1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepsis adalah suatu sindrom respon inflamasi sistemik atau systemic
inflammatory response syndrome (SIRS) yang terkait dengan adanya suatu
infeksi. Sindrom ini merupakan penyebab kematian tertinggi urutan ke-13 di
Amerika Serikat, dan meskipun perkembangan dunia kedokteran, angka
mortalitasnya masih belum berubah1. Pasien menunjukkan adanya takikardia,
takipneu, demam, dan lekositosis, atau bahkan syok septik disertai gagal organ
multiple. Seperti halnya SIRS, pelepasan mediator inflamasi sistemik dalam
sepsis berakibat terjadinya gangguan dalam mikrosirkulasi, venodilatasi, dan
disfungsi miokard dan ginjal.
Terapi cairan merupakan hal yang penting dalam penanganan sepsis
karena relatif terjadi hipovolemia dan diikuti dengan ekstravasasi cairan dari
kompartemen vaskuler. Tujuan dari resusitasi cairan dalam sepsis ini adalah
untuk mengembalikan tekanan pengisian dan arterial untuk memperbaiki perfusi
end-organ dan metabolisme aerob, sementara meminimalkan overhidrasi yang
berlebihan, yang dapat mengarah pada edema pulmonal, ileus paralitik, dan
sindrom menekan kompartemen. Untuk mencapai tujuan ini, dokter
menggunakan beberapa indeks perbedaan untuk mengatur terapi cairan dan terapi
lainnya. Usaha yang intensif dibuat untuk menghindari overhidrasi. Namun,
untuk mempertahankan hidrasi intravaskuler, terapi cairan dalam sepsis akan
menyebabkan keseimbangan cairan positif yang sangat besar. Meskipun
diperlukan, terapi cairan belumlah cukup untuk mempertahankan homeostasis
fisiologis, dan terapi tambahan seperti pressor atau bahkan inotropik kadang-
kadang diperlukan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien sepsis.
2. Tujuan Khusus
2
Mahasiswa dapat mengetahui : pengertian sepsis, klasifikasi sepsis, etiologi
sepsis, tanda dan gejala sepsis , patofisiologi sepsis, komplikasi sepsis,
pemeriksaan penunjang sepsis, penatalaksanaan sepsis, terapi diet sepsis.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
1. Asidosis laktat
2. Oliguria
3. Atau perubahan akut pada status mental
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas
yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok
septik dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit.
Syok septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan
kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus. (Sibbald, 2009)
B. Klasifikasi
1. Sepsis onset dini
- Merupakan sepsis yang berhubungan dengan komplikasi obstertik.
4
- Terjadi mulai dalam uterus dan muncul pada hari-hari pertama kehidupan
( 20 jam pertama kehidupan)
- Sering terjadi pada bayi prematur, lahir ketuban pecah dini, demam
impratu maternal dan coricomnionitis.
2. Sepsis onset lambat
- Terjadi setelah minggu pertama sampai minggu krtiga kelahiran
- Ditemukan pada bayi cukup bulan.
- Infeksi bersifat lambat, ringan dan cenderung bersifat local.
(Doenges,2008)
C. Etiologi
Mikroorganisme penyebab sepsis bakteri gram negatif. Ketika
mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu
respon imun. Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator
kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok, yaitu
peningkatan permeabilitas kapiler, yang mengarah pada perembesan cairan dari
kapiler dan vasodilatasi.
Bakteri gram negatif menyebabkan infeksi sistemik yang mengakibatkan
kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negatif ini menyebabkan
vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer. Selain
itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vaskuler
karena vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif,
sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan
intravaskuler ke intertisial yang terlihat sebagai udem. Pada syok septik hipoksia,
sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan melainkan
karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin kuman.
Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan syok
hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0.5 cc/kg/jam,
tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien
sepsis dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal, mempunyai
gejala takikardia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan nadi
yang melebar.(Japardi, 2008)
5
D. Tanda dan gejala
Pertanda awal dari syok septik sering berupa penurunan kesiagaan mental
dan kebingungan, yang timbul dalam waktu 24 jam atau lebih sebelum tekanan
darah turun. Gejala ini terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak.
Curahan darah dari jantung memang meningkat, tetapi pembuluh darah melebar
sehingga tekanan darah turun. Pernafasan menjadi cepat, sehingga paru-paru
mengeluarkan karbondioksida yang berlebihan dan kadarnya di dalam darah
menurun.
Gejala awal berupa menggigil hebat, suhu tubuh yang naik sangat cepat,
kulit hangat dan kemerahan, denyut nadi yang lemah dan tekanan darah yang
turun-naik. Produksi air kemih berkurang meskipun curahan darah dari jantung
meningkat. Pada stadium lanjut, suhu tubuh sering turun sampai dibawah normal.
Bila syok memburuk, beberapa organ mengalami kegagalan:
Ginjal : produksi air kemih berkurang
Paru-paru : gangguan pernafasan dan penurunan kadar oksigen dalam darah
Jantung : penimbunan cairan dan pembengkakan. Bisa timbul bekuan darah
di dalam pembuluh darah.( Chen K, 2009)
E. Patofisiologi
Patofisiologi sepsis melibatkan dalam pelepasan mediator inflamasi dari
netrofil, makrofag, limfosit-T, dan sel-sel endothelial, atau dalam kasus organisme
gram-negatif dan positif, endotoksin dan eksotoksin. Target seluler dari mediator-
mediator ini akan menstimulasi pelepasan sitokin, eicosanoid, protease, radikal
oksigen, dan nitrat oksida (NO) dan katabolitnya. Sitokin menyebabkan
diferensiasi sel-T, sel-B, dan sel-sel natural killer, yang mengarah pada kerusakan
jaringan secara langsung. Aktivasi dari rangkaian inflamasi ini juga akan
menyebabkan mata rantai hiperkatabolisme dan demam. Kerusakan pada sistem
kardiovaskuler akan menyebabkan disfungsi miokardium dan hilangnya integritas
mikrovaskuler. Aliran cairan transvaskuler yang terjadi dalam mikrosirkulasi
dapat disimpulkan dengan persamaan Starling-Landis berikut 2:
Jv = Kf [(Pc – Pi) – ?(?p – ?i)]
6
Dimana Jv adalah aliran cairan transvaskuler, Kf adalah koefisien filtrasi
(konduktansi hidraulik area pertukaran permukaan X – suatu index permeabilitas
mikrovaskuler terhadap molekul kecil, Pc adalah tekanan hidrostatik kapiler, Pi
adalah tekanan hidrostatik interstitial, ? adalah refleksi koefisien terhadap protein
– suatu indeks permeabilitas mikrovaskuler terhadap molekul berukuran besar, ?p
adalah tekanan onkotik plasma, dan ?I adalah tekanan onkotik interstitial. Di
bawah kondisi fisiologis yang normal, persamaan ini hampir mencapai
kesetimbangan dan akan mengubah aliran cairan transvaskuler hampir mendekati
titik nol. Karena itulah, cairan yang disaring dengan adanya tekanan hidrostatik
interstitial dan kapiler dikembalikan dengan adanya perbedaan tekanan onkotik.
Pada beberapa keadaan, termasuk sepsis, perubahan ini akan menyebabkan
terjadinya filtrasi cairan, sehingga volume intravaskuler akan menurun dan
terbentuklah edema.
