Revisi LP BBLN
Revisi LP BBLN
konsep Teori
1. Pengertian BBLN
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
(ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk dapat hidup dengan baik (Marmi &
Rahardjo, 2015).
Adapun menurut Wahyuni (2012) bahwa Bayi Baru Lahir (BBL) normal
adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37- 2 minggu atau 294 hari dan berat
badan lahir 2500gram sampai dengan 4000 gram, bayi baru lahir (newborn atau
neonatus) adalah bayi yang baru di lahirkan sampai dengan usia empat minggu.
Begitu juga dengan Wagiyo & Purono (2016) bahwa bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dari kemahilan 37 minggu sampai 42 minggu
dengan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, menangis
spontan kurang dari 30 detik setelah lahir dengan nilai APGAR antara 7-10.
Berdasarkan pengertian tentang bayi baru lahir normal diatas, maka bayi
baru lahir normal dapat disimpulkan yaitu bayi yang lahir setelah kehamilan
37-42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram tanpa adanya kelainan
kongenital, langsung menangis setelah dilahirkan dengan durasi kurang dari 30
detik, dan nilai APGAR antara 7-10.
2. Karakteristik BBLN
Menurut Saleha (2012) karakteristik atau ciri-ciri BBLN adalah sebagai
berikut :
a. Berat badan 2500-4000 gram.
b. Panjang badan lahir 48-52 cm.
c. Lingkar dada 30-38 cm.
d. Lingkar kepala 33-35 cm.
e. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180x/menit,
kemudian menurun sampai 120-140x/menit.
f. Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit, kemudian
menurun setelah tenang kira-kira 40xmenit.
2
2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang
besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah
menghantarkan panas pada lingkungan.
3) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi
melalui konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi.
4) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungannya
dengan asidosis metabolic dapat bersifat mematikan, bahkan pada bayi
cukup bulan yang sehat.
Sesaat sesudah bayi lahir, bayi akan berada ditempat yang suhunya
lebih rendah dari dalam kandungan dan salam keadaan basah. Bila bayi
dibiarkan dalam suhu kamar 25C, maka bayi akan kehilangan panas
melalui evaprasi, konveksi, konduksi, dan radiasi sebanyak 200
kalori/kgBB/menit. Sementara itu, pembentukanpanas yang dapat
diproduksi hanya sepersepuluh dari pada yang tersebut diatas dalam waktu
yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan bayi menderita hipotermi
atau trauma dingin (cold injury). Bayi baru lahir dapat mempertahankan
suhu tubuhnya dengan mengurangi konsumsi energi, serta merawatnya di
dalam Natural Thermal Environment (NTE), yaitu lingkungan rata-rata
dimana produksi panas, pemakaian okseigen, dan kebutuhan nutrisi untuk
pertmbuhan adalah minimal agar suhu tubuh menjadi normal. Cara
mencegah kehilangan panas pada pada bayi dengan upaya antara lain:
1) Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan
ketuban pada tubuh bayi, keringkan bayi dengan handuk atau kain yang
telah disiapkan di atas perut ibu. Mengeringkan dengan menyeka tubuh
bayi juga merupakan rangsangan taktil untuk memulai bayi, memulai
pernafasannya.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
6
Rooting dan Bayi baru lahir menolehkan Respons yang lemah atau
menghisap kepala kea rah stimulus, tidak ada respons
membuka mulut dan terjadi pada prematuritas,
memulai menghisap bila penurunan atau cedera
pipi, bibir atau sudut mulut neurologis, atau depresi
bayi disentuh dengan jari system syaraf pusat ( SSP)
atau putting.
Menelan Bayi baru lahir menelan Muntah, batuk dan
berkooordinasi dengan regurgitasi cairan dapat
menghisap bila cairan terjadi, kemungkinan
ditaruh di belakang lidah. berhubungan dengan
sianosis sekunder karena
prematuritas, deficit
neurologis, atau cedera
terutama terlihat setelah
laringoskopi.
