Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KOMPETENSI KONSELOR DALAM ASESMEN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asesmen Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu: Dr. Hunainah M.M

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2

1. Hera Nurjanah (201520166)


2. Rayhan Al Ikhsan (201520191)
3. Nur Ira Fahira (201520163)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
FAKULTAS DAKWAH
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM 3E
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang atas
rahmat-Nya, maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang bertemakan
Kompetensi Konselor Dalam Asesmen. Makalah itu disusun langsung oleh kelompok 2
melalui media elektronik. Shalawat beserta salam tak lupa kita curah limpahkan kepada suri
tauladan kita, yakni nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan kita
umatnya semoga mendapatkan syafaat di yaumil akhir nanti.
Tujuan dibentuknya makalah tentang Kompetensi Konselor Dalam Asesmen adalah
sebagai ajang ilmu pengetahuan tentang kompetensi seorang konselor yang perlu diketahui
oleh mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling. Selain itu, makalah itu juga dibuat
sebagai salah satu bentuk tugas dari mata kuliah Asesmen Bimbingan Konseling. Semoga
Allah SWT selalu memberikan kemudahan kepada kita semua dalam menuntut ilmu.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari
makalah yang telah kami buat, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pemabaca
untuk penyempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kompetensi Konselor dalam Asesmen .......................................................... 3


B. Ruang Lingkup Asesmen ............................................................................... 4
C. Langkah-langkah dalam melakukan Asesmen............................................... 5

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................................................ 10

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pemberian bimbingan akan efektif jika didasarkan pada data yang akurat. Menurut
Berdie, dkk dalam Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi karangan Mamat
Supriatna, menyatakan bahwa jika konselor ingin melakukan kegiatan bimbingan secara
efektif atau melakukan kerja apa saja dengan konseli, maka konselor harus mengetahui segala
sesuatu yang ada pada konselinya tersebut. Lebih banyak informasi yang diketahui, maka
konselor akan dapat bekerja dengan lebih baik dengan konselinya. Oleh karena itu, sebelum
konselor memberikan terapi atau penyelesaian masalah kepada seorang konseli, perlu
dilakukan terlebih dahulu asesmen, yaitu menilai atau mengenali konseli secara mendalam
dari berbagai aspek. Hal ini sangat penting karena semakin banyak konselor mengenal
konseli, maka semakin sukses pula tugas sebagai konselor.

Setiap konselor tidak dibenarkan terburu-buru dalam menangani kasus atau persoalan
yang dihadapi oleh seseorang sebelum mengenal secara rinci tentang konseli tersebut serta
persoalan yang sedang dihadapinya. Menilai atau melakukan asesmen merupakan bagian
yang sangat penting dan strategis dari konseling. Asesmen mempunyai multifungsi dalam
proses konseling, diantaranya dapat melaksanakan pendekatan yang sistematik untuk
memperoleh dan mengorganisasikan informasi yang relevan tentang konseli.
Mengidentifikasikan peristiwa-peristiwa apa yang memberikan kontribusi pada timbulnya
masalah konseli. Pelaksanaan asesmen merupakan hal yang penting dan harus dilakukan
dengan berhati-hati sesuai dengan kaidahnya. Kesalahan dalam mengidentifikasi masalah
karena asesmen yang tidak memadai akan menyebabkan treatment gagal; atau bahkan dapat
memicu munculnya konsekuensi dari treatment yang merugikan diri konseli. Meskipun
menjadi dasar dalam melakukan treatment pada konseli, tidak berarti konselor harus menilai
(to assess) semua latar belakang dan situasi yang dihadapi konseli pada saat itu jika tidak
perlu. Kadangkala konselor menemukan bahwa ternyata “hidup” konseli sangat menarik.
Namun, tidak efisien dan tidak etis untuk menggali semuanya selama hal tersebut tidak
relevan dengan treatment yang diberikan untuk mengatasi masalah konseli.

1.2. Rumusan Masalah

1. Kompetensi apa yang harus dimiliki oleh Konselor?

1
2. Apa saja Ruang Lingkup dalam Asesmen?

