Anda di halaman 1dari 9

Vol. 1, No.

1 Oktober 2020
Jurnal Agroteknologi dan Pertanian (JURAGAN)
p-ISSN : 2774-7243

POTENSI RIZOBAKTERI INDIGENUS SEBAGAI AGENS BIOKONTROL JAMUR


FUSARIUM OXYSPORUM F. SP. CUBENSE PENYEBAB PENYAKIT LAYU
TANAMAN PISANG

Selviana Anggraini1, Jumsu Trisno2, Tizelia3


1
Universitas Bina Insan, Lubuklinggau; 2,3 Universitas Andalas, Padang
e-mail: 1selvianaanggraini@univbinaisan.ac.id; 2jumsutrisno1969@gmail.com;
3
trizelia@yahoo.com

Abstrak

Penggunaan rizobakteri menjadi salah satu alternatif pengendalian dalam menekan


serangan penyakit tanaman. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan rizobakteri
indigenus yang berpotensi sebagai agens antagonis Fusarium oxysporum f. sp. cubense.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak terpilih pada lahan endemik. Isolasi rizobakteri
mengunakan metode pengenceran berseri dan uji antagonisnya terhadap Fusarium oxysporum f.
sp. cubense menggunakan metode biakan ganda. Sebanyak 24 isolat rizobakteri didapatkan dari
hasil isolasi tanah perakaran 3 kultivar pisang (kepok, raja sere, dan mas). Isolat rizobakteri
yang ditemukan tersebut, memiliki perbedaan dari segi karakter morfologi dan fisiologi. Hasil
uji antagonis didapatkan 8 isolat rizobakteri yang mampu menekan pertumbuhan Fusarium
oxysporum f. sp. cubense dan tidak menimbulkan sakit pada tanaman.

Kata kunci: Pengendalian hayati, Pemacu Pertumbuhan, Rizobakteri

Abstract

The use of rhizobacteria is an alternative control in suppressing plant disease attacks.


The purpose of this study was to obtain indigenous rhizobacteria which have the potential as
antagonist agents of Fusarium oxysporum f. sp. cubense. Sampling was carried out randomly
selected on endemic lands. Isolation of rhizobacteria using serial dilution method and its
antagonist test against Fusarium oxysporum f. sp. cubense uses the dual culture method. The
isolation results from 3 banana cultivars (kepok, raja sere, and mas) obtained 24 rhizobacterial
isolates with different morphological and physiological characters. The antagonist test results
showed that 8 rhizobacterial isolates were able to suppress the growth of Fusarium oxysporum
f. sp. cubense and is not plant pathogenic.

Key words: Biological control, plant growth promoters, Rhizobacteria

Universitas Bina Insan Lubuklinggau


*Corresponding Author: selvianaanggraini@univbinaisan.ac.id 8
Vol. 1, No. 2 Oktober 2020
Jurnal Agroteknologi dan Pertanian (JURAGAN)
p-ISSN : 2774-7243

