pemerintah tanpa persyaratan apapun. Penyerahan aset tetap
22 tersebut akan sangat andal bila didukung dengan bukti perpindahan
23 kepemilikannya secara hukum, seperti adanya akta hibah.
24 47. Tidak termasuk perolehan aset donasi, apabila penyerahan aset
25 tetap tersebut dihubungkan dengan kewajiban entitas lain kepada
26 pemerintah. Sebagai contoh, satu perusahaan swasta membangun aset tetap
27 untuk pemerintah dengan persyaratan kewajibannya kepada pemerintah
28 telah dianggap selesai. Perolehan aset tetap tersebut harus diperlakukan
29 seperti perolehan aset tetap dengan pertukaran.
30 48. Apabila perolehan aset tetap memenuhi kriteria perolehan aset
31 donasi, maka perolehan tersebut diakui sebagai pendapatan pemerintah dan
32 jumlah yang sama juga diakui sebagai belanja modal dalam laporan realisasi
33 anggaran.
17 PENYUSUTAN
18 53. Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu
19 aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa
20 manfaat aset yang bersangkutan.
21 54. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui
22 sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban
23 penyusutan dalam laporan operasional.
24 55. Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode
25 yang sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang
26 digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomi atau kemungkinan
27 jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah.
28 56. Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau
29 secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya,
30 penyusutan periode sekarang dan yang akan datang harus dilakukan
31 penyesuaian.
32 57. Metode penyusutan yang dapat dipergunakan antara lain:
33 (a) Metode garis lurus (straight line method); atau
34 (b) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)
35 (c) Metode unit produksi (unit of production method)
36 58. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh
37 aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset
38 tersebut.
8 AKUNTANSI TANAH
9 61. Tanah yang dimiliki dan/atau dikuasai pemerintah tidak
10 diperlakukan secara khusus, dan pada prinsipnya mengikuti ketentuan
11 seperti yang diatur pada pernyataan tentang akuntansi aset tetap.
12 62. Tidak seperti institusi nonpemerintah, pemerintah tidak dibatasi
13 satu periode tertentu untuk kepemilikan dan/atau penguasaan tanah yang
14 dapat berbentuk hak pakai, hak pengelolaan, dan hak atas tanah lainnya
15 yang dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh
16 karena itu, setelah perolehan awal tanah, pemerintah tidak memerlukan biaya
17 untuk mempertahankan hak atas tanah tersebut. Tanah memenuhi definisi
18 aset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada
19 pada Pernyataan ini.
20 63. Pengakuan tanah di luar negeri sebagai aset tetap hanya
21 dimungkinkan apabila perjanjian penguasaan dan hukum serta
22 perundang-undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan
23 Republik Indonesia berada mengindikasikan adanya penguasaan yang
24 bersifat permanen.
25 64. Tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh instansi pemerintah di
26 luar negeri, misalnya tanah yang digunakan Perwakilan Republik Indonesia di
27 luar negeri, harus memperhatikan isi perjanjian penguasaan dan hukum serta
28 perundang-undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik
29 Indonesia berada. Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah penguasaan
30 atas tanah tersebut bersifat permanen atau sementara. Penguasaan atas
31 tanah dianggap permanen apabila hak atas tanah tersebut merupakan hak
32 yang kuat diantara hak-hak atas tanah yang ada di negara tersebut dengan
33 tanpa batas waktu.
18 PENGUNGKAPAN
19 80. Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-
20 masing jenis aset tetap sebagai berikut:
21 (a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat
22 (carrying amount);
23 (b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
24 menunjukkan:
25 (1) Penambahan;
26 (2) Pelepasan;
27 (3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
28 (4) Mutasi aset tetap lainnya.
29 (c) Informasi penyusutan, meliputi:
30 (1) Nilai penyusutan;
31 (2) Metode penyusutan yang digunakan;
32 (3) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
33 (4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan
34 akhir periode;
35
36 81. Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:
37 (a) Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
38 (b) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset
39 tetap;
40 (c) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan
41 (d) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
11 TANGGAL EFEKTIF
12 84. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini berlaku
13 efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan
14 anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.
