Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH REVISI

HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK


FILSAFAT MATEMATIKA

Dosen: Dr. Nahor Murani Hutapea, M. Pd

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 7

1. CUT WIRA SUKMA MARTHA 2110246855


2. RISTI ATIKA IMANI 2110246929

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS RIAU


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS RIAU
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hakikat dan
Karakteristik Filsafat Matematika”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nahor Murani Hutapea,
M.Pd selaku dosen pengampu pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................3

A. LatarBelakangMasalah........................................................................................................3

B. RumusanMasalah................................................................................................................4

C. TujuanMasalah....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................................5


A. Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Pendidikan Matematika.............................5
B. Hakikat dan Karakteristik Filsafat Matematika..................................................................8
C. Relasi Filsafat dan Matematika...........................................................................................11
D. Relasi Matemtika dan Filsafat Matematika.......................................................................14
E. Aliran Dalam Filsafat Matematika......................................................................................15
F. Filsafat Formalisme dalam Matematika..............................................................................20

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................25

A. Kesimpulan.........................................................................................................................25
B. Saran ..................................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................27

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya
ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah
kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan
untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban substansial dan
radikal atas masalah tersebut.
Ilmu pengetahuan yang berkembang dewasa ini semakin dirasakan
manfaatnya oleh kemaslahatan umat manusia. Berbagai kemudahan telah hadir
ditengah-tengah masyarakat penghuni bumi yang kian menua ini. Berbagai
bidang ilmu baru mulai bermunculan dan kian bercabang. Namun kehadiran
ilmu pengetahuan dengan berbagai rupa tersebut harus dapat disadari oleh kita
semua para pengkaji ilmu bahwa sumber dari ilmu itu sendiri yang bernama
filsafat adalah muara dari berbagai ilmu yang ada.
Filsafat matematika merupakan salah satu ilmu yang merupakan dasar
dari berbagai bidang ilmu lainnya. Kehadiran filsafat matematika dapat
menjawab berbagai teka-teki yang sebelumnya menjadi misteri di jagad raya ini.
Filsafat matematika dengan ciri khasnya dapat menguak berbagai keajaiban-
keajaiban yang ada di semesta.
Filsafat dan matematika bukan berbicara tentang siapa yang dahulu dan
siapa yang kemudian, namun keduanya telah dibuktikan seperti dua orang teman
yang seiring sejalan, saling melengkapi dan membutuhkan satu dengan yang
lainnya, filsafat dan matematika ibarat saudari kembar yang sama rupa.
Menurut Korner (Ernest, 1991), filsafat matematika tidaklah
menambahkan sejumlah teorema dan teori matematika baru, sehingga filsafat
matematika bukanlah matematika. Filsafat matematika adalah refleksi mengenai
matematika, yang menimbulkan munculnya pertanyaan dan jawaban tertentu.
Menurut I. Stewart (Gunawan, 2007) bila naluri engineers adalah merekayasa
alam dan naluri scientists adalah memahami alam dan mencari tahu apa yang
sesungguhnya terjadi, maka naluri matematikawan adalah menstrukturkan
proses pemahaman tersebut dengan mencari kesamaan pola di antara berbagai

4
fenomena. Seorang filsuf besar dari Yunani kuno setelah Zeno menegaskan
hubungan yang amat erat antara matematika dan filsafat adalah Plato. Ia
menegaskan bahwa geometri sebagai pengetahuan ilmiah yang berdasarkan akal
murni menjadi kunci ke arah pengetahuan dan kebenaran kebenaran filsafat.
Menurut Plato, geometri merupakan suatu ilmu dengan akal murni membuktikan
proporsi-proporsi abstrak mengenai hal-hal abstrak seperti garis lurus, segitiga
atau lingkaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja faktor pendorong filsafat matematika?


2. Bagaimana hakikat dan karakteristik matematika?
3. Bagaimana relasi filsafat dan matematika?
4. Bagaimana relasi matematika dan filsafat matematika?
5. Apa saja aliran dalam filsafat matematika ?
6. Apa saja filsafat formalisme dalam matematika ?

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui faktor pendorong filsafat matematika.
2. Mengetahui hakikat dan karakteristik filsafat matematika.
3. Mengetahui relasi filsafat dan matematika.
4. Mengetahui relasi matematika dan filsafat matematika.
5. Mengetahui aliran dalam filsafat matematika.
6. Mengetahui filsafat formalisme dalam matematika.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Matematika (RISTI ATIKA IMANI)


Suatu peristiwa atau kejadian, pada dasarnya tidak pernah lepas dari
peristiwa lain yang mendahuluinya. Demikian juga dengan timbul dan
berkembangnya filsafat dalam matematika. Menurut P. Hilton (Gunawan, 2007)
matematika lahir dan berkembang karena adanya keinginan manusia untuk
mensistematisasikan pengalaman hidupnya, menatanya dan membuatnya mudah
dimengerti, supaya dapat meramalkan dan bila memungkinkan mengendalikan
peristiwa yang akan terjadi pada masa depan. Perkembangan matematika
bersifat evolutif, akumulatif dan dikembangkan serta disumbang oleh berbagai
bangsa di seluruh dunia. Seringkali, perkembangan matematika pada suatu
bangsa akan menemui keruntuhan, tetapi sebelum benar-benar runtuh, telah ada
bangsa lain yang siap untuk meneruskan perkembangannya. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan matematika terjadi secara kontiniu dan
tersusun dari kepingan-kepingan yang dihimpun oleh banyak bangsa dan
kebudayaan selama berabad-abad.
Adanya filsafat dalam matematika karena adanya keinginan mencari
kebenaran dan kebijaksaan tanpa mengenal batas. Ada beberapa faktor
pendorong timbulnya filsafat matematika ( Pratowo, 2009 : 28) yaitu:
1. Kontradiksi
Pengetahuan matematika diturunkan dengan deduksi logis, sehingga
matematika diklaim sebagai ilmu yang sempurna dan suci tak ternoda
kesalahan. Namun, sesaat setelah itu bermunculan kontradiksi dalam
matematika, sekumpulan obyek matematika yang aneh dan liar, antara lain:
tidak mungkin dapat selalu menyatakan panjang diagonal sebuah persegi
panjang dalam bentuk bilangan kuadrat, adanya bilangan irasional seperti 2,
adanya bilangan transfinit dan bilangan transendental (pi) yang misterius,
dan bilangan imajiner ¿
Dalam matematika hari ini banyak ditemukan sekawanan obyek-
obyek matematika yang aneh dan liar yang belum dapat dijinakkan meskipun
berbagai upaya domestifikasi telah dilakukan. Contoh terbaru adalah

6
penemuan bilangan Q oleh Paul Dirac dalam mekanika kuantum yang
melanggar aturan matematika a × b=b× a(Woods, 2006). Kawanan tersebut
adalah sejenis kontradiksi dalam matematika, yang jika ditolak akan
menyebabkan matematika menjadi mandul. Penerimaan setengah hati yang
disertai dengan upaya domestifikasi terhadap sekawanan yang aneh dan liar
tersebut justru terbukti memberikan manfaat yang sangat besar bagi
matematika.
2. Paradok
Matematikawan adalah mahluk yang cerdik dan tidak bersedia
menerima jika (re) konstruksinya gagal. Memilih menyembunyikan
kontradiksi-kontradiksi tersebut dengan sebuah penghalusan atau eufemisne,
bahwa yang terjadi bukanlah kontradiksi tetapi paradok, merupakan pilihan
cerdas yang dapat dilakukan. Semacam anomali. Dengan kecerdikan yang
demikian matematika tetap berjaya, terbebas dari segala kesalahan dan
tentunya terbebas dari kontradiksi.
Paradok antara lain muncul dari dialog Socrates dengan Plato berikut
ini (Sembiring, 2010). Socrates: ”Apa yang berikut ini akan dikatakan oleh
Plato adalah salah.” Plato mengatakan: ”Yang barusan dikatakan Socrates
benar.” Contoh yang cukup populer adalah paradok Zeno (±450 SM) yang
menemukan adanya kesulitan mengenai ide kuantitas kecil tak berhingga
sebagai penyusun besaran kontinu. Zeno mencoba membuktikan bahwa
pergerakan ke arah kecil tak berhingga adalah khayalan. Paradok Zeno
mengenai ’Achiles si Gesit’ begitu terkenal dan memukau ke arah
penelusuran konsep ketakberhinggaan. Kata Zeno, yang lebih lambat tidak
dapat disalip oleh yang lebih cepat, sehingga Achiles si Gesit tidak akan
mampu menyalip atau mendahului kuya. Paradok ini tidaklah menyatakan
bahwa dalam praktek lomba lari yang sebenarnya Achiles tidak dapat
menyalip kura-kura, tetapi memberi gambaran bagaimana terbatasnya
pemikiran dalam logika formal matematika. Upaya menyelesaikan berbagai
paradok menyebabkan terpecahnya matematikawan ke dalam beberapa arus
pikiran atau filsafat. Lahirlah faksi-faksi dan aliran-aliran dalam filsafat

