HUKUM PERIKATAN
OLEH :
ANGELIA KRISAL LORENSIA TJANGKUNG
211003741020562
MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS 17 AGUTUS 1945
SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia hidup dan berkembang dalam suatu susunan masyarakat sosial yang mana
didalamnya terdapat saling ketergantungan satu sama lain, seorang manusia tidak akan dapat
hidupsendiri dan akan selalu membutuhkan orang yang lain untuk mendampingi hidupnya.
Dalam hukum perdata ini banyak sekali hal yang dapat menjadi cangkupannya, salahsatunya
adalah perikatan. Perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan hartakekayaan antara
dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas
sesuatu. Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini merupakan suatu akibathukum, akibat hukum
dari suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan.
Di dalam hukum perikatan setiap orang dapat mengadakan perikatan yang bersumber pada
perjanjian, perjanjian apapun dan bagaimana pun, baik itu yang diatur dengan undang-undang atau
tidak,inilah yang disebut dengan kebebasan berkontrak, dengan syarat kebebasan berkontrak harus
halal, dan tidak melanggar hukum, sebagaimana yang telah diatur dalamUndang-Undang. Di dalam
perikatan ada perikatan untuk berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat sesuatu. Yang dimaksud
dengan perikatan untuk berbuat sesuatu adalah melakukan perbuatan yang sifatnya positif, halal,
tidak melanggar undang-undang dan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan perikatan untuk tidak
berbuat sesuatu yaitu untuk tidak melakukan perbuatan tertentu yang telah disepakati dalam
perjanjian.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yang menjadidasar
pembahasan materi kami, diantaranya :
D. Manfaat Penulisan
2.Membuka wawasan tentang perikatan dan bagian-bagian yang lainnya termasuk jenis-
jenismaupun cara penghapusannya,
BAB II
ISI
A. PERIKATAN
Perikatan adalah terjemahan dari istilah dalam bahasa Belanda verbintenis. Perikatan artinya
hal yang mengikat antara orang yang satu dan orang yang lain. Hal yang mengikat ituadalah
peristiwa hukum yang dapat berupa :
Peristiwa hukum tersebut menciptakan hubungan hukum antara pihak yang satu
dengan pihak lainnya. Dalam hubungan tersebut, setiap pihak memiliki hak dan kewajiban timbal
balik.Pihak yang satu mempunyai hak untuk menuntut sesuatu terhadap pihak lainnya dan pihak
lainitu wajib memenuhi tuntutan itu, juga sebaliknya. Dalam hubungan utang-piutang,
pihak berutang disebut debitor, sedangkan pihak yang memberi utang disebut kreditor.
Dalamhubungan jual-beli, pihak pembeli berposisi sebagai debitor, sedangkan pihak penjual
sebagaikreditor. Dalam perjanjian hibah, pihak pemberi hibah berposisi sebagai debitor,
sedangkan pihak penerima hibah sebagai kreditor.
Perikatan diatur dalam Buku KUH Perdata. Perikatan adalah hubungan hukum yangterjadi
karena perjanjian dan Undang-Undang. Aturan mengenai perikatan meliputi bagianumum dan
bagian khusus. Bagian umum meliputi aturan yang tercantum dalam Bab I, Bab II,Bab III (Pasal 1352
dan 1353), dan Bab IV KUH Perdata yang belaku bagi perikatan umum.Adapun bagian khusus
meliputi Bab III (kecuali Pasal 1352 dan 1353) dan Bab V sampai denganBab XVIII KUH Perdata yang
berlaku bagi perjanjian-perjanjian tertentu saja, yang sudahditentukan namanya dalam bab-bab
bersangkutan. Pengaturan nama didasarkan pada “sistem terbuka”, maksudnya setiap orang boleh
mengadakan perikatan apa saja, baik yang sudah ditentukan namanya maupun yang belum
ditentukan namanya dalam Undang-Undang. Sistem terbuka dibatasi oleh tiga hal, yaitu :
Sesuai dengan penggunaan sistem terbuka, maka pasal 1233 KUH Perdata
menetukan bahwa perikatan dapat terjadi, baik karena perjanijian maupun karena Undang-
Undang. Dengankata lain, sumber peikatan adalah Undang-Undang dan perikatan. Dalam pasal 1352
KUHPerdata, perikatan yang terjadi karena Undang-Undang dirinci menjadi dua, yaitu perikatan
yangterjadi semata-mata karena ditentukan dalam Undang-Undang dan perikatan yang terjadi
karena perbuatana orang. Perikatan yang terjadi karena perbuatan orang, dalam pasal 1353 KUH
Perdatadirinci lagi menjadi perbuatan menurut hukum (rechmatig daad ) dan perbuatan melawan
hukum(onrechtmatige daad ).
