Anda di halaman 1dari 53

1

konsep Teori
1. Pengertian BBLN
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
(ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk dapat hidup dengan baik (Marmi &
Rahardjo, 2015).
Adapun menurut Wahyuni (2012) bahwa Bayi Baru Lahir (BBL) normal
adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37- 2 minggu atau 294 hari dan berat
badan lahir 2500gram sampai dengan 4000 gram, bayi baru lahir (newborn atau
neonatus) adalah bayi yang baru di lahirkan sampai dengan usia empat minggu.
Begitu juga dengan Wagiyo & Purono (2016) bahwa bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dari kemahilan 37 minggu sampai 42 minggu
dengan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, menangis
spontan kurang dari 30 detik setelah lahir dengan nilai APGAR antara 7-10.
Berdasarkan pengertian tentang bayi baru lahir normal diatas, maka bayi
baru lahir normal dapat disimpulkan yaitu bayi yang lahir setelah kehamilan
37-42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram tanpa adanya kelainan
kongenital, langsung menangis setelah dilahirkan dengan durasi kurang dari 30
detik, dan nilai APGAR antara 7-10.
2. Karakteristik BBLN
Menurut Saleha (2012) karakteristik atau ciri-ciri BBLN adalah sebagai
berikut :
a. Berat badan 2500-4000 gram.
b. Panjang badan lahir 48-52 cm.
c. Lingkar dada 30-38 cm.
d. Lingkar kepala 33-35 cm.
e. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180x/menit,
kemudian menurun sampai 120-140x/menit.
f. Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit, kemudian
menurun setelah tenang kira-kira 40xmenit.
2

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup


terbentuk dan diliputi vernix caseosa.
h. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
i. Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), Testis sudah turun (pada laki-laki).
j. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
k. Refleks moro sudah baik: bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk.
l. Refleks grasping sudah baik: apabila diletakkan suatu benda diatas
telapak tangan, bayi akan menggengam / adanya gerakan refleks.
m. Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada pipi
dan daerah mulut Sudah terbentuk dengan baik.
n. Eliminasi baik: urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.
3. Adaptasi Fisiologis pada BBLN
Menurut Sondakh (2013) adaptasi fisiologis pada BBLN adalah sebagai
berikut:
a. Adaptasi Pernafasan
1) Pernapasan awal dipicu oleh factor fisik, sensorik dan kimia.
a) Faktor-faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk
mengembalikan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps
(misalnya perubahan dalam gradien tekanan).
b) Faktor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara dan
penurunan suhu.
c) Faktor-faktor kimia, meliputi perubahan dalm darah (misalnya,
penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar karbondioksida dan
penurunan pH) sebagai akibat asfiksia sementara selama
kehamilan.
2) Frekuensi pernafasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit.
3

3) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah,


terutama selama 12-18 jam pertama.
4) Bayi baru lahir lazimnya bernafas melalui hidung. Respon reflek
obstruksi.
5) Nasal dan membuka mulut untuk mempertahankan jalan nafas tidak
ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik
sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul akibat aktivitas normal system
saraf pusat dan porifera yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya.
Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang
melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma, serta
otot-otot lainnnya. Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir
per vaginam mengakibatkan paru-paru kehitangan 1/3 dari cairan yang
terdapat di dalamnya, sehingga tersisa 80-100 ml. Setelah bayi lahir,
cairan yang hilang tersebut akan diganti dengan udara.
b. Adaptasi Kardiovaskuler
Perubahan sirkulasi janin ketika lahir
Sumb Struktur Sebelum lahir Setelah Lahir
er : Vena Membawa darah arteri ke hati Menutup menjadi
Sonda Umbilikalis dan jantung ligamentum teres hepatis
kh
Arteri Membawa darah arteriovenosa ke Menutup menjadi
(2013) Umbilikalis plasenta ligamentum venosum

Duktus Pirau darah arteri ke dalam vena Menutup menjadi


Venosus kava inferior ligamentum arteriosum

Foramen Menghubungkan atrium kanan Menu tup menjadi


Ovale dan kiri ligamentum terbuka

Tidak mengandung udara dan Berisi udara dan disuplai


Paru-paru sedikit mengandung darah berisi darah dengan baik
cairan

Arteri Membawa sedikit darah ke paru Membawa banyak darah


Pulmonalis ke paru
Aorta Menerima darah hanya
Menerima darah dari dua pada ventrikel kiri
ventrikel
4

1) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir. Beberapa


perubahan terjadi dengan cepat dan sebagian lagi terjadi seiring dengan
waktu.
2) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis (pada tangan,
kaki dan sekitar mulut).
3) Denyut nadi berkisar 120-160 x/menit saaat bangun dan 100
x/menit saat tidur.
4) Rata-rata tekanan darah adalah 80/60 mmHg dan bervariasi sesuai
dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.
5) Nilai hematologi normal bayi
Parameter Kisaran Normal
Hemoglobin 15-20 g/Dl
Sel- sel darah merah 5,0-7,5 juta/mm2
Hematokrit 43-61%
Sel-sel darah putih 10.000-30.000/mm2
Neutrofit 40-80%
Eosinophil 2-3%
Limfosit 3-10%
Monosit 6-10%
Trombosit 10.000-280.000/mm2
Retikulosit 3-6 %
Volume darah - Pengekleman tali pusat dini: 78 mL/kg
- Pengekleman tali pusat lambat: 98,6 mL/kg
- Hari ketiga setelah pengekleman tali pusat
dini: 82,3 mL/kg
- Hari ketiga setelah pengekleman tali pusat
lambat: 92,6 mL/kg
Sumber : Sondakh (2013)

c. Adaptasi Termogulasi dan Metabolik


1) Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan
eksternal lebih dingin daripada lingkungan uterus.
5

2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang
besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah
menghantarkan panas pada lingkungan.
3) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi
melalui konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi.
4) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungannya
dengan asidosis metabolic dapat bersifat mematikan, bahkan pada bayi
cukup bulan yang sehat.
Sesaat sesudah bayi lahir, bayi akan berada ditempat yang suhunya
lebih rendah dari dalam kandungan dan salam keadaan basah. Bila bayi
dibiarkan dalam suhu kamar 25C, maka bayi akan kehilangan panas
melalui evaprasi, konveksi, konduksi, dan radiasi sebanyak 200
kalori/kgBB/menit. Sementara itu, pembentukanpanas yang dapat
diproduksi hanya sepersepuluh dari pada yang tersebut diatas dalam waktu
yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan bayi menderita hipotermi
atau trauma dingin (cold injury). Bayi baru lahir dapat mempertahankan
suhu tubuhnya dengan mengurangi konsumsi energi, serta merawatnya di
dalam Natural Thermal Environment (NTE), yaitu lingkungan rata-rata
dimana produksi panas, pemakaian okseigen, dan kebutuhan nutrisi untuk
pertmbuhan adalah minimal agar suhu tubuh menjadi normal. Cara
mencegah kehilangan panas pada pada bayi dengan upaya antara lain:
1) Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan
ketuban pada tubuh bayi, keringkan bayi dengan handuk atau kain yang
telah disiapkan di atas perut ibu. Mengeringkan dengan menyeka tubuh
bayi juga merupakan rangsangan taktil untuk memulai bayi, memulai
pernafasannya.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
6