7
matematika, yang saling berbeda dan saling tidak mau menerima satu sama
lain.
Menyembunyikan kontradiksi dalam paradok tidak selalu membuat
pekerja matematika dapat tidur dengan nyenyak. Matematikawan juga
adalah mahluk yang tidak dapat menipu dirinya sendiri. Kontradiksi tetaplah
kontradiksi, bersifat mengurangi nilai keindahan matematika, meskipun
diperhalus terusmenerus. Secara eksternal matematikawan menyatakan
matematika bebas dari kontradiksi, tetapi diam-diam mereka melanjutkan
pekerjaan menyelesaikan berbagai kontradiksi tersebut, dan memastikan
bahwa penyelesaian yang dilakukannya tidak akan menimbulkan kontradiksi
baru, sehingga konsistensi matematika tetap tegak berdiri, bendera
matematika berkibar di tiang tertinggi dengan lantang dan gagah berani
menatap langit biru, tidak akan pernah berkibar setengah tiang dan malu-
malu.
Para matematikawan mencoba menyelesaikan masalah-masalah
tersebut, membuang kontradiksi dan mengembangkan sistem matematika
baru yang kebal salah. Mereka membuat rekonstruksi baru atas struktur
logika matematika, dan mulai meninggalkan kepercayaan pada disain alam
semesta yang matematis. Meskipun merupakan suatu kebenaran bahwa
matematika telah tersedia di alam semesta dan orang tinggal menemukannya,
keyakinan tersebut harus ditinggalkan dan beralih pada matematika yang
merupakan hasil konstruksi pikiran bebas manusia yang kebenarannya tidak
perlu harus sesuai dengan apa yang terjadi di alam semesta, cukup kebenaran
karenakesepakatan. Tetapi, lagi-lagi muncul kontradiksi yang mencemari
logika matematika dalam rekonstruksi baru tersebut, misalnya paradok
Russel dan paradok Burali-Forti.
3. Krisis Matematika
Munculnya filsafat matematika disebabkan oleh adanya kontradiksi,
paradok dan terjadinya krisis dalam matematika. Setidaknya, pernah tercatat
tiga kali krisis dalam metamatika: (1) Abad ke-5 SM, tidak semua besaran
geometri yang sejenis, tidak memiliki satuan ukuran yang sama (Sukardjono,
2000). Krisis ini menyebabkan teori proporsi Pythagoras harus dicoret dari

8
matematika. Krisis yang disadari sangat terlambat, lima abad kemudian baru
dapat diatasi oleh Eudoxus dengan karyanya yang membahas bilangan
irasional, (2) Abad ke-17, Newton dan Leibniz menemukan kalkulus yang
didasarkan pada konsep infinitesimal, tetapi tidak dapat dijelaskan dengan
baik. Namun, hasil-hasil penerapan kalkulus justru digunakan untuk
menjelaskan konsep infinitesimal, suatu penjelasan yang tidak seharusnya
dilakukan. Baru awal abad ke-19, Cauchy memperbaiki konsep infinitesimal
sebagai landasan kalkulus dengan konsep limit. Weierstrass membuat
konsep limit menjadi lebih kokoh, (3) Georg Cantor menemukan teori
himpunan yang digunakan secara luas pada cabang-cabang matematika dan
menjadi landasan matematika. Namun demikian, penemuan ini juga
menghasilkan paradok misalnya paradok Burali-Forti dan paradok Russel.

Esensi dari filsafat matematika adalah sejumlah usaha untuk melakukan


rekonstruksi (penyusunan kembali atau penulisan ulang) terhadap sejumlah pengetahuan
matematika yang tercerai-berai selama bertahun-tahun yang diberikan dalam aturan atau
urutan tertentu. Jadi filsafat adalah fungsi dari waktu, dan fisafat dapat menjadi
ketinggalan jaman atau harus berbenah dan berubah sejalan dengan bertambahnya
pengalaman dan pengetahuan baru.

B. Hakikat dan Karakteristik Filsafat Matematika (RISTI ATIKA IMANI)


Hakikat dan karakteristik filsafat matematika terbagi atas dua definisi,
yaitu:
a. Hakikat Filsafat Matematika
Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji
anggapan-anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika.
Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan
metodologi matematika dan untuk memahami kedudukan matematika di
dalam kehidupan manusia. Bidang pengetahuan yang disebut filsafat
matematika adalah hasil pemikiran filsafati yang sasarannya ialah matematika
itu sendiri. Filsafat dan matematika sudah tidak diragukan lagi bahwa sejak
dulu sampai sekarang kedua bidang pengetahuan ini sangat erat hubungannya
Filsafat matematika pada dasarnya adalah pemikiran reflektif terhadap
matematika.

9
Filsafat matematika merupakan pemikiran meyeluruh (reflektif) dan
kompleks terhadap persoalan-persoalan mengenai sesuatu hal yang berkaitan
dengan landasan dan dasar dari pengetahuan matematika serta hubungan
matematika di segala bidang kehidupan manusia baik secara epistemologi,
ontologi, metodologi, maupun aspek etis dan estetika pengetahuan
matematika (Didi Haryono, 2014).
Filsafat matematika secara langsung memberikan perhatian pada apa
yang merupakan kegiatan filsafat secara keseluruhan, baik dalam sistem
maupun dalam orientasi. Filsafat merupakan ilmu yang berusaha menyelidiki
hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Sedangkan matematika
adalah alat untuk memahami filsafat.
Prinsip pertama dan utama dalam matematika saat ini adalah abstarksi,
karena bagi para filsuf Yunani yang mengembangkan matematika, kebenaran
pada hakikatnya hanya bersangkut paut dengan suatu entitas permanen serta
suatu keterhubungan dan pertalian yang tidak berubah-ubah. Dengan
demikian, jelas sejak semula matematika bukan hanya merupakan alat bagi
pemahaman filsafat, tetapi juga merupakan bagian dari pemikiran filsafat itu
sendiri.

Peran filsafat matematika adalah untuk menunjukkan dasar yang


sistematis dan benar-benar aman untuk pengetahuan matematika,
diperuntukkan untuk kebenaran matematika. Asumsi ini adalah dasar dari
foundationism, doktrin bahwa fungsi dari filsafat matematika adalah untuk
menunjukkan dasar pengetahuan matematika. Foundationism terikat dengan
pandangan absolutis pengetahuan matematika, karena menganggap tugas
pembenaran pandangan ini menjadi tujuan utama filsafat matematika.

b. Karakteristik Filsafat Matematika

Dewasa ini filsafat matematika merupakan bidang pengetahuan yang


sangat luas. Perincian problem-problem dan ruang lingkup filsafat ilmu dalam
penerapannya terhadap filsafat matematika dapat dan perlu diterbitkan
sehingga tercipta skema yang lebih sistematis dan memungkinkan
pembahasan selanjutnya yang lebih jelas. Perincian bidang filsafat

10
matematika yang dapat dikemukakan dan diharapkan lebih sistematis
mencakup beberapa bagian sebagai berikut :

1. Epistemologi matematik

Epistemologi matematik adalah teori pengetahuan yang sasaran


penelaahannya ialah pengetahuan matematik. Epistomologi sebagai salah
satu bagian dari filsafat merupakan pemikiran reflektif terhadap berbagai
segi dari pengetahuan seperti kemungkinan, asal-mula, sifat alami, batas-
batas, asumsi dan landasan, validitas dan reliabilitas sampai kebenaran
pengetahuan. Dengan demikian landasan matematik merupakan pokok
soal utama dari epistemologi matematik.