PERNYATAAN NO. 08
AKUNTANSI
KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
Paragraf
PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------- 1-5
TUJUAN --------------------------------------------------------------------------- 1-2
RUANG LINGKUP --------------------------------------------------------------- 3-5
DEFINISI --------------------------------------------------------------------------- 6
KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN -------------------------------- 7-8
KONTRAK KONSTRUKSI ----------------------------------------------------- 9-10
PENYATUAN DAN SEGMENTASI KONTRAK
KONSTRUKSI ----------------------------------------------------------------------- 11-13
PENGAKUAN KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN -------- 14-17
PENGUKURAN --------------------------------------------------------------------- 18-33
BIAYA KONSTRUKSI --------------------------------------------------------- 19-33
PENGUNGKAPAN ---------------------------------------------------------------- 34-36
TANGGAL EFEKTIF-------------------------------------------------------------- 37
9 PENDAHULUAN
10 TUJUAN
11 1. Tujuan Pernyataan Standar Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah
12 mengatur perlakuan akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan.
13 2. Pernyataan Standar ini memberikan panduan untuk:
14 (a) identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai Konstruksi Dalam
15 Pengerjaan;
16 (b) penetapan besarnya biaya yang dikapitalisasi dan disajikan di neraca;
17 (c) penetapan basis pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi.
18 RUANG LINGKUP
19 3. Suatu entitas akuntansi yang melaksanakan pembangunan aset
20 tetap untuk dipakai dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan/atau
21 masyarakat dalam suatu jangka waktu tertentu, baik pelaksanaan
22 pembangunannya dilakukan secara swakelola atau oleh pihak ketiga, wajib
23 menerapkan standar ini.
24 4. Sifat aktivitas yang dilaksanakan untuk konstruksi pada umumnya
25 berjangka panjang sehingga tanggal mulai pelaksanaan aktivitas dan tanggal
26 selesainya aktivitas tersebut biasanya jatuh pada periode akuntansi yang berlainan.
27 5. Masalah utama akuntansi untuk Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah
28 jumlah biaya yang diakui sebagai aset tetap yang harus dicatat sampai dengan
29 konstruksi tersebut selesai dikerjakan.
30 DEFINISI
31 6. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
32 Pernyataan Standar dengan pengertian:
33 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
34 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
35 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
36 pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
37 termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
38 bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
39 alasan sejarah dan budaya.
34 KONTRAK KONSTRUKSI
35 9. Kontrak konstruksi dapat berkaitan dengan perolehan sejumlah aset
36 yang berhubungan erat atau saling tergantung satu sama lain dalam hal rancangan,
37 teknologi, fungsi atau tujuan, dan penggunaan utama. Kontrak seperti ini misalnya
38 konstruksi jaringan irigasi.
39 10. Kontrak konstruksi dapat meliputi:
40 (a) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan
41 perencanaan konstruksi aset, seperti jasa arsitektur;
42 (b) kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;
7 PENGUKURAN
8 18. Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan.
9 BIAYA KONSTRUKSI
10 19. Nilai konstruksi yang dikerjakan secara swakelola:
11 (a) biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi;
12 (b) biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat
13 dialokasikan ke konstruksi tersebut; dan
14 (c) biaya lain yang secara khusus dibebankan sehubungan konstruksi yang
15 bersangkutan.
16 20. Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kegiatan
17 konstruksi antara lain meliputi:
18 (a) Biaya pekerja lapangan termasuk penyelia;
19 (b) Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi;
20 (c) Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke lokasi
21 pelaksanaan konstruksi;
22 (d) Biaya penyewaan sarana dan peralatan;
23 (e) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan
24 dengan konstruksi.
25 21. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan ke kegiatan konstruksi pada
26 umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tertentu meliputi:
27 (a) Asuransi;
28 (b) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan
29 dengan konstruksi tertentu;
30 (c) Biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang
31 bersangkutan seperti biaya inspeksi.
32 Biaya semacam itu dialokasikan dengan menggunakan metode yang sistematis dan
33 rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang mempunyai
34 karakteristik yang sama. Metode alokasi biaya yang dianjurkan adalah metode rata-
35 rata tertimbang atas dasar proporsi biaya langsung.
