SKRIPSI
MOTTO
“Expose yourself to your deepest fear.. after that, fear has no power”1
“Keluarkan apa yang menjadikanmu takut, setelah itu ketakutan tidak memiliki
kekuatan”
1
Jim Morrison, 1943, Musisi
Digital Repository Universitas Jember
Digital Repository Universitas Jember
PERSEMBAHAN
SKRIPSI
Jember,
Penulis
Digital Repository Universitas Jember
RINGKASAN
Rumusan masalah yang akan dibahas adalah : (1) Apa implikasi hokum
suatu perusahaan penerbangan yang di nyatakan pailit terkait dengan
tanggungjawab kepada pihak ketiga ?. (2) Bagaimana perlindungan hokum
terhadap konsumen penerbangan yang tidak terpenuhi haknya karena perusahaan
dinyatakan pailit ?. (3) Apa upaya penyelesaian yang dapat dilakukan konsumen
atas kerugian yang di alami akibat perusahaan penerbangan atau maskapai
penerbangan mengalami pailit ?. Metode penelitian dalam skripsi ini
menggunakan tipe penelitian yuridis normatif, artinya permasalah yang diangkat,
dibahas, dan diuraikan dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan kaidah-
kaidah atau norma-norma dalam hukum positif.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa konsumen
dijadikan sebagai kreditor konkuren, yaitu kreditor yang paling akhir pemenuhan
piutangnya berdasarkan Undang-undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dikarenakan hak-hak dan
kedudukan konsumen tidak diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-undang No. 1 Tahun 2009 Tentang
Penerbangan. Karena hak-hak konsumen terabaikan dalam perkara kepailitan
perusahaan penerbangan maka perlu adanya alternatif perumusan peraturan
kepailitan perusahaan penerbangan agar dapat lebih menjamin perlindungan
konsumennya.Upaya hukum yang dapat ditempuh pihak konsumen yang
dirugikan oleh konsumen terdapat dalam Pasal 23 Undang-undang Perlindungan
Konsumen, pelaku usaha dapat digugat melalui badan penyelesaian sengketa
konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen.
Saran yang diberikan adalah Bagi pemerintah, khususnya pembuat
peraturan perundang-undangan diharapkan kedepannya dapat melakukan
perubahan peraturan perundang-undangan yaitu dibidang perlindungan konsumen.
Bagi industri penerbangan udara, perlu adanya campur tangan pemerintah dalam
hal regulasi struktur keuangan perusahaan, selain itu maskapai penerbangan juga
sebaiknya menyerahkan laporan kegiatan angkutan udara, termasuk keterlambatan
dan pembatalan penerbangan.Bagi para konsumen maskapai penerbangan agar
lebih berhati-hati dalam memilih maskapai yang akan digunakan, tidak hanya
terpengaruh oleh murahnya tarif tiket namun juga harus melihat aspek lainnya.
Digital Repository Universitas Jember
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
2
Celina Tri Siwi Kristiyanti,2014, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.3.
3
Ibid, hlm. 4.
Digital Repository Universitas Jember
Sebagai contoh kasus terkait ulasan diatas adalah kasus pailitnya Batavia
Air pada tanggal 30 Januari 2013, putusan pailitnya PT. Metro Batavia
disebabkan oleh utang sebanyak USD 4,68 juta kepada International Lease
Finance Corporation (ILFC) dan USD 4,94 juta kepada Sierra Leasing
Limitedyang sudah lewat jatuh tempo namun tidak segera di bayar dan
diselesaikan. Penyelesaian pailit Batavia Air telah diputuskan untuk di urus oleh
empat kurator. Kasus pailitnya PT.Metro Batavia ini membawa konsekuensi bagi
calon penumpang atau pemilik tiket, dimana hak-haknya dirugikan. Konsumen
dibingungkan dengan mekanisme pengembalian tiket, alih-alih mendapatkan
jaminan pengembalian uang pembelian tiket,konsumen malah tidak diberikan
informasi yang cukup dari Batavia air.