2. Ontologi matematik

Ontologi pada akhir-akhir ini dipandang sebagai teori mengenai apa


yang ada. Hubungan antara pandangan ontologis (atau metafisis) dengan
matematik cukup banyak menimbulkan persoalan-persoalan yang dibahas
oleh sebagian filsuf matematik. Dalam ontologi matematik dipersoalkan
cakupan dari pernyataan matematik (cakupannya suatu dunia yang nyata
atau bukan). Pandangan realisme empirik menjawab bahwa cakupan
termaksud merupakan suatu realitas.

Eksistensi dari entitas-entitas matematik juga menjadi bahan


pemikiran filsafati. Terhadap problem filsafati ini pandangan Platonisme
menjawab bahwa titik dan garis yang sesungguhnya terdapat dalam dunia
transenden yang kini hanya diingat oleh jiwa manusia di dunia ini, sedang
konsepsi Aristotelianisme mengemukakan bahwa entitas-entitas itu
sungguh ada dalam dunia empirik tetapi harus disuling dengan abstraksi.
Suatu hal lagi yang merupakan problim yang bertalian ialah apakah
matematik ditemukan oleh manusia atau diciptakan oleh budinya.
Pendapat yang menganggap matematik sebagai suatu penemuan
mengandung arti bahwa aksioma-aksioma matematik merupakan
kebenaran mesti (necessary truth) yang sudah lebih dulu di luar pengaruh
manusia.

11
3. Aksiologi matematik

Aksiologi matematika terdiri dari etika yang membahas aspek


kebenaran, tanggung jawab dan peran matematika dalam kehidupan, dan
estetika yang membahas mengenai keindahan matematika dan
implikasinya pada kehidupan yang bisa mempengaruhi aspek-aspek lain
terutama seni dan budaya dalam kehidupan. Aksiologi matematika sangat
banyak memberikan kontribusi perubahan bagi kehidupan umat manusia di
jagat raya nan fana ini. Segala sesuatu ilmu di dunia ini tidak bisa lepas
dari pengaruh matematika. Dari segi tehnis, matematika mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kemajuan teknologi. Dengan
matematika, peradaban manusia berkembang dari peradaban yang
sederhana dan bersahaja menjadi peradaban modern yang bercorak ilmiah
dan tehnologis.

C. Relasi Filsafat dan Matematika (RISTI ATIKA IMANI)


Dua bidang pengetahuan rasional yang tidak dapat diragukan lagi
berhubungan sangat erat sejak dahulu hingga sekarang ialah filsafat dan
matematika. Matematika di samping merupakan sumber dan inspirasi bagi para
filsuf, metodenya juga banyak diadopsi untuk mendeskripsikan pemikiran
filsafat. Namun hubungan itu sering diuraikan secara keliru oleh sebagian filsuf
maupun matematikawan. Seperti yang diungkapakan oleh Brumfel (dalam
Oktaviandy: 2011) bahwa pada awal peradaban Yunani, filsafat adalah
penelaahan dari semua cabang pengetahuan. Ketika pengetahuan ilmiah manusia
bertambah selama berabad-abad, cabang-cabang ilmu tertentu tumbuh sampai
mereka memisahkan diri dari filsafat dan menjadi bidang-bidang yang terpisah.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Francis Bacon (1561-1626) tokoh
pembeharu Zaman Renaissances dari Inggris bahwa filsafat sebagai “the great
mother of sciences”.
Ternyata pendapat-pendapat tersebut di atas keliru karena filsafat dan
geometri (suatu cabang matematika) sesungguhnya lahir pada masa yang
bersamaan, di tempat yang sama sekitar 640-546 SM di Miletus ( terletak
dipantai barat Negara Turki sekarang). Jadi matematika tidak pernah lahir dari
filsafat, melainkan keduanya berkembang secara bersama-sama dengan saling

12
memberikan persoalan-persoalan sebagai bahan masukan dan umpan balik.
Wahyudin (2011:74) mengemukakan hubungan antara matematika dan filsafat
sebagai berikut:
a. Matematika dan filsafat merupakan upaya-upaya intelektual paling awal untuk
memahami dunia di sekitar kita, dan keduanya lahir di Yunani Kuno serta
mengalami transformasi-transformasi penting dunia.
b. Matematika adalah suatu studi kasus penting bagi filsuf. Agenda filsafat
kontemporer memiliki formulasi-formulasi yang sangat jelas berfokus pada
matematika, yang meliputi Epistomologi dan Ontologi.

Seorang ilmuwan dewasa ini Wesley Salmon yang menluis buku Space,
Time, and Motion: A Philosophical Introduction atau sebuah pengantar filsafat
tentang ruang, waktu, dan gerak yang memberikan berkomentar/penilaian
tentang filsafat dan geometri dinyatakan sebagai the twin sisters (Didi Haryono,
2014). Matematika dan filsafat memiliki hubungan yang cukup erat,
dibandingkan dengan ilmu-ilmu lainnya. Alasannya, filsafat merupakan pangkal
untuk mempelajari ilmu dan matematika adalah ibu dari segala ilmu. Ada juga
yang beranggpan bahwa filsafat dan matematika adalah ibu dari segala ilmu
yang ada.

Fisafat dan matematika merupakan pengetahuan rasional yang logis,


tidak melakukan eksperimen dan tidak memerlukan peralatan laboratorium
dalam proses pencarian pengetahuan. Filsafat dan matematika juga bergerak
pada tingkat generalitas dan abstraksi serta daya pemikiran yang mendalam.
Kedua bidang tersebut membahas berbagai ide yang sangat umum dan lazimnya
melampaui taraf kekonkretan yang satu demi satu lainnya.

Hubungan lainnya dari matematika dan filsafat karena keduanya bersifat


apriori dan tidak eksperimentalis. Hasil dari filsafat matematika tidak
memerlukan bukti secara fisik, melainkan hanya abstraksi dari sifat benda dan
proses analisisnya. Sehingga, menurut The Lieng Gie menyebutkan bahwa
sangat keliru jika dikatakan bahwa filsafat merupakan ayah atau ibu dari
matematika. Matematika tidak pernah lahir dari filsafat, melainkan keduanya

13
berkembang bersama-sama dengan saling memberikan persoalan-persoalan
sebagai bahan masukan dan umpan balik.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pro dan kontranya pendapat para
ilmuwan tentang filsafat dan matematika tergantung dari sudut pandang mana
yang mereka kaji. Tetapi yang pastinya penulis mencoba secara objektif untuk
melihat kebenaran secara historis sebagaimana perkembangannya yang telah
dicatat dalam sejarah peradaban manusia, khususnya yang dipelopori oleh
filosof-filosof yang tidak asing lagi dikenal di kalangan peneliti filsafat dan
matematika. Sebagaimana dalam perkembangan sejarah manusia, kedua saudara
kembar tersebut yaitu filsafat dan matematika tumbuh dan berkembang secara
bersama-sama di bawah asuhan dan dipelopori oleh para filosof termasyhur
yaitu sebagai berikut:

1. Thales (624-546 SM)


Thales berasal dari Miletus (terletak di pantai barat Negara Turki
sekarang) thales merupakan seorang perintis matematika dan filsafat Yunani.
Lahir dan meninggal di kota kecil Miletus yang menjadi pusat perdagangan.
Awalnya Thales adalah seorang pedagang, profesi yang membuatnya sering
melakukan perjalanan. Dalam suatu kesempatan berdagang ke Mesir dan
Babilonia (pada masa pemerintahan Nebuchadnezzar), dalam waktu
senggangnya Thales mempelajari astronomi dan geometri. Hal ini dipicu
ketertarikannya bahwa dengan menggunakan alat-alat yang biasa dipakai
oleh orang-orang Babylon, mereka dapat memprediksi gerhana matahari
setiap tahunnya.
2. Pythagoras (572-497 SM)
Pythagoras, nama yang tidak asing lagi dikenal bagi mereka yang
menyukai matematika. Pythagoras lahir di pulau Samos daerah lonia dan
dikenal sebagai The Father of Number (bapak bilangan). Pythagoras juga
adalah seorang filosof yang mendirikan mazhab Phytagoreanisme di Crotona
yang menjelaskan bahwa ajaran yang sangat substansial dari suatu benda
adalah bilangan dan seluruh gejala yang terjadi di jagat raya (alam semesta)
merupakan pengungkapan indrawi dari perbandingan-perbandingan

