Anda di halaman 1dari 9

“MEKANIK” Jurnal Ilmiah Teknik Mesin ITM, Vol. 7 No.

1, Mei 2021 : 51 – 59
p-ISSN : 24431184, e-ISSN : 2581-0235, http://jurnal.mesin.itm.ac.id/index.php

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TEMPERING DAN WAKTU TAHAN


PADA PROSES PENGELASAN GMAW TERHADAP KEKERASAN DAN
KETANGGUHAN BAJA AISI 1045

Rizky Ari Wardani1,*, Carsoni2, Hisyam Ma’mun3


1,2,3)
Jurusan Teknik Mesin, Universitas PGRI Semarang
Jl. Sidodadi Timur No. 24 Kota Semarang, 50232
*Email: wardanirizkyari@gmail.com

ABSTRAK
Pengelasan merupakan proses penyambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dengan jalan
mencairkannya melalui pemanasan. Proses pengelasan mengalami pemanasan yang menyebabkan terjadinya
perubahan struktur atau sifat fisis bahan. Proses pengelasan logam yang dibutuhkan oleh industri manufaktur
salah satunya adalah GMAW (Gas Metal Arc Welding). GMAW memiliki keuntungan diantaranya efisiensi
yang tinggi, tidak menghasilkan slug/terak dan hasil lasan memiliki ketangguhan dan elastisitas yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh variansi temperatur tempering pada sambungan
pengelasan GMAWterhadap kekerasan dan ketangguhan baja AISI 1045 dengan variansi temperatur300°C
selama 30 menit, 450°C selama 60 menit, dan 600°C selama 90 menit.Diperolehrata-rata data masing-
masing 36.9 HRC, 47.2 HRC, dan 56.4 HRC. Nilai kekerasan rata-rata tertinggi ialah pada variansi
temperatur 600°C selama 90 menit dengan nilai kekerasan rata-rata 56.4 HRC. Kemudian pada pengujian
impak, nilai uji impak pada variansi temperatur300°C selama 30 menit, 450°C selama 60 menit, dan 600°C
selama 90 menit.Diperolehrata-rata data masing-masing 2.06 joule/mm², 2.18 joule/mm²,dan 2.30 joule/mm².
Nilai ketangguhan impak tertinggi ialah pada variansi temperatur 600°C selama 90 menit dengan nilai
ketangguhan impak 2.30 joule/mm². Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semakin besar
temperatur dan waktu tahan yang digunakan, maka semakin tinggi nilai kekerasan dan ketangguhan impak
baja AISI 1045.

Kata Kunci: baja AISI 1045, GMAW, Kekerasan dan Uji Impak

ABSTRACT
Welding is a process of joining metal or metal alloys which is carried out by melting it through surgery. A
business welding process that causes a change in the structure or physical properties of a material. One of the
metal welding processes required by the manufacturing industry is GMAW (Gas Metal Arc Welding).
GMAW has the advantage in it high efficiency, does not produce slugs and welds that have good toughness
and elasticity. This study aims to see the effect of tempering temperature variance on GMAW welding joints
on the hardness and toughness of AISI 1045 steel with a temperature variance of 300 ° C for 30 minutes, 450
° C for 60 minutes, and 600 ° C for 90 minutes. Obtained data mean of 36.9 HRC, 47.2 HRC, and 56.4 HRC,
respectively. The average hardness value was at a temperature variance of 600 ° C for 90 minutes with an
average hardness value of 56.4 HRC. Then on the impact tester, the impact test value at temperature variance
of 300 ° C for 30 minutes, 450 ° C for 60 minutes, and 600 ° C for 90 minutes. Data averaged 2.06 joules /
mm², 2.18 joules/mm², and 2.30 joules/mm², respectively. The value of the impact toughness was at a
temperature variance of 600 ° C for 90 minutes with an impact toughness value of 2.30 joules/mm². From the
results obtained, it can be shown that the greater the temperature and holding time used, the higher the
hardness and toughness value of AISI 1045 steel.