3. Apa saja Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam Asesmen?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Kompetensi Konselor dalam Asesmen

2. Mengetahui Ruang Linkup dalam Asesmen

3. Mengetahui Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam Asesmen

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kompetensi Konselor dalam Asesmen

Sebagai seorang konselor salah satu kompetensi yang harus dimiliki yaitu dapat
memberikan layanan yang tepat sasaran dengan melihat kondisi individu konseli dan
lingkungannya melalui asesmen, sehingga penguasaan asesmen sangatlah penting bagi
seorang konselor. melalui asesmen, konselor tertantang untuk mengembangkan keahliannya
dalam melakukan penilaian yang relevan dengan masalah konseli. Kemampuan dan keahlian
seorang konselor akan tampak pada saat ia mampu memberikan penilaian yang benar-benar
menggambarkan kondisi konseli yang sebenarnya.

Standar kompetensi yang harus dimiliki konselor dalam asesmen dan evaluasi telah
dirumuskan oleh American School Counselor Association (ASCA, 2008) dan Association for
Assesment in Counseling (ACC, 1998), yaitu:

1. Memliki keterampilan dalam memilih strategi asesmen


2. Dapat mengidentifikasi, mengakses dan mengevaluasi alat asesmen yang secara
umum biasa digunakan
3. Memiliki keterampilan secara teknis dalam mengadministrasikan dan menggunakan
metode skoring terhadap alat asesmen yang digunakan
4. Memiliki keterampilan dalam menginterpretasi dan melaporkan hasil asesmen
5. Dapat menggunakan hasil asesmen untuk membuat keputusan dalam layanan
bimbingan dan konseling
6. Terampil dalam menghasilkan, menginterpretasi, dan mempresentasikan informasi
statistik tentang hasil tes
7. Terampil dalam menyelenggarakan dan menginterpretasi evaluasi program bimbingan
dan konseling di sekolah
8. Terampil mengadaptasi dan menggunakan kuesioner, survei, dan instrumen asesmen
lainnya untuk mengetahui kebutuhan lingkkungan
9. Mengetahui bagaimana tanggung jawab profesional dalam melakukan asesmen dan
mengevaluasi

Asesmen diperlukan untuk memperoleh informasi yang membedakan antara apa ini (what
is) dengan apa yang diinginkan (what is desired) sesuai dengan kebutuhan dan hasil
konseling. Asesmen memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan perencanaan dan

3
pelaksanaan model-model pendekatan konseling. Jika kedua komponen tersebut didesain
dengan pendekatan “client centered” atau “bottom up”, asesmen akan mengarah pada
inovasi. Hal ini memiliki makna bahwa asesmen tidak hanya berorientasi pada hasil/ produk
akhir, tetapi justru akan lebih terfokus pada proses konseling, yaitu mulai dari membuka
konseling sampai dengan mengakhiri konseling; atau setidak-tidaknya akan ada
keseimbangan antara proses konseling dengan hasil konseling. Dengan demikian asesmen
akan benar-benar bisa memenuhi kriteria objektivitas dan keadilan, sehingga keputusan yang
akan diambil oleh klien dapat benar-benar sesuai dengan kemampuan diri klien itu sendiri.

Asesmen yang tidak dilakukan secara objektif, akan berpengaruh pada pelayanan
konseling oleh konselor. Hal ini akan berakibat tidak baik pada diri klien, bahkan terhadap
konselor itu sendiri untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Asesmen dalam
bimbingan dan konseling adalah asesmen yang berbasis individu dan berkelanjutan. Semua
indikator bukan diukur dengan soal seperti dalam pembelajaran, tetapi diukur secara
kualitatif, kemudian hasilnya dianalisis untuk mengetahui kemampuan klien dalam
mengambil keputusan pada akhir konseling, dalam melaksanakan keputusan setelah
konseling, serta melihat kendala/ masalah yang dihadapi klien dalam proses konseling
maupun kendala dalam melaksanakan keputusan yang telah ditetapkannya.

