Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUKUM PERIKATAN

OLEH :
ANGELIA KRISAL LORENSIA TJANGKUNG

211003741020562

MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS 17 AGUTUS 1945
SEMARANG
BAB I

 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Manusia hidup dan berkembang dalam suatu susunan masyarakat sosial yang mana
didalamnya terdapat saling ketergantungan satu sama lain, seorang manusia tidak akan dapat
hidupsendiri dan akan selalu membutuhkan orang yang lain untuk mendampingi hidupnya.

 Berbicara mengenai kehidupan masyarakat tentu tidak terlepas dari yang


namanyakehidupan sosial, dalam struktur kehidupan bermasyarakat tentu terdapat berbagai hal
yangdianggap sebagai pengatur yang bersifat kekal, mengikat dan memiliki sanksi yang
tegas bagi para pelanggarnya. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai hukum. Hukum yang kini akan
kita bahas merupakan hukum yang mengatur segala bentuk tindakan antar perseorangan atau
antarsesama manusia, hukum ini dapat kita sebut sebagai hukum perdata.

  Dalam hukum perdata ini banyak sekali hal yang dapat menjadi cangkupannya, salahsatunya
adalah perikatan. Perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan hartakekayaan antara
dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas
sesuatu. Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini merupakan suatu akibathukum, akibat hukum
dari suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan.

  Di dalam hukum perikatan setiap orang dapat mengadakan perikatan yang bersumber pada
perjanjian, perjanjian apapun dan bagaimana pun, baik itu yang diatur dengan undang-undang atau
tidak,inilah yang disebut dengan kebebasan berkontrak, dengan syarat kebebasan berkontrak harus
halal, dan tidak melanggar hukum, sebagaimana yang telah diatur dalamUndang-Undang. Di dalam
perikatan ada perikatan untuk berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat sesuatu. Yang dimaksud
dengan perikatan untuk berbuat sesuatu adalah melakukan perbuatan yang sifatnya positif, halal,
tidak melanggar undang-undang dan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan perikatan untuk tidak
berbuat sesuatu yaitu untuk tidak melakukan perbuatan tertentu yang telah disepakati dalam
perjanjian.

  Dalam perikatan terdapat beberapa pokok bahasan diantaranya: Ketentuan


UmumPerikatan, Prestasi dan Wanprestasi, Jenis-Jenis Perikatan, Perbuatan Melawan
Hukum,Perwakilan Sukarela, Pembayaran Tanpa Utang dan Hapusnya Perikatan.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yang menjadidasar
pembahasan materi kami, diantaranya :

 1. Apa yang dimaksud dengan ketentuan umum dalam perikatan ?

 2. Apa saja jenis-jenis dari perikatan itu ?

3. Bagaimana cara menghapuskan perikatan ?


C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perikatan,

2. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai jenis-jenis perikatan,

3. Untuk mengetahui bagaimana cara untuk menghapuskan perikatan.

D. Manfaat Penulisan

1. Sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca,

2.Membuka wawasan tentang perikatan dan bagian-bagian yang lainnya termasuk jenis-
jenismaupun cara penghapusannya,

3. Memberikan fakta dan gambaran yang relevan mengenai hukum perikatan

BAB II

ISI

A. PERIKATAN

1. Ketentuan Umum Perikatan

Perikatan adalah terjemahan dari istilah dalam bahasa Belanda verbintenis. Perikatan artinya
hal yang mengikat antara orang yang satu dan orang yang lain. Hal yang mengikat ituadalah
peristiwa hukum yang dapat berupa :

A. Perbuatan, misalnya jual beli, utang-piutang, hibah.

B. Kejadian, misalnya kelahiran, kematian,

C. Keadaan, misalnya rumah susun

  Peristiwa hukum tersebut menciptakan hubungan hukum antara pihak yang satu
dengan pihak lainnya. Dalam hubungan tersebut, setiap pihak memiliki hak dan kewajiban timbal
balik.Pihak yang satu mempunyai hak untuk menuntut sesuatu terhadap pihak lainnya dan pihak
lainitu wajib memenuhi tuntutan itu, juga sebaliknya. Dalam hubungan utang-piutang,
pihak berutang disebut debitor, sedangkan pihak yang memberi utang disebut kreditor.
Dalamhubungan jual-beli, pihak pembeli berposisi sebagai debitor, sedangkan pihak penjual
sebagaikreditor. Dalam perjanjian hibah, pihak pemberi hibah berposisi sebagai debitor,
sedangkan pihak penerima hibah sebagai kreditor.