Ekstrusi Bayi baru lahir Ekstrusi lidah secara
menjulurkan lidah keluar kontinu atau menjulurkan
bila ujung lidah disentuh lidah yangb berulang-
dengan jari atau ulng
putting. terjadi pada kelainan
SSP
8
Eksensi silang Kaki bayi yang berlawanan Respon yang lemah atau
akan fleksi dan kemudian tidak ada refpon yang
akan ekstensi dengan cepat terlihat pada cedera saraf
seolah olah akan porifera atau fraktur tulang
memindahkan stimulus ke panjang.
kaki yang lain bila
diletakkan terlentang, bayi
akan mengekstensikan satu
kaki sebagai respons
terhadap stimulus pada
telapak kaki
e. Adaptasi Gastrointestinal
1) Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong kehidupan
ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.
10
k. Sistem urinaria
Kemampuan bayi dalam mengkonsentrasi urin kurang, sejumlah kecil
urine (sekitar 40 ml) biasa terdapat dalam kandung kemih bayi matur saat
14
4. Pathway
Kegagalan
peningkatan Hipotermi
Bayi Lahir kontak Termoregulasi Panas
Bilirubin berlebih
dengan Lingkungan
Luar
Adaptasi Hangat ke
Bayi Lahir Beradaptasi Dingin Meningkatkan Termoregulasi
Hiperbilirubin Panas tidak efektif
dengan Lingkungan
Extrauteri
Jaringan Ekstravaskuler (Kulit,
Bayi Menangis Konjungtiva dan mukosa)
dan Menggigil Peningkatan
Suhu Tubuh
Resiko Resiko Ikterik
Hipotermi Neonatus Hipertermi
16
Pemeriksaan refleks moro juga dapat dilakukan dengan cara mengangkat bayi
sepenuhnya dari tempat tidur, dengan menyangga bagian kepala dan trunkus
menggunakan kedua tangan saat bayi dalam posisi supinasi. Kemudian, diikuti dengan
menurunkan bayi secara cepat. Manuver ini akan menyebabkan abduksi simetris kedua
lengan dan ekstensi jari–jari tangan diikuti dengan fleksi dan adduksi lengan. Respons
ini juga dapat muncul saat terdapat suara yang muncul secara tiba–tiba.
Refleks Moro lemah pada bayi prematur dibandingkan dengan bayi aterm karena
tonus otot dan resistensi terhadap pergerakkan pasif yang buruk. Refleks Moro muncul
sejak usia gestasi 28 minggu dan akan hilang ketika bayi berusia 6 bulan
b. Grasping Reflex
Pemeriksaan grasping reflex atau refleks menggenggam dilakukan dengan cara
meletakkan tangan atau objek pada bagian palmar. Manuver ini akan menyebabkan
fleksi jari-jari tangan bayi, sehingga akan menggenggam tangan atau objek. Refleks ini
selain muncul pada bagian tangan juga muncul pada bagian kaki. Grasping reflex pada
bagian kaki dapat muncul bila dilakukan goresan pada bagian tengah kaki dan respons
yang terjadi adalah jari-jari kaki fleksi seolah akan menggenggam. Grasping reflex atau
refleks menggenggam sudah muncul sejak usia gestasi 28 minggu dan akan hilang
ketika bayi berusia 6 bulan.
c. Snout Reflex
Pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk ringan bagian atas bibir dengan
menggunakan jari atau palu refleks. Manuver ini akan menyebabkan kontraksi bilateral
otot sekitar mulut, seolah bibir mencucu.
d. Rooting Reflex
Pemeriksaan dilakukan dengan menggoreskan jari secara ringan pada bagian pipi,
atau dengan membawa suatu objek ke lapang pandang bayi. Manuver ini akan
menyebabkan bayi menoleh ke arah tersebut dan membuka mulut. Rooting reflex akan
dimulai sejak usia kehamilan 32 minggu dan menghilang ketika bayi berusia 1 bulan.
e. Refleks Menghisap
Pemeriksaan refleks menghisap atau sucking reflex dilakukan dengan cara
menstimulasi area oral, atau dengan memasukkan objek ke dalam mulut. Refleks ini
mulai muncul pada usia gestasi 14 minggu dan akan menghilang saat usia bayi 3-4
bulan.