Segera setelah melahirkan tubuh bayi yang memotong tali pusat


ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudian
selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering dan
bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat menyerap panas, tubuh
bayi melalui radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain yang telah basah
dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih dan kering).
3) Selimuti bagian kepala bayi bagian pada kepala bayi di tutupi atau
diselimuti setiap saaat.
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatife luas dan
bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut jika tidak
di tutupi.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas dan dianjurkan ibu untuk menyusui
bayinya segera setelah lahir sebaiknya pemberian ASI harus di mulai
dalam waktu 1 jam pertam kelahiran.
5) Cara menimbang dan memandikan bayi baru lahir.
Karena bayi baru lahir cepat kehilangan panas tubuhnya
(terutama jika tidak berpakaian), setelah melakukan penimbangan
selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan
bayi dapat dihitung dari selisih berat bayi saat berpakaian/ diselimuti
berat kain/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan 6 jam setelah lahir.
Memandikan bayi pada jam pertama setelah kelahiran dapat
menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan.
6) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
Idealnya bayi yang baru lahir di tempatkan ditempat tidur yang
sama dengan ibunya cara ini adalah cara paling mudah untu menjaga
bayi tetap hangat
d. Adaptasi Neurologis
1) Sistem neurologis bayi secara anatomic atau fisiologis belum
berkembang sempurna.
7

2) Bayi baru lahir menunjukkna gerakan-gerakan tidak terkoordinasi,


pengaturan suhu yang labil, control otot yang buruk, mudah terkejut
dan teremor pada ekstremitas.
3) Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku
yang leih kompleks (misalnya: control kepala, tersenyum, dan meraih
dengan tujuan) akan berkembang.
4) Refleks bayi baru lahir merupakan indicator penting perkembangan
normal.
Reflek Respons Normal Respons Abnormal

Rooting dan Bayi baru lahir menolehkan Respons yang lemah atau
menghisap kepala kea rah stimulus, tidak ada respons
membuka mulut dan terjadi pada prematuritas,
memulai menghisap bila penurunan atau cedera
pipi, bibir atau sudut mulut neurologis, atau depresi
bayi disentuh dengan jari system syaraf pusat ( SSP)
atau putting.
Menelan Bayi baru lahir menelan Muntah, batuk dan
berkooordinasi dengan regurgitasi cairan dapat
menghisap bila cairan terjadi, kemungkinan
ditaruh di belakang lidah. berhubungan dengan
sianosis sekunder karena
prematuritas, deficit
neurologis, atau cedera
terutama terlihat setelah
laringoskopi.
Ekstrusi Bayi baru lahir Ekstrusi lidah secara
menjulurkan lidah keluar kontinu atau menjulurkan
bila ujung lidah disentuh lidah yangb berulang-
dengan jari atau ulng
putting. terjadi pada kelainan
SSP
8

Moro Ekstensi simetris bilateral Respon asimetris terdapat


dan abduksi seluruh pada cedera syaraf porifera
ekstremitas, dengan ibu jari (pleksus brankialis) atauu
telunjuk membentuk huruf fraktur klavikula atau
C, diikuti dengan adduksi tulang panjang tulang
ekstremitas dan kembali ke lengan atau kaki
fleksi relaks jika posisi bayi
berubah tiba-tiba atau bayi
diletakkan terlentang pada
permukaan yang datar.
Melangkah Bayi akan melangkah Respon asimetris terlihat
dengan satu kaki dan pada cedera saraf SSP atau
kemudian kaki lainnya porifera fruktur tulang
dengan gerakan berjalan panjang kaki.
bila satu kaki di sentuh
pada permukaan rata
Merangkak Bayi akan berusaha Respons asimetris
merangkak ke depan terlihat pada cedera saraf
dengan kedua tangan dan pusat SSP dan gangguan
letakkan telungkup pada neurologis.
permukaan datar
Tonik Ekstremitas pada satu sisi Respon persisten setelah
leher atau dimana saat kepala di bulan keempat dapat
fencing tolehkan akan ekstensi menandakan cedera
yang berlawanan akan neurologis. Respon
fleksi bila bila kepala bayi menetap tampak pada
ditolehkan ke satu sisi cedera SSP dan ganggan
selagi beristirahat. neurologis.
Terkejut Bayi akan melakukan Tidak ada respon yang
abduksi dan fleksi seluruh menandakan defisit
ekstremitas dan dapat mulai neurologis atau cedera.
menagis bila mendapatkan Tidak adanya respon
gerakan mendadak atau secara lengkap dan
suara keras konsisten terhadap bunyi
keras dapat menandakan
ketulian. Respon mendapat
jadi tidak ada atau
berkurang selama tidur
malam.
9

Eksensi silang Kaki bayi yang berlawanan Respon yang lemah atau
akan fleksi dan kemudian tidak ada refpon yang
akan ekstensi dengan cepat terlihat pada cedera saraf
seolah olah akan porifera atau fraktur tulang
memindahkan stimulus ke panjang.
kaki yang lain bila
diletakkan terlentang, bayi
akan mengekstensikan satu
kaki sebagai respons
terhadap stimulus pada
telapak kaki

Glabellar Bayi akan berkedip bila Terus berkedip dan gagal


“blink” diakukan 4 atau 5 ketukan untuk berkedip
pertama pada batang menandakan gangguan
hidung saat mata terbuka. pada neurologis.
Palmar grasp Jari bayi akan menekuk di Respons ini akan
sekitar benda dan berkurang pada
menggenggamnya seketika pematuritas. Asimetris
bila jari diletakkan di terjadi pada kerusakan
sekitar tangan bayi saraf porifera (pleksus
brankialis) atau fraktur
humerus. Tidak ad respons
yang terjadi pada deficit
neurologis yang berat.
Plantar grasp Jari bayi akan menekuk di Respons yang berkurang
sekeliling benda seketika terjadi pada prematuritas
bila jari diletakkan di tidak ada respon yang
telapak kaki bayi. terjadi pada deficit
neurologis yang berat.
Tanda babinski Jari-jari kaki akan Tidak ada respons
hiperekstensi dan tepisah yang terjadi pada deficit
seperti kipas dari SSP.
dorsofleksi ibu jari kaki
bila satu kaki digosok dari
tumitke atas
melintasi bantalan kaki
Sumber : Sondakh (2013)

e. Adaptasi Gastrointestinal
1) Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong kehidupan
ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.
10

2) Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk mengahantarkan


makanan sudah terbentuk saat lahir.
3) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan
absorpsi lemak kurang baik karena tidak ada ade kuatnya enzim- enzim
pankreas dan lipase.
4) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi
berusia 3 bulan.
5) Pengeluaran mekonium, yaitu feses berwarna hitam kehijauan, lengket
dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24 jam pada 90%
bayi baru lahir yang normal
6) Variasi besar terjadi diantara bayi baru lahir tentang minat terhadap
makanan, gejala lapar, dan jumlah makanan yang ditelan pada setiap
kali pemberian makanan
7) Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan pada
payudara, sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusu secara
efektif
8) Gerakan acak tangan ke mulut dan mengisap jari telah diamati
didalam uterus, tindakan ini berkembang baik pada saat lahir dan
diperkuat dengan rasa lapar.
Oleh karena kadar gula darah tali pusat 65 mg/100 ml akan
menurun menjadi 50 mg/100 ml dalam waktu 2 jam sesudah lahir,
energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah
lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula
akan mencapai 120 mg/100 ml. Bila perubahan glukosa menjadi
glikogen meningkat atau adanya gangguan metabolisme asam lemak yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi
mengalami hipoglikemia.
f. Adaptasi Ginjal
1) Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan
oleh tidak adekuatnya area permukaan glomerulus
11

