Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KEJANG DEMAM

Disusun oleh :
ERMA YURNALIS,
S.Kep
NIM : 2132054

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES MURNI TEGUH
2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
1. LATAR BELAKANG 1
2. TUJUAN 2
a. Tujuan Umum 2
b. Tujuan Khusus 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
1. DEFINISI 3
2. ETIOLOGI 3
3. PATOFISIOLOGI 4
4. TANDA GEJALA 7
5. KLASIFIKASI 7
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG 8
7. PENATALAKSANAAN MEDIS 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 11
1. PENGKAJIAN 11
2. DIAGNOSA 12
3. RENCANA KEPERAWATAN 13
DAFTAR PUSTAKA 18
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Kejang demam merupakan penyebab kejang tersering pada anak. Kejang
demam secara umum didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, serta berhubungan dengan kenaikan suhu
tubuh yaitu suhu yang melebihi 380C. Kejang ini disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranial. Apabila kejang demam terjadi pada usia kurang dari 6 bulan, maka
harus dipikirkan penyebab lain seperti infeksi susunan saraf pusat maupun
epilepsi yang terjadi bersamaan dengan demam.
WHO (World Health Organization) memperkirakan pada tahun 2015
terdapat lebih dari 18,3 juta penderita kejang demam dan lebih dari 154 ribu
diantaranya meninggal. Insiden dan prevalensi kejang demam di Eropa pada
tahun 2016 berkisar 2-4%, di Asia prevalensi kejang demam lebih besar yaitu
8,3-9,9% pada tahun yang sama (Sanusi, dkk 2021). Kejang demam memiliki
prevalensi yang berbeda di tiap negara, di Amerika Serikat, Amerika Selatan,
danEropa Barat prevalensi kejang demam berkisar antara 2%-5%. Prevalensi
lebih tinggi ditunjukkan oleh negara di Asia yaitu, India berkisar 5%-10% dan
Jepang 8,3%-9,9%. Kejadian kejang demam tertinggi terjadi di Guam dengan
prevalensi sebesar 14%. Menurut para ahli 2%- 5% anak di bawah 5 tahun
pernah mengalami bangkitan kejang demam. Kejadian paling banyak terjadi
pada usia 6 bulan sampai dengan 22 bulan, dimana kejadian tertinggi terjadi pada
usia 18 bulan. Angka kejadian kejang demam di Indonesia pada tahun 2016
mencapai 2- 5% dengan 85% yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan.
Tahun 2017, sebesar 17,4% anak mengalami kejang demam dan mengalami
peningkatan pada tahun 2018 dengan kejadian kejang sebesar 22,2%. Kejang
demam dapat mengakibatkan perasaan ketakutan yang berlebihan, trauma secara
emosi dan kecemasan pada orang tua, sekitar 25-50% anak kejang demam
mengalami bangkitan kejang demam berulang. Pengalaman pertama orang tua
saat melihat anak kejang demam akan menimbulkan ketakutan pada orang tua,
hal ini menjadi masalah dan sangat mengganggu (Sanusi, dkk 2021). Sedangkan
berdasarkan data di RS Aminah tahun 2020 terdapat sebanyak 3 kasus kejang
demam di Instalasi Rawat Inap . Kejang demam dapat terjadi pada anak antara

1
usia 6 bulan sampai dengan 7 tahun, dan 50% diantaranya terjadi antara usia 1
sampai dengan 2 tahun. Penyebab kejang demam terbanyak adalah infeksi
saluran pernapasan akut yang mencapai 80% dari seluruh anak yang mengalami
kejang demam. Insiden kejang demam pada anak laki-laki lebih sering
dibandingkan pada anak perempuan dengan rasio 1,1:1 hingga 2:1. Lee CY dkk
(2018) menyatakan bahwa bahwa anak dengan onset kejang pada usia kurang
dari 18 bulan secara signifikan lebih banyak mengalami kejang demam kompleks
dari pada kejang demam sederhana.
Masalah keperawatan yang sering muncul pada anak dengan kejang demam
yaitu hipertemi, dimana hipertermia merupakan keadaan terjadinya peningkatan
suhu tubuh di atas rentang normal 37˚C. Penyebab dari hipertermia yaitu
dehidrasi, 4 terpapar lingkungan panas, proses penyakit (misalnya infeksi,
kanker), ketidaksesuaian pakaian dengan lingkungan, peningkatan laju
metabolisme, respon trauma, aktivitas berlebihan, dan penggunaan inkubator
(SDKI DPP PPNI, 2016).
Berdasarkan fakta diatas penulis tertarik untuk melakukan pembahasan
mengenai asuhan keperawatan anak dengan kejang demam di RS Aminah.

2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak Kejang Demam di
RS Aminah

b. Tujuan Khusus
Mendokumentasikan pengkajian keperawatan pada Anak Kejang Demam
di RS Aminah
Mendokumentasikan diagnosa keperawatan pada Anak Kejang Demam
di RS Aminah
Mendokumentasikan rencana keperawatan pada Anak Kejang Demam di
RS Aminah
Mendokumentasikan tindakan keperawatan pada Anak Kejang Demam di
RS Aminah
Mendokumentasikan evaluasi keperawatan pada Anak Kejang Demam di
RS Aminah

2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

1. DEFINISI
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi
antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah
terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Arif Mansjoer,
2000).
Menurut IDAI (dalam buku rekomendasi penatalaksanaan kejang demam,
2016) kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal diatas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

2. ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu
tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat mentebabkan
kejang.
Kurang lebih 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
mengalami kejang demam. Jarang terjadi pada anak berumur kurang dari 6 bulan
atau lebih dari 5 tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada umur 2 tahun dan
menurun setelah berumur 4 tahun. Hal ini mungkin disebabkan adanya kenaikan
dari ambang kejang sesuai dengan bertambahnya umur. Serangan pertama
biasanya terjadi dalam 2 tahun pertama dan kemudian menurun dengan
bertambahnya umur.