18
Cara lain adalah dengan memegang bayi pada posisi horizontal dan bayi akan
merespon dengan gerakan menyerupai berenang.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Huda et al. (2015) pemeriksaan penunjang pada bayi BBLR adalah sebagai
berikut :
a. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000 –
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
b. Hematokrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic perinatal).
c. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebih).
d. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari.
20
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata – rata
40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya
g. Pemeriksaan analisa gas darah
8. Penatalaksanaan BBL
Menurut Kemeskes RI (2013) penalaksanaan untuk BBLN adalah sebagai berikut :
a. Membersihkan Jalan Napas
Kemudian kedua kelopak matanya dibersihkan dengan kapas atau kain kasa
steril satu demi satu,dimulai dari luar kedalam.Sesudah bayi lahir lengkap,saat lahir
segera dicatat dengan jam waktu (stopwatch). Kemudian kedua kaki bayi dipegang
dengan satu tangan,sedangkan tangan yang lain memegang kepala bayi yang lebih
rendah dengan sudut ± 300 daripada kaki dengan posisinya ekstensi sedikit untuk
memungkinkan cairan atau lendir mengalir keluar dari trakhea dan farings.Sementara
itu seorang membantu mengisap lendir dan cairan dengan alat pengisap lender.
Bayi normal akan menangis dalam 30 detik,tidak perlu dilakukan tindakan
apapun oleh karena bayi mulai bernafas spontan dan warna kulitnya kemerah-
merahan.Kemudian bayi diletakkan mendatar kira-kira sama tingginya dengan atau
sedikit dibawah introitus vagina.Bila mulut bayi masih belum bersih dari cairan dan
lendir, pengisapan lendir diteruskan,mula-mula dari mulut,kemudian dari lubang
hidung,supaya jalan nafas bebas dan bayi dapat bernafas sebaik-baiknya.Lambung
bayi pun.
b. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 3 cm dari dinding perut bayi dengan
gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Luka tali pusat dibersihkan dan
dirawat dengan perawatan terbuka tanpa dibubuhi apapun.
c. Menilai APGAR Score
1) Penilaian awal bayi baru lahir
Segera setelah bayi lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang
disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab
4 pertanyaan:
a) Apakah bayi cukup bulan?
b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
21
injak perut ibunya di atas rahim. Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan
pendarahan si ibu. Lama dari proses ini tergantung dari si bayi.
3) Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan melanjutkan dengan mencium
tangannya, ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air ketuban. Dan juga
ternyata wilayah sekitar puting si ibu itu juga memiliki bau yang sama, jadi
dengan mencium bau tangannya, si bayi membantu untuk mengarahkan kemana
dia akan bergerak.
4) Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu, yang bertujuan
untuk kegiatan ini juga tergantung dari si bayi itu.
5) Terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu
Proses Inisiasi Menyusu Dini pada Partus Spontan adalah sebagai berikut:
a) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin.
b) Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi atau tidak
menggunakan obat kimiawi
c) Bayi lahir segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya
tanpa menghilangkan vernix mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat
diikat.
d) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi di tengkurapkan di dada-perut ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu.
Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi.
e) Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari
puting sendiri
f) Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
g) Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu
jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu dan bayi
bersentuhan sampai setidaknya 1 jam
h) Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan
bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit
melekat pada kulit 30 menit atau 1 jam lagi.
i) Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya 1 jam atau
selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap,
diberi vit K.