14
matematis. Jadi, dalam ajarah mazhab tersebut disimpulkan bahwa bilangan
merupakan intisari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda.
3. Plato (427-347 SM)
Plato dilahirkan di Athena, ditengah-tengah lingkungan Aristokrat.
Plato sangat besar pengaruhnya dengan perkembangan matematika, ia
membahas tentang konsep, universal dan tidak membahas benda material.
Karena terpengaruh oleh Pythagoras ia sangat tertarik dengan matematika
akan tetapi tidak berkeinginan untuk mempergunakan matematika tersebut
untuk mempelajari dunia.
Menurut Plato bahwa geometri merupakan suatu ilmu yang dengan
akal sehat membuktikan proposisi abstrak mengenai hal-hal yang abstrak
seperti garis lurus, segitiga, segi empat, lingkaran, benda empat dimensi dan
lain sebagainnya. Plato juga menegaskan bahwa geometri sebagai
pengetahuan ilmiah berdasarkan akal sehat menjadi kunci kearah
pengetahuan dan kebenaran filsafat serta pemahaman mengenai sifat alami
dari kenyataan yang tak terhingga.
D. Relasi Matematika dan Filsafat Matematika (CUT WIRA SUKMA
MARTHA)
Kant (Machmud, 2011: 122) berpendapat bahwa matematika adalah hasil
penalaran yang murni, dan sepenuhnya adalah merupakan sintesa. Kant juga
menyatakan tanpa intuisivisual yang tidak empiris, matematika tak dapat
berkembang, berbeda dengan filsafat yang harus puas dengan penilaian yang
bersifat diskursif dari konsep semata. Yang membangun matematika adalah
konsep-konsep yang intuitif, matematika murni dan intuisi murni. Soyomukti
(2011: 22) juga berpendapat bahwa filsafat digunakan untuk memahami
kehidupan, alam, dan hubungan-hubungan di dalamnya, juga memahami
bagaimana manusia berpikir dan mendapatkan pengetahuan.
Menurut Haryono (2014: 47) menyatakan bahwa filsafat matematika
pada dasarnya merupakan pemikiran reflektif terhadap matematika.
Matematikalah yang menjadi objek kajian atau pokok permasalahan yang
dipertimbangkan secara cermat dengan penuh perhatian. Sebagaimana yang
ditekankan oleh filosof Inggris yang bernama R.G. Collingwood (Haryono,

15
2014: 47) yang menyatakan bahwa the philosophy is reflective atau pemikiran
filsafat bersifat reflektif dalam arti senantiasa berpikir tentang pemikirannya
sendiri mengenai objek tersebut. Namun, secara khusus filsafat matematika
sebagai mana yang disampaikan The Liang Gie yang mengutip Howard W. Eves
dan Caroll V. Newsom dalam buku Haryono bahwa:
“In particular, a phylosopy of the mathematics essentially amounts to an
attemted reconstruction in which the chaotic mass of mathematical knowledge
accumulated over the ages is given a certain sense or order”.
(Secara khusus bahwa filsafat matematika pada dasarnya sama dengan
suatu percobaan penyusunan kembali yang dengannya kumpulan pengetahuan
matematika yang kacau balau terhimpun selama berabad- abad diberi suatu
makna atau simbol tertentu. Sehingga, pada intinya bahwa matematikalah yang
merupakan pokok permasalahan filsafat yang meliputi landasan matematika
(foundation of mathematics) dan meta-matematika)

Hubungan Matematika dengan Falsafat Matematika, antara lain:

a. Filsafat dan geometri ( suatu cabang matematik ) lahir pada masa yang
sama, di tempat yang sama, dan dari ayah yang tunggal , yakni sekitar
640-546 sebelum Masehi, di Miletus ( terletak di pantai barat negara
Turki sekarang ) dan dari pikiran seorang bernama Thales.
b. Matematik tidak pernah lahir dari filsafat, melainkan keduanya
berkembang bersama-sama dengan saling memberikan persoalan-
persoalan sebagai bahan masuk dan umpan balik.
c. Adanya hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan
matematik dipacu pula oleh filsuf Zeno dari Elea. Zeno
memperbincangkan paradoks-paradoks yang bertalian dengan
pengertian-pengertian gerak, waktu, dan ruang yang kemudian selama
berabad-abad membingungkan para filsuf dan ahli matematik.
E. Aliran dalam Filsafat Matematika (CUT WIRA SUKMA MARTHA)
Menurut Gandhi (2016: 120) berpendapat bahwa pada periode- periode
awal sebelum masehi, dunia filsafat belum terpetakan dalam matriks-matriks
sebagaimana sekarang ini, hadir dalam aneka ragam corak dan aliran. Meskipun
di abad pertengahan gejala-gejala penamaan aliran telah dimulai, tetap saja kita

16
sulit memastikan secara pasti, siapa dan sejak kapan, pemetaan pemikiran
filsafat dalam mazhab-mazhab itu dimulai. Sejauh ini, kajian-kajian yang
mempersoalkan aliran-aliran dalam filsafat selalu hanya mengungkapkan,
tentang apa dan bagaimana sejarah aliran tanpa pernah mempersoalkan sejak
kapan dan siapa yang pertama kali memulai pemetaan-pemetaan aliran-aliran
dalam filsafat.
Bagaimana matematikawan mengatasi ketiga krisis di atas, adalah
dengan melihat dan pergi ke filsafat matematika, sehingga di dalam matematika
dikenal adanya berbagai aliran (madzhab) filsafat yang dianut dan
dikembangkan oleh tokohnya masing-masing.
Filsafat matematika dikembangkan melalui isu-isu eksternal seperti
sejarah, asal-usul, dan praktek matematika dengan isu-isu internal seperti
epistemologi dan ontologi. Metode yang digunakan untuk melakukan klasifikasi
aliran-aliran dalam filsafat matematika salah satunya menggunakan kriteria
kecukupan filsafat matematika (Ernest, 1991) yaitu: (1) pengetahuan
matematika: sifat, justifikasi, dan asal-usul pengetahuan, (2) obyek matematika:
ruang lingkup dan asal-usul obyek matematika, (3) aplikasi matematika:
efektifitas matematika dalam mengembangkan sains, teknologi dan aplikasi
lainnya, dan (4) praktek matematika: aktifitas matematikawan, dulu dan
sekarang.
Haryono (2014: 48-51) menyatakan bahwa terdapat 3 aliran dalam
filsafat matematika, yaitu:
1. Aliran Logisisme
Aliran logisisme merupakan sebuah aliran yang berpendapat
bahwa matematika murni (science) didasarkan pada prinsip logika
dan pengkajiannya juga harus menggunakan logika, sehingga
matematika harus lebih logis dipahami. Dengan demikian logika dan
matematika merupakan bidang yang sama karena seluruh konsep dan
dalil matematika dapat diturunkan dari logika. Aliran logisisme
dipelopori oleh filisofis inggris bernama Betrand Arthur William
Russell (1872-1970) dengan diterbitkan bukunya yang berjudul The
Principles of Mathematics. Dalam bukunya dia menyatakan bahwa

17
matematika dan logika yang berkembang secara bersamaan ibarat
anak kecil dan orang dewasa, mengutip perkataannya yaitu they
different as boy and man: logic is the youth of mathematics and
mathematics is the manhood of logic yang berarti perbendaan mereka
seperti anak kecil dan orang dewasa: logika merupakan masa muda
dari matematika dan matematika merupakan masa dewasa dari logika
Pengakuan Betrand Russell menerima logisisme adalah yang
paling jelas dan dalam rumusan yang sangat eksplisit. Ada dua
pernyataan penting yang dikemukakannya, yaitu semua konsep
matematika secara mutlak dapat disederhanakan pada konsep logika;
dan semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan
aturan melalui penarikan kesimpulan secara logika semata. Selain
Betrand Russel, ada juga filosof lainnya yang beraliran logisme yaitu
Alfred North Whitehead (1861-1947) yang menulis buku bersamaan
Betrand Russell antara tahun 1910-1913 yang berjudul Principia
dasar matematika sebanyak tiga jilid yang membuktikan bahwa
memang logika dan matematika keduanya berkembang secara
bersamaan, sehingga dapat dipahami bahwa logika dan matematika
adalah satu.
Namun, pertanyaan Ernest (Haryono, 2014: 49)
mempertanyakam pernyataan matematika dalam aliran logisisme
tersebut, yang menjadi keberatannya atau pernyataannya yaitu
sebagai berikut:
a) Bahwa pernyataan matematika sebagai implikasi pernyataan
sebelumnya, dengan demikian kebenaran-kebenaran aksioma
sebelumnya memerlukan eksplorasi tanpa menyatakan benar
atau salah. Hal ini mengarah pada kekeliruan karena tidak
semua kebenaran matematika dapat dinyatakan sebagai
pernyataan implikasi.
b) Teorema ketidaksempurnaan menyatakan bahwa bukti
deduktif tidak cukup untuk mendemonstrasikan semua
kebenaran matematika. Oleh karena itu reduksi yang sukses