A.Subjek perikatan
Subjek perikatan disebut juga pelaku perikatan. Perikatan yang dimaksud meliputi perikatan
yang terjadi karena perjanjian dan karena ketentuan Undang-Undang. Pelaku perikatanterdiri atas
manusia pribadi dan dapat juga badan hukum atau persekutuan. Setiap pelaku perikatan yang
mengadakan perikatan harus:
B. Wenang berbuat
Setiap pihak dalam dalam perikatan harus wenang berbuat menurut hukum dalammencapai
persetujuan kehendak (ijab kabul). Persetujuan kehendak adalah pernyataan salingmemberi dan
menerima secara riil dalam bentuk tindakan nyata, pihak yang satu menyatakanmemberi sesuatau
kepada yang dan menerima seseuatu dari pihak lain. Dengan kata lain, persetujuan kehendak (ijab
kabul) adalah pernyataan saling memberi dan menerima secara riilyang mengikat kedua pihak.
Setiap hak dalam perikatan harus memenuhi syarat-syarat wenang berbuat menurut hukum yang
ditentukan oleh undang-undang sebagai berikut:
Persetujuan pihak merupakan perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak untuk
salingmemenuhi kewajiban dan saling memperoleh hak dalam setiap perikatan. Persetujuan
kehendak juga menetukan saat kedua pihak mengakhiri perikatan karena tujuan pihak sudah
tercapai. Olehsebab itu, dapat dinyatakan bahwa perikatan menurut sistem hukum prdata, baru
dalam tarafmenimbulkan kewajiban dan hak pihak-pihak, sedangkan persetujuan kehendak
adalah pelaksanaan atau realisasi kewajiban dan pihak-pihak sehingga kedua belah pihak
memperolehhak masing-masing.
Bagaimana jika halnya salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya sehingga pihaklainnya
tidak memperoleh hak dalam perikatan ? dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pihakyang tidak
memenuhi kewajibannya itu telah melakukan wanprestasi yang merugikan pihak lain.Dengan kata
lain, perjanjian tersebut dilanggar oleh salah satu pihak.
Objek perikatan dalam hukum perdata selalu berupa benda. Benda adalah setiap barangdan
hak halal yang dapat dimiliki dan dinikmati orang. Dapat dimilik dan dinikmati orangmaksudnya
memberi manfaat atau mendatangkan keuntungan secara halal bagi orang yangmemilikinya.
Benda objek perikatan dapat berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak.
Benda bergerak adalah benda yang dapat diangkat dan dipindahkan, seperti motor, mobil, hewan
ternak.Sedangkan benda tidak bergerak adalah benda yang tidak dapat dipindahkan dan
diangkat,seperti rumah, gedung. Apabila benda dijadikan objek perikatan, benda tersebut harus
memenuhisyarat seperti yang ditetapkan oleh undang-undang. Syarat-syarat tersebut adalah :
7) Benda itu dalam penguasaan pihak lain berdasar alas hak sah
D. Tujuan perikatan
Dalam penerapannya, ketentuan umum dalam Bab I-IV Buku III KUH Perdatadiberlakukan
untuk semua perikatan, baik yang sudah diatur dalam Bab III (kecuali Pasal 1352dan 1353) dan Bab
V-XVIII maupun yang diatur dalam KUHD. Menurut ketentuan Pasal 1319 KUH Perdata bahwa:
“semua perjanjian yang mempunyai nama tertentu maupun yang tidak mempunyai nama tertentu,
tunduk pada ketentuan umum yang dimuat dalam bab ini dan bab yang lalu”. Yang dimaksud dengan
“bab ini dan bab yang lalu” dalam pasal ini adalah bab Bab II tentang perikatan yang timbul dari
pejanjian dan Bab I tentang perikatan pada umumnya.Penerapan ketentuan umum terhadap hal-hal
yang diatur secara khusus, dalam ilmuhukum dikenal dengan adagium iex specialis deroget legi
generali. Artinya, ketentuan hukumkhusus yang dimenangkan dari ketentuan hukum umum.
Maknanya jika mengenai suatu halsudah diatur secara khusus, ketentuan umum yang mengatur hal
yang sama tidak perludiberlakukan lagi. Jika suatu hal belum diatur secara khusus, ketentuan umum
yang mengatur halyang sama diberlakukan.