3
3. PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui
membran tersebut dengan akibat terjadinya terlepasnya muatan listrik. Lepasnya
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada
umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang
yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin
meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan
timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan
pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi
serangan epilepsi spontan bahkan kelainan anatomi di otak.

4
Pathway Kejang Demam

Infeksi bakteri, virus jamur, parasit

reaksi inflamasi

Akumulasi monosit, makrofag, sel T helper dan


fibroblast

Pelepasan pirogen endogen (Sitokin)

Pembentukan prostaglandin otak

Merangsang hipotalamus meningkatkan titik patokan suhu (set point)

Hipertermi

Peningkatan metabolisme basal

perubahan permeabilitas sel otak

depolarisasi (peningkatan ion natrium masuk ke sel)

pelepasan muatan listrik berlebihan

muatan listrik meluas ke sel lain melalui neurotransmiter

KEJANG DEMAM (sederhana atau kompleks)

5
KEJANG DEMAM (sederhana atau kompleks)

6
aliran impuls berlebihan pada aliran impuls berlebihan pada Hospitalisasi dan
sel neuron sel neuron tindakan medis

gangguan pompa ion natrium gangguan pompa ion natrium Mempengaruhi


ke otot ke otot kondisi psikologis

spasme otot jalan napas spasme otot Ansietas

Obstruksi jalan napas risiko lidah tergigit

risiko terjatuh
adanya suara napas
risiko terluka
tambahan
risiko cedera otak
terdapat perubahan
frekuensi napas
Risiko Cedera
terdapat perubahan
irama napas

ketidakefektifan
bersihan jalan napas

7
4. TANDA GEJALA
a. Umumnya berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau
tonik-klonik bilateral.
b. Mata terbalik ke atas.
c. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan
ataukekakuan fokal.
d. Umumnya kejang berlangsung kurang dari 6 menit, kurang dari 8%
berlangsunglebih dari 15 menit.
e. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan
ataukekakuan fokal.
f. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis todd) beberapa jam
sampai beberapa hari.
g. Suhu 38oC atau lebih.

5. KLASIFIKASI
Kejang demam dibagi menjadi 2 jenis :
a. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
b. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini :
1) Kejang lama > 15 menit
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau
kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak
tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam.
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial.
3) Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Kejang berulang adalahkejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2
bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16 % di antara
anak yang mengalami kejang demam.

8
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EEG : Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat
lesi organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang
setelah kejang.
b. CT SCAN : Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis : infark, hematoma,
edema serebral, dan abses.
c. Pungsi Lumbal : Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal
(cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti
kecurigaan meningitis.
d. Laboratorium : Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit )
mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.
(Arif Mansyoer,2000)

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Dalam penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu :
a. Pengobatan fase akut.
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien
dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus
bebas agar oksigennisasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran,
tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh
yang tinggi diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang
diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5
mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg.
Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu
sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam
intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit, gunakan diazepam intrarektal
5 mg (BB<10) atau 10 mg (BB>10kg). Bila kejang tidak berhenti dapat
diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin
dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1
mg/KgBB/menit.
Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan Nacl
fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.

9
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan
fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi
1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara
intramuscular. Empat jama kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat.
Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis,
untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis.
Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secarasuntikan dan setelah
membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200mg/hari.
Efek sampingnya adalah hipotensi, penurunan kesadaran dan depresi
pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin, lanjutkan fenitoin dengan
dosis 4-8 mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.

b. Mencari dan mengobati penyebab


Pemeriksaan cairan serebro spinalis dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.
Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada
kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis
atau kejang demam berlangsung lama.
c. Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam atau
(2) profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari.

Untuk profilaksis intermiten diberikan diazepam secara oral dengan


dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam.
Diazepam dapat pula diberikan secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5
mg (BB<10) dan 10 mg (BB>10kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih
dari 38,50C. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan
hipotonia.
Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang
demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat
mencegah terjadinya epilepsi dikemudian hari. Profilaksis terus menerus
setiap hari dengan fenobarbital 4-5 mg/KgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat
lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40
mg/KgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2
tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.

1
0
Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk
poin 1 atau 2) yaitu :
1) Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist
atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)
2) Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan
neurologist sementara dan menetap.
3) Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung.
4) Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau
terjadi kejang multiple dalam satu episode demam.
Bila hanya mmenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikan obat jangka
panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam
dengan diazepam oral atau rectal tiap 8 jam disamping antipiretik.