18
mengenai aksioma matematika melalui logika belum cukup
untuk menurunkan semua kebenaran matematika.
c) Kepastian logika bergantung kepada asumsi-asumsi yang
tidak teruji dan tidak dijustifikasi. Program logis mengurangi
kepastian pengetahuan matematika dan merupakan kegagalan
prinsip dari logisisme. Logika tidak menyediakan suatu dasar
tertentu untuk pengetahuan matematika.
2. Aliran Formalisme
Aliran formalisme menyatakan bahwa matematika merupakan
sistem lambang yang digunakan dalam mewakili benda-benda yang
ada atau menggunakan simbol dan proses pengolahan terhadap
lambang-lambang yang digunakan. Aliran formalisme dipelopori
oleh ahli matematika terbesar yaitu David Hilbert (1862-1943) yang
berpendapat bahwa matematika adalah tidak lebih atau tidak kurang
sebagai bahasa matematika. Hal ini disederhanakan sebagai deretan
permainan dengan rangkaian simbol-simbol linguistik Simbol-simbol
dianggap mewakili berbagai sasaran yang menjadi objek matematika
Bilangan-bilangan dipandang misalnya dipandang sebagai sifat
struktural yang paling sederhana dari benda-benda tersebut. Dengan
simbolisme abstraksi yang dilepaskan dari sesuatu dan hanya
menunjukkan bentuknya saja, aliran formalisme berusaha
menyelidiki struktur dari berbagai sistem. Sehingga, dengan itu
matematika dikatakan sebagai ilmu tentang sistem-sistem formal (the
science of formal system). Penganut aliran formalisme memandang
matematika sebagai suatu permainan formal yang tak bermakna
(meaningless) dengan tulisan pada kertas, yang mengikuti aturan.
Menurut Ernest (1991) penganut aliran ini memiliki dua pendapat
yang biasa dibahas oleh para filosof, yaitu pertama, matematika dapat
dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat ditafsirkan
sembarangan, kebenaran matematika disajikan melalui teorema-
teorema formal. Dan kedua, keamanan dari sistem formal ini dapat
didemonstrasikan dengan terbebasnya dari ketidak konsistenan.

19
Ada bermacam-macam keberatan dari beberapa kalangan
terhadap pendapat dan pemahaman penganut aliran formalisme,
antara lain; pertama, formalis dalam memahami obyek matematika
seperti lingkaran, sebagai sesuatu yang kongkrit, padahal tidak
bergantung pada obyek fisik. Kedua, formalis tidak dapat menjamin
permainan matematika itu konsisten. Keberatan tersebut dijawab oleh
penganut aliran formalisme yaitu lingkaran dan yang lainnya adalah
obyek yang bersifat material. Meskipun beberapa permainan itu tidak
konsisten dan kadang-kadang membosankan, tetapi yang lainnya
tidak demikian.
3. Aliran Intuitionalisme
Aliran Intuitionisme merupakan aliran yang ketiga dari landasan
matematika yang mengandalkan intuisi dalam mengkaji dan
memahami matematika, karena itu intuisi merupakan sarana untuk
mengetahui secara langsung dan seketika tentang matematika. Intuisi
bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar menyusun
pengetahuan secara teratur, Intuisi tidak dapat diandalkan.
Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi
analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan
yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa bekerja saling
membantu dalam membuktikan kebenaran matematika
Aliran ini dipelopori oleh ahli matematika Belanda yang bernama
Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966). Dia berpendapat bahwa
matematika adalah sama dengan bagian yang eksak dari pemikiran
manusia. Ketepatan dalil-dalil matematika terletak dalam akal
manusia dan tidak pada simbol-simbol di atas kertas sebagaimana
yang diimani oleh pengagum aliran formalisme di atas. Dalam
pemikiran aliran intuitionisme ini matematika berlandaskan pada
intuisi dasar mengenai kemungkinan untuk membangun sebuah
serangkaian bilangan yang tidak terbatas (infinite). Intuisi ini pada
hakikatnya merupakan dasar suatu aktifitas berpikir yang tergantung

20
pada pengalaman, bebas dari bahasa dan simbolisme, serta bersifat
objektif.
Intuisionisme mengaku memberikan suatu dasar untuk kebenaran
matematika menurut versinya, dengan menurunkannya (secara
mental) dari aksioma-aksioma intuitif tertentu, penggunaan intuitif
merupakan metode yang aman dalam pembuktian. Pandangan ini
berdasarkan pengetahuan yang eksklusif pada keyakinan subyektif.
Tetapi kebenaran absolut (yang diakui diberikan intusionisme) tidak
dapat didasarkan pada pandangan yang subyektif semata. Praja
(2005: 33) juga menyatakan bahwa intuisionisme tidak mengingkari
nilai pengalaman inderawi yang biasa dan pengetahuan yang
disimpulkan darinya. Intuisionisme setidak-tidaknya dalam beberapa
bentuk hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap
diperoleh melalui intuisi, sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi,
yang meliputi sebagian saja yang diberikan oleh analitis. Ada yang
berpendirian bahwa apa yang diberikan oleh indra hanyalah yang
menampakkan belaka, sebagai lawan dari apa yang diberikan oleh
intuisi, yaitu kenyataan.
Ada berbagai macam keberatan terhadap pendapat aliran
intuisionisme, yaitu; pertama, intuisionisme tidak dapat
mempertanggungjawabkan bahwa obyek matematika bebas, jika
tidak ada manusia apakah 2 + 2 masih tetap 4. Kedua, matematis
intusionisme adalah manusia timpang yang buruk dengan menolak
hukum logika p atau bukan p dan mengingkari ketakhinggaan, bahwa
mereka hanya memiliki sedikit pecahan pada matematika masa kini.
Kemudian penganut aliran intusionisme menjawab keberatan tersebut
sebagai berikut; pertama, tidak ada dapat diperbuat untuk manusia
untuk mencoba membayangkan suatu dunia tanpa manusia. Dan
kedua, lebih baik memiliki sejumlah kecil matematika yang kokoh
dari pada memiliki sejumlah besar matematika yang kebanyakan
omong kosong.

21
F. Filsafat Formalisme dalam Matematika (CUT WIRA SUKMA MARTHA)
Haryono (2014: 61) menyatakan bahwa matematika sebagai bagian dari
science yang merupakan sebuah pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar.
Oleh karena itu dapat kita pahami bahwa matematika merupakan suatu ilmu
yang menggunakan argumentasi logis dengan bantuan kaidah-kaidah dan
definisi-definisi untuk mencapai suatu hasil-hasil yang teliti, cermat, dan baru.
Jejak-jejak filsafat yang formalis matematika dapat ditemukan dalam tulisan-
tulisan Uskup Barkeley, tapi pendukung utama formalis adalah David Hilbert
(1925) awal J. Von Neumann (1931) dan H. Curry (1951). Hilbert’s formalis
program matematika bertujuan untuk menerjemahkan ke dalam sistem formal
ditafsirkan. Dengan sarana terbatas namun bermakna meta-matematika sistem
formal itu harus ditunjukkan sebagai memadai untuk matematika, oleh mitra
resmi yang berasal dari semua kebenaran matematika, dan aman untuk
matematika, meskipun bukti-bukti konsistensi. Tesis yang formalis terdiri dari
dua klaim:
1. Matematika murni dapat dinyatakan sebagai ditafsirkan sistem
formal di mana kebenaran matematika yang diwakili oleh teorema
formal
2. Keamanan sistem formal ini dapat dibuktikan dalam trems dari
theirfreedom dari inkosistensi dengan menggunakan meta-
matematika

Untuk mengetahui filsafat matematika dapat dimulai dengan pertanyaan


tradisional mengenai ontologi dan epistemologi, antara lain: apa itu pengetahuan
matematika, bagaimana cara memperoleh pengetahuan matematika, apakah
basis/landasan bagi pengetahuan matematika, apa yang dikaji filsafat
matematika dan bagaimana eksistensi obyek-obyek matematika.