 2. Pengaturan Perikatan

  Perikatan diatur dalam Buku KUH Perdata. Perikatan adalah hubungan hukum yangterjadi
karena perjanjian dan Undang-Undang. Aturan mengenai perikatan meliputi bagianumum dan
bagian khusus. Bagian umum meliputi aturan yang tercantum dalam Bab I, Bab II,Bab III (Pasal 1352
dan 1353), dan Bab IV KUH Perdata yang belaku bagi perikatan umum.Adapun bagian khusus
meliputi Bab III (kecuali Pasal 1352 dan 1353) dan Bab V sampai denganBab XVIII KUH Perdata yang
berlaku bagi perjanjian-perjanjian tertentu saja, yang sudahditentukan namanya dalam bab-bab
bersangkutan. Pengaturan nama didasarkan pada “sistem terbuka”, maksudnya setiap orang boleh
mengadakan perikatan apa saja, baik yang sudah ditentukan namanya maupun yang belum
ditentukan namanya dalam Undang-Undang. Sistem terbuka dibatasi oleh tiga hal, yaitu :

 A.Tidak dilarang Undang-Undang

 B.Tidak bertentangan dengan ketertiban umum

 C.Tidak bertentangan dengan kesusilaan

  Sesuai dengan penggunaan sistem terbuka, maka pasal 1233 KUH Perdata
menetukan bahwa perikatan dapat terjadi, baik karena perjanijian maupun karena Undang-
Undang. Dengankata lain, sumber peikatan adalah Undang-Undang dan perikatan. Dalam pasal 1352
KUHPerdata, perikatan yang terjadi karena Undang-Undang dirinci menjadi dua, yaitu perikatan
yangterjadi semata-mata karena ditentukan dalam Undang-Undang dan perikatan yang terjadi
karena perbuatana orang. Perikatan yang terjadi karena perbuatan orang, dalam pasal 1353 KUH
Perdatadirinci lagi menjadi perbuatan menurut hukum (rechmatig daad  ) dan perbuatan melawan
hukum(onrechtmatige daad  ).

 3. Unsur-Unsur Perikatan

 A.Subjek perikatan

  Subjek perikatan disebut juga pelaku perikatan. Perikatan yang dimaksud meliputi perikatan
yang terjadi karena perjanjian dan karena ketentuan Undang-Undang. Pelaku perikatanterdiri atas
manusia pribadi dan dapat juga badan hukum atau persekutuan. Setiap pelaku perikatan yang
mengadakan perikatan harus:

1.Kebebasan menyatakan kehendaknya sendiri

2.Tidak ada paksaan dari pihak manapun

3.Tidak ada penipuan dari salah satu pihak, dan

4.Tidak ada kekhilafan pihak-pihak yang bersangkutan

B. Wenang berbuat

  Setiap pihak dalam dalam perikatan harus wenang berbuat menurut hukum dalammencapai
persetujuan kehendak (ijab kabul). Persetujuan kehendak adalah pernyataan salingmemberi dan
menerima secara riil dalam bentuk tindakan nyata, pihak yang satu menyatakanmemberi sesuatau
kepada yang dan menerima seseuatu dari pihak lain. Dengan kata lain, persetujuan kehendak (ijab
kabul) adalah pernyataan saling memberi dan menerima secara riilyang mengikat kedua pihak.
Setiap hak dalam perikatan harus memenuhi syarat-syarat wenang berbuat menurut hukum yang
ditentukan oleh undang-undang sebagai berikut:

 1.Sudah dewasa, artinya sudah berumur 21 tahun penuh


2. Walaupun belum dewasa, tetapi sudah pernah menikah

3. Dalam keadaan sehat akal (tidak gila)

4. Tidak berada dibawah pengampuan

5. Memiliki surat kuasa jika mewakili pihak lain

Persetujuan pihak merupakan perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak untuk
salingmemenuhi kewajiban dan saling memperoleh hak dalam setiap perikatan. Persetujuan
kehendak juga menetukan saat kedua pihak mengakhiri perikatan karena tujuan pihak sudah
tercapai. Olehsebab itu, dapat dinyatakan bahwa perikatan menurut sistem hukum prdata, baru
dalam tarafmenimbulkan kewajiban dan hak pihak-pihak, sedangkan persetujuan kehendak
adalah pelaksanaan atau realisasi kewajiban dan pihak-pihak sehingga kedua belah pihak
memperolehhak masing-masing.

  Bagaimana jika halnya salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya sehingga pihaklainnya
tidak memperoleh hak dalam perikatan ? dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pihakyang tidak
memenuhi kewajibannya itu telah melakukan wanprestasi yang merugikan pihak lain.Dengan kata
lain, perjanjian tersebut dilanggar oleh salah satu pihak.

 C. Objek perikatan

  Objek perikatan dalam hukum perdata selalu berupa benda. Benda adalah setiap barangdan
hak halal yang dapat dimiliki dan dinikmati orang. Dapat dimilik dan dinikmati orangmaksudnya
memberi manfaat atau mendatangkan keuntungan secara halal bagi orang yangmemilikinya.

  Benda objek perikatan dapat berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak.
Benda bergerak adalah benda yang dapat diangkat dan dipindahkan, seperti motor, mobil, hewan
ternak.Sedangkan benda tidak bergerak adalah benda yang tidak dapat dipindahkan dan
diangkat,seperti rumah, gedung. Apabila benda dijadikan objek perikatan, benda tersebut harus
memenuhisyarat seperti yang ditetapkan oleh undang-undang. Syarat-syarat tersebut adalah :

1) Benda dalam perdagangan

2) Benda tertentu atau tidak dapat ditentukan

3) Benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud

4) Benda tersebut tidak dilarang oleh Undang-Undang atau benda halal

5) Benda tersebut ada pemiliknya dan dalam pengawasan pemiliknya

6) Benda tersebut dapat diserahkan oleh pemiliknya

7) Benda itu dalam penguasaan pihak lain berdasar alas hak sah

D. Tujuan perikatan

Tujuan pihak-pihak mengadakan perikatan adalah terpenuhinya prestasi bagi kedua


belah pihak. Prestasi yang dimaksud harus halal, artinya tidak dilarang Undang-Undang,
tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan
masyarakat.Prestasi tersebut dapat berbentuk kewajiban memberikan sesuatu, kewajiban
melakukan sesuatu(jasa), atau kewajiban tidak melakukan sesuatu (Pasal 1234 KUH Perdata).