10
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Data subyektif :
Biodata/ Identitas : Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tuameliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
Riwayat Keperawatan : Riwayat keperawatan sekarang ditanyakan keluhan
utama saat ini. Riwayat keperawatan sebelumnya perlu ditanyakan penyakit
yang pernah diderita seperti demam, batuk/pilek, kejang, mimisan dan
lainnya, riwayat operasi, riwayat alergi dan riwayat imunisasi.
Riwayat penyakit keluarga : Tanyakan penyakit yang pernah diderita oleh
anggota keluarga.
Riwayat nutrisi : Tanyakan terkait nafsu makan, pola makan, minum dan
pantangan bila ada.
Riwayat tumbuh kembang : Tanyakan berat badan sebelum sakit, berat badan
lahir / atopometri, tahap perkembangan sosial
Genogram : silisah keluarga pasien
Pemeriksaan fisik :
Sistem pernafasan : bentuk dada, pola napas, irama, bunyi napas, retraksi otot
bantu napas, adanya batuk.
Sistem kardiovaskuler: nyeri dada, irama jantung, pulsasi, bunyi jantung,
CRT, cyanosis, clubingfinger.
Sistem persyarafan : kesadaran, GCS, reflek hisap, menoleh, menggenggam,
babinsky, moro, patella, kejang, kaku kuduk, brudsky 1, nteri kepala, pola
istirahat, nervus cranialis.
Gentourinaria : bentuk, uretra, kebersihan, frekuensi berkemih, jumlah urine.
Sistem pencernaan : mulut mukosa, bibir, lidah, kebersihan, sakit menelan,
nyeri perut, eleminasi.
Sistem muskulusskeletal dan integumen : kemampuan ROM, kekuatan otot,
adanya fraktur, dislokasi, akral, turgor, kelembaban, oedema.
Sistem penginderaan : mata, konjungtiva anemis, reflek cahaya, mukosa
hidung, pendengaran, perasa, peraba.

11
11
Sistem endokrin : cek adanya pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran
kelenjar parotis.
Aspek psikososial : observasi ekspresi efek dan emosi, hubungan dengan
keluarga, dampak hospitalisasi.
Hasil penunjang : pemeriksaan lab darah, EEG, CT Scan.
Obat yang dikonsumsi : penggunaan obat anti kejang.

2. DIAGNOSA
a. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder
terhadapinfeksi
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan oral.
d. Risiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan hipertermie.
e. Risiko terhadap cidera berhubungan dengan gerakan tonik/klonik sekunder
akibatkejang.
f. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakit dan perawatan.
h. Risiko terhadap perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengankejang berulang.

12
12
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI NAMA


JELAS
1 Pola napas tidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas : Erma
efektif berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam pola Observasi
dengan gangguan napas membaik dengan kriteria Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
neurologis (kejang) hasil : usaha napas)
dibuktikan dengan 1. Penggunaan otot bantu napas Monitor bunyi napas tambahan (gurgling,
penggunaan otot bantu menurun mengi, wheezing, ronkhi kering)
napas 2. Frekuensi napas membaik Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift
Posisikan semi-fowler
Berikan minum hangat
Berikan oksigen bila perlu
Edukasi
Ajarkan teknik batuk efektif
2 Hipertemia Setelah dilakukan asuhan Managemen hipertermia :
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
proses infeksi termoregulasi membaik dengan Identifikasi penyebab hipertermia.
dibuktikan dengan kriteria hasil : Monitor suhu tubuh
suhu tubuh 38,7oC, 1. Takipnea menurun Monitor kadar elektrolit

13
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI NAMA


JELAS
kejang, kulit terasa 2. Suhu tubuh membaik Monitor haluaran urine
hangat. 3. Kejang menurun Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika hiperhidrosis (keringat berlebih)
Lakukan pendinginan eksternal
Hindari pemberian antipiretik atau asipirin
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.

14
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI NAMA


JELAS
3 Resiko perfusi selebral Setelah dilakukan asuhan Managemen peningkatan tekanan intracranial
tidak efektif tindai keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
dengan perfusi selebral meningkat dengan Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
kriteria hasil : Monitor MAP
1. Tingkat kesadaraan meningkat Monitor status pernafasan
2. Sakit kepala menurun Monitor intake dan output cairan
3. Demam menurun Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
Berikan posisi semifowler
Kolaborasi pemberian sedasi anti konvulan

4 Resiko cedera Setelah dilakukan keperawatan 1. Manajemen Kejang :


selama 3 x 24 jam tingkat cedera Observasi
menurun dengan kriteria hasil: − Monitor terjadinya kejang berulang
1. Kejadian cedera menurun − Monitor karakteristik kejang (mis, aktivitas
2. Tekanan darah membaik motorik, dan progresi kejang)
− Monitor status neurologis
− Monitor tanda-tanda vital Terapeutik
− Baringkan pasien agar tidak terjatuh

15
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI NAMA


JELAS
− Berikan alas empuk dibawah kepala, jika
memungkinkan
− Pertahankan kepatenan jalan napas
− Longgarkan pakaian, terutama dibagian
leher
− Dampingi selama periode kejang
− Jauhkan benda-benda berhaya terutama
benda tajam
− Catat durasi kejang
− Reorientasikan selama periode kejang
− Dokumentasikan periode terjadinya
kejang
− Pasang akses IV, jika perlu
− Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
− Anjurkan kepada keluarga menghindari
memasukkan apapun ke dalam mulut
pasien saat periode kejang
Kolaborasi

16
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI NAMA


JELAS
− Kolaborasi pemberian antikonvulsan, jika
perlu

2. Pencegahan Kejang
Observasi
− Monitor status neurologis
− Monitor tanda-tanda vita Terapeutik -
Baringkan pasien agar tidak terjatuh -
Rendahkan ketinggian tempat tidur -
Pasang side-rail tempat tidur - Berikan alas
empuk di bawah kepala, jika
memungkinkan - Jauhkan benda-benda
berbahaya terutama benda tajam

17
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Data diambil tanggal : 29 November 2021


Ruang rawat/kelas : Melati
/ III No. Rekam Medik :
2111033113

I. IDENTITAS ANAK IDENTITAS ORANG TUA


Nama : An. K Nama Ayah : Tn. M
Tanggal lahir : 09-05-2016 Nama Ibu : Ny. U
Jenis kelamin :L Pekerjaan ayah/ibu : IRT/ Dagang
Tanggal MRS : 28-11-2021 Pendidikan ayah/ibu : SMP/SD
Alamat : JL. Cipadu Raya gg. Agama : Islam
Nur Ujung, RT 2/2
Diagnosa medis : Kejang demam Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Sumber informasi : Ibu Alamat : JL. Cipadu Raya gg.
Nur Ujung, RT 2/2