2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang


normal, tetapi menghambat kpasitas bayi untuk berespon terhadap
stressor
3) Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan
kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan
ketidakseimbangan cairan
4) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama
setelah ahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu
mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam
5) Urin dapat keruh karena lendir dan garam urat; noda kemerahan
(debu batu bata) dapat diamati pada popok karena kristal asam urat.
g. Adaptasi Hati
1) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir,
hati terus membantu pembentukan darah
2) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk
pembekuan darah
3) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan
kehidupan ekstrauterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan
terhadap defisiensi zat besi
4) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi, pigmen berasal
dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel
darah merah
5) Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem vaskuler dan
menembus jaringan ekstravaskuler lainnya (misalnya kulit, sklera,
dan membran mukosa oral) mengakibatkan warna kuning yang disebut
jaundice atau icterus
6) Pada stres dingin yang lama, glikolisis anaerobik terjadi, yang
mengakibatkan peningkatan produksi asam. Asidosis metabolik terjadi
dan jika terdapat defek fungsi pernapasan, asidosis respiratorik dapat
terjadi. Asam lemak yang berlebihanmenggeser bilirubin dari tempat-
tempat pengikatan albumin. Peningkatan kadar bilirubin tidak
12

berikatan yang bersikulasi mengakibtakan peningkatan resiko kem-


ikterus bhkan pada kadar bilirubin serum 10mg/dl atau kurang.
h. Adaptasi Imun
1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerangg di pintu
masuk
2) Imaturitas jumlah sistem perlindungan secara signifikan
meningkatkan risiko infeksi pada periode bayi baru lahir.
a) Respons inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif
b) Fagositosis lambat
c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum
berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu
d) Imunoglobulin A hilang dari saluran pernapasan dan perkemihan
kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI, IgA juga tidak terdapat
dalam saluran GI
3) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama
periode neonatus
i. Adaptasi lingkungan
1) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit
bayi dengan kulit ibu
2) Gantilah handuk/kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan
selimut, serta jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindung
dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh. Pastikan bayi
tetap hangat
3) Mempertahankan lingkungan termal netral.
a) Letakkan bayi di bawah alat penghangat pancaran dengan
menggunakan sensor kulit untuk memantau suhu sesuai kebutuhan
b) Tunda memandikan bayi sampai suhu stabil
c) Pasang penutup kepala rajutan untuk mencegah kehilangan panas
dari kepala bayi
13

Adaptasi bayi baru lahir (neonatal) adalah proses penyesuaian


fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar
uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis. Bila
terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit. Homeostasis adalah
kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital, bersifat dinamis,
dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk
pertumbuhan dan perkembangan intrauterin.
j. Sitem integumen
Semua struktur sudah terbentuk saat lahir. Epeidermis dan
dermis berikatan longgar dan sangat tipis. Kulit bayi sangat sensitif
dan dapat rusak dengan mudah. Bayi matur memiliki warna kulit
eritematosa (kemerahan) selama beberapa jam setelah lahir,
selanjutnya akan berubah menjadi warna normal. Kulit sering kali
terlihat berbecak-bercak, terutama pada ekstremitas.Tangan dan
kulit sedikit sianosis (akrosianosis), yang disebabkan oleh
instabilitas vasomotor dan statis kapiler. Akrosianosis normal terjadi
dan hanya timbul sementara selama 7 sampai 10 hari, terutama
terhadap pejanan terhadap dingin.
Perbedaan antara Kaput succedaneum dan Sefalhematoma

Kaput succedaneum Sefalhematoma


 Muncul saat lahir  Muncul beberapa jam setelah
 Tidak bertambah besar lahir
 Hilang beberapa hari  Bertambah besar pada hari 2-3
 Batas tidak tegas hari
 Kadang-kadang melewati  Hilang setelah 6 minggu
sutura  Batas tegas
 Tidak ada komplikasi  Tidak melewati sutura
 Penyebab perdarahan periosteum
 Komplikasi: jaundice, fraktur,
perdarahan intrakranial.

k. Sistem urinaria
Kemampuan bayi dalam mengkonsentrasi urin kurang, sejumlah kecil
urine (sekitar 40 ml) biasa terdapat dalam kandung kemih bayi matur saat
14

lahir.Frekuensi berkemih bervariasi dari 2-6x/hari selama hari pertama dan


kedua kehidupan dari 5 hingga 25 kali sehari setelahnya.Sekita enam
hingga delapan kali berkemih per hari dengan urin berwarna kuning pucat
merupakan penanda asupan cairan yang adekuat setelah 3-4 hari
pertama.Umumnya, bayi maturberkemih 15 hingga 60 ml urine/kgBB/hari.
15

4. Pathway

- Kondisi bayi saat lahir (APGAR Score)


- Usia gestasi, proses persalinan Pemotongan Tali Port de Entry Resiko
BBLN pusat Bayi Bacteria Infeksi
- Kondisi saat didalam intrauterin
- BB saat lahir

Kegagalan
peningkatan Hipotermi
Bayi Lahir kontak Termoregulasi Panas
Bilirubin berlebih
dengan Lingkungan
Luar
Adaptasi Hangat ke
Bayi Lahir Beradaptasi Dingin Meningkatkan Termoregulasi
Hiperbilirubin Panas tidak efektif
dengan Lingkungan
Extrauteri
Jaringan Ekstravaskuler (Kulit,
Bayi Menangis Konjungtiva dan mukosa)
dan Menggigil Peningkatan
Suhu Tubuh
Resiko Resiko Ikterik
Hipotermi Neonatus Hipertermi
16

5. Pengkajian Refleks Fisiologis pada Bayi


Pemeriksaan refleks primitif penting dilakukan pada neonatus dan infant untuk
mendeteksi secara dini adanya gangguan neurologis dan gangguan perkembangan. Refleks
primitif adalah respons motorik involunter yang berasal dari batang otak yang mulai muncul
saat usia kehamilan 25 minggu dan sepenuhnya terbentuk setelah lahir pada bayi aterm.
Refleks primitif adalah refleks dasar yang penting dalam memfasilitasi kelangsungan hidup.
Respons motorik involunter ini akan digantikan dengan refleks motorik volunter saat otak
mengalami maturasi di usia 4–6 bulan. Refleks primitif yang tidak muncul saat usia
seharusnya, menetap atau muncul kembali pada usia yang tidak seharusnya, dan muncul
asimetris adalah penanda klinis penting dari berbagai gangguan neurologi dan
perkembangan bayi. Pemeriksaan refleks primitif penting dilakukan pada neonatus dan
infant untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan neurologis dan gangguan
perkembangan (Vargiami & Zafeiriou, 2020).
Refleks primitif adalah respons motorik involunter yang berasal dari batang otak yang
mulai muncul saat usia kehamilan 25 minggu dan sepenuhnya terbentuk setelah lahir pada
bayi aterm. Refleks primitif adalah refleks dasar yang penting dalam memfasilitasi
kelangsungan hidup. Respons motorik involunter ini akan digantikan dengan refleks motorik
volunter saat otak mengalami maturasi di usia 4–6 bulan. Refleks primitif yang tidak
muncul saat usia seharusnya, menetap atau muncul kembali pada usia yang tidak
seharusnya, dan muncul asimetris adalah penanda klinis penting dari berbagai gangguan
neurologi dan perkembangan bay (Vargiami & Zafeiriou, 2020).
Teknik pemeriksaan refleks primitif adalah dengan mencoba mencetuskan respon
motorik involunter yang normal ada pada neonatus dan bayi hingga usia 4-6 bulan. Berikut
pemeriksaan refleks menurut Vargiami & Zafeiriou (2020) yaitu :
a. Refleks Moro
Refleks Moro atau refleks terkejut merupakan respons protektif terhadap
gangguan keseimbangan tubuh yang terjadi secara mendadak. Refleks ini muncul saat
dilakukan manuver pull-to-sit, yaitu lengan dilepaskan ketika terdapat sedikit celah
antara leher dan tempat tidur bayi sehingga bayi seolah-olah mendapatkan sensasi
“terjatuh” secara tiba-tiba.
17