4. Ketentuan Umum dan Khusus

 Dalam penerapannya, ketentuan umum dalam Bab I-IV Buku III KUH Perdatadiberlakukan
untuk semua perikatan, baik yang sudah diatur dalam Bab III (kecuali Pasal 1352dan 1353) dan Bab
V-XVIII maupun yang diatur dalam KUHD. Menurut ketentuan Pasal 1319 KUH Perdata bahwa:
“semua perjanjian yang mempunyai nama tertentu maupun yang tidak mempunyai nama tertentu,
tunduk pada ketentuan umum yang dimuat dalam bab ini dan bab yang lalu”. Yang dimaksud dengan
“bab ini dan bab yang lalu” dalam pasal ini adalah bab Bab II tentang perikatan yang timbul dari
pejanjian dan Bab I tentang perikatan pada umumnya.Penerapan ketentuan umum terhadap hal-hal
yang diatur secara khusus, dalam ilmuhukum dikenal dengan adagium iex specialis deroget legi
generali. Artinya, ketentuan hukumkhusus yang dimenangkan dari ketentuan hukum umum.
Maknanya jika mengenai suatu halsudah diatur secara khusus, ketentuan umum yang mengatur hal
yang sama tidak perludiberlakukan lagi. Jika suatu hal belum diatur secara khusus, ketentuan umum
yang mengatur halyang sama diberlakukan.

B. PRESTASI DAN WANPRESTASI

1. Prestasi

Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitor dalam setiap perikatan.
Prestasiadalah objek perikatan. Dalam hukum perdata kewajiban memenuhi prestasi selalu
disertai jaminan harta kekayaan debitor. Dalam Pasal 1131 dan 1132 KUHPdt dinyatakan bahwa
hartakekayaan debitor, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun
yangakan ada, menjadi jaminan pemenuhan utangnya terhadap kreditor. Namun, jaminan umum
inidapat dibatasi dengan jaminan khusus berupa benda tertentu yang ditetapkan dalam
perjanjianantara pihak-pihak.

Menurut ketentuan Pasal 1234 KUHPdt, selalu ada tiga kemungkinan wujud prestasi,yaitu:

A.Memberikan sesuatu, misalnya, menyerahkan benda, membayar harga benda,


dan memberikanhibah penelitian.

B.Melakukan sesuatu, misalnya, membuatkan pagar pekarangan rumah, mengangkut


barangtertentu, dan menyimpan rahasia perusahaan.

C.Tidak melakukan sesuatu, misalnya, tidak melakukan persaingan curang, tidak melakukandumping,
dan tidak menggunakan merek orang lain.

Pasal 1235 ayat (1) KUHPdt menjelaskan pengertian memberikan sesuatu,


yaitumenyerahkan penguasaan nyata atas suatu benda dari debitor kepada kreditor atau
sebaliknya,misalnya, dalam jual beli, sewa menyewa, perjanjian gadai, dan utang piutang. Dalam
perikatan yang objeknya “melakukan sesuatu”, debitor wajib melakukan perbuatan tertentu yang
telah ditetapkan dalam perikatan, misalnya, melakukan perbuatan membongkar
tembok,mengosongkan rumah, dan membangun gedung. Dalam melakukan perbuatan tersebbut,
debitorarus mematuhi semua ketentuan dalam perikatan. Debitor bertanggung jawab atas
perbuatannya yang tidak sesuai dengan ketentuan perikatan. Dalam perikatan yang objeknya “tidak
melakukansesuatu”, debitor tidak melakukan perbuatan yang telah disepakati dalam perikatan,
misalnya,tidak membuat tembok rumah yang tinggi sehingga menghalangi pemandangan
tetangganya.Apabila debitor melakukan pembuatan tembok yang berlawanan dengan perikatan ini,
dia bertanggung jawab karena melanggar perjanjian dan harus membongkar tembok atau
membayarganti kerugian kepada tetangganya.

Sebagian besar perikatan yang dialami dalam masyarakat terjadi karena perjanjian.Karena
itu, Undang-Undang mengatur bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagaiUndang-
Undang bagi pihak-pihak yang membuatnya (Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt). Artinya, jika salah satu
pihak tidak bersedia memenuhi prestasinya, kewajiban berprestasi itu dapat dipaksakan. Jika pihak
yang satu tidak memenuhi prestasinya, pihak yang lainnya berhak mengajukangugatan ke muka
pengadilan dan pengadilan akan memaksakan pemenuhan prestasi tersebutdengan menyita dan
melelang harta kekayaannya sejumlah yang wajib dipenuhinya kepada pihaklain. Perjanjian yang
diakui dan diberi akibat hukum itu adalah perjanjian yang tidak dilarangUndang-Undang serta tidak
bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan masyarakat.Karena itu, ada tiga sumber
perikatan, yaitu perjanjian, Undang-Undang, serta ketertiban umumdan kesusilaan.