1. Prestasi
Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitor dalam setiap perikatan.
Prestasiadalah objek perikatan. Dalam hukum perdata kewajiban memenuhi prestasi selalu
disertai jaminan harta kekayaan debitor. Dalam Pasal 1131 dan 1132 KUHPdt dinyatakan bahwa
hartakekayaan debitor, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun
yangakan ada, menjadi jaminan pemenuhan utangnya terhadap kreditor. Namun, jaminan umum
inidapat dibatasi dengan jaminan khusus berupa benda tertentu yang ditetapkan dalam
perjanjianantara pihak-pihak.
Menurut ketentuan Pasal 1234 KUHPdt, selalu ada tiga kemungkinan wujud prestasi,yaitu:
C.Tidak melakukan sesuatu, misalnya, tidak melakukan persaingan curang, tidak melakukandumping,
dan tidak menggunakan merek orang lain.
Sebagian besar perikatan yang dialami dalam masyarakat terjadi karena perjanjian.Karena
itu, Undang-Undang mengatur bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagaiUndang-
Undang bagi pihak-pihak yang membuatnya (Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt). Artinya, jika salah satu
pihak tidak bersedia memenuhi prestasinya, kewajiban berprestasi itu dapat dipaksakan. Jika pihak
yang satu tidak memenuhi prestasinya, pihak yang lainnya berhak mengajukangugatan ke muka
pengadilan dan pengadilan akan memaksakan pemenuhan prestasi tersebutdengan menyita dan
melelang harta kekayaannya sejumlah yang wajib dipenuhinya kepada pihaklain. Perjanjian yang
diakui dan diberi akibat hukum itu adalah perjanjian yang tidak dilarangUndang-Undang serta tidak
bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan masyarakat.Karena itu, ada tiga sumber
perikatan, yaitu perjanjian, Undang-Undang, serta ketertiban umumdan kesusilaan.
2. Sifat Prestasi
A. Prestasi harus sudah tertentu atau dapat ditentukan. Sifat ini memungkinkan debitormemenuhi
perikatan. Jika prestasi itu tidak tertentu atau tidak dapat ditentukan, mengakibatkan perikatan itu
batal (nietig).
B.Prestasi itu harus mungkin. Artinya, prestasi itu dapat dipenuhi oleh debitor secara wajar
dengansegala upayanya. Jika tidak demikian, perikatan itu dapat dibatalkan (vernietigbaar)
C.Prestasi itu harus dibolehkan (halal). Artinya, tidak dilarang oleh Undang-Undang,
tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan
masyarakat.Jika prestasi tidak halal, perikatan itu batal (nietig)
D.Prestasi itu harus ada manfaat bagi kreditor. Artinya, kreditor dapat menggunakan, menikmati,dan
mengambil hasilnya. Jika tidak demikian, perikatan itu dapat dibatalkan (vernietigbaar)
E.Prestasi itu terdiri atas satu perbuatan atau serentetan perbuatan. Jika prestasi berupa satu
kali perbuatan dilakukan lebih dari satu kali, dapat mengakibatkan pembatalan perikatan
(vernietigbaar). Satu kali perbuatan itu maksudnya pemenuhan mengakhiri perikatan,
sedangkanlebih dari satu kali perbuatan maksudnya pemenuhan yang terakhir mengakhiri perikatan.
3. Wanprestasi
Untuk menentukan apakah seorang debitor bersalah melakukan wanprestasi, perluditentukan dalam
keadaan bagaimana debitor diakatakan sengaja atau lalai tidak memenuhi prestasi. Dalam hal ini,
ada tiga keadaan, yaitu:
A.Debitor diwajibkan membayar ganti kerugian yang diderita oleh kreditor (Pasal 1243 KUHPdt).