2.2 Ruang Lingkup Asesmen

Hood & Johnson (1993) menjelaskan ruang lingkup dalam asesmen (assesment need
areas) dalam bimbingan dan konseling ada lima, yaitu:

1. Systems assessment, yaitu asesmen yang dilakukan untuk mendapatkan informasi


mengenai status dari suatu sistem, yang membedakan antara apa ini (what is it)
dengan apa yang diinginkan (what is desired) sesuai dengan kebutuhan dan hasil
konseling; serta tujuan yang sudah dituliskan/ ditetapkan atau outcome yang
diharapkan dalam konseling.
2. Program planning, yaitu perencanaan program untuk memperoleh informasi-informasi
yang dapat digunakan untuk membuat keputusan dan untuk menyeleksi bagian–
bagian program yang efektif dalam pertemuan-pertemuan antara konselor dengan
klien; untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus pada tahap pertama. Di
sinilah muncul fungsi evaluator dalam asesmen, yang memberikan informasi-

4
informasi nyata yang potensial. Hal inilah yang kemudian membuat asesmen menjadi efektif,
yang dapat membuat klien mampu membedakan latihan yang dilakukan pada saat konseling
dan penerapannya di kehidupan nyata dimana klien harus membuat suatu keputusan, atau
memilih alternatif-altenatif yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalahnya.

3. Program Implementation, yaitu bagaimana asesmen dilakukan untuk menilai


pelaksanaan program dengan memberikan informasi-informasi nyata; yang
menjadikan program-program tersebut dapat dinilai apakah sesuai dengan pedoman.
4. Program Improvement, dimana asesmen dapat digunakan dalam perbaikan program,
yaitu yang berkenaan dengan: (a) evaluasi terhadap informasi-informasi yang nyata,
(b) tujuan yang akan dicapai dalam program, (c) program-progam yang berhasil, dan
(d) informasi-informasi yang mempengaruhi proses pelaksanaan program-program
yang lain.
5. Program certification, yang merupakan akhir kegiatan. Menurut Center for the Study
of Evaluation (CSE), program sertifikasi adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini
memberikan makna bahwa pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi akhir
sebagai dasar untuk memberikan sertifikasi kepada klien. Dalam hal ini evaluator
berfungsi pemberi informasi mengenai hasil evaluasi yang akan digunakan sebagai
dasar untuk mengambil keputusan.

2.3 Langkah-langkah dalam melakukan Asesmen

Apapun bentuk dan jenis asesmen yang dilakukan, hal ini tetap menuntut suatu
perencanaan, termasuk pada saat melakukan analisis. Dengan demikian maka akan diperoleh
alat ukur atau instrumen yang benar-benar dapat diandalkan (valid) dan dapat dipercaya
(reliabel) dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Berikut ini adalah langkah-langkah
yang perlu dilakukan dalam melakukan asesmen:

1. Perencanaan

Aspek yang harus ada dalam perencanaan asesmen adalah:

1) Memilih fokus asesmen pada aspek tertentu dari diri klien


Salah satu penentu keberhasilan konseling adalah kemauan dan kemampuan klien itu
sendiri. Dalam konseling, keputusan akhir untuk pemecahan masalah yang dihadapi
ada pada diri klien. Konselor bukan pemberi nasihat, bukan pengambil keputusan

5
mengenai apa yang harus dilakukan klien dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya. Karena itu, untuk keberhasilan konseling, klien dapat bekerjasama
dengan konselor, dan dengan bantuan konselor maka klien diharapkan mampu
memunculkan ide-ide pemecahan masalah, dan klien memiliki keberanian serta
kemampuan untuk mengambil keputusan, mampu memahami diri sendiri, dan
mampu menerima dirinya sendiri. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka konselor
menentukan akan melakukan asesmen dengan memfokuskan pada salah satu aspek
dalam diri klien saja.
2) Memilih instrumen yang akan digunakan.
Setelah ditentukan fokus area asesmen, Anda dapat merencanakan instrumen yang
akan digunakan dalam asesmen. Banyak instrumen yang dapat digunakan dalam
asesmen seperti tes psikologis, observasi, inventori, dan sebagainya. Tetapi untuk
menentukan instrumen sangat tergantung pada aspek apa yang akan diasesmen.
Misalnya Anda akan melihat kerjasama klien dalam konseling, maka instrumen dapat
menggunakan checklist, tetapi apabila Anda memfokuskan asesmen tentang
kemampuan klien dalam memecahkan masalah, maka Anda dapat mempergunakan
tes psikologis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih instrumen dalam asesmen diantaranya
yaitu: (1) kemampuan konselor sendiri, (2) kewenangan konselor (baik dalam
mengadministrasikan maupun dalam interpretasi hasilnya), (3) ketersediaan instrumen, (4)
waktu yang tersedia, dan (5) dana yang tersedia.