2. Sifat Prestasi

Sifat-sifat prestasi yang perlu diketahui oleh debitor adalah:

A. Prestasi harus sudah tertentu atau dapat ditentukan. Sifat ini memungkinkan debitormemenuhi
perikatan. Jika prestasi itu tidak tertentu atau tidak dapat ditentukan, mengakibatkan perikatan itu
batal (nietig).

B.Prestasi itu harus mungkin. Artinya, prestasi itu dapat dipenuhi oleh debitor secara wajar
dengansegala upayanya. Jika tidak demikian, perikatan itu dapat dibatalkan (vernietigbaar)

C.Prestasi itu harus dibolehkan (halal). Artinya, tidak dilarang oleh Undang-Undang,
tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan
masyarakat.Jika prestasi tidak halal, perikatan itu batal (nietig)

D.Prestasi itu harus ada manfaat bagi kreditor. Artinya, kreditor dapat menggunakan, menikmati,dan
mengambil hasilnya. Jika tidak demikian, perikatan itu dapat dibatalkan (vernietigbaar)

E.Prestasi itu terdiri atas satu perbuatan atau serentetan perbuatan. Jika prestasi berupa satu
kali perbuatan dilakukan lebih dari satu kali, dapat mengakibatkan pembatalan perikatan
(vernietigbaar). Satu kali perbuatan itu maksudnya pemenuhan mengakhiri perikatan,
sedangkanlebih dari satu kali perbuatan maksudnya pemenuhan yang terakhir mengakhiri perikatan.

3. Wanprestasi

  Wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perikatan.Tidak


dipenuhinya kewajiban oleh debitor karena dua kemungkinan alasan, yaitu:

A.Karena kesalahan debitor, baik karena kesengajaan maupun kelalaian dan


B.Karena keadaan memaksa (force majeure, diluar kemampuan debitor.Jadi, debitor tidak bersalah.

Untuk menentukan apakah seorang debitor bersalah melakukan wanprestasi, perluditentukan dalam
keadaan bagaimana debitor diakatakan sengaja atau lalai tidak memenuhi prestasi. Dalam hal ini,
ada tiga keadaan, yaitu:

A.Debitor tidak memnuhi prestasi sama sekali;

B.Debitor memenuhi prestasi, tetapi tidak baika atau keliru; dan

C.Debitor memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktunya atau terlambat.

Untuk mengetahui sejak kapan debitor dalam keadaan wanprestasi, perlu


diperhatikanapakah dalam perikatan itu ditentukan jangka waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi
atau tidak?Dalam hal tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan,
perlumemperingatkan debitor supaya dia memenuhi prestasi. Dalam hal telah ditentukan
tenggangwaktunya, menurut ketentuan Pasal 1238 KUHPdt debitor dianggap lalai dengan
lewatnyatenggang waktu yang telah ditetapkan dalam perikatan. Bagaimana cara memperingatkan
debitor supaya dia memenuhi prestasinya? Debitor perlu diberi peringatan tertulis, yang isinya
menyatakan bahwa debitor wajib memenuhi prestasidalam waktu yang ditentukan. Jika dalam
waktu itu debitor tidak memenuhinya, debitordinyatakan telah lalai atau wanprestasi. Peringatan
tertulis dapat dilakukan secara resmi dan dapat juga secara tidak resmi.Peringatan tertulis secara
resmi dilakukan melalui pengadilan negeri yang berwenang, yangdisebut sommatie. Kemudian,
pengadilan negeri dengan perantaraan juru sita menyampaikansurat peringatan tersebut kepada
debitor yang disertai berita acara penyampaiannya. Peringatantertulis tidak resmi, misalnya, melalui
surat tercatat, telegram, faksimile, atau disampaikansenidri oleh kreditor kepada debitor dengan
tanda terima. Surat peringatan ini disebut ingebreke  stelling. Akibat hukum bagi debitor yang telah
melakukan wanprestasi adalah hukuman atausanksi hukum berikut ini:

A.Debitor diwajibkan membayar ganti kerugian yang diderita oleh kreditor (Pasal 1243 KUHPdt).