B.Apabila perikatan itutimbal balik, kreditor dapat menuntut pemutusan atau pembatalan
perikatanmelalui pengadilan (Pasal 1266 KUHPdt)
C.Perikatan untuk memberikan sesuatu, risiko beralih kepada debitor sejak terjadi wanprestasi(Pasal
1237 ayat (2) KUHPdt)
E.Debitor wajib membayar biaya perkara jika diperkarakan di muka pengadilan negeri dan
debitordinyatakan bersalah
4. Keadaan Memaksa
Keadaan memaksa ( force majeure) adalah keadaan tidak dipenuhinya prestasi olehdebitor
karena terjadi peristiwa yang tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadiketika
membuat perikatan. Dalam keadaan memaksa debitor tidak dapat disalahkan karenakeadaan ini
timbul di luar kemauan dan kemampuan debitor. Unsur-unsur keadaan memaksaadalah sebagai
berikut:
C.Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan
Keadaan memaksa yang memenuhi unsur (a) dan (c), maka keadaan memaksa itu disebut “keadaan
memaksa objektif”. Vollmar menyebutnyaabsolute overmacht.Dasarnya adalahketidakmungkinan
(impossinillity) memenuhi prestasi karena bendanya lenyap/musnah. Dalam hal keadaan memaksa
yang memenuhi unsure (b) dan (c) keadaan memaksa ini disebut “keadaanmemaksa subjektif”,
Vollmar menyebutnya relative overmacht. Dasarnya adalah kesulitanmemenuhi prestasi karena ada
peristiwa yang menghalangi debitor untuk berbuat. Perbedaan antara ”perikatan batal” dan
“perikatan gugur” terletak pada ada tidaknya objek perikatan dan objek tersebut harus mungkin
dipenuhi. Pada perikatan batal, objek perikatan tidak ada karena musnah sehingga tidak mungkin
dipenuhi oleh debitor (sifat prestasi).Pada perikatan gugur, objek perikatan ada sehingga mungkin
dipenuhi dengan segala macamupaya debitor, tetapi tidak mempunyai arti lagi bagi kreditor. Jika
prestasi betul-betul dipenuhioleh debitor, tetapi kreditor tidak menerima (menolak) karena tidak
ada manfaatnya lagi, perikatan dapat dibatalkan (vernietigbaar). Persamaannya adalah pada
perikatan batal dan perikatan gugur keduanya itu tidak mencapai tujuan. Pembentuk Undang-
Undang tidak mengatur keadaan memaksa secara umum dalamKUHPdt. Akan tetapi, secara khusus
diatur untuk perjanjian-perjanjian tertentu saja, misalnya pada:
Oleh karena itu pihak-pihak bebas memperjanjikan tanggung jawab itu dalam perjanjianyang
mereka buat apabila terjadi keadaan memaksa. Risiko keadaan memaksa pada perjanjianhibah
ditanggung oleh kreditor (Pasal 1237 KUHPdt). Risiko keadaan memaksa pada perjanjian jual beli
ditanggung oleh kedua belah pihak, penjual dan pembeli, (surat edaran MahkamahAgung Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 1963 mengenai Pasal 1460 KUHPdt). Risikokeadaan memaksa pada
perjanjian tukar menukar ditanggung oleh pemiliknya (Pasal 1545KUHPdt). Adapun risiko keadaan
memaksa pada perjanjian sewa menyewa ditanggung oleh pemilik benda (Pasal 1553 KUHPdt).
Menurut Pasal1243 KUHPdt, ganti kerugian karena tidakdipenuhinya suatu perikatan, baru
diwajibkan jika debitor setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya; atau
seseuatu yang harus diberikan atau dikerjakannyam,hanya dapat diberikan atau dikerjakan dalam
tenggang waktu yang telah dilewatinya. Yang dimaksud dengan “kerugian” dalam pasal diatas adalah
kerugian yang timbul karena debitor melakukan wanpresatsi (lalai memenuhi perikatan). Kerugian
tersebut wajib diganti oleh debitor terhitung sejak dia dinyatakan lalai. Ganti kerugia1n itu terdiri
atas tiga unsure, yaitu:
A.Ongkos atau biaya yang telah dikeluarkan, misalnya ongkos cetak, biaya materai, dan biayaiklan
B.Kerugian sesungguhnya karen kerusakan, kehilangan benda milik kreditor akibat kelalaiandebitor,
misalnya, busuknya buah-buahan Karen terlambat melakukan penyerahan
C.Bunga atau keuntungan yang diharapkan, misalnya bunga yang berjalan selama piutangterlambat
dilunasi
5. Ganti Kerugian
Ganti kerugian hanya berupa uang bukan barang, kecuali jika diperjanjikan lain.