4
Hadi Shubhan M.Dr, 2012, Hukum Kepailitan Prinsip, Norma,dan Praktik di Peradilan,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 108.
5
http://www.angkasa.co.id/index.php/notam/notice-to-airmen/826-perlindungan-konsumen-
dalam-dunia-penerbangan
adalah kreditur konkuren, dimana hak kreditur konkuren dapat terpenuhi apabila
hak kreditur istimewa sudah terpenuhi.
6
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Prenda Media Group, Jakarta, hlm.
228.
Digital Repository Universitas Jember
Lebih jelasnya, dalam suatu penelitian hukum, konsep dasar tentang ilmu
hukum menyangkut sistem kerja dan sisi ilmu hukum haruslah sudah dikuasai.
Selanjutnya, baru penguasaan metodologi penelitian sebagai pertanggung jawaban
ilmiah terhadap komunitas pengemban ilmu hukum.7 Berpikir secara sistematis
dan mempunyai pengertian yang mendalam (insight) mengenal apa yang
dipelajari. Hal tersebut merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seorang
ilmuwan hukum, karena tanda dan ciri dari ilmu pengetahuan adalah bangunan
susunannya sistematis, mempunyai objek, mempunyai problematika, dan
mempunyai metode sendiri.
7
Ibid, hlm. 26.
8
Ibid, hlm. 42.
9
Ibid, hlm. 133.
Digital Repository Universitas Jember
10
Ibid, hlm. 135.
11
Ibid, hlm 181.
12
Ibid.hlm.181.
Digital Repository Universitas Jember
Bahan non hukum yaitu sumber hukum sebagai penunjang dari bahan
hukum primer dan sekunder, bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yaitu bahan
yang diambil dari internet dan kamus.14
13
Ibid, hlm. 181.
14
Soerjono Soekanato, 2006, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tujuan Singkat, Grafinda
Persada, Jakarta, hlm. 165.
Digital Repository Universitas Jember
15
Peter Mahmud Marzuki, Op Cit, hlm. 214-251.
Digital Repository Universitas Jember
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
16
http//www.artikata.com/artiperlindunganhukum.html
17
Tjuk Wirawan, 2002,Pengantar Ilmu Hukum, Modul Kuliah, Universitas Jember, Fakultas
Hukum hlm. 2.
18
Sudikno Mertokusumo, 2013, Mengenal Hukum Suatu Pengantar Edisi Revisi, Cahaya Atma
Pustaka, Yogyakarta, hlm. 22.
Digital Repository Universitas Jember
19
http://www.negarahukum.com/hukum/negara-hukum-perspektif-barat.html
20
Philipus M. Hadjon, 2002, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, hlm. 5.
Digital Repository Universitas Jember
21
Sri Soemantri, 2007, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung, Alumni, hlm.15
22
http://kunami.wordpress.com/2007/11/06/pelaksanaan-fungsi-hukum-administrasi-negara/
Digital Repository Universitas Jember
2.2 Konsumen
23
Ridwan.HR, 2001, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi, Raja Grafindo, Jakarta, hlm. 46.
24
Nasution.Az, 2001,Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta,
hlm. 3.
Digital Repository Universitas Jember
25
Nasution.Az,op.cit.,hlm. 13
Digital Repository Universitas Jember
1.
Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barag dan/atau jasa, demi
keamanan dan keselamatan;
2. Beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang
dan/atau jasa;
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen
2.2.3 Konsumen Penerbangan
Konsumen penerbangan atau yang disebut penumpang penerbangan adalah
yang melakukan perjalanan dengan pesawat udara yang dilengkapi dengan tiket
atau dokumen sejenis dengan maksud tersebut. Ada beberapa ciri penumpang :26
26
Abdul Kadir Muhamad, 2008, Hukum Pengangkut Darat, laut dan Udara, Citra Aditya Bahkti,
Jakarta, hlm. 51
27
Toto Tohir Suriat,2006 ,Masalah dan Aspek Hukum dalam Pengangkutan Udara Nasional,
Mandar Maju, Bandung, hlm.34
Digital Repository Universitas Jember
29
Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Grasindo, Jakarta, hlm. 10.