Keywords: steel AISI 1045, GMAW, Hardness and Impact Test

51
“MEKANIK” Jurnal Ilmiah Teknik Mesin ITM, Vol. 7 No. 1, Mei 2021 : 51 – 59
p-ISSN : 24431184, e-ISSN : 2581-0235, http://jurnal.mesin.itm.ac.id/index.php

1. PENDAHULUAN kandungankarbon yang terdapat pada baja berkisar

1.1 Latar Belakang 0.43% sampai dengan 0.50%. Pada penggunaannya

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baja AISI 1045 biasanya digunakan untuk komponen–

begitu pesat menuntut berkembangnya sumber daya komponen otomotif seperti roda gigi pada berbagai

manusia. Banyak orang yang berusaha kendaranbermotor yang pada penggunaanya sering

mengembangkan dalam mencari efisiensi yang lebih mengalami gesekan dan tekanansehingga ketahanan

baik khsusunya di bidang industri karena mempunyai aus dan kekuatan kekerasan baja. Sangat diperlukan

peranan yang sangat penting. Dalam dunia industri untukmemperpanjang umur baja. Untuk meningkatkan

tidak terlepas dari proses penyambungan logam kekuatan dari baja AISI1045 maka perlu dilakukannya

khususnya manufaktur. perlakuan panas terhadap baja tersebut.

Pengelasan (welding) adalah teknik penyambungan Perlakuan panas atau heat treatment merupakan suatu

logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk proses kombinasi antara proses pemanasan dan

dan logam pengisi dengan atau tanpa penambah dan pendinginan suatu logam untuk menghasilkan sifat–

menghasilkan logam kontinyu (Siswanto,2011). sifat tertentu dari logam tersebut. Heat treatment yang

Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam bidang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tempering

konstruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, yang dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya

rangka batang berupa baja atau aluminium, pipa terhadapbaja AISI 1045 dan memberikan informasi

saluran dan lain sebagainya. Karena itu rancangan las tentang spesifikasi baja tersebut. Padaproses

harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara temperingakan diberikan variasi temperatur dan lama

sifat-sifat las yaitu kekuatan dari sambungan dan waktu penahanan.Kemudian akan dilihat sifat

memperhatikan sambungan yang akan dilas, sehingga kekerasan dan ketangguhan yang dihasilkan.Sifat-sifat

hasil dari pengelasan sesuai dengan yang diharapkan. tersebut akan digunakan sebagai penilaian terhadap

Proses pengelasan ada beberapa macam yaitu GMAW kualitas bajaAISI 1045. (Sisanto, 2003)

(Gas Metal Arc Welding), SMAW (Shield Metal Arc 1.2 Identifikasi Masalah

Welding), FCAW (Flux Cored Arc Welding), GTAW Berdasarkan uarian latar belakang masalah di atas,

(Gas Tungsten Arc Welding) dan lain sebagainya. Akan maka identifikasi masalah dalam penelitian ini

tetapi dalam dunia industri las GMAW sering adalahpengaruh variasi temperatur temperingpada

digunakan karena tidak terdapat kerak pada hasil proses pengelasan terhadap kekerasan dan ketangguhan

pengelasan, lebih efisiensi waktu serta dapat digunakan baja AISI 1045 menggunakan proses pengelasan

untuk semua material. GMAW.

Menurut Randy Rifnaldy dkk (2019), baja adalah 1.3 Tujuan Penelitian

sebuah senyawa antara Besi (Fe) dan Karbon (C) Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari

dimana sering juga ditambahkan unsur lain untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

mendapatkan sifat-sifat tertentu yang dikehendaki. 1. Mengetahui pengaruh variasi temperatur dan waktu

Baja merupakan salah satu logam yang banyak pada proses tempering terhadap kekerasan baja

digunakan dalam berbagai bidang, terutama dibidang AISI 1045.

industri permesinan dan konstuksi. Salah satu dari 2. Mengetahui pengaruh variasi temperatur dan waktu

sekian banyak baja adalah baja AISI 1045. Baja AISI pada proses tempering terhadap kekerasan baja

1045 merupakan baja karbon kelas menengah dengan AISI 1045.