Untukmelindungi debitor dari tuntutan sewenang-wenang dari pihak kreditor, Undang-
Undangmemberikan pembatasan terhadap ganti kerugian yang wajib dibayar oleh debitor sebagai
akibatdari kelalainnya (wanprestasi). Kerugian yang harus diabayar oleh debitor hanya meliputi:
C. JENIS-JENIS PERIKATAN
1. Perikatan Bersyarat
Apabila syarat peristiwa itu terjadi, maka perikatan di laksanakan (Pasal 1263 KUHP dt).Misalnya Oki
setuju apabila Ramdan adiknya mendiami pavilium rumahnya setelah menikah. Nah, nikah adalah
peristiwa yang masih akan terjadi dan belum pasti terjadi. Sifatnyamenangguhkan pelaksanaan
perikatan. Jika ramdan menikah, maka Oki wajib menyerahkan pavilium rumahnya untuk didiami
oleh Ramdan.
Disini justru perikatan yang sudah ada akan berakhir apabila peristiwa yang dimaksudkanitu terjadi
(Pasal 1265 KUHP dt). Misalnya, Arlita setuju apabila Regi kakaknya mendiamirumah Arlita selama
dia tugas di Perancis dengan syarat bahwa Regi harus mengosongkanrumah tersebut apabila Arlita
selesai studi dan kembali ke tanah air. Di sini syarat“ selesai dankembali ke tanah air ” masih akan
terjadi dan belom pasti terjadi. Akan tetapi, jika syarat tersebut terjadim perikatan akan berakhir
dalam arti batal.
C. Perikatan dengan ketetapan waktu
Syarat ketetapan waktu adalah pelaksaan perikatan itu digantungkan pada waktu yang
ditetapkan. Misalnya Anis berjanji kepada Yesi bahwa ia akan membayar utangnya dengan
hasil panen sawahnya yang sedang menguning pada tanggal 1 agustus 2014. Dalam hal ini hasil
panenyang sedang menguning sudah pasti karena dalam waktu dekat, Anis akan panen sawah
sehingga pembayaran utang pada tanggal 1 agustus 2014 sudah dipastikan.
Pada perikatan manasuka, objek prestasi ada dua macam benda. Dikatakan
perikatanmansuka karena, debitor boleh memenuhi prestasi dengan memilih salah satu dari dua
bendayang dijadikan objek perikatan. Namun, debitor tidak dapat memaksa kreditor untuk
menerimasebagian benda yang satu dan benda sebagian benda yang lainnya. Jika debitor telah
memenuhisalah satu dari dua benda yang ditentukan dalam perikatan, dia dibebaskan dan
perikatan berakhir. Hak memilih prestasi itu ada pada debitor jika hak ini tidak secara tegas
diberikankepada kreditor (Pasal 1272 dan 1273 KUHP dt). Misalnya, Rima memesan barang
elektronik berupa radio tape recorder atau stereo taperecorder di sebuah toko barang elektronik
dengan harga yang sama, yakni Rp 2.500.000,00.Dalam hal ini, pedagang tersebut dapat memilih
yaitu menyerahkan radio taperecorder atau stereo tape recorder. Akan tetapi, jika diperjanjikan
bahwa Rima (Pemesan) yangmenentukan pilihan, pedagang memberitahukan kepada Rima bahwa
barang pesanan sudah tiba,silahkan memilih salah satu dari benda objek perikatan tersebut. Jika
Rima telah memilih danmenerima satu dari dua benda itu, peerikatan berakhir.
3. Perikatan Fakultatif
A.Wasiat
Apabila pewaris memberikan tugas untuk melaksanakan hibah wasiat kepada ahliwarisnya secara
tanggung-menanggung.
B.Ketentuan Undang-Undang
-Peminjaman benda (Pasal 1749 KUHPdt), Jika bebereapa orang bersama-sama menerima benda
karena peminjaman, meka masing-masing untuk seluruhnya bertanggung jawab terhadap orang
yang memberikan pinjaman bendaitu.
-Pemberian kuasa (Pasal 1181 KUHPdt),Seorang penerima kuasa diangkat oleh beberapa orang
untuk mewakili dalam suatuurusan yang menjadi urusan mereka bersama. Mereka bertanggung
jawab untuk seleruhnyaterhadap penerima kuasa mengenai segala akibat pemberian kekuasaan.