B.Apabila perikatan itutimbal balik, kreditor dapat menuntut pemutusan atau pembatalan
perikatanmelalui pengadilan (Pasal 1266 KUHPdt)

C.Perikatan untuk memberikan sesuatu, risiko beralih kepada debitor sejak terjadi wanprestasi(Pasal
1237 ayat (2) KUHPdt)

D.Debitor diwajibkan memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau pembatalan


disertai pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267 KUHPdt)

E.Debitor wajib membayar biaya perkara jika diperkarakan di muka pengadilan negeri dan
debitordinyatakan bersalah

4. Keadaan Memaksa

Keadaan memaksa (  force majeure) adalah keadaan tidak dipenuhinya prestasi olehdebitor
karena terjadi peristiwa yang tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadiketika
membuat perikatan. Dalam keadaan memaksa debitor tidak dapat disalahkan karenakeadaan ini
timbul di luar kemauan dan kemampuan debitor. Unsur-unsur keadaan memaksaadalah sebagai
berikut:

A.Tidak dipenuhi prestasi karena terjadi peristiwa yang membinasakan atau memusnahkan benda


objek perikatan; atau

B.Tidak dipenuhi prestasi karena terjadi peristiwa yang menghalangi perbuatandebitor


untuk berprestasi

C.Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan

Keadaan memaksa yang memenuhi unsur (a) dan (c), maka keadaan memaksa itu disebut “keadaan
memaksa objektif”. Vollmar menyebutnyaabsolute overmacht.Dasarnya adalahketidakmungkinan
(impossinillity) memenuhi prestasi karena bendanya lenyap/musnah. Dalam hal keadaan memaksa
yang memenuhi unsure (b) dan (c) keadaan memaksa ini disebut “keadaanmemaksa subjektif”,
Vollmar menyebutnya relative overmacht. Dasarnya adalah kesulitanmemenuhi prestasi karena ada
peristiwa yang menghalangi debitor untuk berbuat. Perbedaan antara ”perikatan batal” dan
“perikatan gugur” terletak pada ada tidaknya objek perikatan dan objek tersebut harus mungkin
dipenuhi. Pada perikatan batal, objek perikatan tidak ada karena musnah sehingga tidak mungkin
dipenuhi oleh debitor (sifat prestasi).Pada perikatan gugur, objek perikatan ada sehingga mungkin
dipenuhi dengan segala macamupaya debitor, tetapi tidak mempunyai arti lagi bagi kreditor. Jika
prestasi betul-betul dipenuhioleh debitor, tetapi kreditor tidak menerima (menolak) karena tidak
ada manfaatnya lagi, perikatan dapat dibatalkan (vernietigbaar). Persamaannya adalah pada
perikatan batal dan perikatan gugur keduanya itu tidak mencapai tujuan. Pembentuk Undang-
Undang tidak mengatur keadaan memaksa secara umum dalamKUHPdt. Akan tetapi, secara khusus
diatur untuk perjanjian-perjanjian tertentu saja, misalnya pada:

A.Perjanjian hibah (Pasal 1237 KUHPdt);

B.Perjanjian jual beli (Pasal 1460 KUHPdt);

C.Perjanjian tukar-menukar (Pasal 1545 KUHPdt); dan

D.Perjanjian sewa-menyewa (Pasal 1553 KUHPdt).

  Oleh karena itu pihak-pihak bebas memperjanjikan tanggung jawab itu dalam perjanjianyang
mereka buat apabila terjadi keadaan memaksa. Risiko keadaan memaksa pada perjanjianhibah
ditanggung oleh kreditor (Pasal 1237 KUHPdt). Risiko keadaan memaksa pada perjanjian jual beli
ditanggung oleh kedua belah pihak, penjual dan pembeli, (surat edaran MahkamahAgung Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 1963 mengenai Pasal 1460 KUHPdt). Risikokeadaan memaksa pada
perjanjian tukar menukar ditanggung oleh pemiliknya (Pasal 1545KUHPdt). Adapun risiko keadaan
memaksa pada perjanjian sewa menyewa ditanggung oleh pemilik benda (Pasal 1553 KUHPdt).
Menurut Pasal1243 KUHPdt, ganti kerugian karena tidakdipenuhinya suatu perikatan, baru
diwajibkan jika debitor setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya; atau
seseuatu yang harus diberikan atau dikerjakannyam,hanya dapat diberikan atau dikerjakan dalam
tenggang waktu yang telah dilewatinya. Yang dimaksud dengan “kerugian” dalam pasal diatas adalah
kerugian yang timbul karena debitor melakukan wanpresatsi (lalai memenuhi perikatan). Kerugian
tersebut wajib diganti oleh debitor terhitung sejak dia dinyatakan lalai. Ganti kerugia1n itu terdiri
atas tiga unsure, yaitu:

A.Ongkos atau biaya yang telah dikeluarkan, misalnya ongkos cetak, biaya materai, dan biayaiklan

B.Kerugian sesungguhnya karen kerusakan, kehilangan benda milik kreditor akibat kelalaiandebitor,
misalnya, busuknya buah-buahan Karen terlambat melakukan penyerahan

C.Bunga atau keuntungan yang diharapkan, misalnya bunga yang berjalan selama piutangterlambat
dilunasi

5. Ganti Kerugian

Ganti kerugian hanya berupa uang bukan barang, kecuali jika diperjanjikan lain.
Untukmelindungi debitor dari tuntutan sewenang-wenang dari pihak kreditor, Undang-
Undangmemberikan pembatasan terhadap ganti kerugian yang wajib dibayar oleh debitor sebagai
akibatdari kelalainnya (wanprestasi). Kerugian yang harus diabayar oleh debitor hanya meliputi:

1.Kerugian yang dapat diduga ketika membuat perikatan

2.Kerugian sebagai akibat langsung dari wanprestasi (kelalaian) debitor 

3.Bunga dalam hal terlambat membayar sejumlah utang

C. JENIS-JENIS PERIKATAN

1. Perikatan Bersyarat

Perikatan bersyarat (voorwaardelijk verbintenis) adalah perikatan yang digantungkan padasyarat.