52
“MEKANIK” Jurnal Ilmiah Teknik Mesin ITM, Vol. 7 No. 1, Mei 2021 : 51 – 59
p-ISSN : 24431184, e-ISSN : 2581-0235, http://jurnal.mesin.itm.ac.id/index.php

2. Material dan metodologi dipasaran karena memiliki banyak keunggulan. Baja

2.1 Las GMAW (Gas Metal Arc Welding) ini memiliki karakteristik sifat mampu mesin yang

GMAW atau yang sering disebut dengan las busur gas baik, wear resistance-nya baik dan sifat mekaniknya

adalah cara pengelasan dimana gas dihembuskan ke menengah.

daerah las untuk melindungi nyala busur las dan logam 2.3Heat Treatment

yang mencair terhadap udara sekitar. Gas yang Heat treatment atau proses perlakuan panas adalah

digunakan sebagai pelindung adalah gas helium (He), suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam

gas argon (Ar), gas karbondioksida (CO2) atau bentuk padat dibawah temperatur lebur dan kemudian

campuran dari gas-gas tersebut (Wiryosumarto dan mendapat perlakuan pendinginan dengan kecepatan

Okumura, 1996). GMAW dapat didefinisikan sebagai yang sesuai. Proses ini dilakukan dengan tujuan agar

las busur yang menggunakan pelindung gas. Gas yang material memiliki kualitas sesuai dengan apa yang

digunakan dapat berupa gas mulia seperti argon (Ar), telah diinginkan dengan mengubah struktur mikro pada

helium (He) atau keduanya sehingga disebut Metal baja. Menggunakan metode perlakuan panas yang tepat

Inert Gas (MIG) dan gas aktif seperti CO2, O2 dan ketangguhan pada baja dapat ditingkatkan atau dapat

nitrogen (N) sehingga disebut Metal Active Gas memperkeras permukan dari pada material, tegangan

(MAG). Gas pelindung berfungsi untuk melindungi yang ada pada material dapat diperbaiki agar material

logam cair agar tidak teroksidasi oleh oksigen yang ada yang dihasilkan memiliki tingkat keuletan yang baik.

pada lingkungan sekitar. Logam cair yang teroksidasi Perlakuan panas (heat treatment) adalah proses

akan menghasilkan sambungan las yang rentan pemanasan, penahanan temperatur dalam suhu tertentu,

terhadap cacat lasan. GMAW digunakan dalam serta proses pendinginan pada suatu baja demi

penelitian ini karena las tersebut mampu mengalirkan mendapatkan perbedaan sifat-sifat mekanik seusai

panas lebih besar akibat konsentrasi busur tinggi, proses perlakuannya. Proses perlakuan panas ini

efiensinya sangat baik dan elastisitas lebih baik dilakukan pada sebuah tungku pemanas yang

daripada yang dihasilkan dengan cara pengelasan lain menggunakan energi listrik dalam pengoprasiannya

(Wiryosumarto dan Okumura, 1996). dengan mengatur suhu dan proses pendinginan yang
sesuai dengan kondisi dan spesifikasi baja yang akan
dilakukan proses heat treatment (Syamsul hadi, 2016:
169).
2.4Pre heating
Poses penelitian ini sebelumnya perlu
dilakukannya proses pemanasan awal sebelum
temperatur pemanas mencapai suhu austenisasi.
Pemanasan awal ditunjukan untuk menghindari
terjadinya keretakan pada material akibat adanya
shocktemperature.
Gambar 1Las GMAW 2.5Hardening
(Sumber: Hery Sonawan, 2016) Pada proses hardening merupakan perlakuan panas
2.2 Baja AISI 1045 yang bertujuan merubah struktur baja sedemikian rupa
Baja karbon AISI 1045 merupakan salah satu jenis baja sehingga diperoleh struktur yang keras, melalui
karbon rendah (0.43–0.50% C) yang banyak digunakan pemanasan sampai temperatur 770–850°C kemudian