I. PENDAHULUAN Pengendalian hayati penyakit tanaman


Pisang (Musa paradisiaca) dapat menggunakan mikroorganisme yang
merupakan salah satu tanaman buah tropik hidup dan bersimbiosis di daerah sekitar
yang berpotensi dan bernilai ekonomi tinggi perakaran tanaman (rizobakteri). Adapun
serta berpeluang untuk dikembangkan jenis rizobakteri yang banyak
produksinya di Indonesia. Produksi pisang dikembangkan sebagai agens biokontrol
pada tahun 2010-2011 mengalami diantaranya adalah spesies Agrobacterium,
penurunan rata-rata 10,25% dibandingkan Alkaligenes, Arthrobacter, Azotobacter,
tahun 2009 [1]. Sumatera Barat sebagai Azospirillum, Bacillus, Burkholderia,
salah satu sentra penghasil pisang juga Caulobacter, Chromobacterium, Klebsiella,
mengalami penurunan produksi, penurunan Micrococcus, Phyllobacterium,
produksi sudah terjadi pada awal tahun Pseudomonas, Rhizobium, Serratia,
2000 an. Dari tahun 2000 sampai 2003 Streptomyces, Vario-vovax, dan
penurunan produksi rata-rata 8,2% per Xanthomonas. [5]
tahun. Bahkan pada tahun 2011 penurunan Hasil penelitian [6] bahwa
produksi ini terjadi sangat drastis sebesar pemanfaatan Rizobakteri mampu
13,3% dari tahun 2010. menghambat pertumbuhan enam jamur
Kendala utama yang membatasi patogen tanaman dengan persentase daya
produksi pisang ialah adanya serangan hambat berkisar antara 92,6% sampai
penyakit layu oleh jamur Fusarium. Jamur 97,5%. Selain itu, rizobakteri berpotensi
ini menyerang semua fase pertumbuhan sebagai biostimulants dalam meningkatkan
tanaman. Infeksi dimulai dari akar. Gejala pertumbuhan tanaman kedelai, jumlah daun
serangan jamur ini sering terlambat maksimum, bobot basah dan kering akar,
terdeteksi. Sehingga penyakit ini sulit untuk dan bobot kering biji. Selanjutnya, [7]
dikendalikan. Selain itu, jamur ini akan melaporkan bahwa isolat rizobakteri juga
membentuk klamidospora dan mampu mampu menekan kejadian penyakit layu
bertahan hingga ± 30 tahun [2]. [3] fusarium tanaman cabai rawit sebesar
menyatakan bahwa pertanaman pisang di 63,33%.
Sumetera Barat terserang penyakit tersebut Penggunaan rizobakteri indigenus
lebih dari 60%. Selanjutnya, [4] sebagai agens biokontrol dalam
melaporkan serangan penyakit ini pengendalian penyakit layu fusarium pada
menyebabkan petani kehilangan hasil tanaman pisang belum banyak dilaporkan.
mencapai 100%. Beberapa teknik Penelitian ini bertujuan memperoleh isolat
pengendalian sudah dilakukan, seperti rizobakteri indigenus yang mempunyai
pengendalian secara kultur teknis, varietas kemampuan antagonis terhadap F.
tahan, serta menggunakan fungisida sintetik oxysporum f. sp. cubense.
masih belum efektif. Aplikasi fungisida
selain memberikan dampak positif, juga II. METODOLOGI PENELITIAN
diketahui memberikan dampak negative 2.1 Metode Penelitian
terhadap lingkungan, kestabilan ekosistem Pengambilan sampel tanah dari 3
dan gangguan terhadap kesehatan manusia. kultivar pisang (kepok, raja sere, dan mas)
Pengendalian hama terpadu (PHT) sehat dengan metode acak terpilih
yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (purposive random sampling) di lahan
diperlukan sebagai solusi dalam endemik pertanaman pisang yang terserang
mengurangi dampak negative tersebut. layu fusarium di kabupaten Padang

Universitas Bina Insan Lubuklinggau 9


Vol. 1, No. 2 Oktober 2020
Jurnal Agroteknologi dan Pertanian (JURAGAN)
p-ISSN : 2774-7243

