Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan
manusia yang lainnya dengan tujuan menyampaikan maksud dari si pembicara.
Bahasa tentu memiliki unsur atau aturan yang digunakan agar dapat lebih mudah
di pahami oleh lawan bicara. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh
pendengar atau pembaca secara tepat pula. Apabila gagasan yang disampaikan
sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya.
Akan tetapi, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa
maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Untuk menjadikan kalimat yang
diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh orang lain, ada dua syarat yang
harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat dapat mewakili gagasan
atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. Faktor yang menjadikan
gagasan diterima dengan baik adalah penggunaan kalimat yang baik dan benar
serta penggunaan huruf dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah tatabahasa.
1
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
1.3.1 Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia
sehingga menjadi baik dan benar
1.3.2 Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam
berbahasa
1.3.3 Menjaga kemurnian Bahasa Indonesia
1.4 MANFAAT PENULISAN
Dari rumusan masalah yang ada maka manfaat penulisan makalah ini yaitu :
1.4.1 Mengetahui gambaran umum kalimat efektif.
1.4.2 Memahami syarat yang mendasari kalimat efektif.
1.4.3 Mengerti struktur kalimat efektif.
1.4.4 Memberi pemahaman mengenai jenis-jenis kalimat efektif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a. Sebuah kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat
itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan
dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada,
sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya.
Contoh:
1). Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
2). Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)
b. Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
(1). Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
(2). Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
(1).Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
(2). Saat itu bagi saya kurang jelas.
c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
1). Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
2). Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan
penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai
berikut:
1). kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
2). Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
4
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda
motor Suzuki.
2.2.2 Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat
itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Jika bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a). Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b). Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan
tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki
predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan
pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial,
sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
2.2.3 Ketegasan
Ketegasan adalah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat.
Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi
penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk
membentuk penekanan dalam kalimat.
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
5
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2.2.4 Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di
sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan,
sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu :
a). Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
6
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
2.2.5 Kecermatan
Cermat menyatakan bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a). Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b). Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguruan tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah
atau dua puluh lima ribu rupiah.
2.2.6 Kepaduan
Kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a). Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara
berpikir yang tidak simetris.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang
adil dan beradab
b). Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara
tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara
agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
7
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c). Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
2.2.7 Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
8
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang
diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang
diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa
verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu
merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis
kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun
hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada
kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda).
Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara
implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga.
Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap,
pada awal kalimat (c) sampai (e), yaituorang pada awal kalimat (c)
dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan
memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada
jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata
jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S.
Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas
pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh
(a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan
adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa
tidak logis.
9
2.3.2 Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa
atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu
kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula
menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P
dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S.
predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau
adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan
contoh berikut:
1. Kuda meringkik.
2. Ibu sedang tidur siang.
3. Putrinya cantik jelita.
4. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
5. Kucingku belang tiga.
6. Robby mahasiswa baru.
7. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P.
Katameringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok
katasedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa
ibu,cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya,
dalamkeadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota
Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa
baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g)
memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
10
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat
normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun
di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban
atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh
(a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan
Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b)
dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang
dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu,
rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum
merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
11
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
12
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
Contoh:
a). Besok saya tidak bisa mengikuti acara ini karena akan pergi ke Yogyakarta.
b). Lahan gambut harus kita jaga kelestariannya karena disana sebagai tempat
hidup banyak macam organisme.
Saat kita menyampaikan sebuah ide harus menggunakan kalimat efektif agar
mudah tipahami dan tidak terkesan berbelit-belit apalagi jika sampai
menimbulkan kesalahpahaman.
Contoh:
13
a). Menurutku, acaranya akan lebih tepat kita undur setelah sholat jum’at saja agar
para peserta laki-laki yang beragama Islam bisa ikut acara ini sampai selesai.
b).Menurutku, acara kemah akan lebih seru jika diakhiri dengan pesta api unggun.