Syarat itu adalah suatu peristiwa yang masih akan terjadi dan belum pasti terjadi, baikdalam
menangguhkan pelaksanaan perikatan hingga terjadi peristiwa maupun denganmembatalkan
perikatan karena terjadi atau tidak terjadi peristiwa (Pasal 1253 KUHP dt).Perikatan bersyarat di bagi
tiga yaitu :

A.Perikatan dengan syarat tangguh

Apabila syarat peristiwa itu terjadi, maka perikatan di laksanakan (Pasal 1263 KUHP dt).Misalnya Oki
setuju apabila Ramdan adiknya mendiami pavilium rumahnya setelah menikah. Nah, nikah adalah
peristiwa yang masih akan terjadi dan belum pasti terjadi. Sifatnyamenangguhkan pelaksanaan
perikatan. Jika ramdan menikah, maka Oki wajib menyerahkan pavilium rumahnya untuk didiami
oleh Ramdan.

B.Perikatan dengan syarat batal

Disini justru perikatan yang sudah ada akan berakhir apabila peristiwa yang dimaksudkanitu terjadi
(Pasal 1265 KUHP dt). Misalnya, Arlita setuju apabila Regi kakaknya mendiamirumah Arlita selama
dia tugas di Perancis dengan syarat bahwa Regi harus mengosongkanrumah tersebut apabila Arlita
selesai studi dan kembali ke tanah air. Di sini syarat“ selesai dankembali ke tanah air ” masih akan
terjadi dan belom pasti terjadi. Akan tetapi, jika syarat tersebut terjadim perikatan akan berakhir
dalam arti batal.
C. Perikatan dengan ketetapan waktu

Syarat ketetapan waktu adalah pelaksaan perikatan itu digantungkan pada waktu yang
ditetapkan. Misalnya Anis berjanji kepada Yesi bahwa ia akan membayar utangnya dengan
hasil panen sawahnya yang sedang menguning pada tanggal 1 agustus 2014. Dalam hal ini hasil
panenyang sedang menguning sudah pasti karena dalam waktu dekat, Anis akan panen sawah
sehingga pembayaran utang pada tanggal 1 agustus 2014 sudah dipastikan.

 2. Perikatan Manasuka ( Boleh Pilih)

  Pada perikatan manasuka, objek prestasi ada dua macam benda. Dikatakan
perikatanmansuka karena, debitor boleh memenuhi prestasi dengan memilih salah satu dari dua
bendayang dijadikan objek perikatan. Namun, debitor tidak dapat memaksa kreditor untuk
menerimasebagian benda yang satu dan benda sebagian benda yang lainnya. Jika debitor telah
memenuhisalah satu dari dua benda yang ditentukan dalam perikatan, dia dibebaskan dan
perikatan berakhir. Hak memilih prestasi itu ada pada debitor jika hak ini tidak secara tegas
diberikankepada kreditor (Pasal 1272 dan 1273 KUHP dt). Misalnya, Rima memesan barang
elektronik berupa radio tape recorder  atau stereo taperecorder  di sebuah toko barang elektronik
dengan harga yang sama, yakni Rp 2.500.000,00.Dalam hal ini, pedagang tersebut dapat memilih
yaitu menyerahkan radio taperecorder atau stereo tape recorder. Akan tetapi, jika diperjanjikan
bahwa Rima (Pemesan) yangmenentukan pilihan, pedagang memberitahukan kepada Rima bahwa
barang pesanan sudah tiba,silahkan memilih salah satu dari benda objek perikatan tersebut. Jika
Rima telah memilih danmenerima satu dari dua benda itu, peerikatan berakhir.

3. Perikatan Fakultatif 

Perikatan Fakultatif yaitu perikatan dimana debitor wajib memenuhi suatu prestasitertentu


atau prestasi lain yang tertentu pula. Dalam perikatan ini hanya ada satu objek. Apabiladebitor tidak
memenuhi prestasi itu, dia dapat mengganti prestasi lain. Misalnya, Agung berjanjikepada Rian
untuk meminjamkan mobilnya guna melaksanakan penelitian. Jika Agung tidakmeminjamkan Karena
rusak, dia dapat mengganti dengan sejumlah uang transport untukmelaksanakan penelitiannya.

 4. Perikatan Tanggung-Menanggung

Pada perikatan tanggung-menanggung dapat terjadi seorang debitor berhadapan


dengan beberapa orang kreditor atau seorang kreditor berhadapan dengan beberapa orang
debitor.Apabila kredior terdiri atas beberapa orang, ini disebut tanggung-menanggung aktif. Dalam
halini, setiap kreditor, berhak atas pemenuhan prestasi seluruh hutang. Jika prestasi tersebut
sudahdipenuhi, debitor dibebaskan dari utangnya dan perikatan hapus (Pasal 1278 KUHP dt). Jika
pihak debitor terdiri atas beberapa orang, ini disebut tanggung menanggung pasif,setiap debitor
wajib memenuhi prestasi seluruh utang dan dan jika sudah dipenuhi oleh seorangdebitor saja,
membebaskan debitor– debitor lain dari tuntutan kreditor dan perikatannya hapus(Pasal 1280 KUHP
dt) Berdasarkan observasi, perikatan yang banyak terjadi dalam praktiknya adalah
perikatantanggung-menanggung pasif yaitu :

 A.Wasiat
 Apabila pewaris memberikan tugas untuk melaksanakan hibah wasiat kepada ahliwarisnya secara
tanggung-menanggung.