Digital Repository Universitas Jember
30
Achmad Ali, 2002, Menguak Takbir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Cetakan
Kedua, PT. Toko Gunung Agung Tbk, (selanjutnya disebut Achmad Ali I), Jakarta, hlm. 25.
Digital Repository Universitas Jember
31
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/10/05/04215891/Penerbangan.dan.Perlindungan.K
onsumen
Digital Repository Universitas Jember
32
http://penerbang1.blogspot.com/2012/12/pengertian-maskapai-penerbangan.html
33
Damardjati.RS ,2001,Istilah-istilah Dunia pariwisata, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 6.
Digital Repository Universitas Jember
Pertama, yaitu pelayanan di darat atau biasa di kenal dengan nama ground
handling pax. Pelayanan di darat merupakan pelayanan yang diberikan oleh suatu
maskapai penerbangan kepada penumpangnya pada saat berada di darat atau
dengan kata lain sebelum masuk dan sesudah keluar dari pesawat. Pelayanan di
darat terbagi menjadi dua yaitu departure section yang terdiri dari check in,
document clearance, baggage handling, load and balance, boarding dan arrival
section yang terdiri dari baggage handling, lost and found, document clearance.
Hubungan hukum diartikan sebagai hubungan antara dua atau lebih subjek
hukum, hubungan yang mana terdiri atas ikatan antara individu dengan individu,
antara individu dengan masyarakat atau antara masyarakat yang satu dengan
34
http://tourismtoday-wahyoe.blogspot.com/2008/10/kualitas-pelayanan-maskapai-
penerbangan_29.html
Digital Repository Universitas Jember
“Jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak
yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Selain itu,
hubungan hukum antara pelaku usaha dan konsumen dapat dilihat dari
hak dan kewajiban masing-masing pihak”
2.5 Kepailitan
2.5.1 Pengertian Kepailitan
Jika di telusuri sejarah hukum tentang kepailitan, diketahui bahwa hukum
tentang kepailitan itu sendiri sudah ada sejak zaman romawi. Menurut
Poerwadarminta35, pailit artinya bangkrut, dan bangkrut artinya menderita
kerugian besar hingga jatuh (perusahaan, toko, dan sebagainya). Menurut John
M. Echlos dan Hasan Shadily, bankrupt artinya bangkrut, pailit dan bankruptcy
artinya kebangkrutan, kepailitan.36
Dalam bahasa Belanda disebut failliet, yang merupakan pranata hukum
yang dikenal banyak negara, baik yang menganut sistem hukum Civil Law
maupun Common Law. Dalam bahasa Indonesia sehari-hari sering dipakai istilah
bangkrut.Sedangkan dalam sistem hukum Common Law terkadang dipergunakan
juga istilah Insolvency. Istilah Insolvency dimaksudkan sebagai suatu ketidak
sanggupan membayar utang ketika utangnya itu jatuh tempo pada saat bisnis dari
debitor akan kolaps. Sementara yang dimaksud dengan istilah bankruptcy adalah
status hukum dari debitur yang sangat khusus, status mana ditetapkan oleh
Pengadilan.37
35
Ramlan Ginting, 2001, Kewenangan Tunggal Bank Indonesia Dalam Kepailitan Bank,
Mengutip dari W.J.S. Poerwadarminta, 1999, kamus umum bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta. hlm. 1
36
Ibid, mengutip dari John M. Echlos dan Hassan Shadily, 1979, Kamus Inggris Indonesia,
Jakarta, Gramedia.hlm. 2
37
Kartono ,1999, Pengantar Hukum Kepailitan dan Penundaan pembayaran, Pradya Pramita,
Jakarta, hlm. 11.
Digital Repository Universitas Jember
Prinsip paritas creditorium berarti bahwa semua kekayaan debitor baik yang
berupa barang bergerak ataupun barang tidak bergerak maupun harta yang
sekarang telah dipunyai debitur dan barang-barang dikemudian hari akan dimiliki
debitur terikat kepada penyelesaian kewajiban debitur.39 Sedangkan prinsip pari
passu prorate parte berarti bahwa harta kekayaan tersebut merupakan jaminan
38
Hadi Shubhan,M. 2008, Hukum Kepailitan, Kencana, Jakarta,. hlm. 1.