36 22. Nilai konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor melalui kontrak
37 konstruksi meliputi:
38 (a) Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan
39 tingkat penyelesaian pekerjaan;
40 (b) Kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung
41 dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada tanggal
42 pelaporan;
17 TANGGAL EFEKTIF
18 37. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini berlaku efektif
19 untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
20 mulai Tahun Anggaran 2010.
PERNYATAAN NO. 09
AKUNTANSI KEWAJIBAN
Paragraf
PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------------------- 1-4
TUJUAN ---------------------------------------------------------------------------- 1
RUANG LINGKUP --------------------------------------------------------------- 2-4
DEFINISI ---------------------------------------------------------------------------------- 5
UMUM -------------------------------------------------------------------------------------- 6-8
KLASIFIKASI KEWAJIBAN ----------------------------------------------------- 9-17
PENGAKUAN KEWAJIBAN ---------------------------------------------------- 18-31
PENGUKURAN KEWAJIBAN -------------------------------------------------- 32-61
UTANG KEPADA PIHAK KETIGA (ACCOUNT PAYABLE) ---------- 35-37
UTANG TRANSFER ------------------------------------------------------------ 38-39
UTANG BUNGA (ACCRUED INTEREST) -------------------------------- 40-41
UTANG PERHITUNGAN FIHAK KETIGA (PFK) ------------------------ 42-43
BAGIAN LANCAR UTANG JANGKA PANJANG ------------------------ 44-45
KEWAJIBAN LANCAR LAINNYA (OTHER CURRENT
LIABILITIES)----------------------------------------------------------------------- 46
UTANG PEMERINTAH YANG TIDAK DIPERJUALBELIKAN
DAN YANG DIPERJUALBELIKAN ------------------------------------------ 47-55
Utang Pemerintah Yang Tidak Diperjualbelikan
(Non-Traded Debt)--------------- ---------------------------------------- 48-50
Utang Pemerintah Yang Diperjualbelikan (Traded Debt) ------ 51-55
PERUBAHAN VALUTA ASING ---------------------------------------------- 56-61
PENYELESAIAN KEWAJIBAN SEBELUM JATUH TEMPO ---------------- 62-64
TUNGGAKAN ------------------------------------------------------------------------------ 65-68
RESTRUKTURISASI UTANG --------------------------------------------------------- 69-81
PENGHAPUSAN UTANG------------------------------------------------------ 76-81
BIAYA-BIAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN UTANG
PEMERINTAH ----------------------------------------------------------------------------- 82-86
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN ---------------------------------------------- 87-88
TANGGAL EFEKTIF --------------------------------------------------------------------- 89
9 PENDAHULUAN
10 TUJUAN
11 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi
12 kewajiban meliputi saat pengakuan, penentuan nilai tercatat, amortisasi, dan biaya
13 pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban tersebut.
14 RUANG LINGKUP
15 2. Pernyataan Standar ini diterapkan untuk seluruh unit
16 pemerintahan yang menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum dan
17 mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan, pengukuran,
18 penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan.
19 3. Pernyataan Standar ini mengatur:
20 (a) Akuntansi Kewajiban Pemerintah termasuk kewajiban jangka pendek dan
21 kewajiban jangka panjang yang ditimbulkan dari Utang Dalam Negeri dan
22 Utang Luar Negeri.
23 (b) Perlakuan akuntansi untuk transaksi pinjaman dalam mata uang asing.
24 (c) Perlakuan akuntansi untuk transaksi yang timbul dari restrukturisasi
25 pinjaman.
26 (d) Perlakuan akuntansi untuk biaya yang timbul dari utang pemerintah.
27 Huruf (b), (c), dan (d) diatas berlaku sepanjang belum ada pengaturan khusus
28 dalam pernyataan tersendiri mengenai hal-hal tersebut.
29 4. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:
30 (a) Akuntansi Kewajiban Diestimasi dan Kewajiban Kontinjensi.
31 (b) Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai.
32 (c) Transaksi dalam mata uang asing yang timbul atas transaksi selain dari
33 transaksi pinjaman yang didenominasi dalam suatu mata uang asing seperti
34 pada paragraf 3(b).