Pariaman. Selanjutnya, menyeleksi isolat 2.5 Uji Antagonis


rizobakteri yang mempunyai kemampuan Bertujuan untuk melihat potensi
biokontrol terhadap jamur F. oxysporum f. rizobakteri dalam menekan pertumbuhan F.
sp cubense penyebab penyakit layu oxysporum f. sp cubense. Uji antagonis
tanaman pisang, menggunakan metode antara isolat rizobakteri dan patogen F.
dual culture. oxysporum f. sp cubense dilakukan dengan
teknik biakan ganda. Satu koloni rizobakteri
2.2 Survei dan Pengambilan Sampel digoreskan pada dua sisi, dengan jarak 1 cm
Survei dilakukan di kabupaten Padang dari tepi cawan dan isolat jamur patogen
Pariaman, tiga desa yang terpilih yaitu: desa diletakkan pada pusat media Tryptic Soya
Jalang Tala, Nalanti, Kampung Sabalah, Agar (TSA) [8]. Pengukuran daya hambat
dengan jumlah pertanaman pisang terluas dilakukan pada hari ke-3 dan hari ke-7
serta ditemukan serangan F. oxysporum f. sp setelah uji biakan ganda dilakukan. Daya
cubense. Pengambilan sampel dilakukan hambat (zona bening diantara F. oxysporum
dengan pemilihan kebun secara acak f. sp cubense dengan rizobakteria) dan jari-
terpilih, berdasarkan daerah sentra produksi jari koloni F. oxysporum f. sp cubense
pisang dan endemik terserang layu fusarium. dapat diukur menggunakan rumus:
Pengambilan sampel tanah rizosfer Zona hambat = x 100 %,
dilakukan pada 3 kultivar pisang sehat di
dengan
setiap kebun, dengan cara menggali tanah
R1, Jarak jari-jari miselium hingga
menggunakan bor belgi pada kedalaman 15-
tepi rizobakteri (cm); R2, Jarak jari-jari
20 cm dan diambil sebanyak 500 gr. Untuk
miselium hingga tepi zona hambat (cm).
kultivar pisang yang sama dalam satu kebun
diambil 3 rumpun pisang. Selanjutnya
2.6 Karakterisasi Fisiologi dan
dilakukan pengujian secara runtun di
Kemampuan Hipersensitif
Laboratorium.
Uji Gram (KOH 3%)
2.3 Perbanyakan Isolat F. oxysporum f. sp
Pengujian Gram bertujuan untuk
cubense
mengetahui sifat rizobakteri. Sebanyak 1
Isolat ditumbuhkan pada media PDA
tetes larutan KOH 3% dicampurkan dengan
(kentang 200 gr, dextrose 20 gr, agar 15 gr,
1 ose rizobakteri. Jika terbentuk lendir
chloramphenicol 0,5 gr dan akuades 1 liter).
maka tergolong ke dalam Gram negatif.
2.4 Isolasi dan Karakterisasi
Bila tidak terbentuk lendir, maka tergolong
Rizobakteri
Gram positif.
Rizobakteri diisolasi dmenggunakan
Uji Pektinase
metode pengenceran berseri pada media
Bertujuan untuk melihat potensi
Nutrient Agar (NA) dan dimurnikan.
rizobakteri dalam memproduksi enzim
Selanjutnya, setiap isolat rizobakteri
pektinase. Pengujian ini menggunakan
diamati tipe morfologinya. Adapun bentuk
umbi kentang. Potongan umbi kentang
morfologi yang diamati adalah: warna
steril (1x1 cm) dan diolesi biakan
koloni, bentuk permukaan seperti kasar,
rizobakteri, diinkubasikan selama 48 jam di
berlendir, agak berlendir, bentuk morfologi
dalam petridish yang dilapisi kertas saring
koloni seperti: tidak teratur, bulat, rhizoid,
lembab Pengamatan dilakukan tehadap
dan menyerupai benang, elevasi seperti
perubahan yang terjadi pada permukaan
cembung, agak datar.
kentang. Reaksi positif apabila kentang

Universitas Bina Insan Lubuklinggau 10


Vol. 1, No. 2 Oktober 2020
Jurnal Agroteknologi dan Pertanian (JURAGAN)
p-ISSN : 2774-7243

menjadi busuk, berlendir dan terjadinya gejala nekrosis pada bagian daun yang
perubahan warna (pucat). disuntikkan.
Reaksi Hipersensitif III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bertujuan untuk melihat sifat 3.1 Hasil
rizobakteri yang tergolong patogen dengan Isolasi Rizobakteri
menggunakan bunga pukul empat Hasil isolasi rizobakteri dari tanah
(Mirabilis jalapa). Hasil biakan murni perakaran 3 kultivar pisang sehat, diperoleh
rizobakteri ditambahkan 9 mL akuades dan 24 isolat rizobakteri dengan karakter
dikikis menggunakan ose. Suspensi morfologi yang berbeda berdasarkan bentuk
rizobakteri dipindahkan ke wadah baru dan warna koloni (Tabel 1). Hasil
(steril) menggunakan mikropipet, karakterisasi morfologi terhadap 24 isolat
dihomogenkan dengan vortex, dan tersebut, didapatkan 17 isolat berbentuk
selanjutnya perbandingan kekeruhan bulat beraturan, dan 5 isolat berbentuk bulat
dengan larutan Mc Farland skala 8 (0,8 mL tidak beraturan serta 2 isolat berbentuk
BaCl2 + 9,2 mL H2SO4), jika kekeruhannya rhizoid. Sebagian besar koloni rizobakteri
sama maka kepadatan populasi rizobakteri berelevasi datar, cembung, agak cembung
tersebut diperkirakan 108 sel/mL. Inokulasi dan agak datar. Selanjutnya, permukaan
dilakukan dengan cara menyuntikkan pada koloni yang bervariasi seperti kasar,
daun bagian bawah. Pengamatan dilakukan berlendir, agak berlendir. Hasil pengamatan
setelah 24-48 jam tanaman diinokulasikan terhadap warna koloni didapatkan koloni
dengan rizobaktei. Reaksi positif berwarna krem, putih, putih susu,
ditunjukkan apabila tanaman menimbulkan kekuningan dan krem/kecokelatan.