53
“MEKANIK” Jurnal Ilmiah Teknik Mesin ITM, Vol. 7 No. 1, Mei 2021 : 51 – 59
p-ISSN : 24431184, e-ISSN : 2581-0235, http://jurnal.mesin.itm.ac.id/index.php

dilakukan holding time beberapa saat untuk meratakan kekerasan Rockwell memiliki dua macam indentor
suhu keseluruh bagian yang selanjutnya didinginkan yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
secara cepat. kekerasan material, antara lain bola baja atau dapat
2.6Tempering disebut Rockwell ball dan kerucut intan dengan besar
Tempering adalah memanaskan kembali spesimen sudut 120⁰ dan dapat disebut dengan Rockwell cone.
yang telah dikeraskan untuk menghilangkan tegangan Pada penelitian ini penulis menggunakan indentor
dalam dan mengurangi kakerasan. Proses memanaskan 1/16”.
kembali berkisar pada suhu 150-650°C dan 2.8Pengujian ImpakCharpy
didinginkan secara perlahan-lahan tergantung sifat Pengujian impak Charpy (juga dikenal sebagai tes
akhir baja tersebut. Variasi temperatur dalam penelitian Charpy v-notch) merupakan standar pengujian laju
ini adalah 300°C, 450°C, 600°C. regangan tinggi yang menentukan jumlah energi yang
Proses tempering berdasarkan temperatur dibedakan diserap oleh bahan selama terjadi patahan. Energi yang
sebagai berikut: diserap adalah ukuran ketangguhan bahan tertentu dan
a. Tempering pada sahu rendah (150-300°C) bertindak sebagai alat untuk belajar bergantung pada
Proses ini bertujuan untuk mengurangi tegangan suhu transisi ulet getas. Metode ini banyak digunakan
kerut dan kurapuhan dari baja. Proses ini digunakan pada industri dengan keselamatan yang kritis, karena
untuk alat-alat kerja yang tak mengalami beban mudah untuk dipersiapkan dan dilakukan. Kemudian
yang berat, seperti misalnya alat-alat potong, mata hasil pengujian dapat diperoleh dengan cepat dan
bor yang dipakai untuk kaca dan lain sebagainya. murah (Yopi Handoyo, 2013).
b. Tempering pada suhu menengah (300-500°C) 2.9Lokasi Penelitian
Proses ini bertujuan untuk menambah keuletan dan Lokasi penelitian ini dilakukan di tiga tempat, yaitu:
kekerasannya menjadi sadikit berkurang. Proses ini a) PT Idola Aerindo Udaya untuk prosespengelasan
digunakan pada alat-alat kerja yang mengalami GMAW.
beban berat, seperti palu, pahat, pegas. b) Laboratorium dan workshop Teknik Mesin
c. Tempering pada suhu tinggi (500-650°C) Universitas Wahid Hasyim untuk proses heat
Proses ini bertujuan untuk memberikan daya treatment.
keuletan yang besar dan sekaligus kekerasan c) Laboratorium Teknik Mesin Universitas PGRI
menjadi agak rendah. Proses ini digunakan pada; Semarang untuk pengujian impak dan Rockwell
roda gigi, poros, batang penggerak dan
lainsebagainya.
2.7 Pengujian Rockwell
Pengujian kekerasan Rockwell adalah salah satu alat
pengujian kekerasan yang saat ini mulai banyak
digunakan. Hal ini tidak terlepas dari keunggulan alat
pengujian kekerasan tersebut, keunggulan alat ini
antara lain, proses pengujian yang sederhana, cepat,
tidak merusak sifat mekanik pada logam karena
memiliki titik relatif kecil dan tidak memerlukan
mikroskop untuk mengukur jejak yang dihasilkan
ketika pengujian (Purnomo, 2017: 71). Pengujian

54
“MEKANIK” Jurnal Ilmiah Teknik Mesin ITM, Vol. 7 No. 1, Mei 2021 : 51 – 59
p-ISSN : 24431184, e-ISSN : 2581-0235, http://jurnal.mesin.itm.ac.id/index.php

2.10Desain Penelitian

Mulai 3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Pengujian Kekerasan

Studi Pustaka Pengujian pertama adalah pada spesimen uji yang telah
dilas serta sudah diheat treatment kemudian
ditempering dengan variasi temperatur dan waktu
Persiapan Alat dan Bahan
300°C selama 30 menit dan diquenching dengan udara.
Dari setiap spesimen dilakukan pengujian 1 titik
Proses Pengelasan indentasi setiap spesimen dan tepat ditengah lasan pada
spesimen.
Pre-Heating Tabel 1 Hasil Pengujian Kekerasan Spesimen dengan
Tempering 300°C Selama 30 Menit
Benda Benda Benda
Hardening Rata-rata
Uji 1 Uji 2 Uji 3
(HRC)
(HRC) (HRC) (HRC)
Quenching 32.8 37.8 40.3 36.9