Permeabilitas mikrovaskular, khususnya molekul yang besar, meningkat
selama sepsis oleh karena endotoksin dan pelepasan dari mediator inflamasi
lainnya3,4. Protein molekul besar lainnya yang normalnya mengisi kapiler pecah
dan air akan keluar secara osmosis. Gradiasi onkotik yang telah diperbaiki
menjadi kurang efektif meskipun mekanisme peningkatan permeabilitas
mikrovaskuler belum lengkap digambarkan, kontraksi endothelial mungkin
memainkan peranan penting. Peningkatan tekanan kapiler oleh mediator sistemik ,
seperti histamin, bradikinin, dan disfungsi myocardial meningkatkan extravasasi
cairan. Akhirnya, volume cairan yang besar yang menggantikan kehilangan
volume vaskuler menambah dilusi dari protein plasma sehingga menurunkan
tekanan onkotik plasma. Hasilnya hubungan dari perubahan pada mikrosirkulasi
mengeluarkan extravasasi cairan dan membentuk edema.
Venodilatasi yang dihasilkan oleh pengeluaran mediator inflamasi seperti
nitrit oksida (NO), menurunkan pengisian ventrikular dan karena itu menurunkan
cardiak output dan tekanan arterial. Normalnya, sistem kardiovaskular
menyesuaikan untuk menurunkan preload dan peningkatkan resistensi sistem
vaskuler sistemik dan kontraktilitas myocardial dan heart rate, tetapi pada sepsis,
mekanisme ini tidak efektif karena respon sirkulasi yang buruk. Akibat dari
kurangnya respon ialah sebahagian dari hasil membentuk NO. Cairan diatur untuk
7
menambah aliran balik vena dan meningkatkan cardiak output. Pada pasien yang
pada awalnya merespon bolus cairan, cardiak output, hipotensi dan perfusi organ
dapat dipulihkan. Bagaimanapun, pada pasien dengan resiko tinggi, luas cairan
dengan / tanpa inotropik dan agen vasopressor dibutuhkan untuk mempertahankan
aliran balik vena dan perfusi adekuat untuk jaringan vital.
Meskipun Cardiak Output meningkat selama resusitasi pasien syok septik,
juga terjadi penurunan komplians ventricular, penurunan kontraktilitas, dan
disritmia selama terjadi sepsis. Tumor necrosis factor-? dan sitokin lainnya dapat
menyebabkan pembentukan dan pelepasan NO oleh miosit, sehingga
mengakibatkan depresi miokard5. Fungsi sistolik, yang diukur dengan
echocardiografi, turun 20% sampai 30% selama sepsis 6. Volume intravaskuler
akan menurun akibat peningkatan tekanan kapiler, karena pasien dengan
penurunan komplians ventrikel dan konraktilitas miokard memerlukan tekanan
pengisian yang lebih tinggi untuk mempertahankan stroke volume yang adekuat.
Karenanya, resusitasi cairan merupakan usaha yang penting dalam
mempertahankan stabilitas hemodinamik.(Taptich,2010)
F. Komplikasi
1. Meningitis
2. Hipoglikemi
3. Aasidosis
4. Gagal ginjal
5. Disfungsi miokard
6. Perdarahan intra cranial
7. Icterus
8. Gagal hati
9. Disfungsi system saraf pusat
10. Kematian
11. Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS) .(Hermawan, 2009)
8
G. Pemeriksaan penunjang
Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan- pemeriksaan
yang antara lain:
1. Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi organisme
penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling efektif.
2. SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebalumnya, diikuti
oleh pengulangan leukositosis (1500-30000) d4engan peningkatan pita
(berpindah kekiri) yang mengindikasikan produksi SDP tak matur dalam
jumlah besar.
3. Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
4. Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit
5. PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati
yangdiasosiasikan dengan hati/ sirkulasi toksin/ status syok.
6. Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok
7. Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan glikoneogenesis
dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/ perubahan seluler
dalam metabolism.
8. BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan hati.
9. GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya. Dalam
tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolik terjadi
karena kegagalan mekanisme kompensasi.
10. EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia
menyerupai infark miokard. (Sibbald, 2009)
H. Penatalaksanaan
9
Pasien dengan sepsis berat harus dimasukkan dalam ICU. Tanda vital pasien
harus dipantau. Pertahankan curah jantung dan ventilasi yang memadai
dengan obat. Pertimbangkan dialisis untuk membantu fungsi ginjal.