Tabel 1. Karakterisasi morfologi rizobakteri


Bentuk
Kultivar Jumlah Kode Bentuk
Elevasi Permukaan Warna Koloni
Pisang Isolat Isolat Koloni
Koloni
Agak
Mas 4 Isolat RBPM4 Rhizoid Tidak berlendir Krem
datar
Bulat
RBPM2 Datar Berlendir Putih
beraturan
Bulat
RBPM3 Datar Berlendir Putih susu
beraturan
Bulat tidak
RBPM1 Datar Agak berlendir Putih susu
beraturan
Agak
Raja Sere 7 Isolat RBPRS6 Rhizoid Tidak berlendir Putih
datar
Bulat
RBPRS3 Datar Berlendir Putih susu
beraturan
Bulat Agak
RBPRS2 Tidak berlendir Krem
beraturan cembung
Bulat
RBPRS4 Cembung Berlendir Krem
beraturan
Bulat tidak
RBPRS7 Datar Tidak berlendir Putih
beraturan
Bulat
RBPRS5 Datar Berlendir Putih susu
beraturan
Bulat
RBPRS1 Datar Berlendir Putih susu
beraturan

Universitas Bina Insan Lubuklinggau 11


Vol. 1, No. 2 Oktober 2020
Jurnal Agroteknologi dan Pertanian (JURAGAN)
p-ISSN : 2774-7243

Bentuk
Kultivar Jumlah Kode Bentuk
Elevasi Permukaan Warna Koloni
Pisang Isolat Isolat Koloni
Koloni
Bulat tidak
Kepok 13 Isolat RBPK1 Datar Tidak berlendir Putih
beraturan
Bulat Agak
RBPK6 Berlendir Krem/kekuningan
beraturan cembung
Bulat tidak Agak
RBPK2 Berlendir Krem/kekuningan
beraturan cembung
Bulat Krem/kecokelata
RBPK3 Cembung Berlendir
beraturan n
Bulat
RBPK4 Datar Berlendir Krem
beraturan
Bulat
RBPK5 Datar Berlendir Krem/kekuningan
beraturan
Bulat Agak
RBPK7 Berlendir Krem/kekuningan
beraturan cembung
Bulat
RBPK8 Cembung Berlendir Krem
beraturan
Bulat Krem/kecokelata
RBPK9 Datar Agak berlendir
beraturan n
Bulat tidak
RBPK10 Datar Kasar Putih
beraturan
Bulat
RBPK11 Cembung Berlendir Putih susu
beraturan
Bulat Agak
RBPK12 Berlendir Krem/kekuningan
beraturan cembung
Bulat
RBPK13 Cembung Berlendir Krem
beraturan

dalam bakteri gram positif dan 10 isolat


Karakter Fisiologi Rizobakteri dan tergolong ke dalam bakteri gram negatif.
Kemampuan Daya Hambatnya terhadap Delapan isolat tidak menghasilkan
F. oxysporum f. sp cubense enzim pektinase (bereaksi negatif) dan 14
Sebanyak 22 isolat rizobakteri yang dapat isolat bereaksi positif. Selanjutnya, 3 isolat
menghambat F. oxysporum f. sp. cubense tergolong patogen tanaman (bereaksi
didapatkan 12 isolat yang tergolong ke positif) dari pengujian reaksi hipersensitif
(Tabel 2).