Jika beberapa orang telah mengikatkan diri sebagai penjamin sebagai seorang debitoryang sama
untuk utang yang sama, mereka itu untuik masing-masing terikat untuk seluruh utang
Suatu perikatan dikatakan dapat dibagi atau tidak dapat dibagi jika benda yang menjadiobjek
perikatan dapat atau tidak dapat dibagi menurut imbangan, lagi pula pembagian itu tidak boleh
mengurangi hakikat dari prestasi tersebut. Jadi, sifat dapat atau tidak dapat dibagi itu berdasarkan
pada :
Perikatan dapat atau tidak dapat dibagi bisa terjadi jika salah satu pihak meninggal duniasehingga
akan timbul maslah apakah pemenuhan prestasi dapat dibagi atau tidak antara para ahliwaris
almahrum itu. Hal tersebut bergantung pada benda yang menjadi objek perikatan
yang penyerahannya atau pelaksanaannya dapat dibagi atau tidak, baik secara nyata maupun
secara perhitungan ( Pasal 1296 KUHPdt). Akibat hukum perikatan dapat atau tidak dapat dibagi
adalah bahwa perikatan yang tidakdapat dibagi, setiap kreditor berhak menuntut seluruh prestasi
kepada setiap debitor dan setiapdebitor wajib memenuhi prestasi tersebut seluruhnya. Dengan
dipenuhinya prestasi oleh seorangdebitor , membebaskan debitor lainnya dan perikatan menjadi
hapus. Pada perikatan yang dapatdibagi, setiap kreditor hanya dapat menuntut suatu bagian prestasi
menurut perimbangannya,sedangkan setiap debitor hanya wajib memenuhi prestasi untuk
bagiananya saja menurut perimbangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitor dalam setiap perikatan. Prestasiadalah
objek perikatan. Dalam hukum perdata kewajiban memenuhi prestasi selalu disertai jaminan harta
kekayaan debitor. Dalam Pasal 1131 dan 1132 KUHPdt dinyatakan bahwa hartakekayaan debitor,
baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yangakan ada, menjadi
jaminan pemenuhan utangnya terhadap kreditor.
2.Wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perikatan.
Tidakdipenuhinya kewajiban oleh debitor karena dua kemungkinan alasan
3.Keadaan memaksa ( force majeure) adalah keadaan tidak dipenuhinya prestasi oleh debitorkarena
terjadi peristiwa yang tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi ketikamembuat
perikatan. Dalam keadaan memaksa ebitor tidak dapat disalahkan karena keadaan initimbul di luar
kemauan dan kemampuan debitor.
4.Ganti kerugian hanya berupa uang bukan barang, kecuali jika diperjanjikan lain. Untukmelindungi
debitor dari tuntutan sewenang-wenang dari pihak kreditor, Undang-Undangmemberikan
pembatasan terhadap ganti kerugian yang wajib dibayar oleh debitor sebagai akibatdari kelalainnya
(wanprestasi)
6.Figur hukum yang diatur dalam Pasal 1354 KUH Perdata ini disebut perwakilan
sukarela(zaakwaameming ). Penyelenggaraan urusan itu bersifat sukarela tanpa kuasa dari
pihak berkepentingan. Urusan itu dilakukan secara sukarela dengan tujuan agar
memperolehkemanfaatan bagi pihak yang berkepentingan dan perbuatan tersebut diakui serta
dibenarkanoleh undang-undang. Oleh karena itu, ketentuan undang-undang tersebut menciptakan
perikatan.Jadi, yang meciptakan perikatan itu bukanlah perbuatan orang, melainkan ketentuan
undang-undang itu sendiri.
7.Menurut Ketentuan pasal 1381 KUH Perdata, ada sepuluh cara hapusnya perikatan.
Yaitu : pembayaran, penawaran, pembayaran tunai diikuti penitipan, pembayaran utang,
perjumpaanutang, pencampuran utang, pembebasan utang, musnahnya benda yang terutang,
karena pembatalan, berlaku syarat batal dan lampau batas.
B. Saran
Dari penjelasan yang telah kami paparkan sebelumnya terdapat sebuah kelebihan
dankekurangannya masing-masing, namun untuk meningkatkan pemaparan di atas adapun saran-
saran untuk menunjang sebuah peningkatan dari materi maupun penerapannya.
1. Alangkah baiknya jika hukum perikatan ini tidak hanya dijadikan sebagai materi yangmembantu
proses pemahaman mahasiswa saja namun dapat digunakan langsung ataudipraktekan secara
langsung dalam kehidupan sehari-hari atau dalam proses pembelajaran.
2. Sebaiknya pemerintah dan masyakarat dapat membangun kerja sama yang baik
dalammengarahkan proses berlangsungnya perikatan yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.
3. Alangkah baiknya jika setiap individu dapat menerapkan dan mengerti benar mengenai
materiyang sudah kami paparkan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Tirtodiningrat. 1966.Hukum Perdata dan Hukum Dagang . Jakarta: Gunung Sahari 84.
Abdul Kadir, Muhammad. 1990. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.Subekti.
1954.Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT Interma