Pemeriksaan refleks moro juga dapat dilakukan dengan cara mengangkat bayi
sepenuhnya dari tempat tidur, dengan menyangga bagian kepala dan trunkus
menggunakan kedua tangan saat bayi dalam posisi supinasi. Kemudian, diikuti dengan
menurunkan bayi secara cepat. Manuver ini akan menyebabkan abduksi simetris kedua
lengan dan ekstensi jari–jari tangan diikuti dengan fleksi dan adduksi lengan. Respons
ini juga dapat muncul saat terdapat suara yang muncul secara tiba–tiba.
Refleks Moro lemah pada bayi prematur dibandingkan dengan bayi aterm karena
tonus otot dan resistensi terhadap pergerakkan pasif yang buruk. Refleks Moro muncul
sejak usia gestasi 28 minggu dan akan hilang ketika bayi berusia 6 bulan
b. Grasping Reflex
Pemeriksaan grasping reflex atau refleks menggenggam dilakukan dengan cara
meletakkan tangan atau objek pada bagian palmar. Manuver ini akan menyebabkan
fleksi jari-jari tangan bayi, sehingga akan menggenggam tangan atau objek. Refleks ini
selain muncul pada bagian tangan juga muncul pada bagian kaki. Grasping reflex pada
bagian kaki dapat muncul bila dilakukan goresan pada bagian tengah kaki dan respons
yang terjadi adalah jari-jari kaki fleksi seolah akan menggenggam. Grasping reflex atau
refleks menggenggam sudah muncul sejak usia gestasi 28 minggu dan akan hilang
ketika bayi berusia 6 bulan.
c. Snout Reflex
Pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk ringan bagian atas bibir dengan
menggunakan jari atau palu refleks. Manuver ini akan menyebabkan kontraksi bilateral
otot sekitar mulut, seolah bibir mencucu.
d. Rooting Reflex
Pemeriksaan dilakukan dengan menggoreskan jari secara ringan pada bagian pipi,
atau dengan membawa suatu objek ke lapang pandang bayi. Manuver ini akan
menyebabkan bayi menoleh ke arah tersebut dan membuka mulut. Rooting reflex akan
dimulai sejak usia kehamilan 32 minggu dan menghilang ketika bayi berusia 1 bulan.
e. Refleks Menghisap
Pemeriksaan refleks menghisap atau sucking reflex dilakukan dengan cara
menstimulasi area oral, atau dengan memasukkan objek ke dalam mulut. Refleks ini
mulai muncul pada usia gestasi 14 minggu dan akan menghilang saat usia bayi 3-4
bulan.
18

f. Asymmetric Tonic Neck Reflex


Pemeriksaan asymmetric tonic neck reflex dilakukan dengan merotasi kepala bayi
90 derajat ke satu sisi selama 15 detik saat bayi berada dalam posisi supinasi. Respons
yang ditimbulkan akibat manuver ini adalah lengan dan kaki pada sisi yang searah
dengan arah rotasi wajah akan mengalami ekstensi, sedangkan lengan dan kaki
kontralateral akan mengalami fleksi. Respons ini akan memberikan gambaran postur
“fencing”. Pemeriksaan ini diulang dengan melakukan rotasi kepala ke sisi lainnya.
Refleks ini muncul sejak usia kehamilan 35 minggu dan menghilang di usia bayi 3
bulan.
g. Refleks Glabellar
Refleks glabellar muncul sebagai respons pengetukkan berulang pada regio wajah di
antara kedua alis bayi. Respons yang muncul akibat stimulasi ini adalah bayi akan
mengedipkan mata, dan respons ini akan menghilang setelah 4 sampai 5 ketukan.
Pemeriksaan dilakukan dari atas dan belakang bayi untuk mengilangkan stimulus
visual. Refleks glabellar merupakan respons untuk melindungi mata bayi dari cedera.
h. Refleks Babinski
Refleks Babinski positif bila terdapat dorsofleksi bagian ibu jari kaki dan mekarnya
jari kaki lain bila diberikan rangsangan goresan pada bagian lateral telapak kaki.
Refleks ini bisa menetap hingga usia 2 tahun, dan dapat mulai menghilang pada usia 1
tahun.
i. Stepping Reflex
Pemeriksaan dilakukan dengan cara memposisikan bayi tegak dengan menahan
pada bagian bawah lengan,  kemudian biarkan kaki bayi menyentuh permukaan yang
datar. Respons yang diberikan adalah salah satu kaki fleksi, sedangkan kaki yang lain
berada dalam posisi ekstensi, seolah-olah bayi seperti akan berjalan. Biasanya refleks
ini menghilang ketika bayi berusia 2 bulan, dan kembali lagi ketika bayi mulai belajar
berjalan.
j. Swimming Reflex
Pada pemeriksaan ini, letakkan bagian abdomen bayi ke dalam kolam air dan
bayi akan merespon dengan menendang dan mendayung seperti gerakan saat berenang.
19

Cara lain adalah dengan memegang bayi pada posisi horizontal dan bayi akan
merespon dengan gerakan menyerupai berenang.

6. Pengkajian APGAR Score


Penilaian keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah bayi lahir dengan penggunaan
nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk menilai apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.
Bila nilai APGAR dalam 2 menit tidak mencapai 7, maka harus dilakukan tindakan
resusitasi lebih lanjut, kerena jika bayi menderita asfiksia lebh dari 5 menit kemungkinan
terjadi gejala-gejala neurologic lanjutan dikemudian hari akan lebih besar, maka penilaian
APGAR selain dilakukan pada menit pertama juga dilakukan pada menit ke-5 setelah bayi
lahir (Suprapti & Didien, 2016).
Penilaian
No. Klinis
0 1 2
1 Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100 x/menit
2 Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan
3 Tidak ada Menyeringai Bentuk/bersih
nafas dibersihkan
Fleksi
Fleksi kuat gerak
4 Tonus otot Lunglai ekstrimitas
aktif
(lemah)
Tubuh merah Merah seluruh
5 Warna kulit Biru pucat
ekstremitas biru tubuh
Sumber : Suprapti & Didien (2016)