Tabel 2. Karakterisasi fisiologi dan kemampuan daya hambat rizobakteri terhadap F.


oxysporum f. sp cubense
Kode Isolat Uji Gram Uji Pektinase Uji Hipersensitif Kemampuan Daya
Hambat (%)
RBPM4 + + - 55
RBPM2 + - - 40
RBPM3 + - - 9
RBPM1 + - - 37
RBPRS6 - - - 11
RBPRS3 + + - 34
RBPRS2 + + - 11

Universitas Bina Insan Lubuklinggau 12


Vol. 1, No. 2 Oktober 2020
Jurnal Agroteknologi dan Pertanian (JURAGAN) p-ISSN : 2774-7243

Kode Isolat Uji Gram Uji Pektinase Uji Hipersensitif Kemampuan Daya
Hambat (%)
RBPRS4 - + - 66
RBPRS7 + + - 31
RBPRS5 - + + 60
RBPRS1 + + - 66
RBPK1 + + - 74
RBPK6 - + - 40
RBPK2 - + - 9
RBPK3 + - - 43
RBPK4 - + - -
RBPK5 - + + 5
RBPK7 + + - -
RBPK8 - - - 40
RBPK9 - - - 49
RBPK10 + + - 66
RBPK11 + - - 40
RBPK12 - + + 49
RBPK13 - + - 11
-, Isolat rizobakteri yang tidak menunjukkan terbentuknya zona hambat

Hasil uji antagonis rizobakteri 74%, Uji antagonis isolat rizobakteri


dalam menekan pertumbuhan jamur F. terhadap F. oxysporum f. sp cubense pada
oxysporum f. sp cubense menunjukkan zona media TSA dapat dilihat pada Gambar 1.
hambat yang beragam, berkisar antara 5-

(a) (b) (c)

Gambar 1. Uji biokontrol rizobakteri terhadap Foc ; (a). Isolat RBPK4 yang tidak menunjukkan
adanya zona hambat, (b). Isolat RBPM4 dan (c) Isolat RBPK10 yang menunjukkan
adanya zona hambat.

Universitas Bina Insan Lubuklinggau 13


Jurnal Agroteknologi dan Pertanian (JURAGAN) Vol. 1, No. 2 Oktober 2020
p-ISSN : 2774-7243