B.Ketentuan Undang-Undang

Dalam hal ini undang-undang menetapkan secara tegas perikatan tanggung


menanggungdalam perjanjian khusus. Perikatan tanggung menanggung secara tegas diatur dengan
perjanjian khusus, yaitusebagai berikut ;

-Persekutuan firma (Pasal 18 KUHD),Setiap sekutu bertanggung jawab secara tanggung-menanggung


untuk seluruhnya atassemua perikatan.

-Peminjaman benda (Pasal 1749 KUHPdt), Jika bebereapa orang bersama-sama menerima benda
karena peminjaman, meka masing-masing untuk seluruhnya bertanggung jawab terhadap orang
yang memberikan pinjaman bendaitu.

-Pemberian kuasa (Pasal 1181 KUHPdt),Seorang penerima kuasa diangkat oleh beberapa orang
untuk mewakili dalam suatuurusan yang menjadi urusan mereka bersama. Mereka bertanggung
jawab untuk seleruhnyaterhadap penerima kuasa mengenai segala akibat pemberian kekuasaan.

 C.Jaminan orang (borgtoch,pasal 1836 KUHPdt)

 Jika beberapa orang telah mengikatkan diri sebagai penjamin sebagai seorang debitoryang sama
untuk utang yang sama, mereka itu untuik masing-masing terikat untuk seluruh utang

5. Perikatan Dapat Dibagi Dan Tidak Dapat Dibagi

  Suatu perikatan dikatakan dapat dibagi atau tidak dapat dibagi jika benda yang menjadiobjek
perikatan dapat atau tidak dapat dibagi menurut imbangan, lagi pula pembagian itu tidak boleh
mengurangi hakikat dari prestasi tersebut. Jadi, sifat dapat atau tidak dapat dibagi itu berdasarkan
pada :

A.SIfat benda yang menjadi objek perikatan.

B.Maksud perikatannya, apakah itu dapat atau tidak dapat dibagi.

Perikatan dapat atau tidak dapat dibagi bisa terjadi jika salah satu pihak meninggal duniasehingga
akan timbul maslah apakah pemenuhan prestasi dapat dibagi atau tidak antara para ahliwaris
almahrum itu. Hal tersebut bergantung pada benda yang menjadi objek perikatan
yang penyerahannya atau pelaksanaannya dapat dibagi atau tidak, baik secara nyata maupun
secara perhitungan ( Pasal 1296 KUHPdt). Akibat hukum perikatan dapat atau tidak dapat dibagi
adalah bahwa perikatan yang tidakdapat dibagi, setiap kreditor berhak menuntut seluruh prestasi
kepada setiap debitor dan setiapdebitor wajib memenuhi prestasi tersebut seluruhnya. Dengan
dipenuhinya prestasi oleh seorangdebitor , membebaskan debitor lainnya dan perikatan menjadi
hapus. Pada perikatan yang dapatdibagi, setiap kreditor hanya dapat menuntut suatu bagian prestasi
menurut perimbangannya,sedangkan setiap debitor hanya wajib memenuhi prestasi untuk
bagiananya saja menurut perimbangan.

 6. Perikatan dengan Ancaman Hukuman


  Perikatan ini memuat suatu ancaman hukuman terhadap debitor apabila dia lalaimemenihi
prestasinya. Ancaman hukuman ini bermaksut untuk memberikan suatu kepastian atas pelaksanaan
isi perikatan, seperti yang telah ditetapkan dalam perjanjian yang dibuat oleh pihak- pihak.
Disamping itu, juga sebagai upaya untuk menetapkan jumlah ganti keruguan jika memangterjadi
wanprestasi. Hukuman itu merupakan pendorong debitor untuk memenuhi kewajiban berprestasi
dan untuk membebaskan kreditor dari pembuktian tentang besarnya ganti kerugianyang telah di
deritanya. Misalnya, dalam perjanjian dengan ancaman hukuman, apabila seorang pemborong
harusmenyelesaikan pekerjaan bangunan dalam waktu tiga puluh hari tidak
menyelesaikan pekerjaannya, dia dikenakan denda satu juta rupiah setiap hari terkampat itu. Dalam
hal ini, jika pemborong itu melalaikan kewajibannya, berarti dia wajib membayar denda satu juta
rupiahsebagai ganti kerugian untuk setiap hari terlambat.