35 Huruf (a) dan (b) diatur dalam pernyataan standar tersendiri.
36 DEFINISI
37 5. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
38 Pernyataan Standar dengan pengertian:
22 UMUM
23 6. Karakteristik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai
24 kewajiban sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan
25 pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.
26 7. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas
27 atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan,
28 kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pendanaan pinjaman dari
29 masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga
30 internasional. Kewajiban pemerintah dapat juga terjadi karena perikatan dengan
31 pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu
32 kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran pajak dari wajib
33 pajak, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan
34 pemberi jasa lainnya.
35 8. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
36 konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.
37 KLASIFIKASI KEWAJIBAN
38 9. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos kewajiban
39 yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diselesaikan setelah
40 tanggal pelaporan.
41 10. Informasi tentang tanggal jatuh tempo kewajiban keuangan
42 bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan.
43 Informasi tentang tanggal penyelesaian kewajiban seperti utang ke pihak ketiga dan
3 PENGAKUAN KEWAJIBAN
4 18. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran
5 sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang
6 ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut
7 mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.
8 19. Keberadaan peristiwa masa lalu (dalam hal ini meliputi transaksi)
9 sangat penting dalam pengakuan kewajiban. Suatu peristiwa adalah terjadinya
10 suatu konsekuensi keuangan terhadap suatu entitas. Suatu peristiwa mungkin dapat
11 berupa suatu kejadian internal dalam suatu entitas seperti perubahan bahan baku
12 menjadi suatu produk, ataupun dapat berupa kejadian eksternal yang melibatkan
13 interaksi antara suatu entitas dengan lingkungannya seperti transaksi dengan
14 entitas lain, bencana alam, pencurian, perusakan, kerusakan karena
15 ketidaksengajaan.
16 20. Suatu transaksi melibatkan transfer sesuatu yang mempunyai nilai.
17 Transaksi mungkin berupa transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran.
18 Pembedaan antara transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran sangat
19 penting untuk menentukan saat pengakuan kewajiban.
20 21. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh
21 pemerintah atau dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan,
22 dan/atau pada saat kewajiban timbul.
23 22. Kewajiban dapat timbul dari:
24 (a) transaksi dengan pertukaran (exchange transactions);
25 (b) transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions), sesuai hukum yang
26 berlaku dan kebijakan yang diterapkan, yang belum dibayar lunas sampai
27 dengan saat tanggal pelaporan;
28 (c) kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related events);
29 (d) kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).
30 23. Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-masing
31 pihak dalam transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai
32 sebagai gantinya. Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya atau janji
33 untuk menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan pertukaran,
34 kewajiban diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa sebagai ganti
35 janji untuk memberikan uang atau sumber daya lain di masa depan.
36 24. Satu contoh dari transaksi dengan pertukaran adalah saat pegawai
37 pemerintah memberikan jasa sebagai penukar/ganti dari kompensasi yang
38 diperolehnya yang terdiri dari gaji dan manfaat pegawai lainnya. Suatu transaksi
39 pertukaran timbul karena kedua belah pihak (pemberi kerja dan penerima kerja)
40 menerima dan mengorbankan suatu nilai. Kewajiban kompensasi meliputi gaji yang
41 belum dibayar dan jasa telah diserahkan dan biaya manfaat pegawai lainnya yang
42 berhubungan dengan jasa periode berjalan.
43 25. Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam
44 suatu transaksi menerima nilai tanpa secara langsung memberikan atau
45 menjanjikan nilai sebagai gantinya. Dalam hal ini, hanya ada satu arah arus
8 PENGUKURAN KEWAJIBAN
9 32. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata
10 uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran
11 mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
12 33. Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban
13 pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera
14 pada lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi
15 pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta asing, dan
16 perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan
17 menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.
18 34. Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban mengikuti
19 karakteristik dari masing-masing pos. Paragraf berikut menguraikan penerapan nilai
20 nominal untuk masing-masing pos kewajiban pada laporan keuangan.
33 UTANG TRANSFER
34 38. Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk
35 melakukan pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-
36 undangan.
37 39. Utang transfer diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan yang
38 berlaku.