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Riwayat keperawatan sekarang
a. Keluhan utama : Demam 39 oC dan kejang
b. Riwayat penyakit saat ini : Ibu pasien mengatakan anaknya semalam kejang. Saat
mengeluh mengantuk dan mulai tertidur anak kejang seluruh tubuh sekitar 5 menit.
Ibu pasien mengatakan badan anaknya terasa hangat. Kejang 4 bulan yang lalu dan
dirawat di RS Aminah.
2. Riwayat keperawatan sebelumnya
a. Riwayat kesehatan yang lalu :
- Penyakit yang penah diderita :
 Demam  Kejang - Mimisan
 Batuk/pilek - Lain-lain
- Operasi - Ya  Tidak tahun
- Alergi - Makan - Obat - Udara
- Debu - Lainnya,
b. Imunisasi : BCG 1x, Polio 4x, DPT 2x, Hepatitis 3x (belum imunisasi DPT 3,
dan Campak

Masalah Keperawatan : Hipertermi


3. Riwayat penyakit keluarga
a. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga :
Neneknya hipertensi dan paru.
b. Lingkungan rumah dan komunitas
Ada perokok dan lingkungan rumah cukup padat
c. Perilaku yang mempengaruhi keluarga
Tidak ada
d. Persepsi keluarga terhadap penyakit anak
Penyakit bisa disembuhkan seperti sebelumnya

Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah

4. Riwayat nutrisi
 Nafsu makan : 5 sendok
 Pola makan : 3x/hari
 Minum : susu Jumlah : ± 1600 cc /hari
 Pantangan : membatasi minum es
 Menu makanan : Nasi, sayur mayur, lauk pauk
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah

5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


 BB saat ini : 20 Kg, TB: 115 cm, LK : - cm, LD : - cm, LP : - cm, LLA :-
 BB lahir : 3.700 gr BB sebelum sakit : 20 kg
 Panjang lahir : 51 cm
 Pengkajian perkembangan (DDST) : -
 Tahap perkembangan sosial : tahap prasekolah dengan pembelajaran TPA
 Tahap perkembangan seksual : -

Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah
6. Genogram

Keterangan :
Perempuan
Laki-laki

Pasien
Tinggal serumah

III. OBSERVASI DAN PENGKAJIAN FISIK (BODY SISTEM)


Keadaan umum :
T/D : -/- mmHg S : 37,8 oC N : 110 x/menit RR : 25 x/menit
1. PERNAPASAN
a. Bentuk dada :  Normal - Tidak, jenis
b. Pola nafas : Frekuensi 42x/menit
Irama :  teratur - Tidak teratur
Jenis : - Dispnea - Orthopnea - Kusmaul
- Biot - Cheyne stokes - PCH
Bunyi nafas :  Vesikuler - Bronchial - Bron, vesikuler
- Ronchi - Weezing - Frictien rub
c. Retraksi otot bantu nafas :  Ada - Tidak ada
- ICS  Supraclavikula - Suprasternal
d. Perkusi thorax : - Sonor - Hipersonor - Redup/pekak
e. Alat bantu pernafasan :  Tidak - Ya : liter/menit
 Nasal - Masker - Respirator
f. Batuk : - Tidak  Ya, sputum :  Tidak ada
- Ada warna : putih Jumlah : +1 cc Konsistensi : kental
g. Lain-lain

Masalah keperwatan : Pola napas tidak efektif


2. KARDIOVASKULER
a.Nyeri dada :  Tidak - Ya - Menjalar
b.Irama jantung :  Reguler - Ireguler
c.Pulsasi :  Kuat - lemah
d.Bunyi jantung : S1, S2 tunggal  Ya - Tidak
- Mumur - Gallop - Thirl
e. CRT :  < 3 detik - > 3 detik
f. Cyanosis : - Ya  Tidak
g. Clubingfinger : - Ada  Tidak ada
h. Lain-lain : -
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. PERSYARAFAN
a. Kesadaran :  CM - Apatis - Somnolen
- Sopor - Koma

b. GCS :  Eye : 4  Verbal : 5  Motorik : 6


Nilai total GCS : 15

c. Reflek-reflek :
Mengisap :  Ada - Tidak
Menolah :  Ada - Tidak
Menggenggam :  Kuat - Lemah
Babinsky : - Positif - Negatif
Moro : - Ada - Tidak
Patella : - Positif - Negatif
d. Kejang : - Tidak ada  Ada, lamanya : 5 Menit
Jenis : - Tonik - Klonik  Tonik klonik
e. Kaku kuduk : - Ada  Tidak
f. Brudsky 1 : - Ada - Tidak
g. Nyeri kepala : - Ya  Tidak
h. Istirahat dulu : 8 Siang jam/hari, Malam jam/hari
Kebiasaan sebelum tidur :
- Minum susu - Mainan - Cerita/dongen
i. Kelainan N. Cranialis :  Tidak - Ada, sebutkan :
...................................................................................................................................
j. Lain-lain : - Kaku seluruh tubuh dan mata melihat ke atas saat kejang semalam

Masalah keperawatan : Resiko Cedera

4. GENETOURINARIA
a. Bentuk :  Normal - Tidak normal sebutkan
b. Uretra :  Normal - Hipospadia
Lainnya, sebutkan
-
c. Kebersihan alat kelamin
 Bersih - Kotor
Frekuensi kemih : 6 x/ hari, warna : kuning jernih, bau : khas
Produksi urine : + 300 ml/hari
Masalah eliminasi urine :
 Normal - Disuria - Oliguria
- Poliuria - Inkontinensia
- Retensio - Menggunakan kateter
d. Lain-lain :
-
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
5. PENCERNAAN
a. Mulut :
Mukosa : - Lembab  Kering - Somatitis
Bibir :  Normal - Labioskisis - Patatoskisis
Lidah : - Hiperemik - Kotor - Bergetar
Kebersihan rongga mulut :
 Bersih - Kotor - Berbau
Kebiasaan gosok gigi : - 2 x sehari - 3 x sehari
Caries : - Ada  Tidak ada
b. Tenggorokan : - Kemerahan - Sakit saat menelan
c. Abdomen :  Mual  Muntah ...1... kali - Nyeri
- Normal/supel - Tegang - kembung
Nyeri tekan, lokasi-, peristaltik 16 x/menit
Buang air besar : 2 x/hr, Konsistensi lembek, warna kuning , bau khas
Masalah eliminasi alvi : belum BAB
- Konstipasi - Diare - Obstipasi
- Feces berdarah / berlendir
Pemakaian obat pencahar : - Ya  Tidak
Lavement : - Ya  Tidak
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

6. MUSKULUS KELETAL DAN INTEGUMEN


a. Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM)
 Bebas - Terbatas
b. Kekuatan otot / tonus otot :
5555 5555
5555 5555

c. Fraktur :  Tidak - Ya, lokasi...........


d. Dislokasi :  Tidak - Ya, lokasi...........
e. Kulit : - Ikterik - Hyperpigmentasi - Pucat
f. Akral :  Hangat - Dingin
g. Turgor :  Baik - Kurang - Jelek
h. Kelembaban :  Kering - Kurang - Basah
i. Oedema :  Tidak ada - Ada, lokasi
j. Kebersihan :  Bersih - Kotor
k. Lain-lain :
........................................................................................
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
7. PENGINDERAAN
a. Mata :
Pupil :  Isokor - Anisokor - Midriasis
- Miosis
Reflek cahaya  Positif - Negatif
Konsungtiva : - Pucat  Merah muda - Merah
Sklera : - Ikterik  Tidak ikterik
Palpebra : - Edema  Tidak
Alat bantu : - Kaca mata  Tidak
b. Hidung :  Normal - Mimisan - Beringus
Mukosa : - Pucat - Edema
Sekret : - Purulen - Jernih
Pergerakan bila mata :  Normal - Tidak
Kelainan lain, sebutkan :-
c. Telinga, Bentuk :  Normal - Tidak
- Nyeri / gatal - Sekret mukopurulen - Berbau
- Benda asing - Serumen
Ketajaman pendengaran  Normal - Tidak
Kelainan lain, sebutkan : -
d. Perasa :  Manis  Pahit  Asin
c. Peraba :  Panas - Dingin
f. Kelainan lain : -
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

8. ENDOKRIN
a. Pembesaran kelenjar tiroid : - Ya  Tidak
b. Pembesaran kelenjar parotis : - Ya  Tidak
c. Hiperglikemia : - Ya  Tidak
d. Hipoglikemua : - Ya  Tidak
e. Lain-lain : -
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

9. ASPEK PSIKOSOSIAL
a. Ekspresi efek dan emosi - Senang - Sedih - Menangis
- Cemas - Marah - diam
- Takut  Lain
Memalingkan muka, murung
b. Hubungan dengan keluarga  Akrab - Kurang akrab
c. Dampak hospitalisasi bagi anak : Tidak ada
d. Dampak hospitalisasi bagi orang tua : -

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah


IV. KARDIOVASKULER
Tidak dilakukan pemeriksaaan

V. TERAPI
1. Injeksi
- Diazepam 3x2 mg -> 18-06-12
- Paracetamol 200 mg/4jam -> 01-05-09-13-17-21
- Ranitidin 2x20 mg -> 06-18
- Ceftriaxon 2x500mg -> 24-06
2. Infus 22 tetes/menit (makro)
3. Oksigen 2 lpm/kp

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan lab darah 28 November 2021

HB :12.5 g/dl ( nilai rujukan 12- 16)


Hematokrit : 37 % ( nilai rujukan 35-43)
Leukosit 11.700/uL (nilai rujukan 5.000-18.000 /uL)
Trombosit 311.000 /uL (nilai rujukan 150.000 - 400.000 /uL)
MCV 77 (nilai rujukan 80-100)
Neutrofil segmen 80 (50 - 70)
Limfosit 15 (20 - 40)

VII. DAFTAR PRIORITAS MASALAH


1. Pola napas tidak efektif
2. Hipertemia
3. Resiko cedera
ANALISA DATA KEPERAWATAN

Nama pasien : An. K Tanggal Lahir : 09-05-2016


No. RM : 2111033113 Ruang perawatan : RI Melati

DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN


DS : Ibu pasien mengatakan anaknya kejang semalam Pola napas tidak efektif
saat tertidur sekitar 5 menit seluruh badan.
DO :
Nadi 110 x/menit
Suhu 37,8 oC (pasca pemberian obat penurun panas)
Respirasi 25 x/menit
SPO2 98%
Penggunaan otot bantu napas (+) Supraclavikula
Terpasang oksigen 2 liter/menit nasal kanul

DS : Ibu pasien mengatakan badan anaknya terasa Hipertemia


hangat
DO :
Nadi 110 x/menit
Suhu 37,8 oC (pasca pemberian obat penurun panas)
Suhu 39 oC (Sebelum pemberian obat)
Respirasi 25 x/menit
SPO2 98%