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Huda et al. (2015) pemeriksaan penunjang pada bayi BBLR adalah sebagai
berikut :
a. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000 –
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
b. Hematokrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic perinatal).
c. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebih).
d. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari.
20

e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata – rata
40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya
g. Pemeriksaan analisa gas darah
8. Penatalaksanaan BBL
Menurut Kemeskes RI (2013) penalaksanaan untuk BBLN adalah sebagai berikut :
a. Membersihkan Jalan Napas
Kemudian kedua kelopak matanya dibersihkan dengan kapas atau kain kasa
steril satu demi satu,dimulai dari luar kedalam.Sesudah bayi lahir lengkap,saat lahir
segera dicatat dengan jam waktu (stopwatch). Kemudian kedua kaki bayi dipegang
dengan satu tangan,sedangkan tangan yang lain memegang kepala bayi yang lebih
rendah dengan sudut ± 300 daripada kaki dengan posisinya ekstensi sedikit untuk
memungkinkan cairan atau lendir mengalir keluar dari trakhea dan farings.Sementara
itu seorang membantu mengisap lendir dan cairan dengan alat pengisap lender.
Bayi normal akan menangis dalam 30 detik,tidak perlu dilakukan tindakan
apapun oleh karena bayi mulai bernafas spontan dan warna kulitnya kemerah-
merahan.Kemudian bayi diletakkan mendatar kira-kira sama tingginya dengan atau
sedikit dibawah introitus vagina.Bila mulut bayi masih belum bersih dari cairan dan
lendir, pengisapan lendir diteruskan,mula-mula dari mulut,kemudian dari lubang
hidung,supaya jalan nafas bebas dan bayi dapat bernafas sebaik-baiknya.Lambung
bayi pun.
b. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 3 cm dari dinding perut bayi dengan
gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Luka tali pusat dibersihkan dan
dirawat dengan perawatan terbuka tanpa dibubuhi apapun.
c. Menilai APGAR Score
1) Penilaian awal bayi baru lahir
Segera setelah bayi lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang
disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab
4 pertanyaan:
a) Apakah bayi cukup bulan?
b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
21

c) Apakah bayi menangis atau bernapas?


d) Apakah tonus otot bayi baik?
Jika bayi cukup bulan dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau
tidak menangis atau tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak
baik lakukan langkah resusitasi. Keadaan umum bayi dinilai setelah lahir dengan
penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi
menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai ada 5 poin :
a) Appearance (warna kulit)
b) Pulse rate (denyut jantung)
c) Grimace (tonus otot)
d) Activity (aktivitas)
e) Respiratory (pernapasan).
Setiap penilaian diberi nilai 0, 1, dan 2. Bila dalam 2 menit nilai apgar tidak
mencapai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut, oleh karena
bila bayi mendertita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya gejala-
gejala neurologik lanjutan di kemudian hari lebih besar. berhubungan dengan itu
penilaian apgar selain pada umur 1 menit, juga pada umur 5 menit.
d. Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera
setelah lahiran. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah dari Tuhan yang sudah disusun
untuk kita. Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu
hingga dua jam. Proses inisiasi menyusu dini :
1) Sesaat setelah lahiran sehabis ari-ari dipotong, langsung diletakkan di dada
siibu tanpa membersihkan si bayi kecuali tangannya, kulit bertemu kulit.
Ternyata suhu badan ibu yang habis melahirkan 1 derajat lebih tinggi. Namun jika
si bayi itu kedinginan, otomatis suhu badan si ibu jadi naik 2 derajat, dan jika si
bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turun 1 derajat. Setelah diletakkan di dada si
ibu, biasanya si bayi hanya akan diam selama 20-30 menit, dan ternyata hal ini
terjadi karena si bayi sedang menetralisir keadaannya setelah trauma melahirkan.
2) Setelah si bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis kaki si bayi akan mulai
bergerak-gerak seperti hendak merangkak. Ternyata gerakan ini pun bukanlah
gerakan tanpa makna karena ternyata kaki si bayi itu pasti hanya akan menginjak-
22

injak perut ibunya di atas rahim. Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan
pendarahan si ibu. Lama dari proses ini tergantung dari si bayi.
3) Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan melanjutkan dengan mencium
tangannya, ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air ketuban. Dan juga
ternyata wilayah sekitar puting si ibu itu juga memiliki bau yang sama, jadi
dengan mencium bau tangannya, si bayi membantu untuk mengarahkan kemana
dia akan bergerak.
4) Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu, yang bertujuan
untuk kegiatan ini juga tergantung dari si bayi itu.
5) Terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu
Proses Inisiasi Menyusu Dini pada Partus Spontan adalah sebagai berikut:
a) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin.
b) Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi atau tidak
menggunakan obat kimiawi
c) Bayi lahir segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya
tanpa menghilangkan vernix mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat
diikat.
d) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi di tengkurapkan di dada-perut ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu.
Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi.
e) Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari
puting sendiri
f) Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
g) Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu
jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu dan bayi
bersentuhan sampai setidaknya 1 jam
h) Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan
bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit
melekat pada kulit 30 menit atau 1 jam lagi.
i) Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya 1 jam atau
selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap,
diberi vit K.
23

j) Rawat gabung bayi, ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan
ibu selama 24 jam.
k) Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi
medis, tidak diberi dot atau empeng
e. Pemberian Vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon
yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam
pembekuan darah, seperti faktor II, VII, IX, X dan antikoagulan protein C dan S, serta
beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum banyak diketahui
peranannya dalam pembekuan darah. Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:
1) Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau.
Sediaan yang ada saat ini adalah cremophor dan vitamin K mixed micelles
(KMM).
2) Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal seperti Bacteriodes
fragilis dan beberapa strain E. coli.
3) Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang merupakan vitamin K
sintetik tetapi jarang diberikan lagi pada neonatus karena dilaporkan dapat
menyebabkan anemia hemolitik
Kejadian perdarahan biasanya terjadi pada umbilicus, dan cepal hematoma
karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, sekitar
0,25-0,5 %. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K1 (PDVK) dapat terjadi spontan
atau perdarahan karena proses lain seperti pengambilan darah vena atau pada operasi,
disebabkan karena berkurangnya faktor pembekuan darah (koagulasi) yang
tergantung pada vitamin K yaitu faktor II, VII, IX dan X. Sedangkan faktor koagulasi
lainnya, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit dalam batas normal. Cara Pemberian
Injeksi Vitamin K1 Profilaksis
1) Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.
2) Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione) injeksi
dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml.
Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :
24

1) Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1 ml, kemudian


disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian anterolateral sebanyak 1
mg dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.
2) Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0 (uniject),
dengan selang waktu 1-2 jam.
3) Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis dan cara
yang sama.
4) Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1 dilakukan pada
kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan cara yang sama.
Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi.
f. Pencegahan Infeksi Mata
Beri salep mata antibiotika pada kedua mata untuk merawat mata bayi. Tetes
mata untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan setelah ibu dan keluarga
memomong dan diberi ASI. Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep mata
tetrasiklin 1 %. Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam
setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari
satu jam setelah kelahiran.
g. Pemberian Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap
bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Terdapat jadwal pemberian imunisasi
Hepatitis B, jadwal pertama imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 0
(segera setelah lahir menggunakan uniject), jadwal kedua imunisasi Hepatitis B
sebanyak 4 kali yaitu pada usia 0 dan DPT+ Hepatitis B (Combi I, II dan III) pada 2,3
dan 4bulan usia bayi.
h. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadi pada
bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar
rahim. Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat
kelainan pada bayi.Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk
tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.Pemeriksaan Fisik bayi
baru lahir meliputi pemeriksaan fisik secara umum, pemeriksaan fisik head to toe
25

yaitu menilai adanya kelainan pada bayi baru lahir seperti labioskiziz,
labioplatoskiziz, hodrosefalus, atresia ani, atresia eshofhagus, omfalokel dan lain-
lainserta pemeriksaan antropometri
i. Pemantauan Tanda Bahaya
Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak
spesifik. Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayibaru lahir
datang atau saat perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal bayibaru lahir dengan
tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah keadaan yanglebih buruk. Tanda ini
mencakup:
1) Tidak bisa menyusu
2) Kejang
3) Mengantuk atau tidak sadar
4) Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >15
detik)
5) Frekuensi napas > 60 kali/menit
6) Merintih
7) Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat sianosis sentral
9. Komplikasi
Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang
dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia,
tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi
kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
(Kemenkes RI, 2013)
10. Ballard Score
Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk
menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik.
Pada prosedur ini penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang
tenang dan beristirahat, sehingga lebih dapat diandalkan selama beberapa jam pertama
kehidupan. Penilaian menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil penilaian
maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria pemeriksaan maturitas neuromuskuler
diberi skor, demikian pula kriteria pemeriksaan maturitas fisik. Jumlah skor pemeriksaan
26

maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan, kemudian dengan menggunakan


tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya.
a. Penilaian Maturitas Neuromuskular
1) Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya
tahanan saat otot diregangkan. Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur
janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal,
dimana ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal
kehamilan hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan dengan
pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan abduksi siku,
lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat
perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan
tonus fleksi pasif yang progresif.
Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu
sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang,
dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika
ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar
kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti posisi
kaki kodok.
27

2) Square Window
28

Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan


ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa
meluruskan jari- jari bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari
dengan lembut. Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan bawah bayi dari
preterm hingga posterm diperkirakan berturut-turut > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °,
dan 0 °.

3) Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur
sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil
dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi,
fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua
lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap
terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 °, Skor 2: fleksi parsial 110-
140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor 4: kembali ke fleksi penuh.
29

4) Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji
resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan
tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh.
Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan
lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang lain.
Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu
interpretasi.
Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut
yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa
pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum
melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver
ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor
30

berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah


terjadi

5) Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring
telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong
tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi
lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati
badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala
tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada
lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila kontralateral (0);
kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan
garis aksila ipsilateral (4).
31

6) Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan
memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul.
Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk,
tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada
permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi
lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji mencatat lokasi
dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit ketika
berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah
pusar (3); dan lipatan femoralis (4).
32

b. Penilaian Maturitas Fisik


1) Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya
bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix
caseosa. Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau
mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bisa
terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada
pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin.
Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit
agak transparan dan lengket ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya
kulit menjadi lebih halus, menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang
menghilang menjelang akhir kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin
17

dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban. Hal ini dapat


mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas,
pecah-pecah, dehidrasi, sepeti sebuah perkamen.
2) Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada
extreme prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo.
Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan
biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan punggung atas ketika
memasuki minggu ke 28.
Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah.
Daerah yang tidak ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya
dan biasanya yang paling luas terdapat di daerah lumbosakral. Pada
punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo. Variasi
jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing usia gestasi tergantung
pada genetik, kebangsaan, keadaan hormonal, metabolik, serta
pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan diabetes
mempunyai lanugo yang sangat banyak.
Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada daerah
yang mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas
dan bawah dari punggung bayi.
18

3) Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini
kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan.
Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit garis telapak kaki
lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit hitam dilaporkan
terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis
pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian
penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas ras
atau etnis tertentu.
Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai
garis pada telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi
tersebut berdasarkan permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang
dari ujung jari hingga tumit. Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan
skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1.

4) Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat
stimulasi esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi
yang diterima janin. Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada
atau tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan papila Montgomery.
Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola
dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur
19

diameternya dalam milimeter .

5) Mata/Telinga
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring
perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri
atas palpasi ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun
telinga ke arah wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati
kecepatan kembalinya daun telinga ketika dilepaskan ke posisi
semulanya.
20

Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika
dilepaskan. Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan
berdasarkan perkembangan palpebra. Pemeriksa berusaha membuka
dan memisahkan palpebra superior dan inferior dengan
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely
premature palpebara akan menempel erat satu sama lain. Dengan
bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan
walaupun hanya satu sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada
posisinya.
Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan dengan skor
dalam tabel. Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan
palpebra pada individu dengan usia gestasi yang sama. Hal ini
dikarenakan terdapat faktor seperti stres intrauterin dan faktor humoral
yang mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra.

5) Genital (Pria)
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam
scrotum kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun
mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke 32. Kedua testis
21

biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas atau


bawah pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan itu,
kulit skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk rugae.
Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di
dalam zona berugae. Pada nenonatus extremely premature scrotum
datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis kelaminnya.
Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum
biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika
berbaring.
Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena kosong,
hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit jika dibandingkan sisi
yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan yang sama.

6) Genital (wanita)
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus

o
harus diposisikan telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45
dari garis horisontal. Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan
labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan aduksi
menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora.
Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat
menonjol dan menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya
maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora
22

menjadi lebih menonjol. Mendekati usia kehamilan matur labia minora


dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi oleh labia majora yang
membesar.
Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya bergantung
pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan
labia majora menjadi besar pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang
kurang menyebabkan labia majora cenderung kecil meskipun pada
usia kehamilan matur atau posmatur dan labia minora serta klitoris
cenderung lebih menonjol.

c. Interpretasi Hasil
Masing-masing hasil penilaian baik maturitas neuromuskular maupun
fisik disesuaikan dan dijumlahkan hasilnya. Interpretasi hasil dapat dilihat
pada tabel skor.
17

The New Ballard Score


17

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian menurut Margaretha (2013) antara lain
a. Identitas Pasien
1) Identitas Klien
a) Nama Pasien :
b) Alamat Pasien :
c) Jenis Kelamin :
d) Agama :
e) Ruang rawat :
f) Tanggal dirawat :
g) Tanggal dikaji :
h) No. RM :
2) Identitas Penanggung Jawab
a) Nama :
a) Jenis Kelamin :
b) Umur :
c) Suku Bangsa :
d) Pendidikan :
e) Pekerjaan :
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1) Prenatal
a) HPHT :
b) Kehamilan : diharapkan / tidak
c) Penerimaan kehamilan :
d) Kesehatan ibu selama mengandung :
e) Gizi ibu selama mengandung :
f) Makanan yang dipantang :
g) Penambahan BB selama hamil :
h) Masalah selama kehamilan : mual ( ) muntah ( ) pusing ( )
18

i) Penyakit kehamilan :
j) Imunisasi TT :
k) Pemeriksaan kehamilan : dr ( ) bidan ( ) frekuensi....
l) Penggunaan obat-obatan ( ), alkohol ( ), rokok ( ), terpapar radiasi (
)
2) Natal
a) Tempat melahirkan :
b) Jenis persalinan :
c) Lama persalinan :
d) Penolong persalinan :
e) BB waktu lahir :
f) TB waktu lahir :
g) Posisi janin waktu lahir :
h) Cara untuk memudahkan persalinan :
i) Komplikasi waktu lahir :
3) Posnatal (Neonatal)
a) Kondisi bayi : menangis ( ), tidak menangis ( )
b) APGAR score : 1 menit...... 5 menit.........
c) Pengeluaran mekonium :
d. Riwayat Kesehatan Keluarga (genogram)
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Bentuknya (lonjong, bundar/tidak )
b) Besarnya (normal, mikrocepalus, hydrocephalus / tidak )
c) Ubun-ubun besar/kecil, sudah menutup/belum
d) Bila belum menutup teraba cekung, datar, cembung, tegang/tidak
e) sutura-sutura teraba tidak
2) Rambut
a) Warnanya (hitam, merah jagung, putih)
b) Kesuburannya (lebat, tipis/tidak )
c) Mudah rontok/tidak, botak/tidak
19