3.2 Pembahasan uji biokontrol secara in vitro menunjukkan


Jumlah isolat rizobakteri dari isolat rizobakteri mempunyai kemampuan
masing-masing perakaran tanaman pisang daya hambat yang berbeda-beda. Sesuai
didapatkan jumlah isolate yang bervariasi. dengan pernyataan [14] bahwa faktor
Perbedaan tersebut diduga adanya genetik mikroorganisme berperan penting
perbedaan komposisi senyawa kimia dalam mempengaruhi kemampuan
(eksudat) yang dihasilkan oleh masing- antagonis masing-masing isolat rizobakteri.
masing perakaran tanaman pisang. Respon abnormal dan kematian akan
Perbedaan komposisi senyawa kimia ini ditunjukkan oleh mikroorganisme yang
akan mempengaruhi pertumbuhan dan tidak mampu berkompetisi. Selanjutnya
perkembangan populasi rizobakteri. Hal ini mikroorganisme akan tumbuhh dan
sesuai dengan pendapat [9] bahwa berkembang dengan baik, apabila ia mampu
perbedaan populasi rizobakteri pada suatu berkompetisi. [15] juga melaporkan bahwa
rizosfer karena adanya seleksi yang antagonisme yang terjadi dalam menekan
dilakukan oleh eksudat akar untuk pertumbuhan jamur patogen adalah
mengundang atau melawan populasi antibiosis, kompetisi nutrien, predasi, dan
mikroorganisme tertentu. hiperparasitisme. Adanya kompetisi
Selain itu, terjadinya perubahan sifat tersebut berpengaruh terhadap percepatan
fisik dan kimia rizosfer oleh eksudat akar, penghambatan pertumbuhan jamur patogen
sehingga berpengaruh terhadap diversitas oleh isolat rizobakteri.
mikroba di dalam dan di sekitar rizosfer. Reaksi positif adanya mekanisme
Selanjutnya, [10] menyatakan bahwa antibiosis ditandai dengan terbentuknya
varietas tanaman juga akan menentukan zona bening kearah rizobakteri. Besar
keanekaragaman dari komunitas kecilnya ukuran zona bening yang
mikroorganisme di daerah rizosfer. Selain terbentuk, menunjukkan perbedaan
itu, [11] menyatakan jenis tanaman, zona kemampuan isolat rizobakteri dalam
akar, ataupun umur tanaman dan tekhnik menekan pertumbuhan jamur patogen.
budidaya juga mempengaruhi jumlah Terbentuknya zona bening tersebut
rizobakteri di daerah rizosfer. menunjukkan adanya senyawa metabolit
Satu kultivar tanaman pisang tidak sekunder berupa antifungal yang dihasilkan
terbatas pada satu bentuk morfologi rizobakteri sebagai upaya untuk
rizobakteri saja, namun terdiri dari beberapa menghambat pertumbuhan jamur patogen
bentuk yang beranekaragam. Sebagian dan menjaga keberlangsungan hidupnya.
rizobakteri bermanfaat bagi manusia,
namun beberapa spesies menyebabkan IV. KESIMPULAN
penyakit pada manusia, hewan, dan bersifat Berdasarkan hasil uji antagonis dan
patogen pada tanaman. Hal ini sesuai karakterisasi fisiologi rizobakteri,
dengan hasil penelitian [12] bahwa koloni didapatkan 8 isolat (RBPM2, RBPM3,
bakteri mempunyai bentuk yang bermacam- RBPRS6, RBPK3, RBPK8, RBPK9, dan
macam. Beberapa bakteri tidak dapat RBPK11) yang berpotensi mengendalikan
diidentifikasi berdasarkan morfologinya Fusarium oxysporum f. sp. cubense.
saja, karena banyak diantaranya Kedelapan isolate tersebut tidak
mempunyai bentuk yang sama, tetapi menghasilkan enzim pektinase (tidak
berbeda secara fisiologinya [13]. bersifat pathogen pada tanaman). Lima
Terkait dengan pengaruhnya dalam isolate (RBPM2, RBPM3, RBPM1,
menekan F. oxysporum f. sp. cubense, hasil RBPK3, dan RBPK11) tergolong Gram