Pertahankan tekanan darah arteri pada pasien hipotensif dengan obat
vasoaktif, misal dopamin, dobutamin, dan norepinefrin.
Sebelum ada hasil kultur darah, diberikan kombinasi antibiotik yang kuat,
misalnya antara golongan penisilin/penicillinase—resistant penicillin dengan
gentamisin.
a. Golongan penicillin
- Procain penicillin 50.000 IU/kgBB/hari im, dibagi dua dosis
- Ampicillin 4-6 x 1 gram/hari iv selama 7-10 hari
b. Golongan penicillinase—resistant penicillin
- Kloksasilin (Cloxacillin Orbenin) 4×1 gram/hari iv selama 7-10 hari
sering dikombinasikan dengan ampisilin), dalam hal ini masing-masing
dosis obat diturunkan setengahnya, atau menggunakan preparat
kombinasi yang sudah ada (Ampiclox 4 x 1 gram/hari iv).
- Metisilin 4-6 x 1 gram/hari iv selama 7-14 hari.
c. Gentamycin
Garamycin, 5 mg/kgBB/hari dibagi tiga dosis im selama 7 hari, hati-hati
terhadap efek nefrotoksiknya.
10
Bila hasil kultur dan resistensi darah telah ada, pengobatan disesuaikan.
Beberapa bakteri gram negatif yang sering menyebabkan sepsis dan
antibiotik yang dianjurkan:
1. Oksigenasi
11
perfusi. Transpor oksigen ke jaringan juga dapat terganggu akibat keadaan
hipovolemik dan disfungsi miokard menyebabkan penurunan curah jantung.
Kadar hemoglobin yang rendah akibat perdarahan menyebabkan daya angkut
oleh eritrosit menurun. Transpor oksigen ke jaringan dipengaruhi juga oleh
gangguan perfusi akibat disfungsi vaskuler, mikrotrombus dan gangguan
penggunaan oksigen oleh jaringan yang mengalami iskemia.
2. Terapi cairan
Pada keadaan serum albumin yang rendah (< 2 g/dl) disertai tekanan
hidrostatik melebihi tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu
diberikan. Transfusi eritrosit (PRC) perlu diberikan pada keadaan
perdarahan aktif, atau bila kadar Hb rendah pada keadaan tertentu misalnya
iskemia miokardial dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan dicapai pada
sepsis dipertahankan pada 8-10 g/dl.
12
Untuk vasopresor dapat digunakan dopamin dengan dosis >8 mcg/kg/menit,
norepinefrin 0,03-1,5 mcg/kg/menit, fenileferin 0,5-8 mcg/kg/menit atau
epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit. Inotropik yang dapat digunakan adalah
dobutamin dosis 2-28 mcg/kg/menit, dopamin 3-8 mc/kg/menit, epinefrin
0,1-0,5 mcg/kg/menit atau inhibitor fosfodiesterase (amrinon dan milrinon).
4. Bikarbonat
5. Disfungsi renal
6. Nutrisi
7. Kortikosteroid
13
I. Terapi diet
14
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian
1. Identitas klien
Nama klien :
Usia :
Jenis kelamin :
Tanggal masuk :
No. Register :
Alamat :
Diagnosa medic : Sepsis
2. Identitas Penanggungjawab
Nama :
Alamat :
Hub dgn klien :
3. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien saat pertama kali masuk rumah sakit.
4. Pengkajian primer
Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.
Airway
15
Breathing
kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang
signifikan
kaji saturasi oksigen
periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis
berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
periksa foto thorak
Circulation
kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
monitoring tekanan darah, tekanan darah <>
periksa waktu pengisian kapiler
pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
pasang kateter
lakukan pemeriksaan darah lengkap
siapkan untuk pemeriksaan kultur
catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang
dari 36oC
siapkan pemeriksaan urin dan sputum
berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran
dengan menggunakan AVPU.