37 TUNGGAKAN
38 65. Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan
39 dalam bentuk Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas
40 Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban.
41 66. Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh
42 tempo namun pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau
43 bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin mempunyai
10 RESTRUKTURISASI UTANG
11 69. Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan
12 utang, debitur harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif sejak
13 saat restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai tercatat
14 utang pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi
15 jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan persyaratan
16 baru. Informasi restrukturisasi ini harus diungkapkan pada Catatan atas
17 Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang
18 terkait.
19 70. Restrukturisasi dapat berupa:
20 (a) Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk tunggakan dengan
21 utang baru; atau
22 (b) Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah
23 persyaratan dan kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan utang
24 dapat berbentuk:
25 (1) Perubahan jadwal pembayaran,
26 (2) Penambahan masa tenggang, atau
27 (3) Menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok dan bunga yang jatuh
28 tempo dan/atau tertunggak.
29 71. Jumlah bunga harus dihitung dengan menggunakan tingkat bunga
30 efektif konstan dikalikan dengan nilai tercatat utang pada awal setiap periode antara
31 saat restrukturisasi sampai dengan saat jatuh tempo. Tingkat bunga efektif yang
32 baru adalah sebesar tingkat diskonto yang dapat menyamakan nilai tunai jumlah
33 pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru
34 (tidak temasuk utang kontinjen) dengan nilai tercatat. Berdasarkan tingkat bunga
35 efektif yang baru akan dapat menghasilkan jadwal pembayaran yang baru dimulai
36 dari saat restrukturisasi sampai dengan jatuh tempo.
37 72. Informasi mengenai tingkat bunga efektif yang lama dan yang baru
38 harus disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
39 73. Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana
40 ditetapkan dalam persyaratan baru utang termasuk pembayaran untuk bunga
41 maupun untuk pokok utang lebih rendah dari nilai tercatat, maka debitur harus
42 mengurangi nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan jumlah
43 pembayaran kas masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam
44 persyaratan baru. Hal tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas
45 Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang
46 berkaitan.
12 PENGHAPUSAN UTANG
13 76. Penghapusan utang adalah pembatalan tagihan oleh kreditur kepada
14 debitur, baik sebagian maupun seluruhnya, jumlah utang debitur dalam bentuk
15 perjanjian formal diantara keduanya.
16 77. Atas penghapusan utang mungkin diselesaikan oleh debitur ke
17 kreditur melalui penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang di bawah
18 nilai tercatatnya.
19 78. Jika penyelesaian satu utang yang nilai penyelesaiannya di
20 bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset kas, maka ketentuan pada
21 paragraf 73 berlaku.
22 79. Jika penyelesaian suatu utang yang nilai penyelesaiannya di
23 bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset nonkas maka entitas sebagai
24 debitur harus melakukan penilaian kembali atas aset nonkas ke nilai wajarnya
25 dan kemudian menerapkan paragraf 73, serta mengungkapkan pada Catatan
26 atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban dan aset nonkas
27 yang berhubungan.
28 80. Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus
29 mengungkapkan jumlah perbedaan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi
30 kewajiban tersebut yang merupakan selisih lebih antara:
31 (a) Nilai tercatat utang yang diselesaikan (jumlah nominal dikurangi atau ditambah
32 dengan bunga terutang dan premi, diskonto, biaya keuangan atau biaya
33 penerbitan yang belum diamortisasi), dengan
34 (b) Nilai wajar aset yang dialihkan ke kreditur.
35 81. Penilaian kembali aset pada paragraf 80 akan menghasilkan
36 perbedaan antara nilai wajar dan nilai aset yang dialihkan kepada kreditur untuk
37 penyelesaian utang. Perbedaan tersebut harus diungkapkan pada Catatan atas
38 Laporan Keuangan.
15 TANGGAL EFEKTIF
16 89. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini berlaku efektif
17 untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
18 mulai Tahun Anggaran 2010.