39
Kartini Mulyadi, 2001, Kepailitan dan Penyelesaian Utang Piutang, Alumni, Bandung, hlm.
168.
Digital Repository Universitas Jember
bersama untuk para kreditur dan hasilnya harus dibagikan secara proporsional
antara mereka, kecuali apabila antara para kreditur itu ada yang menurut undang-
undang harus didahulukan dalam menerima pembayaran tagihannya.40
40
Ibid, hlm. 168.
41
Undang-Undang Kepailitan, Penjelasan Umum
42
Soeroso, R.,2006,Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm . 295
Digital Repository Universitas Jember
2.6 Kurator
43
Undang-undang No 37 Tahun 2009 tentang Kepailitan dan PKPU, ketentuan umum, pasal 1 (5)
Digital Repository Universitas Jember
Hak Kurator
44
Sibarani, 2010, Hukum Kepailitan, Fakultas Hukum Unika Atma Jaya, Jakarta, hlm. 24
Digital Repository Universitas Jember
BAB III
PEMBAHASAN
45
Gunarto Suhardi, 2003, Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum, Universitas Gajahmada
Yogyakarta , Kanisius , hlm. 9
Digital Repository Universitas Jember
ganti kerugian merupakan kewajiban bagi para pelaku usaha yaitu perusahaan jasa
angkutan udara, yang juga diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, menentukan bahwa:
Memperhatikan substansi Pasal 19 ayat (1) dapat diketahui bahwa tanggung jawab
pelaku usaha, meliputi :
yaitu pengangkut dalam hal ini adalah perusahaan atau maskapai penerbangan dan
pihak pengguna jasa atau konsumen. Para pihak tersebut terikat oleh suatu
perjanjian, yaitu perjanjian pengangkutan. Sebagaimana layaknya suatu perjanjian
yang merupakan manisfestasi dari hubungan hukum yang bersifat keperdataan
maka di dalamnya terkandung hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan dan
dipenuhi.
jawab pengangkut dalam hal ini yaitu mengganti rugi sejumlah kerugian yang
diderita konsumen terkait dengan tiket yang sudah dibeli. Sesuai dengan Undang-
undang Penerbangan dan Peraturan Menteri No. 77 Tahun 2011 tentang Tanggung
Jawab Pengangkut Angkutan Udara, pengangkut harus menyelesaikan tanggung
jawabnya kepada konsumen.
E.Suherman mengemukakan tanggung jawab pengangkutan adalah suatu
perbuatan yang dibebankan kepada kedua belah pihak yang bersifat mengikat atas
dasar perjanjian pengangkutan.46 Menurut Sution Usma Adji, pengangkutan
adalah sebuah perjanjian timbal balik dimana pihak pengangkut mengikatkan diri
untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang dari tempat tujuan
tertentu dengan selamat tanpa berkurang jumlah dari barang yang dikirimkan,
sedangkan pihak lainnya (pengirim atau penerima) berkeharusan memberikan
pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut.47
Dalam hal ini maskapai penerbangan memiliki hubungan hukum dengan
para pihak, yaitu hubungan hukum anatara perusahaan penerbangan dengan pihak
kreditor maupun pihak konsumen. Hubungan hukum dengan pihak kreditor adalah
hubungan kerja sama. Kerjasama tersebut antara lain, kerjasama dengan pihak
leasing, biro perjalanan maupun pihak katering. Sedangkan hubungan hukum
anatara perusahaan penerbangan dengan pihak konsumen adalah hubungan jual
beli jasa penerbangan. Jual beli tercantum dalam Pasal 1457 KUHPerdata “suatu
perjanjian dengan mana pihak yang satu menikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu benda dan pihak lain membayar harga yang telah dijanjikan.” Setelah
adanya hubungan hukum maka timbulah suatu perjanjian.
