Anda di halaman 1dari 5

Transisi fase orde pertama dan kedua

1. Latar belakang
Dalam fisika statistik, fase didefinisikan secara matematis sebagai daerah di
ruang parameter variabel termodinamika yang energi bebasnya bersifat analitik.
Antara daerah tersebut, itu adalah daerah di mana turunan dari energi bebas
tidak berkelanjutan. Sistem berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain
melintasi permukaan non-analitik energi bebas dalam parameter
ruang adalah transisi fase.

Transisi fase merupakan gejala kooperatif yang melibatkan perubahan global pada
struktur dan sifat fisis bahan ketika sebuah variabel luar (biasanya suhu atau
tekanan) diubah secara kontinu. Beberapa teori transisi fase antara lain: Teori
Vanderwaals untuk menjelaskan transisi uap-cair, teori Brag-William untuk transisi
order-disorder pada alloy, teori BCS untuk superkonduktivitas bahan
superkonduktor. Sedangkan teori Landau tentang transisi fase orde kedua
merupakan teori yang sangat terkenal karena kesederhanaan formulasi dan
universalitas aplikasinya. Teori ini dapat digunakan untuk menjelaskan transisi fase
ferroelektrik, struktural, magnetik bahan superkonduktor.
Biasanya transisi fase diikuti dengan perubahan beberapa kerusakan simmetri
(broken simmetry). Sedangkan simmetri merupakan invariansi beberapa besaran
fisis terhadap pengenaan operasi tertentu. Sebuah sistem biasanya digambarkan oleh
Hamiltonian, sehingga simmetri berkaitan erat dengan invariansi Hamiltonian
terhadap transformasi.

Transisi suatu fase dapat digolongkan kedalam jenis yang berbeda-beda dengan
menggunakan sifat zat-zat, dan khususnya perilaku potensial kimia. Menurut Atkins
dalam bukunya yang diterjemahkan dan diterbitkan pada tahun 1999, transisi fase
dibedakan menjadi dua, yaitu transisi fase orde pertama dan transisi orde kedua atau
bisa disebut dengan transisi lambda (λ)

Disini saya akan menjelaskan tentang dua transisi fase tersebut

2. Pembahasan
Transisi fase dikatakan orde satu jika sistem mengalami
transisi dari satu fase ke fase lain melalui permukaan diskontinuitas
energi bebas. Contohnya adalah penguapan cairan menjadi gas, di mana
materi harus menyerap sejumlah energi untuk sepenuhnya
beralih ke fase lain jumlah energi ini dikenal sebagai panas laten.
Transisi fase dikatakan orde kedua jika tidak ada ada permukaan diskontinuitas
selama transisi. Salah satu contohnya adalah transisi feromagnetik
transisi fase sering terjadi (tetapi tidak selalu) antara dua fase dengan perbedaan
simetri yang berbeda. Dalam sistem seperti itu, Hamiltonian memiliki simetri
seperti itu,
tetapi dalam salah satu fase, keadaan dasar tidak memiliki simetri yang
Hamiltonian melakukannya.
Misalnya, dalam transisi cair-ke-padat, simetri translasi kontinu
coba rusak. Dalam cairan, molekul didistribusikan secara homogen dan
dikatakan memiliki simetri translasi kontinu, tetapi dalam padatan, molekul adalah
tersusun teratur dalam bentuk kisi-kisi, tanpa simetri.
Untuk menggambarkan transisi fase dengan perubahan simetri kuantitas yang
disebut parameter pesanan diperkenalkan. Parameter pesanan ini diperlukan untuk
menentukan fase simetri yang rusak. Dalam fase simetri, parameter urutan adalah
nol, tetapi dalam fase dengan simetri rusak, urutan parameter bukan nol. Dalam
kasus perpindahan paramagnetisme-ferromagnetismetion, parameter urutan adalah
magnetisasi M. Dalam fase paramagnetik, M = 0 dan dalam fase feromagnetik, M =
0
Transisi orde pertama
Banyak transisi fase yang sebelumnya telah kita kenal, seperti halnya transisi fase
pelelehan dan penguapan, disertai dengan perubahan entalpi dan volume. Pada
transisi pada fase α ke fase lain β,

Karena untuk pelelehan dan penguapan ∆V dan ∆S bukan nol, maka kemiringan
pada grafik antara potensial kimia dan tekanan atau temperatur berbeda pada sisi
transisi yang berbeda. Dengan kata lain, turunan pertama potensial kimia adalah tak
kontinu pada transisi, dan transisi ini digolongkan sebagai transisi fase orde
pertama. Jadi, ketidak kontinuan volume maupun entropi inilah yang menyebabkan
suatu transisi masuk ke dalam transisi golongan pertama dan seterusnya.
Kapasitas kalor suatu zat Cp adalah kemiringan kurva entalpi terhadap temperatur.
Pada transisi fase orde pertama, H berubah sejumlah tertentu pada perubahan
temperatur yang sangat kecil. Pada transisi, kemiringan kurva H, kemudian juga
kapasitas kalor, besarnya tak terhingga. Alasan fisiknya adalah pemanasan
menyebabkan transisi, bukan kenaikan temperatur. Contohnya, air mendidih tetap
bertahan pada temperatur yang sama walaupun diberi kalor. Jadi, transisi fase orde
pertama juga dicirikan dengan kapasitas kalor yang tak terhingga pada temperatur
transisinya