3) Penetapan waktu
Perencanaan waktu yang dimaksud adalah kapan asesmen akan dilakukan. Penetapan
waktu ini sangat erat berhubungan dengan persiapan pelaksanaan asesmen. Persiapan
akan banyak menentukan keberhasilan suatu asesmen, misalnya mempersiapkan
instrumen, tempat, dan peralatan lain yang diperlukan dalam pelaksanaan asesmen.
Apalagi jika pelaksana asesmen tersebut bukan konselor itu sendiri, misalnya karena
instrumen yang digunakan untuk asesmen adalah tes psikologis (tes intelegensi,
inventori kepribadian, tes minat jabatan, dan sebagainya). Dalam hal ini apabila
konselor tidak memiliki kewenangan, maka konselor dapat minta bantuan orang yang
memiliki kewenangan, misalnya psikolog atau orang yang telah memiliki sertifikasi
yang memberikan kewenangan untuk mengadministrasikan tes dimaksud.
4) Validitas dan reliabilitas

6
reliabilitas merupakan suatu syarat mutlak suatu instrumen asesmen. Namun apabila
kita menggunakan instrumen yang sudah terstandar, Anda tidak perlu mencari
validitas dan reliabilitas karena instrumen tersebut sudah jelas memenuhi persyaratan
sebagai suatu instrumen.

2. Pelaksanaan
Setelah perencanaan asesmen selesai, selanjutnya adalah bagaimana melaksanakan
rencana yang telah dibuat tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan asesmen adalah pelaksanaannya harus sesuai dengan manual masing-
masing instrumen. Manual suatu instrumen biasanya memuat:
1) Cara mengerjakan
2) Waktu yang digunakan untuk mengerjakan asesmen
3) Kunci jawaban
4) Cara analisis
5) Interpretasi.

3. Analisis data
Langkah selanjutnya adalah analisis data, yaitu melakukan analisis terhadap
data yang diperoleh melalui instrumen yang digunakan untuk mengambil data.
Analisis dilakukan dengan mengikuti petunjuk yang ada dalam manual masing-
masing instrumen. Metode analisis data dalam asesmen konseling sangat tergantung
data yang diperoleh. Misal data yang diperoleh berbentuk kualitatif atau data
kuantitatif. Apabila data bersifat kualitatif, maka kita melakukan analisis data
kualitatif. Metode analisis data kualitatif misalnya deskriptif naratif.
Wilcox (dalam Ratna Widiastuti, 2010) misalnya menggunakan pendekatan
”key incident” dalam analisis deskripsi kualitatif tentang kegiatan pendidikan.
Pendekatan key incident memungkinkan bagi kita untuk memasukkan sejumlah besar
kesimpulan dari bermacam-macam data yang berasal dari berbagai sumber, misalnya
dari catatan lapangan, dokumen informasi demografi, atau wawancara. Apabila
banyak data kualitatif yang dianalisis sementara asesmen masih berlangsung maka
beberapa analisis dapat ditunda pelaksanaannya sampai evaluator selesai melakukan
asesmen.
Saat melakukan analisis data kualitatif, perlu dilakukan beberapa langkah sebagai
berikut: a) yakinkan semua data telah tersedia, b) buatlah salinan data untuk berjaga-

7
jaga kalau ada yang hilang, c) aturlah data dalam judul dan masukkan dalam file, d)
gunakan sistem kartu-kartu dalam map, e) periksa kebenaran hasil asesmen.
Apabila data bersifat kuantitatif maka analisis data dilakukan dengan menggunakan
statistik. Dalam bimbingan konseling, statistik biasa digunakan untuk analisis data
hasil tes psikologis, misalnya tes inteligensi, tes bakat, dan sebagainya. Dewasa ini,
program statistik dapat dengan mudah dilakukan dengan bantuan komputer, seperti
program excel, LISREL, SPSS, dan sebagainya.