Kalimat formal digunakan dengan tujuan agar dapat dipahami oleh semua
lapisan masyarakat.
Contoh:
b). Diharapkan kepada calon pegawai untuk mengikuti ujian seleksi tertulis yang
akan dilaksanakan tanggal 4 Maret 2020 pukul 7.30 wib di GOR Among Progo.
Berikut adalah ciri-ciri kalimat efektif beserta contohnya yang sangat menonjol:
Di dalam kalimat itu terdapat subjek, predikat, dan objek. Subjeknya adalah
‘Darto’, predikatnya ‘melempar’, dan objeknya adalah bola. Kalimat tersebut
terdapat subjek dan predikat dan oleh karena itu dapat dikategorikan sebagai
kalimat efektif.
14
Kalimat efektif memiliki susunan yang tidak bertele-tele. Dengan demikian,
pembaca dapat mengetahui informasi yang ada dalam kalimat tersebut.
Dari kalimat tersebut terlihat informasi yang ingin disampaikan, yakni ‘para
penonton’ merasakan kecewa. Kalimat tersebut tidak bertele-tele dan langsung
memberikan informasi di dalamnya kepada pembaca.
Pada kedua contoh tersebut terlihat perbedaan antara kalimat efektif dan tidak.
Pada kalimat efektif, urutan waktunya sangat logis dan isi informasinya dapat
langsung diterima pembacanya. Sedangkan, kalimat yang tidak efektif terlihat
membingungkan.
Pada kedua kalimat tersebut terdapat perbedaan pada kata ‘menganalisa’ dan
‘menganalisis.’ Bila mengacu pada PUEBI, maka kata yang tepat adalah
‘menganalisis.’ Jadi, kalimat efektif selalu menggunakan kata-kata yang merujuk
pada PUEBI.
Pada kalimat efektif, gaya paralelisme menempatkan unsur yang setara dalam
konstruksi yang sama. Adapun, paralelisme atau kesejajaran bentuk itu bertujuan
15
untuk membantu memberi kejelasan dalam unsur gramatikal dengan
memperhatikan bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama.
Pada kalimat pertama, kata ‘buku’, ‘penggaris’, dan ‘menghapus’ tidak memiliki
kesamaan bentuk ataupun sederajat. Sebab, kata ‘buku’, dan ‘penggaris’
merupakan kata benda sedangkan ‘menghapus’ adalah kata kerja.
Ciri tersebut berkaitan dengan tujuan utama dari kalimat efektif, yakni
memberikan informasi secara jelas kepada pembaca atau pendengarnya. Oleh
sebab itu, kalimat yang efektif tidak memiliki potensi bermakna ganda.
Pada kalimat pertama, informasi yang ada di dalamnya tidak begitu jelas. Hal itu
membuat pembacanya menjadi bingung karena ada keambiguan maknanya.
Sedangkan, pada kalimat kedua, informasi yang disampaikan sangat jelas dan
tidak membingungkan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan
informasi secara tepat, cepat, dan mudah dipahami dan mempunyai hubungan
kalimat, penekanan dan pengucapannya. Di dalam penyusunan kalimat efektif
sangat perlu diperhatikan struktur kalimat, kelugasan penyusunan kata serta
faktor-faktor lainnya agar kalimat yang disusun menjadi kalimat utuh yang
efektif.Unsur-unsur dalam kalimat efektif, ialah: subjek (S), predikat (P), objek
(O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat kalimat
efektif meliputi: koherensi, kesatuan, kehematan, paralelisme atau kesejajaran,
penekanan, kevariasian dan logis/nalar.
3.2 Saran
Penggunaan Bahasa Indonesia yang tepat dan efektif sebaiknya mulai
ditanamkan sejak dini, dengan tujuan agar seluruh lapisan masyarakat dapat
dengan mudah berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik,
benar, komunikatif, mudah dimengerti dan tepat sasaran sesuai dengan waktu dan
tempat.
17