23
j) Rawat gabung bayi, ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan
ibu selama 24 jam.
k) Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi
medis, tidak diberi dot atau empeng
e. Pemberian Vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon
yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam
pembekuan darah, seperti faktor II, VII, IX, X dan antikoagulan protein C dan S, serta
beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum banyak diketahui
peranannya dalam pembekuan darah. Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:
1) Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau.
Sediaan yang ada saat ini adalah cremophor dan vitamin K mixed micelles
(KMM).
2) Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal seperti Bacteriodes
fragilis dan beberapa strain E. coli.
3) Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang merupakan vitamin K
sintetik tetapi jarang diberikan lagi pada neonatus karena dilaporkan dapat
menyebabkan anemia hemolitik
Kejadian perdarahan biasanya terjadi pada umbilicus, dan cepal hematoma
karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, sekitar
0,25-0,5 %. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K1 (PDVK) dapat terjadi spontan
atau perdarahan karena proses lain seperti pengambilan darah vena atau pada operasi,
disebabkan karena berkurangnya faktor pembekuan darah (koagulasi) yang
tergantung pada vitamin K yaitu faktor II, VII, IX dan X. Sedangkan faktor koagulasi
lainnya, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit dalam batas normal. Cara Pemberian
Injeksi Vitamin K1 Profilaksis
1) Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.
2) Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione) injeksi
dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml.
Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :
24
yaitu menilai adanya kelainan pada bayi baru lahir seperti labioskiziz,
labioplatoskiziz, hodrosefalus, atresia ani, atresia eshofhagus, omfalokel dan lain-
lainserta pemeriksaan antropometri
i. Pemantauan Tanda Bahaya
Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak
spesifik. Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayibaru lahir
datang atau saat perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal bayibaru lahir dengan
tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah keadaan yanglebih buruk. Tanda ini
mencakup:
1) Tidak bisa menyusu
2) Kejang
3) Mengantuk atau tidak sadar
4) Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >15
detik)
5) Frekuensi napas > 60 kali/menit
6) Merintih
7) Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat sianosis sentral
9. Komplikasi
Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang
dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia,
tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi
kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
(Kemenkes RI, 2013)
10. Ballard Score
Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk
menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik.
Pada prosedur ini penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang
tenang dan beristirahat, sehingga lebih dapat diandalkan selama beberapa jam pertama
kehidupan. Penilaian menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil penilaian
maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria pemeriksaan maturitas neuromuskuler
diberi skor, demikian pula kriteria pemeriksaan maturitas fisik. Jumlah skor pemeriksaan
26
2) Square Window
28
3) Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur
sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil
dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi,
fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua
lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap
terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 °, Skor 2: fleksi parsial 110-
140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor 4: kembali ke fleksi penuh.
29
4) Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji
resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan
tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh.
Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan
lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang lain.
Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu
interpretasi.
Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut
yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa
pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum
melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver
ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor
30
5) Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring
telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong
tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi
lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati
badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala
tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada
lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila kontralateral (0);
kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan
garis aksila ipsilateral (4).
31
6) Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan
memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul.
Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk,
tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada
permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi
lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji mencatat lokasi
dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit ketika
berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah
pusar (3); dan lipatan femoralis (4).
32
3) Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini
kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan.
Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit garis telapak kaki
lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit hitam dilaporkan
terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis
pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian
penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas ras
atau etnis tertentu.
Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai
garis pada telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi
tersebut berdasarkan permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang
dari ujung jari hingga tumit. Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan
skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1.
4) Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat
stimulasi esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi
yang diterima janin. Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada
atau tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan papila Montgomery.
Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola
dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur
19
5) Mata/Telinga
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring
perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri
atas palpasi ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun
telinga ke arah wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati
kecepatan kembalinya daun telinga ketika dilepaskan ke posisi
semulanya.