3) Muka
a) Pucat, cemas, kuning, merah, biru (sianosis)
b) Kulit wajah : halus, kasar, jerawatan / tidak
c) Hiperpigmentasi melantonik ada atau tidak
4) Mata
a) Simetris/tidak, juling, buta/tidak (kelopak mata / bulu mata lengkap
/tidak )
b) Selaput lender mata pucat / tidak
c) Bintik bitot ada / tidak
d) Penyakit mata akut / kronis, tumor / tidak
5) Hidung
a) Bersih / tidak
b) Pilek / tidak, polip / tumor ada / tidak
c) Dapat membedakan bau-bauan atau tidak
6) Mulut
a) bersih / tidak, berbau / tidak
b) Bibir pucat / tidak, stomatitis / tidak
c) Gusi bersih
d) Lidah kotor, tenggorokan bersih / tidak, pharynx membesar / tidak,
tonsil membesar / tidak
7) Telinga
a) Bersih / tidak
b) Pernah keluar cairan / tidak
c) Dapat mendengar dengan baik / tidak
8) Leher
a) Bentuknya : pendek, sedang, panjang
b) Pembesaran kelenjar thyroid ada / tidak, pembesaran kelenjar
lymphe
ada / tidak
c) Hiperpigmentasi pada kulit leher / tidak
20

d) Arteri karotis palpasi jelas / tidak

9) Dada
a) Bentuk normal / tidak
b) Kalau pasien wanita (buah dada, putting susu, hiperpigmentasi ada /
tidak)
10) Ekstremitas atas
a) Simetris / tidak
b) Jari-jari lengkap / tidak
c) Kuku : pucat, kotor, panjang, biru / tidak
11) Abdomen
a) Membesar / tidak
b) Nyeri tekan / tidak
c) Ada bekas operasi / tidak
d) ada bising usus / tidak
e) Bentuk pusar : cekung, datar (hernia umbilikalis)
f) Teraba tumor / tidak
12) Eksremitas bawah
a) Simetris / tidak
b) Tibia baik / tidak, oedema ada / tidak, varises ada / tidak
c) Jari-jari kaki lengkap / tidak
d) Telapak kaki cekung / datar
13) Punggung
a) Alur tulang punggung simetris / tidak
b) Kifosis ada / tidak
c) Hiperlordosis ada / tidak
14) Genetalia dan anus
a) Genitalia laki-laki (Saluran kencing lancar / tidak, testis lengkap /
tidak, testis sudah turun ke skrotum / belum, femosis ada / tidak )
21

b) Genetalia wanita (kebersihan, vagina bersih / tidak, labia minor /


mayor sudah menutup / belum, klistoris, uretra, vagina lengkap /
tidak)

15) Pemeriksaan neuologi


a) reflek menghisap ada / tidak
b) Reflek menggenggam ada / tidak
c) Reflek morro ada / tidak
d) Reflek babinski ada / tidak
e) Reflek inkurvasi ada / tidak
16) Tingkat kesadaran
a) Pasien sadar / tidak
b) Pasien letargi / tidak
c) Pasien aktudansi / tidak
d) Pasien stupar / tidak
e) Pasien koma / tidak

2. Analisa Data
Berikut diagnosa keperawatan menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) :
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Gejala dan tanda Bayi baru lahir normal Termoregulasi
mayor tidak efektif
Subjektif : - Perubahan fungsional (D.0149)
Objektif :
- Kulit dingin/hangat Termoregulasi
- Menggigil
- Suhu tubuh Adaptasi hangat ke dingin
fluktuatif meningkatkan panas
Gejala dan tanda minor
Subjektif : - peningkatan suhu tubuh
Objektif :
- Piloereksi Ketidakefektifan
22

- Pengisian kapiler termoregulasi


>3 detik
- Tekanan darah
meningkat
- Pucat
- Frekuensi nafas
meningkat
- Takikardia
- Kejang
- Kulit kemerahan
- Dasar kuku
sianotik
2. Gejala dan tanda Bayi baru lahir normal Hipotermia
mayor (D.0132)
Subjektif : - Perubahan fisiologis
Objektif :
- Kulit teraba dingin Termoregulasi
- Menggigil
- Suhu tubuh di Adaptasi hangat ke dingin
bawah nilai normal meningkatkan panas
Gejala dan tanda minor
Subjektif : - Kegagalan peningkatan
Objektif : panas
- Akrosianosis
- Bradikardi Hipotermia
- Dasar kuku
siaonotik
- Hipoglikemia
- Hipoksia
- Pengisian kapiler
>3detik
- Konsumsi oksigen
meningkat
- Ventilasi menurun
23

- Piloereksi
- Takikardia
- Vasokontriksi
perifer
- Kutis memorata
(pada neonatus)
3. Gejala dan tanda Bayi baru lahir normal Hipertermia
mayor (D.0130)
Subjektif : - Perubahan fisiologis
Objektif :
Suhu tubuh diatas nilai Termoregulasi
normal
Gejala dan tanda minor Adaptasi hangat ke dingin
Subjektif : meningkatkan panas
Objektif :
- Kulit merah Peningkatan suhu tubuh
- Kejang Hipertermi
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat

4. Gejala dan tanda Bayi baru lahir normal Risiko


mayor hipotermia (0140)
Subjektif : - Bayi lahir kontak dengan
Objektif : - lingkungan luar
Gejala dan tanda minor
Subjektif : - Bayi lahir beradaptasi
Objektif : dengan lingkungan
extrauteri

Suhu tubuh bayi sangat


mudah terpengaruhi
lingkungan luar
24

Bayi menangis, menggigil

Risiko hipotermi
5. Gejala dan tanda Bayi baru lahir normal Risiko ikterik
mayor neonatus
Subjektif : - Penurunan berat badan (D.0035)
Objektif : - abnormal >7-8% pada bayi
Gejala dan tanda minor baru lahir yang menyusu
Subjektif : - ASI , >15% pada bayi
Objektif : - cukup bulan

Kesulitan transisi ke
kehidupan ekstra uterin

Usia kurang dari 7 hari

Keterlambatan
pengeluaran feses
(mekonium)

Prematuritas (<37 minggu)

Risiko ikterik neonatus


6. Gejala dan tanda Bayi baru lahir normal Risiko infeksi
mayor (0142)
Subjektif : - Perubahan fungsional
Objektif : -
Gejala dan tanda minor Pemotongan tali pusat
Subjektif : -
Objektif : - Post de entry bacteri

Resiko infeksi
25

3. Diagnosa Keperawatan
a. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan fluktuasi suhu
lingkungan
b. Hipotermi berhubungan dengan transfer panas
c. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
d. Risiko hipotermi berhubungan dengan bayi baru lahir
e. Risiko ikterik neonatus berhubungan dengan kesulitan transisi ke
kehidupan ekstra uterin
f. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer

4. Intervensi keperawatan
Berikut intervensi menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) :
No. Standar Diagnosis Dtandar Luaran Standar Inervensi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan Indonesia Indonesia (SIKI)
Indonesia (SDKI) (SKLI)
1. (D.0149) (Hal.317) (L.10098) (Hal.15) Regulasi temperatur
Termoregulasi tidak Setelah dilakukan tindakan (I.14578) (Hal.388)
efektif berhubungan keperawatan selama .... x 24 Observasi
dengan fluktuasi suhu jam diharapkan adaptasi 1. Monitor suhu bayi sampai
lingkungan neonatus membaik. Dengan stabil
kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh anak tiap
- Berat badan dua jam, jika perlu
meningkat 3. Monitor tekanan darah,
- Membran mukosa frekuensi pernafasan, dan
kering menurun nadi
- Sklera kuning 4. Monitor warna dan suhu kulit
menurun 5. Monitor dan catat tanda dan
- Keterlambatan gejala hipotermia atau
pengeluaran feses hipertermia
mneurun Terapeutik
- Aktivitas ekstremitas 1. Pasang alat pemantau suhu
membaik kontinyu, jika perlu
- Respon terhadap 2. Tingkatkan asupan cairan dan
stimulis sensorik nutrisi yanga dekuat
membaik 3. Bedong bayi segera setelah
26