50 40.3
37.8
32.8
Nilai Kekerasan

Suhu 300 Co
Suhu 450 Co
Suhu 600 Co 40
30
(HRC)

20
10
Normalizing 0
Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3

Gambar 2 GrafikNilai Kekerasan Temperatur 300°C


Pengujian Kekerasan Pengujian Ketangguhan Selama 30 Menit
Nilai kekerasan spesimen lasan dengan variasi
temperatur 300°C selama 30 menit dari 1 titik indentasi
setiap spesimen memiliki nilai kekerasan rata-rata
Data
sebesar 36.9 HRC, dengan nilai Spesimen 1 sebesar
32.8 HRC, Spesimen 2 sebesar 37.8 HRC, dan
Analisis Data Spesimen 3 sebesar 40.3 HRC.
Pengujian kedua adalah pada spesimen uji yang telah

Kesimpulan dilas serta sudah diheat treatment kemudian


ditempering dengan variasi temperatur dan waktu
450°C selama 30 menit dan diquenching dengan udara.
Selesai
Dari setiap spesimen dilakukan pengujian 1 titik
indentasi setiap spesimen dan tepat ditengah lasan pada
spesimen.

55
“MEKANIK” Jurnal Ilmiah Teknik Mesin ITM, Vol. 7 No. 1, Mei 2021 : 51 – 59
p-ISSN : 24431184, e-ISSN : 2581-0235, http://jurnal.mesin.itm.ac.id/index.php

Tabel2Hasil Pengujian Kekerasan Spesimen dengan 60 57.8 58.5


53.1
Tempering 450°C Selama 60 Menit 50

Nilai Kekerasan (HRC)


Benda Benda Benda 40
Rata-rata 30
Uji 1 Uji 2 Uji 3
(HRC) 20
(HRC) (HRC) (HRC)
10
46.9 47 47.9 47.2 0
Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3

50 46.9 47 47.9
Gambar4 Grafik Nilai Kekerasan Temperatur 600°C
40 Selama 90 Menit
Nilai Kekerasan

30 Nilai kekerasan spesimen lasan dengan variasi


(HRC)

20
temperatur 600°C selama 90 menit dari 1 titik indentasi
10
setiap spesimen memiliki nilai kekerasan rata-rata
0
sebesar 56.4 HRC, dengan nilai spesimen 1 sebesar
Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3
53.1 HRC, spesimen 2 sebesar 57.8 HRC, dan
Gambar 3Grafik Nilai Kekerasan Temperatur 450°C spesimen 3 sebesar 58.5 HRC.Dari grafik menunjukan
Selama 60 Menit dari spesimen 1 ke spesimen 2 mengalami kenaikan
Nilai kekerasan spesimen lasan dengan variasi sebesar 4.7 HRC sedangkan dari spesimen 1 ke
temperatur 450° dan waktu tahan 60 menit dari 1 titik spesimen 3 mengalami kenaikan sebesar 5.4 HRC.
indentasi setiap spesimen memiliki nilai kekerasan Dari kesembilan pengujian yang telah dilakukan terjadi
rata-rata sebesar 47.2 HRC, dengan nilai Spesimen 1 kenaikan nilai kekerasan pada sampel yang telah
sebesar 46.9 HRC, Spesimen 2 sebesar 47 HRC, dan mengalami proses pengelasan. Rata-rata kenaikan nilai
Spesimen 3 sebesar 47.9 HRC. kekerasan yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 3.4.
Pengujian pertama adalah pada spesimen uji yang telah Tabel 3 Nilai Uji Kekerasan Rata-rata
dilas serta sudah diheat treatment kemudian Spesimen Spesimen Spesimen
ditempering dengan variasi temperatur dan waktu Suhu 300°C, Suhu 450°C, Suhu 600°C,
600°C selama 90 menit dan diquenching dengan udara. 30 Menit 60 Menit 90 Menit
Dari setiap spesimen dilakukan pengujian 1 titik 36.9 HRC 47.2 HRC 56.9 HRC
indentasi setiap spesimen dan tepat ditengah lasan pada
spesimen. 56.9
60
Nilai Kekerasan (HRC)

