Kelompok 2 - Tugas 6 (AutoRecovered)
Kelompok 2 - Tugas 6 (AutoRecovered)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Rekayasa Lalu Lintas
Disusun oleh :
Herdian Rifkiansyah (1811033)
Muthi’ah Hudaedi (1811039)
Mohamad Fadilah (1811043)
Imam Muhammad N (1811044)
Muhammad Zulfan G (1811048)
Muhammad Rifky A (1811051)
Farhan Hardiansyah (1811054)
Rima Siti Rohimah (1811042)
Wildan Taufik (1811035)
Wandi Zaelani (1811036)
Panji Septiana (1811030)
Jaki Madani (1811011)
Asep Hilaludin (1811049)
Khoerul Zaman (1811045)
Hilman Januar (1711040)
2021/2022
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala karena atas karunia dan izin-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah ini.
Laporan tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak terutama dosen kami
yakni Athaya Zhafirah ST. MTr.T, yang senantiasa membantu kami dalam proses
pembelajaran maupun proses penyusunan laporan ini. Maka dari itu, kami berterima
kasih yang sebesar-besarnya kepada beliau atas bimbingannya.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat masih terdapat banyak
kesalahan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran terhadap
laporan ini agar kami dapat menyusunnya lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Tujuan........................................................................................................4
1.3 BatasanMasalah.........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 Studi Literatur............................................................................................5
2.2 Dasar Teori................................................................................................7
BAB III METODOLOGI.......................................................................................25
3.1 Gambaran Umum Lokasi........................................................................25
3.2 Metode Pengambilan Data......................................................................26
3.3 Metode Analisis Data .............................................................................27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................28
4.1 Perhitungan Data.....................................................................................31
4.2 Pembahasan.............................................................................................52
BAB V PENUTUP.................................................................................................53
5.1 Kesimpulan..............................................................................................54
5.2 Saran........................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................55
LAMPIRAN...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan sarana transportasi yang jauh lebih cepat dibandingkan
pertumbuhan prasarana jalan, menyebabkan gangguan terhadap arus lalulintas
sehingga terjadi kemacetan terutama jika tidak adanya pengaturan-pengaturan
yang efektif. Agar kegiatan transportasi khususnya di jalan raya dapat berjalan
dengan lancar, perlu pembangunan prasarana jalan baik dari segi kuantitas dan
kualitasnya diimbangi dengan pengaturan yang tepat. Pengaturan dengan
menggunakan lampu lalulintas termasuk yang paling efektif terutama jika
volume lalulintas pada simpang relatif tinggi. Pengaturan ini dapat mengurangi
atau menghilangkan titik konflik pada simpang dengan memisahkan pergerakan
arus lalulintas pada waktu yang berbeda- beda. Tuntutan pelaksanaan aktifitas
tersebut disesuaikan dengan dinamika kehidupan masyarakat yang beraneka
ragam, hal ini membutuhkan terpenuhinya angkutan umum dan angkutan kota
yang memadai. Contohnya di bidang perdagangan, kita tidak lepas dari sistem
pengangkutan barang dan orang dari satu daerah ke daerah lain, hal ini
membutuhkan sarana transportasi yang memadai demi lancarnya perdagangan.
Di bidang pendidikan, kita dapat melihat pada saat jam berangkat sekolah
maupun saat pulang sekolah, dapat menimbulkan kepadatan arus lalu lintas di
jalan raya. Begitu juga pada masalah sosial, untuk memudahkan segala kegiatan
masyarakat dari satu tempat ke tempat yang lain, hal ini juga tergantung pada
sarana transportasi yang baik. Berdasarkan uraian di atas, salah satu titik ruas
jalan yang mempunyai peranan besar di kota Garut adalah simpang empat
bersinyal Papandayan.
NQ = NQ1 + NQ2
Adapun tingkat kinerja yang diukur pada MKJI 1997 adalah :
1. Panjang antrian (Que Length/QL)
Panjang antrian kendaraan (QL) adalah jarak antara muka
kendaraan terdepan hingga ke bagian belakang kendaraan
yang berada paling belakang dalam suatu antrian akibat sinyal
lalu lintas.
2. Jumlah kendaraan terhenti (Number of Stoped Vehicle/ Nsv)
Angka henti (NS) yaitu jumlah rata - rata berhenti per
kendaraan termasuk berhenti berulang `- ulang dalam antrian)
sebelum melewati simpang.
3. Tundaan (Delay/D)
Tundaan (delay) adalah waktu tertundanya kendaraan untuk
bergerak secara normal. Tundaan pada suatu simpang dapat
terjadi karena dua hal, yaitu Tundaan lalu lintas (DT) dan
Tundaan geometri (DG).