lahir untuk mencegah


kehilangan panas
4. Gunakan topi bayi untuk
mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
5. Tempatkan bayi baru lahir
dibawah radiant warmer
6. Hangatkan terlebih dahulu
bahan-bahan yang akan
kontak dengan bayi
7. Hindari meletakkan bayi
didekat jendela terbuka atau
di area aliran pendingin
ruangan atau kipas angin
8. Gunakan matras penghangat,
selimut hangat, dan
penghangat ruangan untuk
menaikan suhu tubuh
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan
heat exhaustion dan heat
stroke
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
2. (D.0131) (Hal.286) (L.14135) (Hal.130) Manajemen hipotermia (I.14507)
Hipotermi Setelah dilakukan tindakan (Hal.183)
berhubungan dengan keperawatan selama .... x 24 Observasi
transfer panas jam diharapkan termoregulasi 1. Monitor suhu tubuh
neonatus membaik, dengan 2. Identifikasi penyebab
kriteria hasil: hipotermia
- Menggigil mneurun 3. Monitor tanda dan gejala
- Akrosianosis akibat hipotermia
menurun Terapeutik
- Suhu tubuh 1. Sediakan lingkungan yang
meningkat hangat
- Suhu kulit meningkat 2. Ganti pakaian atau linen yang
basah
3. lakuakan penghangatan pasif
4. lakukan penghangatan aktif
eksternal
5. lakukan penghangatan aktif
internal
Edukasi
27

1. anjurkan makan/minum
hangat
3 (D.0130) (Hal.284) (L.14135) (Hal.130) Manajemen hipertermia
Hipertemia Setelah dilakukan tindakan (I.15506) (Hal.181)
berhubungan dengan keperawatan selama .... x 24 Observasi
peningkatan laju jam diharapkan termoregulasi 1. Identifikasi penyebab
metabolisme neonatus membaik, dengan hipertermia
kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh
- Menggigil menurun 3. Monitor kadar elektrolit
- Suhu tubuh menurun 4. Monitor haluaran urin
- Suhu kulit menurun 5. Monitor komplikasi akibat
- Frekuensi nadi hipertermia
menurun Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Berikan caian oral
4. Lakukan pendinginan
eksternal
5. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
4 (D.0140) (Hal.302) (L.14135) (Hal.130) Manajemen hipotermia (I.14507)
Risiko hipotermia Setelah dilakukan tindakan (Hal.183)
berhubungan dengan keperawatan selama .... x 24 Observasi
bayi baru lahir jam diharapkan termoregulasi 4. Monitor suhu tubuh
membaik, dengan kriteria 5. Identifikasi penyebab
hasil: hipotermia
- Menggigil menurun 6. Monitor tanda dan gejala
- Kulit merah menurun akibat hipotermia
- Pucat menurun Terapeutik
- Takikardi menurun 6. Sediakan lingkungan yang
- Suhu tubuh membaik hangat
- Suhu kulit membaik 7. Ganti pakaian atau linen yang
- Pengisian kapiler basah
membaik 8. lakuakan penghangatan pasif
- Ventilasi membaik 9. lakukan penghangatan aktif
eksternal
10. lakukan penghangatan aktif
28

internal
Edukasi
1. Anjurkan makan/minum
hangat
Manajemen lingkungan
(I.14514) (Hal.194)
Observasi
1. Identifikasi kemanan dan
kenyamanan lingkungan
Terapeutik
1. Atur suhu lingkungan yag
sesuai
2. Sediakan tempat tidur yang
bersih dan nyaman
3. Hindari paparan langsung
dengan cahaya matahari atau
cahaya yang tidak perlu
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan
keluarga/pengunjung tentang
upaya pencegahan infeksi
5 (D.0035) (Hal.86) (L.10098) (Hal.15) Perawatan neonatus
Risiko ikterik Setelah dilakukan tindakan (I.03132) ( Hal.332)
neonatus keperawatan selama .... x 24 Observasi
berhubungan dengan jam diharapkan adaptasi 1. Identifikasi kondisi awal bayi
kesulitan transisi ke neonatus membaik, dengan setelah lahir
kehidupan ekstra kriteria hasil: 2. Monitor tanda vital bayi
uterin - Berat badan Terapeutik
meningkat 1. Lakukan inisiasi menyusui
- Membran mukosa dini (IMD) segera setelah
menurun bayi lahir
- Kulit kuning 2. Berikan vitamin K 1 mg
menurun intramuskuler untuk
- Sklera menurun mencegah pendarahan
- Prematuritas 3. Mandikan selama 5-10 menit,
menurun minimal sekali sehari
- Keterlambatan 4. Oleskan baby oil untuk
pengeluaran feses mempertahan kelembaban
menurun kulit
- Aktivitas ekstremitas 5. Rawat tali pusat secara
membaik terbuka
- Responsi terhadap 6. Bersihkan tali pusat dengan
stimulus sensorik air steril atau air matang
membaik Edukasi
29

1. Anjurkan tidak membubuhi


apapun pada tali pusat
2. Anjurkan ibu menyusui setiap
2 jam
3. Anjurkan menyendawakan
bayi setalah disusui
4. Anjurkan ibu mencuci tangan
sebelum menyentuh bayi
6 (D.0142) (Hal.304) (L.14137) (Hal.139) Perawatan selang umbilikal
Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan (I.14569) (Hal.345)
berhubungan dengan keperawatan selama .... x 24 Observasi
ketidakadekuatan jam diharapkan tingkat 1. Monitor tanda-tanda infeksi
pertahanan tubuh infeksi membaik, dengan pada area sekitar umbilikal
primer kriteria hasil: 2. Monitro adanyaperdarahan
- Kebersihan badan 3. Monitor adanya tanda-tanda
mneingkat selang terlepas
- Demam menurun 4. Identifikasi adanya bekuan
- Kemerahan menurun darah atau gelembung udara
- Nyeri menurun Terapeutik
- Bengkak menurun 1. Pertahankan prinsip aseptik
dan antiseptik
2. Pertahankan keutuhan
perlekatan plester
3. Pertahankan posisi bayi
terlentang
4. Bilas kateter dengan heparin
5. Ubah stopcook setiap hari,
jika perlu
6. Lepas kateter dengan menarik
pelan-pelan selama 5 menit
atau sesuai protokol
Edukasi
1. Ajarkan ibu cara merawat
umbilikal
2. Anjurkan ibu
mempertahankan area
umbilikal tetap kering dan
bersih
17

DAFTAR PUSTAKA

Huda, N. A., Kusuma., Hardhi. (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan


Diagnose Medis dan Nanda NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Pernerbit
Mediaction.
Kemenkes RI. (2013). Sekretariat Jenderal Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2013. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Margaretha, Ardhanari. (2013). Universal Journal of Management and Social
Sciences:The Factors influence the behavior of Mataraman Java
Consumers in Selecting the Retail Format. Surabaya : Mandala University.
Rahardjo, K & Marmi. (2015). Asuhan Neonatus Bayi, Balita Dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Saleha, S. (2012). Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi Dan Balita. Makassar :
Alauddin University Press.
Sondakh, Jenny J. S. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan Bayi Baru Lahir.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI.
Vargiami E, Zafeiriou DI. (2020). Primitive Reflexes. The Encyclopedia of Child
and Adolescent Development. John Wiley.
Wagiyo & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intanatal, dan Bayi
Baru Lahir. Ypgyakarta : CV. Andi Offset.
Wahyuni, S. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita: Penuntun Belajar
Praktik Klinik. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai