Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

Praktikum BK Kelompok

Diajukan untuk memenuhi Tugas mata kuliah


Praktikum Bimbingan dan Kelompok

Dosen Pengampu:
Maya Masyita Suherman, M.Pd

Disusun Oleh:

Lani Apriliani
18010353
BK Crossing 2018

INSTITUT ILMU PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN SILIWANGI


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
2020
DAFTAR ISI

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Kelompok


B. Tujuan Bimbingan dan Konseling Kelompok
C. Tahapan Bimbingan dan Konseling Kelompok
D. Teknik Bimbingan Kelompok
E. Pendekatan Konseling Kelompok
RESUME

PRAKTIKUM BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Kelompok


Bimbingan Kelompok merupakan layanan bimbingan yang memungkinkan
sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari
narasumber tertentu (terutaa dari konselor)
Konseling kelompok menurut Shertzer & Stone (2001) merupakan proses
dimana seorang konselor terlibat dalam suati hubungan dengan sejumlah klien
pada waktu yang sama. Konseling kelompok dapat menurunkan simtom, depresi,
dan memperbaiki mood, serta mengatasi berbagai masalah.

B. Tujuan Bimbingan dan Konseling Kelompok


Tujuan bimbingan dan konseling kelompok ialah:
 Membantu anggota kelompok memahami dirinya dlm proses pencarian
identitas; menjadi diri sendiri
 Mengembangkan penerimaan diri & perasaan pribadi yg berharga
 Mengembangkan sosial & interpersonal skill, misal kemampuan
memecahkan masalah, mengambil keputusan, empati & sensitif terhadap
kebutuhan orang lain, bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri
 Belajar menjadi pendengar yang empatik
 Membantu tiap anggota membuat tujuan khusus & komitmen terhadap
pencapaian tujuan tersebut.

C. Tahapan Konseling Kelompok


Tahap bimbingan dan konseling kelompok dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Tahap Pembentukan
Dalam konseling kelompok, tahap pembentukan yaitu tahap awal yang
sangat berpengaruh dalam proses selanjutnya. Tahap ini ditandai dengan
dibentuknya struktur kelompok. Adapun manfaat dari dibentuknya struktur
kelompok ini adalah agar anggota kelompok dapat memahami aturan yang ada
dalam kelompok untuk bertanggung jawab pada tujuan dan proses kelompok.
Kegiatan ini meliputi: 1. Mengungkap arti dan tujuan kegiatan kelompok 2.
Menjelaskan cara dan asas kegiatan kelompok 3. Saling memperkenalkan dan
mengungkapkan diri 4. Teknik khusus 5. Permainan pengakraban
2. Tahap Peralihan
Hal umum yang sering muncul pada tahap ini adalah terjadinya suasana
ketidakseimbangan dalam diri masing-masing anggota kelompok. Konselor
diharapkan membuka permasalahan masing-masing anggota sehingga masalah
tersebut dapat bersama-sama dirumuskan dan dapat diketahui penyebabnya.
Walaupun anggota kelompok mulai terbuka satu sama lain, tetapi dapat pula
terjadi kecemasan, resistensi, konflik, dan keengganan anggota kelompok
membuka diri. Oleh karena itu, konselor selaku pemimpin kelompok harus dapat
mengontrol dan mengarahkan anggotanya untuk merasa nyaman dan menjadikan
anggota kelompok sebagai keluarganya sendiri.
Kegiatan dalam tahapan ini meliputi:
a. Menjelaskan kegiata yang akan ditempuh pada tahap berikutnya
b. Menawarkan atau mengamati apakah anggota sudah siap menjalani pada
tahap selanjutnya (tahap ke3)
c. Membahas suasana yang terjadi
d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota
e. Kalau perlu, kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap
pembentukan)
3. Tahap Kegiatan
Tahap ini dilakukan setelah permasalahan anggota kelompok diketahui
penyebabnya sehingga konselor dapat melakukan langkah selanjutnya yaitu
menyusun rencana tindakan. Pada tahap ini anggota kelompok diharapkan telah
dapat membuka dirinya lebih jauh dan menghilangkan defensifnya, adanya
perilaku modelling yang diperoleh dari mempelajari tingkah laku baru serta
belajar untuk bertanggung jawab pada tindakan dan tingkah lakunya. Akan tetapi,
pada tahap ini juga dapat saja terjadi konfrontasi antara anggota dan transferensi.
Dan peran konselor dalam hal ini adalah berupajaga keterlibatan dan kebersamaan
anggoota kelompok secara aktif.
Kegiatan kelompok pada tahap ini dipengaruhi pada tahapan sebelumnya.
Jadi apabila pada tahap sebelumnya berlangsung dengan efektif maka tahap ini
juga dapat dilalui dengan baik. Begitupun sebaliknya, apabila tahap ini berjalan
dengan baik, biasanya anggota kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa
mengharapkan ikut campur tangan pemimpin kelompok lebih jauh.
Karena Tahap Ketiga merupakan inti kegiatan kelompok, maka aspek-
aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek
tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelmpok.
Kegiatan pada Tahap Ketiga itu mendapatkan alokasi waktu yang terbesar dalam
keseluruhan kegiatan kelompok.
Kegiatan dalam tahapan ini meliputi:
a. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau
topik bahasan.
b. Menetapkan maslah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu
c. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas
d. Kegiatan selingan
4. Tahap Pengakhiran
Tahap ini adalah tahapan dimana anggota kelompok mulai mencoba
perilaku baru yang telah mereka pelajari dan dapatkan dari kelompok. Umpan
balik adalah hal penting yang sebaiknya dilakukan oleh masing-masing anggota
kelompok. Hal ini dilakukan untuk menilai dan memperbaiki perilaku kelompok
apabila belum sesuai. Oleh karena itu, tahap akhir ini dianggap sebagai tahap
melatih diri klien untuk melakukan perubahan.
Sehubungan dengan pengakhiran kegiatan, Prayitno mengatakan bahwa
kegiatan kelompok harus ditujukan pada pencapaian tujuan yang ingin dicapai
dalam kelompok. Kegiatan kelompok ini biasanya diperoleh dari pengalaman
sesama anggota. Apabila pada tahap ini terdapat anggota yang memiliki masalah
belum dapat terselesaikan pada fase sebelumnya, maka pada tahap ini masalah
tersebut harus diselesaikan.
Kegiatan dalam tahapan ini meliputi:
a. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri
b. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan-kesan dan hasil
kegiatan