Terlaksananya pengangkutan melalui udara karena adanya perjanjian
antara pihak pengangkut dan penumpang. Undang-undang penerbangan dengan
jelas menyebutkan, perjanjian pengangkutan udara adalah perjanjian antara
pengangkut dan pihak penumpang. Akan tetapi dalam Undang-undang
Penerbangan tidak ditemukan definisi penumpang. Definisi Undang-undang itu
46
Suherman, E. 1962, Tanggung Jawab Pengangkutan Dalam Hukum Udara Indonesia
,N.V.Eresco I , Bandung, hlm 12
47
Sutiono Usman Adji, 1991, Hukum Pengangkutan di Indonesia, cetakan ke-2, Rinka Cipta,
Jakarta, hlm. 60
Digital Repository Universitas Jember
48
Martono,H.K, 2007, Kamus Hukum dan Regulasi Penerbangan, edisi pertama, PT.Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hlm.29
49
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51305b6bb7631/nasib-konsumen-dalam-kasus-
kepailitan
Digital Repository Universitas Jember
50
Soesilo Prajogo,2007, Kamus Hukum Internasional & Indonesia, Wacana Intelektual, Jakarta,
hlm. 12
Digital Repository Universitas Jember
Saat ini hukum banyak diberitakan dengan berbagai topik tak terkecuali
pembahasan mengenai perlindungan hukum. Dalam pembahasan tersebut secara
tidak langsung akan mengait eratkannya dengan pembuat hukum itu sendiri.
51
Pasal 55 Undang-UndangKepailitan
52
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1998/perbedaan-antara-kreditur-separatis-dengan-
kreditur-konkuren
Digital Repository Universitas Jember
Berbicara mengenai perlindungan hukum, hal tersebut merupakan salah satu hal
terpenting dari unsur suatu negara hukum. Dianggap penting karena dalam
pembentukan suatu negara akan dibentuk pula hukum yang mengatur tiap-tiap
warga negaranya. Sudah lazim untuk diketahui bahwa suatu negara akan terjadi
suatu hubungan timbal balik antara warga negaranya sendiri. Dalam hal tersebut
akan melahirkan suatu hak dan kewajiban satu sama lain. Perlindungan hukum
akan menjadi hak tiap warga negaranya.
Disisi lain dapat dirasakan juga bahwa perlindungan hukum merupakan
kewajiban bagi negara itu sendiri, oleh karenanya negara wajib memberikan
perlindungan hukum kepada warga negaranya. Setelah mengetahui pentingnya
perlindungan hukum, sangat diperlukan juga mengetahui tentang pengertian
perlindungan hukum itu sendiri.
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada
subyek hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun
yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri
dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan
suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian. Perlindungan
hukum menurut ahli hukum, antar lain :
53
Christine ST. Kansil, 2011, Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta, Jakarta , hlm. 92
54
Philipus M. Hadjon, log.cit.hlm.2.
Digital Repository Universitas Jember
55
http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/
Digital Repository Universitas Jember
Status pailit secara hukum memberikan status sitaan terhadap seluruh harta
perusahaan. Pengurus perusahaan yang telah pailit tidak mempunyai kewenangan
terhadap harta perusahaan yang telah berada dalam sitaan umum, karena pada saat
status pailit dijatuhkan oleh Pengadilan Niaga maka Kurator diangkat untuk
melakukan pengurusan dan pemberesan terhadap seluruh harta perusahaan yang
jatuh pailit. Sehingga perusahaan sudah tidak berwenang untuk mengelola harta
termasuk untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen karena pengurusannya
beralih kepada kurator.
kepailitan masuk sebagai kreditor konkuren (paling akhir) yang akan menerima
hak-haknya dari pembagian budel pailit. Hal ini diperparah apabila keadaan
insolvensi dari situasi pailit tersebut sangat parah yang dapat mengakibatkan
konsumen tidak memperoleh haknya sama sekali.