20
Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika
dilepaskan. Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan
berdasarkan perkembangan palpebra. Pemeriksa berusaha membuka
dan memisahkan palpebra superior dan inferior dengan
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely
premature palpebara akan menempel erat satu sama lain. Dengan
bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan
walaupun hanya satu sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada
posisinya.
Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan dengan skor
dalam tabel. Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan
palpebra pada individu dengan usia gestasi yang sama. Hal ini
dikarenakan terdapat faktor seperti stres intrauterin dan faktor humoral
yang mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra.
5) Genital (Pria)
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam
scrotum kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun
mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke 32. Kedua testis
21
6) Genital (wanita)
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus
o
harus diposisikan telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45
dari garis horisontal. Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan
labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan aduksi
menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora.
Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat
menonjol dan menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya
maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora
22
c. Interpretasi Hasil
Masing-masing hasil penilaian baik maturitas neuromuskular maupun
fisik disesuaikan dan dijumlahkan hasilnya. Interpretasi hasil dapat dilihat
pada tabel skor.
17
i) Penyakit kehamilan :
j) Imunisasi TT :
k) Pemeriksaan kehamilan : dr ( ) bidan ( ) frekuensi....
l) Penggunaan obat-obatan ( ), alkohol ( ), rokok ( ), terpapar radiasi (
)
2) Natal
a) Tempat melahirkan :
b) Jenis persalinan :
c) Lama persalinan :
d) Penolong persalinan :
e) BB waktu lahir :
f) TB waktu lahir :
g) Posisi janin waktu lahir :
h) Cara untuk memudahkan persalinan :
i) Komplikasi waktu lahir :
3) Posnatal (Neonatal)
a) Kondisi bayi : menangis ( ), tidak menangis ( )
b) APGAR score : 1 menit...... 5 menit.........
c) Pengeluaran mekonium :
d. Riwayat Kesehatan Keluarga (genogram)
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Bentuknya (lonjong, bundar/tidak )
b) Besarnya (normal, mikrocepalus, hydrocephalus / tidak )
c) Ubun-ubun besar/kecil, sudah menutup/belum
d) Bila belum menutup teraba cekung, datar, cembung, tegang/tidak
e) sutura-sutura teraba tidak
2) Rambut
a) Warnanya (hitam, merah jagung, putih)
b) Kesuburannya (lebat, tipis/tidak )
c) Mudah rontok/tidak, botak/tidak
19
3) Muka
a) Pucat, cemas, kuning, merah, biru (sianosis)
b) Kulit wajah : halus, kasar, jerawatan / tidak
c) Hiperpigmentasi melantonik ada atau tidak
4) Mata
a) Simetris/tidak, juling, buta/tidak (kelopak mata / bulu mata lengkap
/tidak )
b) Selaput lender mata pucat / tidak
c) Bintik bitot ada / tidak
d) Penyakit mata akut / kronis, tumor / tidak
5) Hidung
a) Bersih / tidak
b) Pilek / tidak, polip / tumor ada / tidak
c) Dapat membedakan bau-bauan atau tidak
6) Mulut
a) bersih / tidak, berbau / tidak
b) Bibir pucat / tidak, stomatitis / tidak
c) Gusi bersih
d) Lidah kotor, tenggorokan bersih / tidak, pharynx membesar / tidak,
tonsil membesar / tidak