 7. Perikatan Wajar

 Undang-undang tidak menentukan apa yang dimaksud dengan perikatan wajar(natuurlijke


verbintenis, natural obligation). Dalam undang-undang hanya dijumpai Pasal 1359ayat (2) KUHPdt.
Karena itu, tidak ada kesepakatan antara para penulis hukum mengenai sifatdan akibat hukum dari
perikatan wajar, kecuali mengenai satu hal, yaitu sifat tidak ada gugatanhukum guna memaksa
pemenuhannya. Kata wajar adalah terjemaahan dari kata aslinya dalam bahasa Belanda “natuurlijk  ”
oleh Prof. Koesoemadi Poedjosewojo dalam kuliah hukum perdata pada Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.Perikatan wajar bersumber dari Undang-Undang dan
kesusilaan seta kepatutan (  Moraland equity). Bersumber pada Undang-Undang, artinya keberadaan
perikatan wajar karenaditentukasn oleh Undang-Undang. Jika Undang-Undang tidak menentukan,
tidak ada perikatanwajar. Bersumber dari kesusilaan dan kepatutan, artinya keberadaan perikatan
wajar karenaadanya belas kasihan, rasa kemanusiaan, dan kerelaaan hati yang iklas dari pihak
debitor. Hal inisesuai benar dengan sila kedua pancasila dan dasar Negara Republik Indonesia.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1.Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitor dalam setiap perikatan. Prestasiadalah
objek perikatan. Dalam hukum perdata kewajiban memenuhi prestasi selalu disertai jaminan harta
kekayaan debitor. Dalam Pasal 1131 dan 1132 KUHPdt dinyatakan bahwa hartakekayaan debitor,
baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yangakan ada, menjadi
jaminan pemenuhan utangnya terhadap kreditor.

2.Wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perikatan.
Tidakdipenuhinya kewajiban oleh debitor karena dua kemungkinan alasan

3.Keadaan memaksa (  force majeure) adalah keadaan tidak dipenuhinya prestasi oleh debitorkarena
terjadi peristiwa yang tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi ketikamembuat
perikatan. Dalam keadaan memaksa ebitor tidak dapat disalahkan karena keadaan initimbul di luar
kemauan dan kemampuan debitor.

4.Ganti kerugian hanya berupa uang bukan barang, kecuali jika diperjanjikan lain. Untukmelindungi
debitor dari tuntutan sewenang-wenang dari pihak kreditor, Undang-Undangmemberikan
pembatasan terhadap ganti kerugian yang wajib dibayar oleh debitor sebagai akibatdari kelalainnya
(wanprestasi)

5.Perikatan bersyarat (voorwaardelijk verbintenis) adalah perikatan yang digantungkan padasyarat.


Syarat itu adalah suatu peristiwa yang masih akan terjadi dan belum pasti terjadi, baikdalam
menangguhkan pelaksanaan perikatan hingga terjadi peristiwa maupun denganmembatalkan
perikatan karena terjadi atau tidak terjadi peristiwa (Pasal 1253 KUHP dt).

6.Figur hukum yang diatur dalam Pasal 1354 KUH Perdata ini disebut perwakilan
sukarela(zaakwaameming  ). Penyelenggaraan urusan itu bersifat sukarela tanpa kuasa dari
pihak berkepentingan. Urusan itu dilakukan secara sukarela dengan tujuan agar
memperolehkemanfaatan bagi pihak yang berkepentingan dan perbuatan tersebut diakui serta
dibenarkanoleh undang-undang. Oleh karena itu, ketentuan undang-undang tersebut menciptakan
perikatan.Jadi, yang meciptakan perikatan itu bukanlah perbuatan orang, melainkan ketentuan
undang-undang itu sendiri.

7.Menurut Ketentuan pasal 1381 KUH Perdata, ada sepuluh cara hapusnya perikatan.
Yaitu : pembayaran, penawaran, pembayaran tunai diikuti penitipan, pembayaran utang,
perjumpaanutang, pencampuran utang, pembebasan utang, musnahnya benda yang terutang,
karena pembatalan, berlaku syarat batal dan lampau batas.

 B. Saran

 Dari penjelasan yang telah kami paparkan sebelumnya terdapat sebuah kelebihan
dankekurangannya masing-masing, namun untuk meningkatkan pemaparan di atas adapun saran-
saran untuk menunjang sebuah peningkatan dari materi maupun penerapannya.

1. Alangkah baiknya jika hukum perikatan ini tidak hanya dijadikan sebagai materi yangmembantu
proses pemahaman mahasiswa saja namun dapat digunakan langsung ataudipraktekan secara
langsung dalam kehidupan sehari-hari atau dalam proses pembelajaran.

2. Sebaiknya pemerintah dan masyakarat dapat membangun kerja sama yang baik
dalammengarahkan proses berlangsungnya perikatan yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.

3. Alangkah baiknya jika setiap individu dapat menerapkan dan mengerti benar mengenai
materiyang sudah kami paparkan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Djamali, Abdul. 1983.Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.

Setiawan. 1977.  Pokok-Pokok Hukum Perikatan. Bandung: Bina Cipta.

Tirtodiningrat. 1966.Hukum Perdata dan Hukum Dagang  . Jakarta: Gunung Sahari 84.

Abdul Kadir, Muhammad. 1990.  Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.Subekti.
1954.Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT Interma

Anda mungkin juga menyukai