56
Sudaryatmo, 2013, Press Release: Nasib Konsumen Batavia Air Pasca Putusan Pailit
http://www.ylki.or.id
57
http://www.hukumonline.com/nasib-konsumen-batavia-air-pasca-putusan-pailit.html
Digital Repository Universitas Jember
58
Rahmad S.S Soemadipraja, 2010,Restatement Keadaaan Memaksa, Nasional Legal Reform
Program, Jakarta, hlm. 87
Digital Repository Universitas Jember
59
Rudhi Prasetya,1995, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm. 5
60
Kartini Mulyadi, 2005,Kreditor Preferen dan Kreditor Separatis Dalam Kepailitan, Pusat
Pengkajian Hukum,Jakarta, hlm.164
Digital Repository Universitas Jember
61
Febrian, 2009, Buku Panduan Tentang Proses Legislasi, Jakarta, Sekretariat Jendral DPR RI,
hlm. 27
Digital Repository Universitas Jember
62
https://adryanov20.wordpress.com/2013/04/11/penyelesaian-sengketa-konsumen-melalui-bpsk/
Digital Repository Universitas Jember
sengketa diantara konsumen dan pelaku usaha yang nominalnya kecil akan jarang
mengajukan sengketanya ke pengadilan karena tidak sebanding antara biaya
perkara dengan besarnya kerugian yang akan dituntut.
Putusan BPSK jika dapat diterima oleh kedua belah pihak, maka putusan
BPSK bersifat final dan mengikat, sehingga tidak perlu diajukan ke Pengadilan.
Penyelesaian sengketa di BPSK diselenggarakan semata-mata untuk mencapai
kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi atau mengenai tindakan
konsumen.
sejak putusan BPSK diumumkan, konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa
wajib menyatakan menerima atau menolak putusan BPSK.
1. Mediasi
Mediasi adalah proses negosiasi penyelesaian sengketa
atau pemecahan masalah dimana pihak ketiga yang tidak
memihak,bekerjasama dengan para pihak yang
bersengketa untuk memperoleh kesepakatan perjanjian
yang memuaskan, pihak ketiga ini disebut mediator.
Mediator tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan
sengketa, melainkan hanya membantu para pihak untuk
menyelesaikan persoalan sengketa tersebut. Hasil
musyawarah dari kesepakatan antara konsumen dan
pelaku usaha di buat dalam bentuk perjanjian dan sudah
disepakati oleh kedua belah pihak. Kemudian di serahkan
kepada majelis BPSK untuk di kukuhkan dalam keputusan
majelis BPSK untuk menguatkan perjanjian tersebut.
2. Konsiliasi
Konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa diantara
para pihak dengan melibatkan pihak ketiga yang netral
dan tidak memihak, pihak ini disebut konsiliator.
Konsiliator hanya melakukan tindakan seperti mengatur
waktu dan tempat pertemuan para pihak, mengarahkan
subjek pembicaraan, membawa pesan dari satu pihak ke
pihak lain, jika pesan tersebut tidak dapat disampaikan
langsung oleh para pihak.konsoliator dapat mengusulkan
pendapatnya, namun tidak berwenang memutus perkara.
Penyelesaian sengketa konsumen melalui konsiliator di
lakukan sendiri oleh pihak yang bersengketa dengan
didampingi majelis BPSK yang bertindak pasif yaitu
sebagai konsiliator.
3. Arbitrase
Arbitrase menurut Undang-undang No.30 Tahun 1999
tentang arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa
perdata di luar pengadilan, yang didasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa. Arbitrase ini adalah bentuk
alternatif paling formal untuk menyelesaikan sengketa
63
Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor. 350/MPP/Kep/12/2001
tentang Tata cara penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK;
Digital Repository Universitas Jember
1. Mediasi
cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu
oleh mediator.
2. Konsiliasi
penengah akan bertindak menjadi konsiliator dengan
kesepakatan para pihak dengan mengusahakan solusi yang
dapat diterima.