2.2.2
c) Merging
d) Weaving ( Jalinan/ anyaman)
2.2.3
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari survey
dilapangan, diantaranya data volume lalu lintas, lamanya nyala
lampu merah, kuning dan hijau.
b. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari pihak lain, misal
dari instansi pemerintah atau lembaga lain, meliputi:
a) Data jumlah penduduk, berasal dari Biro Pusat Statistik Kota
Sukoharjo
b) Peta wilayah penelitian, berasal dari internet.
Berisi tentang informasi lebar jalan, lebar bahu jalan, lebar median
dan arah untuk tiap lengan simpang. Kondisi lingkungan ada tiga
tipe, yaitu : komersial, pemukiman dan akses terbatas.
d. Kondisi arus lalu lintas
2.2.4
Penggunaan Sinyal
Sinyal lalu lintas adalah alat kontrol elektris untuk lalu lintas di
persimpangan jalan yang berfungsi untuk memisahkan arus kendaraan
berdasarkan waktu, yaitu dengan memberi kesempatan berjalan secara
bergiliran kepada kendaraan dari masing-masing kaki simpang/pendekat
dengan menggunakan isyarat dari lampu lalulintas. Fungsi pemisahan arus ini
menjadi sangat penting karena pertemuan arus kendaraan terutama dalam
volume yang cukup besar akan membahayakan kendaraan yang melalui
simpang dan dapat mengacaukan sistem lalu lintas di persimpangan.
1. Fase Sinyal
Bila arus belok kanan dari satu kaki atau arus belok kanan dari kiri
lawan arah terjadi pada fase yang sama, arus ini dinyatakan sebagai terlawan
(opossed). Arus belok kanan yang dipisahkan fasenya dengan arus lurus atau
belok kanan tidak diijinkan, maka arus ini dinyatakan sebagai terlindung
(protected).
a) Interval Hijau
e) Waktu Hilang
Nilai-nilai sementara VEV, VAV dan lEV dapat dipilih dengan ketiadaan
aturan di Indonesia.
Kecepatan kendaraan yang datang : VAV : 10 m/det (kend.
bermotor) Kecepatan kendaraan yang berangkat : VEV : 10
m/det (kend. bermotor) 3 m/det (kend. tak bermotor misalnya
sepeda): 1,2 m/det (perjalan kaki) Panjang kendaraan yang
berangkat
lEV : 5 m (LV atau HV) , 2
m (MC
atau UM)
2.2.5 P
Identifikasi tiap pendekat bila dua gerakan lalu lintas berangkat pada
fase yang berbeda . (misalnya, lalu-lintas lurus dan lalu-lintas belok
kanan dengan lajur terpisah), harus dicatat pada baris terpisah dan
diperlakukan sebagai pendekat- pendekat terpisah dalam perhitungan
selanjutnya.
Pendekat tipe O (opposed) adalah pendekat dimana arus berangkat dengan konflik
dengan lalu lintas dari arah berlawanan. Ditentukan dari grafik 2.1a. (untuk
pendekat tanpa lajur belok kanan terpisah) sebagai fungsi dari We, QRT dan
QRTO’.
1) Penetapan faktor koreksi untuk nilai arus lalu lintas dasar kedua tipe
pendekat (protected dan opposed) pada simpang adalah sebagai berikut:
a) Faktor koreksi ukuran kota (FCS), sesuai Tabel 2.6.
Penduduk kota
Faktor penyesuaian ukuran kota
(juta jiwa)
>3 1,05
1,0-3,0 1,00
0,5-1,0 0,94
0,1-0,5 0,83
<0,1 0,82
b) Rasio belok kiri dan kanan 10 % dapat dilihat pada grafik 2.3. dan 2.4
Grafik 2.3. Rasio belok kiri dan kanan 10% simpang tiga lengan
Grafik 2.4. Rasio belok kiri dan kanan 10% simpang empat lengan
b) Faktor koreksi gangguan samping ditentukan sesuai Tabel 2.7.
d) Faktor Penyesuaian untuk pengaruh parkir dan lajur belok kiri yang
pendek sesuai grafik 2.6.
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Grafik 2.6. Faktor penyesuaian untuk pengaruh pakir (Fp)
e) Faktor Penyesuaian untuk belok kanan dapat dilihat pada grafik 2.7.