LAMPIRAN I.11
PERNYATAAN NO. 10
KOREKSI KESALAHAN,
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI,
PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN
OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN
3 Paragraf
4 PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------------- 1-3
5 TUJUAN ---------------------------------------------------------------------------- 1
6 RUANG LINGKUP--------------------------------------------------------------- 2-3
7 DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------- 4
8 KOREKSI KESALAHAN ----------------------------------------------------- 5-36
9 PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI -------------------------- 37-42
10 PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI ----------------------------- 43-45
11 OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN --------------------------- 46-50
12 TANGGAL EFEKTIF ---------------------------------------------------------- 51
13
11 PENDAHULUAN
12 TUJUAN
13 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan
14 akuntansi atas koreksi kesalahan akuntansi dan pelaporan laporan keuangan,
15 perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi
16 yang tidak dilanjutkan.
17 RUANG LINGKUP
18 2. Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu
19 entitas harus menerapkan Pernyataan Standar ini untuk melaporkan
20 pengaruh kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi
21 akuntansi, dan operasi yang tidak dilanjutkan dalam Laporan Realisasi
22 Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
23 Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan
24 atas Laporan Keuangan.
25 3. Pernyataan standar ini berlaku untuk entitas pelaporan
26 dalam menyusun laporan keuangan yang mencakup laporan keuangan
27 semua entitas akuntansi, termasuk Badan Layanan Umum, yang berada di
28 bawah pemerintah pusat/daerah.
29 DEFINISI
30 4. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
31 Pernyataan Standar dengan pengertian:
32 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-
33 konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipakai oleh
34 suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan
35 keuangan.
16 KOREKSI KESALAHAN
17 5. Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau
18 beberapa periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan.
19 Kesalahan mungkin timbul karena keterlambatan penyampaian bukti transaksi
20 oleh pengguna anggaran, kesalahan perhitungan aritmatik, kesalahan
21 penerapan standar dan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta,
22 kecurangan atau kelalaian.
23 6. Dalam situasi tertentu, suatu kesalahan mempunyai pengaruh
24 signifikan bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga
25 laporan-laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan lagi.
26 7. Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah
27 koreksi yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan
28 dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran Lebih maupun saldo ekuitas.
29 Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya harus
30 diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
31 8. Kesalahan ditinjau dari sifat kejadian dikelompokkan dalam 2
32 (dua) jenis:
33 (a) Kesalahan tidak berulang;
34 (b) Kesalahan berulang dan sistemik;
35 9. Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan
36 tidak akan terjadi kembali, dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:
37 (a) Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan;
38 (b) Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya;
39 10. Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang
40 disebabkan sifat alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang
41 diperkirakan akan terjadi secara berulang. Contohnya adalah penerimaan
13 (d) Menutup suatu fasilitas yang ber-utilisasi amat rendah, menghemat biaya,
14 menjual sarana operasi tanpa mengganggu operasi tersebut.
15 TANGGAL EFEKTIF
16 51. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini berlaku
17 efektif untuk laporan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
18 mulai Tahun Anggaran 2010.
PERNYATAAN NO. 11
LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASIAN
Paragraf
TUJUAN----------------------------------------------------------------------- 1
DEFINISI -------------------------------------------------------------------------- 6
9 PENDAHULUAN
10 TUJUAN
20 RUANG LINGKUP
13 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
14 lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan
15 peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
16 pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
14 ENTITAS PELAPORAN
15 14. Suatu entitas pelaporan ditetapkan di dalam peraturan
16 perundang-undangan, yang umumnya bercirikan:
17 (a) Entitas tersebut dibiayai oleh APBN atau dibiayai oleh APBD atau
18 mendapat pemisahan kekayaan dari anggaran,
19 (b) Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan,
20 (c) Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat
21 atau pejabat negara yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat, dan
22 (d) Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung maupun
23 tidak langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui
24 anggaran.
25 ENTITAS AKUNTANSI
26 15. Entitas akuntansi menyelenggarakan akuntansi dan
27 menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan
28 anggaran/barang yang dikelolanya yang ditujukan kepada entitas
29 pelaporan.
30 16. Setiap unit pemerintahan yang menerima anggaran belanja
31 atau mengelola barang adalah entitas akuntansi yang wajib
32 menyelenggarakan akuntansi, dan secara periodik menyiapkan laporan
33 keuangan menurut standar akuntansi pemerintahan. Laporan keuangan
34 tersebut disampaikan secara intern dan berjenjang kepada unit yang lebih
35 tinggi dalam rangka penggabungan laporan keuangan oleh entitas
36 pelaporan.