DS :Ibu pasien mengatakan anaknya semalam kejang. Resiko cedera


Saat mengeluh mengantuk dan mulai tertidur anak
kejang seluruh tubuh sekitar 5 menit.
DO :
Nadi 110 x/menit
Suhu 37,8 oC (pasca pemberian obat penurun panas)
Suhu 39 oC (Sebelum pemberian obat)
Respirasi 25 x/menit
SPO2 98%
Terpasang oksigen 2 lpm nasal kanul
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : An. K Tanggal Lahir : 09-05-2016


No. RM : 2111033113 Ruang perawatan : RI Melati

PROBLEM ETIOLOGI SYMPTOM


Pola napas tidak efektif Gangguan neurologis Penggunaan otot bantu napas
(kejang)
Hipertemia Proses infeksi Suhu tubuh 37,8oC, kejang,
kulit terasa hangat.
Resiko cedera - Hipoksia jaringan

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis (kejang)


dibuktikan dengan penggunaan otot bantu napas
2. Hipertemia berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan suhu tubuh
37,8oC, kejang, kulit terasa hangat.
3. Resiko cedera dibuktikan dengan hipoksia jaringan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : An. K Tanggal Lahir : 09-05-2016
No. RM : 2111033113 Ruang perawatan : RI Melati

NO SDKI SLKI SIKI NAMA


JELAS
1 Pola napas tidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas : Erma
efektif berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam pola Observasi
dengan gangguan napas membaik dengan kriteria Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
neurologis (kejang) hasil : usaha napas)
dibuktikan dengan 1. Penggunaan otot bantu napas Monitor bunyi napas tambahan (gurgling,
penggunaan otot bantu menurun mengi, wheezing, ronkhi kering)
napas 2. Frekuensi napas membaik Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift
Posisikan semi-fowler
Berikan minum hangat
Berikan oksigen bila perlu
Edukasi
Ajarkan teknik batuk efektif
2 Hipertemia Setelah dilakukan asuhan Managemen hipertermia : Erma
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
proses infeksi termoregulasi membaik dengan Identifikasi penyebab hipertermia.
dibuktikan dengan kriteria hasil : Monitor suhu tubuh
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : An. K Tanggal Lahir : 09-05-2016
No. RM : 2111033113 Ruang perawatan : RI Melati

NO SDKI SLKI SIKI NAMA


JELAS
suhu tubuh 37,8oC, 1. Takipnea menurun Monitor kadar elektrolit
kejang, kulit terasa 2. Suhu tubuh membaik Monitor haluaran urine
hangat. 3. Kejang menurun Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika hiperhidrosis (keringat berlebih)
Lakukan pendinginan eksternal
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, dan penurun panas jika perlu.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : An. K Tanggal Lahir : 09-05-2016
No. RM : 2111033113 Ruang perawatan : RI Melati

NO SDKI SLKI SIKI NAMA


JELAS
3 Resiko cedera Setelah dilakukan keperawatan 1. Manajemen Kejang : Erma
selama 3 x 24 jam tingkat cedera Observasi
menurun dengan kriteria hasil: − Monitor terjadinya kejang berulang
1. Kejadian cedera menurun − Monitor karakteristik kejang (mis, aktivitas
2. Tekanan darah membaik motorik, dan progresi kejang)
− Monitor status neurologis
− Monitor tanda-tanda vital Terapeutik
− Baringkan pasien agar tidak terjatuh
− Pertahankan kepatenan jalan napas
− Longgarkan pakaian, terutama dibagian
leher
− Dampingi selama periode kejang
− Jauhkan benda-benda berbahaya terutama
benda tajam
− Catat durasi kejang
− Dokumentasikan periode terjadinya kejang
− Pasang akses IV, jika perlu
− Berikan oksigen, jika perlu
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : An. K Tanggal Lahir : 09-05-2016
No. RM : 2111033113 Ruang perawatan : RI Melati

NO SDKI SLKI SIKI NAMA


JELAS
Edukasi
− Anjurkan kepada keluarga menghindari
memasukkan apapun ke dalam mulut
pasien saat periode kejang
Kolaborasi
− Kolaborasi pemberian antikonvulsan, jika
perlu
2. Pencegahan Kejang
Observasi
− Monitor status neurologis
− Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
− Baringkan pasien agar tidak terjatuh
− Rendahkan ketinggian tempat tidur
− Pasang side-rail tempat tidur
− Berikan alas empuk di bawah kepala
− Jauhkan benda-benda berbahaya terutama
benda tajam
IMPLEMENTASI
Nama pasien : An. K Tanggal Lahir : 09-05-2016
No. RM : 2111033113 Ruang perawatan: RI Melati

Tanggal Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas


29/11/2021
07.30 Observasi kesadaran pasien
Hasil : kesadaran compos mentis Erma

09.00 Mengukur tanda-tanda vital


Hasil : N : 110 x/menit, Suhu : 37,8 oC, Respirasi : 25
x/menit, ada penggunaan otot bantu napas
Memasang 02 2lpm
09.05 Hasil : 02 terpasang via nasa lkanul

09.10 Memberikan therapi PCT 200 mg via drip


Hasil : therapi sudah diberikan, aliran lancar, plebitis tidak
ada.

09.15 Mengatur ketinggian bagian kepala tempat tidur


(memberikan posisi semi fowler)
Hasil : Posisi semi fowler sudah diberikan, pasien merasa
lebih nyaman

09.20 Menganjurkan ibu pasien kompres anak bila demam


dibagian ketiak, leher dan dahi
Hasil : ibu pasien mengerti

10.25 Mengukur tanda-tanda vital


Hasil : N : 115 x/menit, Suhu : 36,4 oC, Respirasi : 22
x/menit.