3. Arbitrase
cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
64
Frans Hendra Winarta, 2009, Litigasi dan Non Litigasi Pengadilan, Mandar Maju, Bandung,
hlm. 7-8
Digital Repository Universitas Jember
65
Susanti Adi Nugroho, 2008, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Di Tinjau dari Hukum
Acara serta Kendala Implementasinya, Kencana, Jakarta, hlm. 341
Digital Repository Universitas Jember
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat di tarik kesimpulan, yaitu:
Saran-saran
DAFTAR BACAAN
Buku
Achmad Ali. 2002. Menguak Takbir Hukum .Cetakan Kedua. Jakarta : PT. Toko
Gunung Agung Tbk.
Celina Tri Siwi Kistiyanti. 2014. Hukum Perlindungan Konsumen. Cetakan
Keempat. Jakarta :Sinar Grafika.
Christine ST. Kansil. 2011.Pengantar Ilmu Hukum . Jakarta: RinekaCipta.
Damardjati.R.S. 2001. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Erman Rajagukguk. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen. Bandung: Mandar
Maju.
Febrian.2009. Buku Panduan Tentang Proses Legislasi. Jakarta: Sekretariat
Jendral DPR RI.
Frans Hendra Winarta. 2009. Litigasi dan Non Litigasi Pengadilan. Bandung :
Mandar Maju
Gunarto Suhardi. 2003. Usaha perbankan dalam perspektif hukum.Universitas
Gajahmada Yogyakarta :Kanisius
Hadi Shubhan. M. 2008. Hukum Kepailitan. Cetakan Kesatu. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Sibarani. 2010. Hukum Kepailitan. Jakarta: Fakultas Hukum Unika Atma Jaya.
Sri Soemantri. 2007. Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia. Bandung:
Alumni
Soerjono Soekanato. 2006. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tujuan Singkat.
Jakarta: Grafindo Persada.
Soeroso, R. 2006.Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta:Sinar Grafika.
PeraturanPerundang-undangan
Internet
(http//www.artikata.com/artiperlindunganhukum.html)
diakses pada tanggal 15 Agustus 2014
(http://penerbang1.blogspot.com/2012/12/pengertian-maskapai-penerbangan.html)
diakses pada tanggal 16 September 2014
(http://tourismtoday-wahyoe.blogspot.com/2008/10/kualitas-pelayanan-maskapai-
penerbangan_29.htm)
diakses pada tanggal 16 September 2014
Digital Repository Universitas Jember
(http://www.angkasa.co.id/index.php/notam/notice-to-airmen/826-perlindungan-
konsumen-dalam-dunia-penerbangan)
diakses pada tanggal 17 Oktober 2014
(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/10/05/04215891/Penerbangan.dan.
Perlindungan.Konsumen)
diakses pada tanggal 9 November 2014
(http://www.negarahukum.com/hukum/negara-hukum-perspektif-barat.html)
diakses pada tanggal 7 Desember 2014
(http://kunami.wordpress.com/2007/11/06/pelaksanaan-fungsi-hukum-
administrasi-negara/)
diakses pada tanggal 7 Desember 2014
(http://naufalalfatih.wordpress.com/2012/10/10/dasar-hukum-perlindungan-
konsumen/)
diakses pada tanggal 7 Desember 2014
(Sudaryatmo, 2013, Press Release: Nasib Konsumen Batavia Air Pasca Putusan
Pailit http://www.ylki.or.id)
diakses pada tanggal 25 Januari 2015
(http://www.hukumonline.com/nasib-konsumen-batavia-air-pasca-putusan-
pailit.html)
diakses pada tanggal 25 Januari 2015
(http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51305b6bb7631/nasib-konsumen-
dalam-kasus-kepailitan)
diakses pada tanggal 28 Januari 2015
(
https://vanyugo.wordpress.com/2014/03/09/asas-dalam-hukum-pengangkutan/)
diakses pada tanggal 28 Januari 2015
(http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1998/perbedaan-antara-kreditur-
separatis-dengan-kreditur-konkuren)
diakses pada tanggal 28 Januari 2015
(http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/)
diakses pada tanggal 29 Januari 2015
(https://adryanov20.wordpress.com/2013/04/11/penyelesaian-sengketa-konsumen-
melalui-bpsk/)
diakses pada tanggal 20 Maret 2015
Digital Repository Universitas Jember
BahanKuliah