37 17. Dengan penetapan menurut peraturan perundang-undangan
38 yang berlaku suatu entitas akuntansi tertentu yang dianggap mempunyai
39 pengaruh signifikan dalam pencapaian program pemerintah dapat ditetapkan
40 sebagai entitas pelaporan.
20 PROSEDUR KONSOLIDASI
21 22. Konsolidasi yang dimaksud oleh Pernyataan Standar ini
22 dilaksanakan dengan cara menggabungkan dan menjumlahkan akun
23 yang diselenggarakan oleh entitas pelaporan dengan entitas pelaporan
24 lainnya, atau yang diselenggarakan oleh entitas akuntansi dengan
25 entitas akuntansi lainnya, dengan mengeliminasi akun timbal balik.
26 23. Entitas pelaporan menyusun laporan keuangan dengan
27 menggabungkan laporan keuangan seluruh entitas akuntansi yang secara
28 organisatoris berada di bawahnya.
29 PENGUNGKAPAN
30 24. Dalam Catatan atas Laporan Keuangan perlu diungkapkan
31 nama-nama entitas yang dikonsolidasikan atau digabungkan beserta
32 status masing-masing, apakah entitas pelaporan atau entitas akuntansi.
33 25. Dalam hal konsolidasi tidak diikuti dengan eliminasi akun
34 timbal balik sebagaimana disebut pada paragraf 12, maka perlu diungkapkan
35 nama-nama dan besaran saldo akun timbal balik tersebut, dan disebutkan
36 pula alasan belum dilaksanakannya eliminasi.
37 TANGGAL EFEKTIF
38 26. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini berlaku
39 efektif untuk laporan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
40 mulai Tahun Anggaran 2010.
PERNYATAAN NO. 12
LAPORAN OPERASIONAL
Paragraf
4 LAPORAN OPERASIONAL
5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf
6 standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf penjelasan yang
7 ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
8 PENDAHULUAN
9 TUJUAN
10 1. Tujuan pernyataan standar Laporan Operasional adalah menetapkan
11 dasar-dasar penyajian Laporan Operasional untuk pemerintah dalam rangka memenuhi
12 tujuan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana ditetapkan oleh
13 peraturan perundang-undangan.
17 RUANG LINGKUP
18 3. Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian Laporan
19 Operasional.
33 (a) mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk
34 menjalankan pelayanan;
35 (b) mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam
36 mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan
37 kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi;
10 DEFINISI
11 8. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
12 Pernyataan Standar dengan pengertian:
23 Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
24 peristiwa lainnya pada saat hak dan/atau kewajiban timbul.
25 Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
26 pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
27 konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
28 Beban Hibah adalah beban pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa
29 kepada pemerintah lainnya, perusahaan negara/daerah, masyarakat dan
30 organisasi kemasyarakatan, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat.
31 Beban Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap
32 yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang
33 bersangkutan.
34 Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
35 mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain
36 yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
15 Pos luar biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi
16 karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak
17 diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh
18 entitas bersangkutan.
19 Subsidi adalah beban pemerintah yang diberikan kepada perusahaan/lembaga
20 tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual
21 produk/jasa yang dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat.
29 PERIODE PELAPORAN
30 9. Laporan Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam
31 setahun. Dalam situasi tertentu, apabila tanggal laporan suatu entitas berubah
32 dan Laporan Operasional tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih
33 pendek dari satu tahun, entitas harus mengungkapkan informasi sebagai berikut:
34 (a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;
35 (b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Operasional dan
36 catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
37 10. Manfaat Laporan Operasional berkurang jika laporan tersebut tidak
38 tersedia tepat pada waktunya. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi pemerintah
39 tidak dapat dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan entitas pelaporan untuk
40 menyajikan laporan keuangan tepat waktu.
6 AKUNTANSI PENDAPATAN-LO
7 19. Pendapatan-LO diakui pada saat:
8 (a) Timbulnya hak atas pendapatan;
9 (b) Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
15 22. Pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak yang
16 telah diterima oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.