Memberikan diet pasien


12.15
Memberikan therapi injeksi diazepam 2 mg via bolus (IV)
12.20
Hasil : therapi sudah diberikan via bolus (IV) pelan-pelan

30/11/2021
07.30 Observasi kesadaran pasien Erma
Hasil : kesadaran compos mentis

09.00 Mengukur Ttv Pasien


Nadi : 115 x/Mnt ,Suhu : 36,3 oC, Rr : 22 x/Mnt, Spo2 :
99 %.

09.10 Menanyakan keluhan pasien


Keluhan : Batuk .

09.15 Memposisikan side rel tegak


Hasil : side rel sudah diposisikan tegak
IMPLEMENTASI
Nama pasien : An. K Tanggal Lahir : 09-05-2016
No. RM : 2111033113 Ruang perawatan: RI Melati

09.24 Memberikan therapi PCT 200 mg via drip


Hasil : therapi sudah diberikan, aliran lancar, plebitis tidak
ada.

Memberikan therapi injeksi diazepam 2 mg via bolus (IV)


12.05 Hasil : therapi sudah diberikan via bolus (IV) pelan-pelan

Mengukur Ttv Pasien


12:30 Nadi : 110 x/Mnt ,Suhu : 36,6 oC, Rr : 20 x/Mnt, Spo2 :
99 %

01/12/2021
07.30 Observasi kesadaran pasien Erma
Hasil : kesadaran compos mentis

09.00 Mengukur Ttv Pasien


Nadi : 112x/Menit, Suhu : 36,6 c , Rr : 19 x/Menit, Spo2 :
99%
09.10 Menginfokan ibu pasien agar tidak memasukan sesuatu ke
dalam mulut pasien saat kejang (seperti sendok,
makanan/minuman)
Hasil : Ibu pasien sudah mengerti

09.26 Memberikan therapi PCT 200 mg via drip


Hasil : therapi sudah diberikan, aliran lancar, plebitis tidak
ada

11.00 Mengukur Ttv Pasien


Nadi : 110x/Menit, Suhu : 36,3 c , Rr : 18 x/Menit, Spo2 :
99%

12.05 Memberikan therapi injeksi diazepam 2 mg via bolus (IV)


Hasil : therapi sudah diberikan via bolus (IV) pelan-pelan

12.15 Mengatur tetesan infus


Hasil : Tetesan infus RL 22 tpm, tetesan lancar, plebitis
tidak ada
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama pasien : An. K Tanggal Lahir : 09-05-2016


No. RM : 2111033113 Ruang perawatan : RI Melati
Tanggal Evaluasi (SOAP) Nama Jelas
29/11/2021 S : Ibu pasien mengatakan anaknya kejang semalam saat ini ERMA
sudah tidak kejang dan saat ini batuk.
O:
Keadaan Umum : Sedang, Kesadaran : Compos Mentis
Nadi 115 x/menit
Suhu 36,4 oC
Respirasi 22 x/menit terpasang oksigen 2 lpm nasal kanul
SPO2 98%
Penggunaan otot bantu napas (+) Supraclavikula
Terpasang oksigen 2 liter/menit nasal kanul
A : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan
neurologis (kejang) dibuktikan dengan penggunaan otot
bantu napas belum teratasi.
P : Lanjutkan Intervensi

S : Ibu pasien mengatakan badan anaknya terasa hangat ERMA


O:
Keadaan Umum : Sedang, Kesadaran : Compos Mentis
Nadi 115 x/menit
Suhu 36,4 oC
Respirasi 22 x/menit
Terpasang oksigen 2 lpm nasal kanul
SPO2 98%
A: Hipertemia berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan
dengan suhu tubuh meningkat, kejang, kulit terasa hangat.
belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama pasien : An. K Tanggal Lahir : 09-05-2016


No. RM : 2111033113 Ruang perawatan : RI Melati

S : Ibu pasien mengatakan anaknya kejang semalam saat ini ERMA


sudah tidak kejang.
O:
Keadaan Umum : Sedang, Kesadaran : Compos Mentis
Nadi 115 x/menit
Suhu 36,4 oC
Respirasi 22 x/menit
Terpasang oksigen 2 lpm nasal kanul
SPO2 98%
A: Resiko cedera dibuktikan dengan hipoksia jaringan belum
teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
30/11/2021 S : Ibu pasien mengatakan anaknya saat ini sudah tidak kejang ERMA
dan saat ini masih batuk
O:
Keadaan Umum : Sedang, Kesadaran : Compos Mentis
Nadi 110 x/menit
Suhu 36,6 oC
Respirasi 20 x/menit terpasang oksigen 2 lpm nasal kanul
SPO2 98%
Penggunaan otot bantu napas (+) Supraclavikula cukup
menurun
A: Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan
neurologis (kejang) dibuktikan dengan penggunaan otot
bantu napas belum teratasi.
P : Lanjutkan Intervensi
S : Ibu pasien mengatakan badan anaknya terasa hangat ERMA
O:
Keadaan Umum : Sedang, Kesadaran : Compos Mentis
Nadi 110 x/menit
Suhu 36,6 oC
Respirasi 20 x/menit terpasang oksigen 2 lpm nasal kanul
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama pasien : An. K Tanggal Lahir : 09-05-2016