Exposure
16
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat
suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
5. Pengkajian sekunder
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit menurun seperti Hipertensi dan DM.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama
dengan pasien.
4. Anamnesa singkat
B. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan kardiak output berhubungan dengan penurunan afterlod,
penurunan preload, ketidak efektifan kontraktilitas otot jantung, deficit
volume cairan.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan afterlod, penurunan
preload, ketidak efektifan kontraktilitas otot jantung, deficit volume cairan.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernafasan.
17
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan kognitif.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan afterlod, penurunan
preload, ketidak efektifan kontraktilitas otot jantung, deficit volume cairan.
18
v Monitor toleransi aktivitas
pasien
v Anjurkan untuk
menurunkan stress
19
abnormal
20
- Assumption of 3-point v Menunjukkan tambahan
position jalan nafas yang
paten (klien tidak · Lakukan suction
- Pernafasan pursed-lip merasa tercekik, pada mayo
21
- dan RR
Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
- Obesitas
Monitor VS saat pasien
- Posisi tubuh berbaring, duduk, atau
berdiri
- Kelelahan otot
pernafasan Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
- Hipoventilasi bandingkan
sindrom
Monitor TD, nadi, RR,
- Nyeri sebelum, selama, dan
- Kecemasan setelah aktivitas
22
Batasan Karakteristik: Kriteria Hasil : § Monitor suhu
sesering mungkin
· kenaikan suhu tubuh diatas v Suhu tubuh
rentang normal dalam rentang § Monitor IWL
normal
· serangan atau konvulsi § Monitor warna dan
(kejang) v Nadi dan RR suhu kulit
dalam rentang
· kulit kemerahan normal § Monitor tekanan
darah, nadi dan RR
· pertambahan RR v Tidak ada
perubahan warna § Monitor penurunan
· takikardi tingkat kesadaran
kulit dan tidak ada
· saat disentuh tangan terasa pusing, merasa § Monitor WBC, Hb,
hangat nyaman dan Hct
§ Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature regulation
§ Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
23
§ Rencanakan
monitoring suhu secara
kontinyu
§ Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
§ Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
§ Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
§ Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
24
Vital sign Monitoring
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
Monitor pola
pernapasan abnormal
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
25
Definisi : v Self care : Activity Self Care assistane : ADLs
of Daily Living
Gangguan kemampuan (ADLs) § Monitor kemempuan klien
untuk melakukan ADL untuk perawatan diri yang
pada diri Kriteria Hasil : mandiri.
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sepsis adalah bakteri umum generalisasi yang biasanya terjadi pada bulan
pertama kehidupan .
Sepsis adalah sistemik inflamasi yang berhubungan dengan infeksi yang dapat
menyebabkan kematian
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan adanya penyakit
sistemik simptomatik dan adanya bakteri dalam darah.
B. Saran
1. Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya
menjadi seorang perawat professional agar dapat lebih peka terhadap tanda
dan gejala ketika menemukan pasien yang mengalami sepsis sehingga dapat
melakukan pertolongan segera.
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakukan
pertolongan segera kepada pasien yang mengalami sepsis.
27
DAFTAR PUSTAKA
Chen K dan Pohan H.T. 2009. Penatalaksanaan Syok Septik dalam Sudoyo, Aru
W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati,
Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pp: 187-9
Doenges, Marilyn. E, 2008. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk
Perencana dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa I Made
Kariasa, EGC, Jakarta
Hermawan A.G. 2009. Sepsis daalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang.
Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pp: 1840-3
Japardi, Iskandar. 2002. Manifestasi Neurologik Shock Sepsis. EGC, Jakarta
Sibbald, William J, Maudel, Jess. 2008. Management of Septic Shock in Adults.
Taptich, Barbara, J,.2010.Nursing Diagnosa and Care Planning, WB. Saunders
Company, Philadelphia.
28