4. Interpretasi data
Interpretasi diartikan sebagai upaya mengatur dan menilai fakta, menafsirkan
pandangan, dan merumuskan kesimpulan yang mendukung. Penafsiran harus
dirumuskan dengan hati-hati, jujur, dan terbuka. Berikut ini adalah hal-hal yang harus
ada dalam interpretasi, yaitu:
1) Komponen untuk menafsirkan / interpretasi hasil analisis data
Interpretasi berarti menilai objek asesmen dan menentukan dampak
asesmen tersebut. Pandangan evaluator juga mempengaruhi penafsiran/ interpretasi
data. Untuk asesmen yang akan digunakan untuk membantu fungsi pendidikan,
maka hasil asesmen harus diinterpretasikan sebagai sarana untuk mengetahui
kebaikan klien, dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam tindakan berikutnya
bagi orang-orang lain yang berkepentingan/ berwenang (Cronbach dalam Ratna
Widiastuti, 2010).
2) Petunjuk untuk menafsirkan analisis data
Worthen dkk. dalam Ratna Widiastuti, 2010) menyatakan bahwa para evaluator telah
mengembangkan metode yang sistematik untuk melakukan interpretasi. Diantara
metode-metode tersebut yang sering dipakai akhir-akhir ini adalah: (1) menentukan
apakah tujuan telah dicapai, (2) menentukna apakah hukum, norma-norma, demokrasi
aturan, dan prinsip-prinsip etik tidak dilupakan, (3) menentukan apakah analisis
kebutuhan telah dikurangi, (4) menentukan nilai pencapaian, (5) bertanya kepada
kelompok penilai, melihat kembali data, menilai keberhasilan dan kegagalan, menilai
kelebihan dan kelemahan penafsiran, (6) membandingkan variabel-variabel penting
dengan hasil yang diharapkan, (7) membandingkan analisis yang dilaporkan oleh
program yang usahanya sama, dan (8) menafsirkan hasil analisis dengan prosedur
yang menghasilkannya. Namun demikian, menginterpretasikan data bukan

8
hanya pekerjaan evaluator saja, akan tetapi evaluator hanya memberikan pandangan
saja dari sekian banyak pandangan.

5. Tindak lanjut
Tindak lanjut adalah menindak lanjuti hasil asesmen atau penggunaan hasil asesmen
dalam konseling. Beberapa kegiatan tindak lanjut diantaranya adalah apakah konseli
perlu melakukan konseling yang memfokuskan pada aspek yang berbeda lainnya,
apakah klien perlu mendapatkan tritmen tertentu, atau bahkan bisa jadi konseli perlu
mendapatkan rujukan (refferal) kepada pihak ketiga. Rujukan diperlukan jika
konselor tidak mempunyai kewenangan atau tidak mempunyai kemampuan untuk
menangani masalah yang dihadapi klien. Misalnya jika klien sudah mengalami
gangguan psikotik, maka klien perlu dirujuk ke psikiater; jika klien mengalami
gangguan dislesia maka perlu dirujuk ke terapis khusus yang menangani gangguan
tersebut.
Untuk konseling yang berbasis individu, maka langkah-langkah khusus perlu
dilakukan, yaitu dengan cara:
1) Menentukan fokus yang akan dinilai (misal cara klien dalam merespon, ide-ide
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan sebagainya)
2) Menentukan teknik untuk penilaian (misal dengan observasi, konferensi kasus, atau
wawancara)
3) Menggunakan teknik penilaian yang telah ditentukan
4) Melakukan analisis data yang diperoleh dan membicarakan hasilnya dengan klien
5) Menanggapi data dengan cermat, dan Melaporkan data yang telah diolah (laporan
hasil konseling)

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menilai atau melakukan assessment merupakan bagian yang sangat penting dan
strategis dari konseling, karena posisi sebagai dasar dalam perencanaan program bimbingan
dan konseling yang sesuai kebutuhan, dimana kesesuaian program dan gambaran kondisi
konseli dan kondisi lingkungannya dapat mendorong pencapaian tujuan layanan bimbingan
dan konseling. Assessment mempunyai multifungsi dalam proses konseling, diantaranya
dapat melaksanakan pendekatan yang sistematik untuk memperoleh dan mengorganisasikan
informasi yang relevan tentang konseli. Mengidentifikasikan peristiwa-peristiwa apa yang
memberikan kontribusi pada timbulnya masalah konseli.

3.2 Daftar Pustaka


• PERAN DAN APLIKASI ASSESSMENT DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/fokus/article/download/3021/710

• KOMPETENSI KONSELOR DALAM ASESMEN

https://asriwidyaningtyas.wordpress.com/2017/07/02/kompetensi-konselor-dalam-asesmen/

• ASSESSMENT DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/Hik/article/view/696

10

Anda mungkin juga menyukai