Universitas Bina Insan Lubuklinggau


14
Jurnal Agroteknologi dan Pertanian (JURAGAN) Vol. 1, No. 2 Oktober 2020
p-ISSN : 2774-7243

positif dan tiga isolate (RBPRS6, RBPK8, [6] K. Khalimi and G. Wirya,
dan RBPK9) tergolong Gram negatif. “Pemanfaatan Plant Growth
Promoting Rhizobacteria untuk
Biostimulants dan Bioprotectants,”
V. SARAN
Ecotrophic, vol. 4, no. 2, pp. 131–
Perlu dilakukan uji lapang terhadap 135, 2010.
penggunaan isolate rizobakteri yang
potensial ini dalam menekan serangan [7] K. Mahartha, K. Khalimi, And A.
Gusti Ngurah, “Uji Efektivitas
penyakit layu Fusarium oxysporum f. sp. Rizobakteri Sebagai Agen
cubense serta dalam meningkatkan Antagonis Terhadap Fusarium
pertumbuhan tanaman. Oxysporum F.Sp. Capsici Penyebab
Penyakit Layu Fusarium Pada
VI. DAFTAR PUSTAKA Tanaman Cabai Rawit (Capsicum
Frutescens L.),” E-Jurnal
Agroekoteknologi Trop. (Journal
[1] Badan Pusat Statistik, “Sumatera
Trop. Agroecotechnology), vol. 2,
Barat dalam Angka 2011,” BPS
no. 3, pp. 145–154, 2013.
Provinsi Sumatera Barat, Sumatera
Barat, 2011. doi: 1102001.13. [8] A. Munif, S. Wiyono, and S.
Suwarno, “Isolasi Bakteri Endofit
[2] R. C. Ploetz, “Fusarium wilt of
Asal Padi Gogo dan Potensinya
banana,” Phytopathology, vol. 105,
sebagai Agens Biokontrol dan
no. 12, pp. 1512–1521, 2015, doi:
Pemacu Pertumbuhan,” J. Fitopatol.
10.1094/PHYTO-04-15-0101-RVW.
Indones., vol. 8, no. 3, pp. 57–64,
[3] N. Nasir, J. Jumjunidang, and R. 2012, doi: 10.14692/jfi.8.3.57.
Riska, “Distribusi Penyakit Layu
[9] E. Widyati, “Memahami Interaksi
Fusarium Dan Layu Bakteri
Tanaman – Mikroba,” Tekno Hutan
Ralstonia Pada Lokasi Sumber Bibit
Tanam., vol. 6, no. 1, pp. 13–20,
Dan Sekolah Lapang Pengendalian
2013.
Hama Terpadu Pisang Di Sumatera
Barat,” J. Hortik., vol. 15, no. 3, p. [10] E. Widyati, “Memahami
84928, 2005, doi: Komunikasi Tumbuhan-Tanah
10.21082/jhort.v15n3.2005.p. dalam Areal Rhizosfir untuk
Optimasi Pengelolaan Lahan,”
[4] Kasutjianingati, R. Poerwanto,
Sumber Daya Lahan, vol. 11, no. 1,
Widodo, N. Khumaida, and D.
pp. 33–42, 2017, doi:
Efendi, “Efektifitas Aplikasi In-vitro
10.2018/jsdl.v11i1.8190.
Rizobakteri Sebagai Agen
Antagonis Layu Fusarium pada [11] H. Marwan, M. S. Sinaga, G.
Pisang Rajabulu/AAB di Rumah Giyanto, and A. A. Nawangsih,
Kaca,” J. Hortik. Indones., vol. 2, “Isolasi Dan Seleksi Bakteri Endofit
no. 1, p. 34, 2012, doi: Untuk Pengendalian Penyakit Darah
10.29244/jhi.2.1.34-42. Pada Tanaman Pisang,” J. Hama
dan Penyakit Tumbuh. Trop., vol.
[5] G. Gupta, S. S. Parihar, N. K.
11, no. 2, pp. 113–121, 2011, doi:
Ahirwar, S. K. Snehi, and V. Singh,
10.23960/j.hptt.211113-121.
“Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR): Current and [12] L. Fitri and Y. Yasmin, “Isolasi dan
Future Prospects for Development Pengamatan Morfologi Koloni
of Sustainable Agriculture,” J. Bakteri Kitinolitik (Isolation and
Microb. Biochem. Technol., vol. 07, Observation of Morphology of
no. 02, pp. 96–102, 2015, doi: Chitinolytic Bacteria Colony),” Ilm.
10.4172/1948-5948.1000188. Pendidik. Biol., vol. 3, no. 2, pp. 20–
25, 2011.

Universitas Bina Insan Lubuklinggau


15
Jurnal Agroteknologi dan Pertanian (JURAGAN) Vol. 1, No. 2 Oktober 2020
p-ISSN : 2774-7243

[13] A. Sabdaningsih, A. Budiharjo, and


E. Kusdiyantini, “Isolasi Dan
Karakterisasi Morfologi Koloni
Bakteri Asosiasi Alga Merah
(Rhodophyta) Dari Perairan Kutuh
Bali,” J. Biol., vol. 2, no. 2, pp. 11–
17, 2013.
[14] A. Muslim, Pengendalian Hayati
Patogen Tanaman Dengan
Mikroorganisme Antagonis,
Pertama. Palembang: Unsri Press,
2019.
[15] D. Ika, “Seleksi Bakteri Antagonis
untuk Mengendalikan Layu
Fusarium pada Tanaman
Phalaenopsis,” J. Hortik., vol. 22,
no. 3, p. 276, 2013, doi:
10.21082/jhort.v22n3.2012.p276-
284.

Universitas Bina Insan Lubuklinggau


16

Anda mungkin juga menyukai