1. Aspek Ontologi Filsafat Formalisme


Objek-objek yang dikaji dalam matematika adalah fakta abstrak,
konsep, definisi, relasi, operasi abstrak, serta prinsip abstrak. Dalam
matematika objek dasar yang dipelajari adalah objek abstrak, atau
berupa objek mental. Dengan demikian, eksistensi obyek-obyek
tersebut hanya ada dalam benak dan mental orang yang

22
memikirkannya, dan tidak pernah dapat dibuat menjadi nyata atau
bersifat fisik, serta tidak perlu dihubungkan dengan benda fisik atau
diberi makna tertentu. Konsekuensinya, matematika tidak akan
pernah menderita nasib menjadi tidak cocok dengan bukti empiris
yang baru ditemukan.
2. Aspek Epistemologi Filsafat Formalisme
Pengetahuan matematika merupakan keyakinan yang terbuktikan
atau lebih tepatnya merupakan pengetahuan proposisional yang
memuat proposisiproposisi yang diterima, dan tersedia landasan yang
cukup untuk melakukan asersi. Matematika adalah pengetahuan
apriori, karena memuat proposisi yang diasersi melalui pemikiran,
menggunakan logika deduktif dan definisi, konjungsi, aksioma atau
postulat metamatika, sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan
matematis. Pendekatan yang lebih luas yang dapat diadopsi secara
epistemologi, mendasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan dalam
matematika dinyatakan dengan sebuah himpunan proposisi,
bersamasama dengan sebuah himpunan prosedur untuk pembuktian
proposisi, sehingga tersedia jaminan untuk melakukan asersi.
Berdasarkan hal ini, pengetahuan matematika terdiri dari
seperangkat himpunan proposisi bersama-sama dengan
pembuktiannya. Karena pembuktian matematika didasarkan pada
cara berpikir, dan tidak menggunakan fakta-fakta empiris, maka
pengetahuan matematika adalah pengetahuan yang bersifat paling
pasti dari seluruh pengetahuan yang ada di dunia. Layaklah jika
secara agak anarkis matematika menyebut dirinya sebagai dewa
pengetahuan yang hanya mau mematuhi aturan yang dibuatnya
sendiri.
3. Kebenaran Matematis dalam Filsafat Formalisme
Kebenaran matematika adalah kebenaran menurut definisi atau
persyaratan yang menentukan makna dari term-term kunci.
Persyaratan ini memberikan ciri khas bahwa validitas kebenaran
matematika tidak memerlukan bukti empiris. Kebenaran matematika

23
semata-mata dapat ditunjukkan dengan menganalisis makna yang
terkandung dalam term-term di dalamnya, yang di dalam logika
disebut sebagai benar secara apriori yang mengindikasikan bahwa
nilai kebenarannya bebas secara logis dari atau apriori secara logis
pada sebarang bukti eksperimental.
Sementara itu, proposisi/pernyataan dalam sains empiris, dapat
divalidasi secara posteriori, dan terus-menerus terbuka untuk direvisi
terhadap bukti baru. Kebenaran matematika adalah kebenaran yang
tidak dapat diganggu gugat, tidak dapat direvisi, mutlak benar dan
pasti yang didasarkan pada deduksi murni, yang merupakan satu-
satunya metode pembuktian dalam matematika bahwa proposisi-
proposisi itu pasti benar asalkan postulat (aksioma) yang
mendasarinya itu benar. Jadi proposisi adalah implikasi logis dari
postulatpostulat yang digunakan. Ciri khas kepastian teoritis
berakibat pada pernyataan analitis yang tidak membawa informasi
faktual, tidak memiliki implikasi faktual, tidak memuat kandungan
empiris, sesuatu yang berbeda dengan pernyataan sintetis, sehingga
kebenaran pernyataan analitis dapat divalidasi tanpa referensi bukti
empiris. Jadi validitas kebenaran matematika tidak terletak pada sifat
self-evident-nya dan tidak pula pada dasar empirisnya, akan tetapi
diturunkan dari persyaratan yang menentukan makna konsep-konsep
matematika.
Dengan demikian, proposisi matematika adalah benar menurut
definisi, kebenaran a priopri, sekali benar maka untuk seterusnya dan
selamanya benar. Menurut kaum Formalis matematika berasal dari
penggunaan pikiran manusia secara bebas, bukan melalui praktek
matematisasi dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memandang
apakah matematika yang dihasilkannya berguna dan dapat diterapkan
bukan urusannya. Bagi kaum Formalis, matematika adalah untuk
matematika, matematika an sich. Matematika dikembangkan tanpa
tujuan untuk dapat digunakan dalam praktek dan atau dapat memberi
manfaat nyata. Jadi kebenaran suatu teorema itu adalah benar secara

24
kondisional, sehingga kebenaran jenis ini berimplikasi pada tidak ada
asersi tentang fakta empiris sehingga tidak pernah terjadi
pertentangan dengan sebarang penemuan empiris. Konsekuensinya,
berbeda dengan hipotesa dan teori pada sains empiris, hipotesa dalam
matematika tidak akan pernah menderita nasib menjadi tidak cocock
dengan bukti empiris yang baru ditemukan. Tentang hal ini, Einstein
memberikan pandangannya (Suriasumantri, 2005), ”Sepanjang
hukum-hukum matematika mengacu pada realita, hukum-hukum itu
tidak pasti; dan sepanjang hukum-hukum itu pasti, mereka tidak
mengacu pada realita.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah tentang hakikat dan karakteristik filsafat matematika dapat
disimpulkan bahwa :
1. Faktor pendorong timbulnya filsafat matematika adalah adanya pencarian
kebenaran, adanya pengetahuan tentang cara berfikir terhadap sesuatu,
terjadinya kontradiksi, paradok, dan krisis matematika.
2. Prinsip pertama dan utama dalam matematika saat ini adalah abstarksi,
karena bagi para filsuf Yunani yang mengembangkan matematika,
kebenaran pada hakikatnya hanya bersangkut paut dengan suatu entitas
permanen serta suatu keterhubungan dan pertalian yang tidak berubah-ubah.
3. Karakteristik filsafat matematika yaitu berpola pikir deduktif dan konsisten
dalam sistemnya.
4. Hasil dari filsafat matematika tidak memerlukan bukti secara fisik,
melainkan hanya abstraksi dari sifat benda dan proses analisisnya.
5. Filsafat matematika adalah cabang filsafat yang merenungkan dan
menjelaskan sifat matematika yang menjadikan dasar pengetahuan
matematika.
6. Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan.
7. Aliran logisisme menganggap logika memberikan dasar logis untuk
pengetahuan matematika, mendirikan kembali kepastian yang mutlak dalam
matematika.
8. Aliran formalisme menganggap sifat alami dari matematika ialah sebagai
sistem lambang yang formal. Matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat
struktural dari simbol-simbol dan proses pengolahan terhadap lambang-
lambang itu. Simbol-simbol dianggap mewakili berbagai sasaran yang
menjadi obyek matematika

26
B. Saran
Setelah membahas hakikat dan karakteristik filsafat matematika ini.
Maka kami berharap kita dapat mengetahui lebih dalam tentang filsafat
matematika, khususnya dalam kehidupan sehari- hari dan menanamkannya pada
pendidik dan peserta didik sehingga materi pendidikan dapat di mengerti dan di
pahami oleh pendidik dan peserta didik dalam mengaplikasikannya di kehidupan
sehari- hari. Makalah kami masih jauh dari kata sempurna, dan kami minta saran
dan kritiknya yang bersifat membangun untuk perbaikan pada makalah kami
berikutnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Agung Prabowo. 2009. Aliran-Aliran dalam Filsafat Matematika. Jurnal Manajemen


Pendidikan: Volume 1 Nomor 2. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Jawa Tengah.

Gunawan, H., Pidato Pengukuhan Guru Besar ITB, 2007,


http://personal.fmipa.itb.ac.id/.../naskah-pidato-ilmiah-gb-itb-hendra-g-v3.pdf,
diakses pada 19 Agustus 2010

Haryono, Didi. 2014. Filsafat Matematika. Bandung: Alfabeta.