D. Teknik Bimbingan Kelompok

Praktikum bimbingan kelompok terdapat beberapa tehnik yang dapat


dilakukan oleh konselor yaitu:

1. Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok adalah salah satu tehnik dalam bimbingan kelompok


dimana percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebihdengan
tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan.

2. Permainan Simulasi
Permaianan simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk
merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan nyata.
3. Home Room Program

Tehnik penciptaan suasana kekeluargaan yang digunakan untuk


mengadakanpertemuan dengan sekelompok siswa di luar jam-jam pelajaran
dalam suasana kekeluargaan, dan dipimpin oleh giri atau konselor untuk
membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu terutama hal-hal atau masalah-
masalah yang sangat urgent atau memerlukan penanganan sesegera mungkin.

4. Bermain Peran

Suatu alat belajar yang menggambarkan keterampilan-keterampilan dan


pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan
memerankan situasi-situasi yang parallel dengan yang terjadi dalam kehidupan
yang sebebarnya dengan harapan dapat terjadi perubahan perilaku menjadi lebih
positif.
5. Sosiodrama

Permainan peranan yang ditujuakan untuk memecahkan masalah social yang


timbul dalam hubungan antar manusia.

6. Psikodrama

Permaian yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan agar


memperolah pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep
dirinya menyatakan kebutuhan-kebutuhan dan menyatakan reaksi terhadap
tekanan-tekanan terhadap dirinya.

E. Teknik Konseling Kelompok

Praktikum konseling kelompok terdapat beberapa pendekatan yang dapat


dilakukan oleh konselor yaitu:

1. Pendekatan Psikoanalisis

Pendekatan yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok berkaian


dengan cara poandang etrhadap kepribadian manusia, perkembangan kepribadian,
kesadaran dan tidak kesadaran, mekanisme pertahanan ego, peran dan fungsi
konselor berikut tehnik-tehnik terapi yang digunakan dalam psikoanalisis. Jadi
penekanannya terdapat dalam perasaan-perasaan dan ingatan yang berkaitan
dengan pemahaman diri, meskipun aspek kognitif juga patut dipertimbangkan.

2. Pendekatan Rasional Emotif

Pendekatan dimana mengacu pada anggapan bahwa manusia dilahirkan


dengan potensi untuk berfikirrasional, tetapi juga ada kecenderungan kearah
berfikir curang. Mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-
keyakinan yang irasional tetpai berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan dan
menekankan berfikir, menilai, menganalisis, melakukan dan memutuskan ulang.

3. Pendekatan Client Centered


Pendekatan dimana manusia adalah pribadi-pribadi yangb memiliki potensi
untuk memecahkan permasalahannya sendiri.

4. Pendekatan Analisis Transaksional

Manusia dipandang memiliki kemampuan memilih. Apa yang sebelumnya


ditetapkan bisa ditetapkan ulang. Meskipun manusia bisa menjadi korban dari
keputusan-keputusan dini dan scenario kehidupan, aspek-aspek yang
mengalahkan diri daopat diubah dengan kesadaran. Yang bertujuan agar konseli
menjadi pribadi yang otonom, yang sanggup memilih posisi dan menentukan
kehendak ingin menjadi apa dirinya.