Transisi orde kedua dan transisi λ


Transisi fase orde kedua adalah transisi di mana turunan pertama dari μ adalah
kontinu, tetapi turunan keduanya tak-kontinu. Kemiringan kurva kontinu dari μ
(grafik dengan kemiringan yang sama pada kedua sisi transisi) menunjukkan
volumedan entropi (sehingga juga entalpi) tidak berubah pada transisi. Transisi orde
kedua mencakup transisi teratur-tak teratur dalam campuran logam, permulaan
feromagnitisme, dan transisi fluid-superfluida dari helium. Kekhasannya, kapasitas
kalor naik sangat cepat sebelum transisi. Bentuk kurva kapasitas kalor yang
menyerupai huruf Yunani λ, maka jenis perubahan fase ini juga disebut transisi-λ.
Semua sistem yang memperlihatkan transisi orde-kedua mempunyai sifat
termodinamika yang berubah-ubah, tetapi kemiringan kurva fase α pada transisi
mungkin tak hingga. Pada kedua kasus ini, fase β dapat diekstrapolasikan ke T < Tt,
dimana fase adalah metastabil. Walaupun demikian, fase α tidak dapat
diekstrapolasikan ke daerah metastabil diatas temperatur transisi. Secara fisik,
transisi orde kedua adalah transisi yang berlangsung perlahan-lahan ketika Tt
didekati dari bawah temperatur itu, dan transisi itu selesai pada Tt.

Penerapan
Transisi fase memiliki contoh atau dapat diterapkan pada senyawa BaTiO3.
Senyawa ini punya dua transisi fase yang didasarkan pada broken simmetry. Atau
keduanya ditentukan oleh cara bagaimana sistem tersebut rusak. Transisi orde
pertama ditandai dengan munculnya diskontinuitas parameter benahan di bawah
suhu Tc. Sedangkan transisi fase orde kedua atau disebut pula transisi fase kontinu
ditandai dengan munculnya parameter benahan secara gradual. Gambar 1
menunjukkan transisi orde pertama BaTiO3 dan gambar kedua menunjukkan
transisi fase orde kedua SrTiO3.

Dalam beberapa kasus dimungkinkan menggunakan variabel gaya eksternal untuk


mengubah secara alami transisi dari fase orde pertama menuju fase orde kedua.
Apabila kita dapat mengubah variabel eksternal gaya dengan hati-hati maka akan
diperoleh perubahan dari transisi fase orde pertama ke orde kedua melalui titik
ambang antara kedua kasus yang disebut critical point.

Landau memformulasikan prinsip dasar terori fenomenologis transisi fase orde-


kedua berdasarkan pada ide tentang rusaknya simetri spontas pada transisi fase.
Teori tentang transisi fase dimulai dari energi bebas sistem sebagai fungsi tekanan
, suhu dan parameter benahan atau

Variabel tidak dapat ditentukan sembarang seperti P dan T

Nilai variabel ditentukan oleh keadaan saat setimbang termal, yaitu keadaan
dimana bernilai minimum untuk dan tertentu. Kontinuitas perubahan keadaan pada
transisi fase orde-kedua secara tidak langsung menyatakan bahwa bernilai kecil
sembarang di dekat titik transisi. Di sekitar titik transisi fase ungkapan dapat
diekspansikan dalam deret pangkat.
Transisi fase dapat memberikan perubahan besar pada sifat-sifat fisis sistem.
Besaran termodinamik dapat berubah drastis; contoh-contoh yang menunjukkan
anomali adalah koefisien ekspansi termal, konstanta elastik, indek bias dan lain-
lain. Bahkan koefisien transport sebagai konduktivitas termal dan elektrik sering
menghadirkan anomali di sekitar titik transisi. Sebagai contoh, konstanta dielektrik
dari ferroelektrik menyebar saat didekati dari dua sisi.
Untuk transisi fase orde-kedua, ketakhadiran perubahan keadaan yang diskontinu
pada titik transisi membawa akibat fungsi termodinamik dari sistem termasuk
entropi, energi, volum dan lainnya bervariasi kontinu saat melewati titik transisi.
Oleh sebab itu, transisi fase orde-kedua beda dengan transisi fase orde-pertama,
yakni tidak diikuti oleh emisi atau absorpsi panas. Derivatif dari besaran
termodinamik seperti panas jenis, koefisien ekpansi termal, compresibilitas dan
lain-lain diskontinu pada titik transisi dari transisi orde-kedua.
Sekarang dibahas tentang ketergantungan entropi dan panas jenis terhadap suhu
pada titik transisi. Entropi dinyatakan oleh . Untuk dimana
sistem berada pada fase simetri tinggi sehingga

, dan

Dari (14) jelas bahwa ketika maka

REFERENSI
Phase transition and critical phenomena,kwanyuet.universityofmaryland

Fatimah,is.2015.kimiafisika.yogyakarta

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132206562/lainlain/TEORI+TENTANG+TRANSISI+FAS
E.pdf

phasetransition.akiraonuki,CambirgeUniversityPress,2002

phasetransitiondynamics,tianwa,shouhongwang.springer,2014

Anda mungkin juga menyukai