Paul E. 1991. The Philosophy Of Mathematics Education. The Palmer Pers

Sembiring, R.K., Matematika dan Pembelajarannya, Prosiding Seminar Nasional


Matematika 2010, Susanto, I. dkk., (eds), UNS, Solo, 2010, 1-12.

Sukardjono. 2000. Filsafat dan Sejarah Matematika. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sutrisno, A.N. 2012. Telaah Filsafat Pendidikan. Jogyakakarta: CV. Budi Utama.

Woods, A. dan Grant, T. 2006. Reason in Revolt : Revolusi Berpikir dalam Ilmu
Pengetahuan Modern, IRE Press.

28
SOAL DAN PEMBAHASAN
1. Jelaskan karakteristik filsafat matematika secara singkat!
Jawaban :
Karakteristik filsafat matematika ada dua bagian yaitu:
a. Berpola pikir deduktif, artinya kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang
diperoleh sebagai akibat logis dan kebenaran sebelumnya sehingga kaitan
antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Proses
pembuktian secara deduktif akan melibatkan teori atau rumus matematika
lainnya yang sebelumnya sudah dibuktikan kebenarannya secara deduktif
juga
b. Konsisten dalam sistemnya, artinya dalam matematika terdapat banyak
sistem. Satu dengan yang lain bisa saling berkaitan tetapi juga bisa saling
lepas. Misal sistem-sistem al-jabar: sistem aksioma dari grup, sistem aksioma
dari ring, dsb. Sistem-sistem geometri: sistem geometri netral, sistem
geometri Euclides, sistem geometri non Euclide. Di dalam masing-masing
sistem dan struktur itu terdapat konsistensi.
2. Jelaskan apa yang dimaksud Ontologi Matematika dan berilah contohnya!
Jawaban :
Studi mengenai ontologi membahas mengenai hakikat sesuatu yang bersifat ada.
Dalam kaitannya dengan matematika, aspek ontologi ialah mencakup tentang obyek
matematika yang ingin dipelajari, perwujudannya, dan hubungannya dengan daya
pikir manusia sehingga dapat menghasilkan matematika itu sendiri. Untuk
memahami mengenai ontologi matematika, kita dapat mengetahuinya melalui
pertanyaan-pertanyaan ontologis. Menurut Ross DS (2003), contoh dari pertanyaan
ontologi matematika yaitu darimana objek matematika itu berasal? Bagaimana objek
filsafat itu ada? Apakah mereka ada seperti halnya abstraksi Platonis atau
memerlukan pikiran untuk membuatnya ada? Dapatkah obyek matematika ada tanpa
perhitungan?
Dari ontologi inilah kemudian muncul aliran-aliran dalam filsafat yang
membahas mengenai ontologi dari matematika yaitu aliran logicism, aliran
intuitionism, dan aliran formalism. Aliran logicism dikenalkan oleh Immanuel Kant
yaitu yang menyatakan bahwa matematika adalah cara logis yang salah atau

29
benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris. Aliran intuitionism
dipelopori oleh Jan Brouwer yang menganggap bahwa matematika bersifat
intuitionis. Sementara aliran formalism mengganggap bahwa matematika
pengetahuan tentang struktur formal dari lambang.
3. Jelaskan aliran Intuitionalisme dalam filsafat matematika!
Jawaban :
Aliran Intuitionisme merupakan aliran yang ketiga dari landasan
matematika yang mengandalkan intuisi dalam mengkaji dan memahami
matematika, karena itu intuisi merupakan sarana untuk mengetahui secara
langsung dan seketika tentang matematika. Intuisi bersifat personal dan tidak
bisa diramalkan. Sebagai dasar menyusun pengetahuan secara teratur, Intuisi
tidak dapat diandalkan. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesa
bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang
dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa bekerja saling membantu dalam
membuktikan kebenaran matematika.
Aliran ini dipelopori oleh ahli matematika Belanda yang bernama
Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966). Dia berpendapat bahwa matematika
adalah sama dengan bagian yang eksak dari pemikiran manusia. Ketepatan dalil-
dalil matematika terletak dalam akal manusia dan tidak pada simbol-simbol di
atas kertas sebagaimana yang diimani oleh pengagum aliran formalisme di atas.
Dalam pemikiran aliran intuitionisme ini matematika berlandaskan pada intuisi
dasar mengenai kemungkinan untuk membangun sebuah serangkaian bilangan
yang tidak terbatas (infinite). Intuisi ini pada hakikatnya merupakan dasar suatu
aktifitas berpikir yang tergantung pada pengalaman, bebas dari bahasa dan
simbolisme, serta bersifat objektif.
4. Jelaskan Falsafat Formalisme dalam matematika jikadipandang dari aspek ontologi!
Jawaban :
Obyek-obyek yang dikaji dalam matematika adalah fakta abstrak, konsep,
definisi, relasi, operasi abstrak, serta prinsip abstrak. Fakta abstrak berupa konvensi
(kesepakatan) yang diungkapkan dengan simbol tertentu, misal simbol 3 menyatakan
bilangan bulat positif setelah dua. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan
untuk menggolongkan atau mengkalisifikasikan sekumpulan obyek, misal segitiga

30
merupakan konsep abstrak sebab sekumpulan benda dapat digolongkan sebagai
segitiga atau bukan. Definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep.
Operasi abstrak dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus untuk
memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen abstrak yang diketahui
Prinsip abstrak adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika.. Prinsip
dapat terdiri dari beberapa fakta, beberapa konsep, yang dikaitkan oleh suatu
relasi/operasi. Prinsip juga dapat berupa aksioma, teorema, lemma, sifat dll.
Dalam matematika obyek dasar yang dipelajari adalah obyek abstrak, atau
berupa obyek mental. Dengan demikian, eksistensi obyek-obyek tersebut hanya ada
dalam benak dan mental orang yang memikirkannya, dan tidak pernah dapat dibuat
menjadi nyata atau bersifat fisik, serta tidak perlu dihubungkan dengan benda fisik
atau diberi makna tertentu. Konsekuensinya, matematika tidak akan pernah
menderita nasib menjadi tidak cocok dengan bukti empiris yang baru ditemukan.
5. Jelaskan Relasi Falsafat dan Matematika!
Jawab :
Banyak orang berpendapat bahwa filsafat dan matematika tidak memiliki
hubungan sama sekali. Namun, jika kita mengkajinya maka kita akan menemukan
hubungan keduanya. Seperti yang diungkapkan oleh The Lieng Gie (1999) dalam
(Didi Haryono, 2014) bahwa filsafat dan matematika merupakan dua bidang
pengetahuan rasional yang memiliki hubungan yang sangat erat dan tidak diragukan
lagi (saling berkaitan).
Matematika dan filsafat memiliki hubungan yang cukup erat, dibandingkan
dengan ilmu-ilmu lainnya. Alasannya, filsafat merupakan pangkal untuk mempelajari
ilmu dan matematika adalah ibu dari segala ilmu. Ada juga yang beranggpan bahwa
filsafat dan matematika adalah ibu dari segala ilmu yang ada.
Fisafat dan matematika merupakan pengetahuan rasional yang logis, tidak
melakukan eksperimen dan tidak memerlukan peralatan laboratorium dalam proses
pencarian pengetahuan. Filsafat dan matematika juga bergerak pada tingkat
generalitas dan abstraksi serta daya pemikiran yang mendalam. Kedua bidang
tersebut membahas berbagai ide yang sangat umum dan lazimnya melampaui taraf
kekonkretan yang satu demi satu lainnya.

31
Hubungan lainnya dari matematika dan filsafat karena keduanya bersifat apriori
dan tidak eksperimentalis. Hasil dari filsafat matematika tidak memerlukan bukti
secara fisik, melainkan hanya abstraksi dari sifat benda dan proses analisisnya.
Sehingga, menurut The Lieng Gie menyebutkan bahwa sangat keliru jika dikatakan
bahwa filsafat merupakan ayah atau ibu dari matematika. Matematika tidak pernah
lahir dari filsafat, melainkan keduanya berkembang bersama-sama dengan saling
memberikan persoalan-persoalan sebagai bahan masukan dan umpan balik.