No. RM : 2111033113 Ruang perawatan : RI Melati

SPO2 98%
Penggunaan otot bantu napas (+) Supraclavikula cukup
menurun
A: Hipertemia berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan
dengan suhu tubuh meningkat, kejang, kulit terasa hangat.
belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
S : Ibu pasien mengatakan anaknya saat ini sudah tidak kejang ERMA
O:
Keadaan Umum : Sedang, Kesadaran : Compos Mentis
Nadi 110 x/menit
Suhu 36,6 oC
Respirasi 20 x/menit terpasang oksigen 2 lpm nasal kanul
SPO2 98%
Penggunaan otot bantu napas (+) Supraclavikula cukup
menurun
A: Resiko cedera dibuktikan dengan hipoksia jaringan belum
teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
01/12/2021 S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak kejang dan ERMA
saat ini masih batuk.
O:
Keadaan Umum : Sedang, Kesadaran : Compos Mentis
Nadi 111 x/menit
Suhu 36,7 oC
Respirasi 20 x/menit tanpa oksigen
SPO2 98%
Penggunaan otot bantu napas (-) Supraclavikula tidak ada
A: Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan
neurologis (kejang) dibuktikan dengan penggunaan otot bantu
napas teratasi.
P : Hentikan Intervensi
S : Ibu pasien mengatakan badan anaknya sudah tidak terasa ERMA
hangat
O:
Keadaan Umum : Sedang, Kesadaran : Compos Mentis
Nadi 111 x/menit
Suhu 36,7 oC
Respirasi 20 x/menit tanpa oksigen
SPO2 98%
Penggunaan otot bantu napas (-) Supraclavikula tidak ada
A: Hipertemia berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan
dengan suhu tubuh meningkat, kejang, kulit terasa hangat
teratasi.
P : Hentikan Intervensi
S : Ibu pasien mengatakan anaknya saat ini sudah tidak kejang ERMA
O:
Keadaan Umum : Sedang, Kesadaran : Compos Mentis
Nadi 111 x/menit
Suhu 36,7 oC
Respirasi 20 x/menit tanpa oksigen
SPO2 98%
Penggunaan otot bantu napas (-) Supraclavikula tidak ada
A: Resiko cedera dibuktikan dengan hipoksia jaringan
teratasi
P : Hentikan Intervensi
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang yang terjadi karena
peningkatan suhu tubuh dengan cepat hingga ≥38 C, dan kenaikan suhu tersebut
di akibatkan oleh proses estrakranial.Umumnya di jumpai pada usia 6 bulan
sampai 5 tahun.Kejang demam di klarifikasi menjadi 2 yaitu kejang demam
sederhana dankejang demam komplek.
Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti
resiko cidera, atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh kebelakang yang
mengakibatkan obstruksi pada jalan nafas.
Semua jenis kejang demam baik yang umum maupun yang parsial,baik
yang disebabkan oleh demam maupuan penyebab lainnya haruslah di tangani
dengan adekuat. Penanganan awal yang tidak cepat dan tepat dapat memperparah
kondisi pasien karena kejang adalah keadaan klinis yang serius. Kejang demam
memiliki prognosis yang sangat baik,resiko kematian sangat kecil demikian pula
terjadinya epilepsy di masa mendatang.
Saat kejang pastikan jalan nafas tidak terhalang,pakaian ketat di
longgarkan,anak di posisikan miring agar lendir atau cairan dapat mengalir keluar.
Periksa tanda vital, baik pernafasan nadi dan suhu. Berikan anti piretik seperti
paracetamol atau ibuprofen. Bila di rumah dapat diberikan diazepam rectal.
Kebanyakan orang akan merasa panic ketika menjumpai pasien dengan
kejang, maka dari itu diperlukan kesigapan dari tenaga medis khusunya dokter aga
setiap pasien dapat menerima penatalaksanaan awal yang baik.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Lebih proaktif, cepat, tanggap dalam menghadapi situasi dan kondisi yang
dihadapi dalam melakukan analisa.
2. Lahan Praktek
Lebih meningkatkan fasilitas dan mengluarkan kebijakan yang
mendukung terselenggaranya pemberian asuhan keperawatan yang bermutu.
3. Institusi Pendidikan
Menyediakan klinikal instruktur dan klinikan teacher yang berkualitas
agar dapat membimbing mahasiswa dalam proses pemberian asuhan
keperawatan atau dalam penyusunan laporan keperawatan khususnya agar
tercipta praktisi keperawatan yang berkualitas dan professional.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Penerbit IDAI.
Depkes. Jumlah kasus kejang demam pada balita [on line]. 2013. Available from:
http://www.depkes.go.id/index.php. Diakses 29 November 2021.
Fuadi F, Bahtera T, Wijayahadi N. Faktor risiko bangkitan kejang demam pada anak.
Sari Pediatr. 2016;12(3):142
Lee CY, Lee NM, Yi DY, Yun SW, Lim IS, Chae SA. Iron deficiencyanemia: the
possible risk factor of complex febrile seizure and recurrenceof febrile
seizure. Child Neurol. 2018;26(4):210–4
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta :
EGC.
MCance, Kathryn L & Sue E. Huether. 2019. Buku Ajar Patofisiologi, Edisi Indonesia
Keenam, Volume 2. Indonesia : Elsevier.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Sanusi, W dkk. 2021. SEIR Mathematical Model of Seizure fever in Infants Under 5
Years Old in Makassar City. Journal of physics: Conference series,
1752(1). [on line]. Bristol. IOP Publishing. Diakses 29
desember
2021 .http://dx.doi.org/10.1088/1742-6596/1752/1/012007
Walsh A. Febrile seizures. Korean J Pediatr. 2014;57(9):384–90.
Wilson, Lorraine McCary & Sylvia Anderson Price. 2005. Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
18

Anda mungkin juga menyukai