5. Pendekatan Behavioral

Pendekatan ini adalah gabungan dari beberapa teori belajar yang dikemukakan
oleh para ahli. Behavioritik digunakan atas reaksi terhadap psikoanalisis. Pada
pendekatan ini perilaku dapat didefinsikan secara operasional, diamati dan diukur.
Pendekatan ini merupakan pilihan utama yang dilakjukan oleh para konselor
untuk menghadapi masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalahgunaan
obat, dan disfungsi psikoseksual.
Pertanyaan

1. Tuliskan kesulitan/kendala apa saja dalam pelaksanaan praktikum


bimbingan dan konseling kelompok yang anda alami dan tuliskan pula
solusi untuk mengatasi hal tersebut

2. untuk situasi sekarang ditengah pandemi covid-19, menurut anda apa


implementasi bimbingan dan konseling kelompok. Jelaskan dari sudut
pandang anda sebagai guru BK (apa yang akan anda lakukan terhadap
siswa dalam situasi seperti ini dan pasca situasi seperti ini)

Jawaban

1. Kendala yang dihadapi dalam melakukan bimbingan kelompok dengan


menggunakan pendekatan Behavioristik antara lain :
 Keberhasilan proses konseling, terlihat dari siswa yang menemukan
solusi atas masalahnya.
 Keberhasilan proses konseling dalam segi emosional.
 Merumuskan tujuan konseling.

Solusi yang dapat dilakukan antara lain :

 Harus focus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik.


 Konselor atau guru BK harus memiliki kecermatan dalam menentukan
atau merumuskan tujuan konseling yang disesuaikan dengan
permasalahan yang dihadapi oleh konseli.
 Konselor atau guru Bk harus mampu mengembangkan prosedur
perlakuan spesifik sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
 Konselor atau guru Bk harus menggunakan penilaian yang objektif
terhadap konseli.
 Konselor harus bersikap aktip dalam proses konseling.
2. Pandangan sebagai guru BK dalam masa pandemic Covid-19

Dalam situasii pandemi covid 19 saat ini dimana lembaga-lembaga


pendidikan mulai dari jenjang terendah hingga tertinggi mengalihkan kegiatan
belajar menjadi di rumah. Begitupun dengan mereka-mereka yang bekerja
diharuskan dari rumah untuk mengurangi penyebaran. Dalam pelaksanaan belajar
dari rumah akan banyak ditemukan kendala atau hambatan yang sifatnya teknis
maupun non teknis. Untuk yang sifatnya teknis akan banyak dikeluhkan bagi
siswa di daerah antara lain karena tidak memiliki smartphone atau jaringan yang
tidak ada menyebabkan kegiatan belajar dari rumah dengan menggunakan
daring/online akan sulit dilakukan dan juga ketersediaan dana untuk membeli
kuota juga dijadikan sebagai kendala.

Kendala yang sifatnya non teknis amat sangat beragam antara lain siswa
yang malas atau cuek terhadap tugas yang diberikan, kurang perhatian dari orang
tua, bisa membuat proses belajar dari rumah tidak seperti yang diharapkan. Untuk
itu perlu sekali keterlibatan guru BK untuk mengarahkan, memotivasi dan
membimbing siswa yang memiliki perilaku tersebut. Karena mereka-mereka yang
malas mengerjakan tugas apalagi yang sifatnya dari rumah secara online adalah
siswa yang memang dalam proses belajar di sekolahpun adalah yang malas
mengerjakan tugas. Untuk siswa-siswa yang seperti itu memang perlu adanya
pendampingan atau perhatian khusus baik wali kelas maupun guru BK.

Kerjasama yang baik dengan orang tua siswapun bisa menjadi factor penentu
untuk meminimalisir tingkat kemalasan siswa tersebut. Setelah kondisi ini
mereda dimana proses belajar mengajar kembali seperti semula tentunya juga
akan banyak hal yang menjadi hambatan khususnya bagi siswa. Dengan
dilaksankannnya belajar dari rumah selama berbulan-bulan tentunya akan sulit
beradaptasi kembali khususnya bagi beberapa siswa. Karena kondisi belajar dari
rumah lebih fleksibel. Berbeda apabila kembali ke sekolah dimana harus bangun
pagi untuk tepat waktu sampai ke sekolah. Karena untuk pembiasaan kembali itu
bagi beberapa siswa akian dirasakan sulit untuk dilakukan.
Berbeda dengan siswa yang memang sudah cukup baik perilaku belajar di
sekolah, mereka akan mengerjakan tugas tepat waktu seperti ketika mereka
melakukan proses belajar secara langsung di sekolah. Begitupun apabila
diharuskan kembali ke sekolah bagi siswa yang berperilaku baik tidak sulit karena
mereka terbiasa untuk selalu memperhatikan tugas dan juga bagi siswa yang baik
kembali belajar di kelas adalah sesuatu yang menyenangkan karena bisa
berkumpul dengan teman, bisa bertanya apabila mengalami kesulitan dalam
menerima materi pelajaran. Untuk itu keberadaan guru BK amat sangat
dibutuhkan untuk mengembalikan kondisi siswa agar bersemangat kembali ke
sekolah.

Anda mungkin juga menyukai