Dimana:
SO : arus jenuh dasar
FCS : faktor koreksi ukuran kota
FSF : faktor koreksi hambatan samping
FG : faktor koreksi kelandaian
FP : faktor koreksi parkir
FRT : faktor koreksi belok kanan
FLT : faktor koreksi belok kiri
5. Perbandingan arus lalu lintas dengan arus jenuh (FR)
Perbandingan keduanya menggunakan rumus
berikut:
FR =Q/S
Dimana:
FR : rasio arus
Q : arus lalu lintas (smp/jam)
S : arus jenuh (smp/jam)
Dimana:
cua : waktu siklus pra penyesuaian sinyal (detik)
LTI : total waktu hilang per siklus (detik)
IFR : rasio arus simpang
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Grafik 2.9. Penentuan waktu siklus sebelum penyesuaian
waktu siklus yang layak untuk simpang adalah seperti terlihat pada
Nilai-nilai yang lebih rendah dipakai untuk simpang dengan lebar jalan <10 ,
nilai yang lebih tinggi untuk jalan yang lebih lebar. Waktu siklus lebih rendah dari
nilai yang disarankan, akan menyebabkan kesulitan bagi para pejalan kaki untuk
menyebrang jalan. Waktu siklus yang melebihi 130 detik harus dihindari kecuali
pada kasus sangat khusus (simpang sangat besar) karena hal ini sering kali
menyebabkan kerugian dalam kapasitas keseluruhan.
b. Waktu hijau
Waktu hijau (green time) untuk masing-masing fase menggunakan
rumus : gi = ( Cua – LTI ) x PRi...............................................................................(25)
dimana:
gi : waktu hijau dalam fase-i
(detik) LTI : total waktu hilang per
siklus (detik)
cua : waktu siklus pra penyesuaian sinyal (detik)
PRi : perbandingan fase FRkritis/Σ(FRkritis)
c. Waktu siklus yang disesuaikan
Waktu siklus yang telah disesuaikan (c) berdasarkan waktu hijau
yang diperoleh dan telah dibulatkan dan waktu hilang (LTI) dihitung
dengan rumus: c = LTI + Σg.........................................................................(26)
dimana:
c : waktu hijau (detik)
LTI : total waktu hilang per
siklus (detik) Σg : total waktu
hijau (detik)
Waktu siklus yang disesuaikan berdasarkan pada waktu hijau yang telah
dibulatkan dan waktu hilang (LTI).
Dimana:
Q : arus lalu lintas
(smp/jam) C : kapasitas
(smp/jam)
2.2.6 Perilaku Lalu Lintas
NQ1 = 0.25 x C x DS
dimana:
NQ1 : jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau
sebelumnya
C : kapasitas (smp/jam)
DS : derajat kejenuhan
Dimana:
QL : panjang antrian
NQmax : jumlah antrian
Wmasuk : lebar masuk
Nilai NQ max diperoleh dari Gambar E-2:2 MKJI hal 2-66, dengan
anggapan peluang untuk pembebanan (POL) sebesar 5 % untuk langkah
perancangan.
NS NQ
3600
0,9
Q
c
Dimana:
c : Waktu siklus (det).
Q : Arus lalu lintas (smp/jam).
Dimana:
Q : Arus lalu lintas.
NS : Angka henti rata-rata.
c. Tundaan (Delay)
Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk
melalui simpang apabila dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu
simpang. Tundaan terdiri dari:
Dimana:
Dj : Tundaan rata-rata untuk pendekat j.
DTj : Tundaan lalu lintas rata-rata untuk
pendekat j. DGj : Tundaan geometri rata-
rata untuk pendekat j
Tabel 2.6 Perilaku Lalu lintas Tundaan Rata-rata.
Tundaan lalu lintas setiap pendekatan (DT) dapat dihitung dengan rumus:
NQ1 3600
DT c A
C
Dimana:
DT : Tundaan lalu lintas rat-rata
(det/smp). c : Waktu siklus yang disesuaikan
(det).
0,5 1 GR
2
A :
1 GR DS
GR : Rasio hijau.
DS : Derajat kejenuhan.
NQ1 : Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau
sebelumnya. C : Kapasitas (smp/jam)
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Grafik 2.11. Penetapan tundaan lalu lintas rata-rata (DT)
1) Tundaan Geometri
Tundaan geometri disebabkan oleh perlambatan dan percepatan kendaraan
yang membelok di simpang atau yang terhenti oleh lampu merah. Tundaan
geometrik rata-rata (DG) masing-masing pendekat :
DG1 1 PSV PT 6 PSV 4
Dimana:
DG1 : Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/smp).
PSV : Rasio kendaraan terhenti pada pendekat
PT : Rasio kendaraan berbelok pada pendekat.