7) Telinga
a) Bersih / tidak
b) Pernah keluar cairan / tidak
c) Dapat mendengar dengan baik / tidak
8) Leher
a) Bentuknya : pendek, sedang, panjang
b) Pembesaran kelenjar thyroid ada / tidak, pembesaran kelenjar
lymphe
ada / tidak
c) Hiperpigmentasi pada kulit leher / tidak
20
9) Dada
a) Bentuk normal / tidak
b) Kalau pasien wanita (buah dada, putting susu, hiperpigmentasi ada /
tidak)
10) Ekstremitas atas
a) Simetris / tidak
b) Jari-jari lengkap / tidak
c) Kuku : pucat, kotor, panjang, biru / tidak
11) Abdomen
a) Membesar / tidak
b) Nyeri tekan / tidak
c) Ada bekas operasi / tidak
d) ada bising usus / tidak
e) Bentuk pusar : cekung, datar (hernia umbilikalis)
f) Teraba tumor / tidak
12) Eksremitas bawah
a) Simetris / tidak
b) Tibia baik / tidak, oedema ada / tidak, varises ada / tidak
c) Jari-jari kaki lengkap / tidak
d) Telapak kaki cekung / datar
13) Punggung
a) Alur tulang punggung simetris / tidak
b) Kifosis ada / tidak
c) Hiperlordosis ada / tidak
14) Genetalia dan anus
a) Genitalia laki-laki (Saluran kencing lancar / tidak, testis lengkap /
tidak, testis sudah turun ke skrotum / belum, femosis ada / tidak )
21
2. Analisa Data
Berikut diagnosa keperawatan menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) :
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Gejala dan tanda Bayi baru lahir normal Termoregulasi
mayor tidak efektif
Subjektif : - Perubahan fungsional (D.0149)
Objektif :
- Kulit dingin/hangat Termoregulasi
- Menggigil
- Suhu tubuh Adaptasi hangat ke dingin
fluktuatif meningkatkan panas
Gejala dan tanda minor
Subjektif : - peningkatan suhu tubuh
Objektif :
- Piloereksi Ketidakefektifan
22
- Piloereksi
- Takikardia
- Vasokontriksi
perifer
- Kutis memorata
(pada neonatus)
3. Gejala dan tanda Bayi baru lahir normal Hipertermia
mayor (D.0130)
Subjektif : - Perubahan fisiologis
Objektif :
Suhu tubuh diatas nilai Termoregulasi
normal
Gejala dan tanda minor Adaptasi hangat ke dingin
Subjektif : meningkatkan panas
Objektif :
- Kulit merah Peningkatan suhu tubuh
- Kejang Hipertermi
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
Risiko hipotermi
5. Gejala dan tanda Bayi baru lahir normal Risiko ikterik
mayor neonatus
Subjektif : - Penurunan berat badan (D.0035)
Objektif : - abnormal >7-8% pada bayi
Gejala dan tanda minor baru lahir yang menyusu
Subjektif : - ASI , >15% pada bayi
Objektif : - cukup bulan
Kesulitan transisi ke
kehidupan ekstra uterin
Keterlambatan
pengeluaran feses
(mekonium)
Resiko infeksi
25
3. Diagnosa Keperawatan
a. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan fluktuasi suhu
lingkungan
b. Hipotermi berhubungan dengan transfer panas
c. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
d. Risiko hipotermi berhubungan dengan bayi baru lahir
e. Risiko ikterik neonatus berhubungan dengan kesulitan transisi ke
kehidupan ekstra uterin
f. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer
4. Intervensi keperawatan
Berikut intervensi menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) :
No. Standar Diagnosis Dtandar Luaran Standar Inervensi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan Indonesia Indonesia (SIKI)
Indonesia (SDKI) (SKLI)
1. (D.0149) (Hal.317) (L.10098) (Hal.15) Regulasi temperatur
Termoregulasi tidak Setelah dilakukan tindakan (I.14578) (Hal.388)
efektif berhubungan keperawatan selama .... x 24 Observasi
dengan fluktuasi suhu jam diharapkan adaptasi 1. Monitor suhu bayi sampai
lingkungan neonatus membaik. Dengan stabil
kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh anak tiap
- Berat badan dua jam, jika perlu
meningkat 3. Monitor tekanan darah,
- Membran mukosa frekuensi pernafasan, dan
kering menurun nadi
- Sklera kuning 4. Monitor warna dan suhu kulit
menurun 5. Monitor dan catat tanda dan
- Keterlambatan gejala hipotermia atau
pengeluaran feses hipertermia
mneurun Terapeutik
- Aktivitas ekstremitas 1. Pasang alat pemantau suhu
membaik kontinyu, jika perlu
- Respon terhadap 2. Tingkatkan asupan cairan dan
stimulis sensorik nutrisi yanga dekuat
membaik 3. Bedong bayi segera setelah
26
1. anjurkan makan/minum
hangat
3 (D.0130) (Hal.284) (L.14135) (Hal.130) Manajemen hipertermia
Hipertemia Setelah dilakukan tindakan (I.15506) (Hal.181)
berhubungan dengan keperawatan selama .... x 24 Observasi
peningkatan laju jam diharapkan termoregulasi 1. Identifikasi penyebab
metabolisme neonatus membaik, dengan hipertermia
kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh
- Menggigil menurun 3. Monitor kadar elektrolit
- Suhu tubuh menurun 4. Monitor haluaran urin
- Suhu kulit menurun 5. Monitor komplikasi akibat
- Frekuensi nadi hipertermia
menurun Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Berikan caian oral
4. Lakukan pendinginan
eksternal
5. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
4 (D.0140) (Hal.302) (L.14135) (Hal.130) Manajemen hipotermia (I.14507)
Risiko hipotermia Setelah dilakukan tindakan (Hal.183)
berhubungan dengan keperawatan selama .... x 24 Observasi
bayi baru lahir jam diharapkan termoregulasi 4. Monitor suhu tubuh
membaik, dengan kriteria 5. Identifikasi penyebab
hasil: hipotermia
- Menggigil menurun 6. Monitor tanda dan gejala
- Kulit merah menurun akibat hipotermia
- Pucat menurun Terapeutik
- Takikardi menurun 6. Sediakan lingkungan yang
- Suhu tubuh membaik hangat
- Suhu kulit membaik 7. Ganti pakaian atau linen yang
- Pengisian kapiler basah
membaik 8. lakuakan penghangatan pasif
- Ventilasi membaik 9. lakukan penghangatan aktif
eksternal
10. lakukan penghangatan aktif
28
internal
Edukasi
1. Anjurkan makan/minum
hangat
Manajemen lingkungan
(I.14514) (Hal.194)
Observasi
1. Identifikasi kemanan dan
kenyamanan lingkungan
Terapeutik
1. Atur suhu lingkungan yag
sesuai
2. Sediakan tempat tidur yang
bersih dan nyaman
3. Hindari paparan langsung
dengan cahaya matahari atau
cahaya yang tidak perlu
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan
keluarga/pengunjung tentang
upaya pencegahan infeksi
5 (D.0035) (Hal.86) (L.10098) (Hal.15) Perawatan neonatus
Risiko ikterik Setelah dilakukan tindakan (I.03132) ( Hal.332)
neonatus keperawatan selama .... x 24 Observasi
berhubungan dengan jam diharapkan adaptasi 1. Identifikasi kondisi awal bayi
kesulitan transisi ke neonatus membaik, dengan setelah lahir
kehidupan ekstra kriteria hasil: 2. Monitor tanda vital bayi
uterin - Berat badan Terapeutik
meningkat 1. Lakukan inisiasi menyusui
- Membran mukosa dini (IMD) segera setelah
menurun bayi lahir
- Kulit kuning 2. Berikan vitamin K 1 mg
menurun intramuskuler untuk
- Sklera menurun mencegah pendarahan
- Prematuritas 3. Mandikan selama 5-10 menit,
menurun minimal sekali sehari
- Keterlambatan 4. Oleskan baby oil untuk
pengeluaran feses mempertahan kelembaban
menurun kulit
- Aktivitas ekstremitas 5. Rawat tali pusat secara
membaik terbuka
- Responsi terhadap 6. Bersihkan tali pusat dengan
stimulus sensorik air steril atau air matang
membaik Edukasi
29
DAFTAR PUSTAKA