8 AKUNTANSI BEBAN
9 32. Beban diakui pada saat:
10 a. timbulnya kewajiban;
11 b. terjadinya konsumsi aset;
12 c. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
13 33. Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari
14 pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum negara/daerah.
15 Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum dibayar
16 pemerintah.
20 35. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada
21 saat penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset
22 bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
23 adalah penyusutan atau amortisasi.
24 36. Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan mengacu
25 pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
29 49. Pos luar biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai
30 karakteristik sebagai berikut:
31 (a) kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun anggaran,
32 (b) tidak diharapkan terjadi berulang-ulang, dan
33 (c) kejadian diluar kendali entitas pemerintah.
34 50. Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan
35 pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
36 SURPLUS/DEFISIT-LO
35 TANGGAL EFEKTIF
36 59. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini berlaku efektif
37 untuk laporan keuangan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai
38 Tahun Anggaran 2010.
39
40
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
KEGIATAN OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN PERPAJAKAN
3 Pendapatan Pajak Penghasilan xxx xxx xxx xxx
4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah xxx xxx xxx xxx
5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan xxx xxx xxx xxx
6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan xxx xxx xxx xxx
7 Pendapatan Cukai xxx xxx xxx xxx
8 Pendapatan Bea Masuk xxx xxx xxx xxx
9 Pendapatan Pajak Ekspor xxx xxx xxx xxx
10 Pendapatan Pajak Lainnya xxx xxx xxx xxx
11 Jumlah Pendapatan Perpajakan ( 3 s/d 10 ) xxx xxx xxx xxx
12
13 PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
14 Pendapatan Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx
15 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba xxx xxx xxx xxx
16 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya xxx xxx xxx xxx
17 Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (14 s/d 16) xxx xxx xxx xxx
18
19 PENDAPATAN HIBAH
20 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
21 Jumlah Pendapatan Hibah (20) xxx xxx xxx xxx
22 JUMLAH PENDAPATAN (11 + 17 + 21) xxx xxx xxx xxx
23
24 BEBAN
25 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx
26 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx
27 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx
28 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx
29 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx
30 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx
31 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx
32 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx
33 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
34 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx
35 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx
36 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx
37 JUMLAH BEBAN (25 s/d 36) xxx xxx xxx xxx
38
39 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN OPERASIONAL (22-37) xxx xxx xxx xxx
40
Ilustrasi PSAP 12.A
41 KEGIATAN NON OPERASIONAL
42 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx
43 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
44 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx
45 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
46 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx
47 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL(42 s/d 46) xxx xxx xxx xxx
48 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (39 + 47) xxx xxx xxx xxx
49
50 POS LUAR BIASA
51 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
52 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
53 POS LUAR BIASA (51-52) xxx xxx xxx xxx
54 SURPLUS/DEFISIT-LO (48+53) xxx xxx xxx xxx
Ilustrasi PSAP 12.B
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
KEGIATAN OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx
6 Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 ) xxx xxx xxx xxx
8
9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx
13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx
14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx
15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxx xxx xxx xxx
16
17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xxx
19 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 ) xxx xxx xxx xxx
21
22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xxx xxx
25 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxx xxx xxx xxx
26 Jumlah Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxx xxx xxx xxx
27
28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xxx
31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx
32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (29 s/d 31) xxx xxx xxx xxx
33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxx xxx xxx xxx
34
35 BEBAN
36 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx
37 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx
38 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx
39 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx
40 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx
41 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx
42 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx
43 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx
44 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
45 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx
46 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx
47 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx
48 JUMLAH BEBAN (36 s/d 47) xxx xxx xxx xxx
49
50 SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (33-48) xxx xxx xxx xxx
51
52 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
53 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx
54 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
55 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx
56 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
57 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx
58 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL(53 s/d 57) xxx xxx xxx xxx
59 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (50 + 58) xxx xxx xxx xxx
60
61 POS LUAR BIASA xxx xxx xxx xxx
62 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
63 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
64 POS LUAR BIASA ( 62-63) xxx xxx xxx xxx
65 SURPLUS/DEFISIT-LO ( 59 + 64) xxx xxx xxx xxx