32
LAMPIRAN
BERITA ACARA
Telah dilaksanakan kegiatan diskusi kelompok pada mata kuliah Filsafat
Pendidikan Matematika Semester 1 Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau pada:

Hari / Tanggal : Minggu, 12 September 2021


Judul Makalah : Hakikat dan Karakteristik Filsafat Matematika
Penyaji : 1. CUT WIRA SUKMA MARTHA 2110246855
2. RISTI ATIKA IMANI 2110246929

Dosen Pengampu : Dr. Nahor M. Hutapea, M.Pd


Tempat : Virtual Google Meet
Peserta hadir : 18 orang
Acara : 1. Pembukaan
2. Penyajian
3. Tanya Jawab
Hasil Diskusi :
RISTI ATIKA IMANI
1. Pertanyaan dari Elina (Kelompok 7)
Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan
metodologi matematika dan untuk memahami kedudukan matematika di dalam
kehidupan manusia. Apa yang dimaksud dengan metodologi dalam matematika?
Jawab :
Muh. Didiharyono (2013) menjelaskan bahwa metodologi matematika adalah
kumpulan cara-cara, rumus-rumus, dan kaidah-kaidah yang digunakan dalam
setiap ilmu, terdapat nama dalam metode atau cara dari ilmu tersebut.
Metodologi matematika terdiri dari tiga metode yaitu
a. Metode deduksi: dari umum ke khusus
b. Metode induksi: dari khusus ke umum
c. Metode dialektika: tesis, anti tesis dan sintesis

33
Pokok-pokok penting dalam metode matematika terdiri dari tiga bagian yaitu
Aksioma biasa juga disebut postulat merupakan keterangan yang kebenarannya
diterima tampa pembuktian lebih lanjut untuk menjadi dasar atau pegangan
dalam suatu perbincangan. Definisi yang akan diperbincangkan atau diolah.
Definisi dapat berupa artian yang diberi batasan, sifat, pengertian atau
hubungan. Teorema biasa disebut juga dalil yang merupakan suatu penemuan
bentuk, pola, atau rumus matematika yang baru, dan bisa dibuktikan berdasarkan
aksioma-aksioma logika dengan perantara deduksi logis secara murni.

2. Pertanyaan dari Nur Elpita Rahmi (Kelompok 8)


Aksiologi matematika sangat banyak memberikan kontribusi perubahan bagi
kehidupan umat manusia. Apa contoh kontribusi dan perubahan seperti apa yang
terjadi di dunia ini?
Jawab :
Salah satu contoh penemuan bidang matematika yang berdampak besar dalam
sejarah intelektual manusia adalah logika Aristoteles. Tidak ada satupun jenis
pengetahuan yang tidak bersentuhan dengan logika. Imammanuel Kant
menyatakan bahwa selama 20 abad lebih, logika Aristoteles tidak tergoyahkan
dan tetap menjadi tonggak dan pondasi pengetahuan ilmiah manusia.
3. Pertanyaan dari Gumanti (Kelompok 1)
Setiap ilmu berdampak bagi pengetahuan. Bagaimana filsafat memandang
dampak matematika bagi kehidupan manusia?
Jawab :
Pendidikan matematika adalah bidang studi yang mempelajari aspek-aspek sifat
dasar dansejarah matematika, psikologi belajar dan mengajar matematika,
kurikulum matematikasekolah, baik pengembangan maupun penerapannya di
kelas.Filsafat konstruktivisme banyak mempengaruhi pendidikan matematika
sejak tahun sembilanpuluhan.Konstruktivisme berpandangan bahwa belajar
adalah membentuk pengertian oleh sibelajar.Jadi siswa harus aktif. Guru
bertindak sebagai mediator dan fasilitator.

CUT WIRA SUKMA


1. Pertanyaan dari Syahrul Amri

34
Di dalam makalah, penyaji menyatakan aliran formalisme memiliki tesis yang
formalis terdiri dari dua klaim. Apa yang dimaksud dengan tesis didalam makalah
ini?
Jawab:
Berdasarkan KBBI, Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung
oleh argumen yang dikemukakan dalam karangan; untuk mendapatkan gelar
kesarjanaan pada perguruan tinggi. Tesis juga merupakan karya ilmiah yang
ditulis untuk mendapatkan gelar di universitas. Didalam makalah, tesis yang
dimaksud ialah pernyataan yang didukung oleh argument. Tesis yang formalis
terdiri dari dua klaim:

a. Matematika murni dapat dinyatakan sebagai ditafsirkan sistem formal di


mana kebenaran matematika yang diwakili oleh teorema formal

b. Keamanan sistem formal ini dapat dibuktikan dalam trems dari theirfreedom
dari inkosistensi dengan menggunakan meta-matematika

2. Pertanyaan dari Putri dari kelompok 5

Apa contoh aliran Logisisme dalam matematika dan fungsi aliran ini dalam
pembelajaran matematika?

Jawab :

Menurut Betrand Russell pelopor aliran logisime manyatakan yang paling jelas dan
dalam rumusan yang sangat eksplisit. Ada dua pernyataan penting yang
dikemukakannya, yaitu semua konsep matematika secara mutlak dapat
disederhanakan pada konsep logika; dan semua kebenaran matematika dapat
dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui penarikan kesimpulan secara logika
semata.

Aliran logisisme sudah sangat jelas digunakan dalam pembelajaran matematika,


terlebih yaitu pada jenjang SMA pada materi logika matematika. Dengan belajar
logika matematika dapat membantu siswa dalam berpikir rasional, sistematis,
meningkatkan kemampuan berpikir sistematis dan cermat, serta meningkatkan cinta
kepada kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir.

3. Pertanyaan dari Ari Malinda

35
Matematika dan filsafat mempunyai hubungan timbal balik dan feedback. Coba
sebutkan contoh hubungan timbal balik filsafat dan matematika dalam kehidupan
sehari-hari!

Jawab: Menurut Wahyudi (2011), mengemukakan hubungan anatara matematika


dan filsafat adalah upaya upaya intelektual paling awal untuk memahami dunia di
sekitar kita. Matematika adalah suatu studi kasus penting bagi filsuf. Agenda
filsafat kontemporer memiliki formulasi- formulasi yang sangat jelas berfokus pada
matematika, yang meliputi Epistomologi dan Ontologi. Menurut Sukardjono,
(2000) Filsafat dan matematika berperan menyediakan landasan/fondasi
pengetahuan matematis yang sistematis dan yang secara absolut dapat melindungi
landasan tersebut dari berbagai macam kontradiksi dan paradok dalam kaitannya
dengan kebenaran matematis.

Matematika adalah ilmu yang kebenarannya mutlak dengan sistem deduksi itu
menjelaskan bahwa dalam pembuktikan matematika, suatu proposisi dinyatakan
bernilai benar apabila aksioma atau postulat yang mendasarinya juga benar.
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang dipelajari di
sekolah. Sudah jelas bahwa hubungan timbal balik antara filsafat dan matematika
terlebih dalam pemilihan cara atau strategi pengajaran disekolah yang disesuaikan
dengan tingkat usia siswa, tes kemampuan seperti apa yang akan diberikan kepada
siswa dan sebagainya.

4. Pertanyaan dari Nida

Soyomukti (2011: 22) juga berpendapat bahwa filsafat digunakan untuk memahami
kehidupan, alam, dan hubungan-hubungan di dalamnya, juga memahami
bagaimana manusia berpikir dan mendapatkan pengetahuan. Coba sebutkan
contohnya!

Jawab:

Dalam Buku Filsafat Ilmu Pengetahuan oleh Paulus Wahana, menyatakan Filsafat
ternyata berakar dalam kecenderungan kodrat manusia yang berakal budi itu.
Manusia yang didasari oleh rasa heran dan kagum cenderung bertanya-tanya
tentang lingkungan alam dan kehidupan yang sedemikian mengagumkan.

36
Pertanyaan-pertanyaan yang didorong oleh rasa ingin tahu tersebut menggerakkan
manusia untuk berpikir, sehingga manusia terus menerus bertanya dan bertanya
untuk memperoleh jawaban yang memang memberikan penjelasan yang
meyakinkan dan memuaskan.

Hakikat filsafat justru terletak pada kemampuannya untuk bertanya dan usaha
mencari jawabannya; sehingga berfilsafat terutama berarti mengemukakan
pertanyaan dan bukan mengemukan pernyataan. Dengan filsafat kita didorong
untuk berani mempersoalkan segala macam hal yang kita hadapi dan berusaha
mengungkap rahasia alam semesta dan kehidupan ini.

37

Anda mungkin juga menyukai