Tabel 3 Hasil Pengujian Kekerasan Spesimen dengan 47.2


50
Tempering 600°C Selama 90 Menit 36.9
40
Benda Benda Benda
Rata-rata 30
Uji 1 Uji 2 Uji 3 20
(HRC)
(HRC) (HRC) (HRC) 10
53.1 57.8 58.5 56.4 0
(300°C, 30 (450°C, 60 (600°C, 90
mnt) mnt) mnt)

Gambar5 Grafik Rata-rata Nilai Kekerasan

56
“MEKANIK” Jurnal Ilmiah Teknik Mesin ITM, Vol. 7 No. 1, Mei 2021 : 51 – 59
p-ISSN : 24431184, e-ISSN : 2581-0235, http://jurnal.mesin.itm.ac.id/index.php

Berdasarkan data hasil pengujian kekerasan pada A0 = luas penampang (mm²)


spesimen hasil lasan dengan variasi temperatur dan Menurut hasil perhitungan, diketahui bahwa spesimen
waktu. Pada temperatur 300°C selama 30 menit nilai dengan variasi temperatur 300°C selama 30 menit
kekerasan rata-rata 36.9 HRC, temperatur 450°C memiliki gaya yang terserap akibat tumbukan sebesar
selama 60 menit nilai kekerasan rata-rata 47.2 HRC, 165 Joule dan nilai impak sebesar 2.06 Joule/mm².
dan temperatur 600°C selama 90 menit nilai kekerasan Pengujian kedua adalah benda uji yang telah dilas serta
rata-rata 56.9 HRC. Maka semakin besar temperatur sudah diheat treatment kemudian ditempering 450°C
dan waktu tahan yang digunakan akan berpengaruh selama 60 menit dan diquenching dengan udara.
pada tingkat kekerasan material hasil lasan. Tabel 5 Data Dimensi dan Hasil Pengujian Impak
3.2 Hasil Pengujian Impak Spesimen dengan Tempering 450°C Selama 60 Menit
Pengujian pertama adalah pada spesimen uji yang telah Variasi
dilas serta sudah diheat treatment kemudian suhu
L A b A0 E K Rata-
ditempering 300°C selama 30 menit dan diquenching dan
rata
dengan udara. waktu
Tabel 4 Data Dimensi dan Hasil Pengujian Impak
Spesimen dengan Tempering 300°C Selama 30 Menit 55 10 8 80 112.5 1.41
Variasi 450° C
suhu 60 Menit 55 10 8 80 202.5 2.53 2.18
L A b A0 E K Rata-
dan
rata
waktu 55 10 8 80 207.5 2.59
Menurut hasil perhitungan, diketahui bahwa spesimen
55 10 8 80 125 1.56 dengan variasi temperatur 450°C selama 60 menit
300° C memiliki gaya yang terserap akibat tumbukan sebesar
30 Menit 55 10 8 80 220 2.75 2.06 174.17 Joule dan nilai impak sebesar 2.18 Joule/mm².
Pengujian ketiga adalah pada spesimen uji yang telah
55 10 8 80 150 1.88 dilas serta sudah diheat treatment kemudian
Keterangan: ditempering 600°C selama 90 menit dan diquenching
L : Panjang spesimen (mm) dengan udara.
A : Lebar spesimen (mm) Tabel 6 Data Dimensi dan Hasil Pengujian Impak
b : a - Kedalaman takikan (mm) Spesimen dengan Tempering 600°C Selama 90 Menit
A0 : Luas penampang bawah takikan (mm²) Variasi
E: Tenaga yang guna mematahkan benda uji (Joule) suhu
L A b A0 E K Rata-
K : Nilai impak (Joule/mm²) dan
rata
Rumus untuk mencari nilai impak adalah sebagai waktu
berikut:
E
K = A0 55 10 8 80 176.25 2.20

Dimana: 600° C

K = nilai impak (Joule/mm²) 90 Menit 55 10 8 80 172.5 2.16 2.30

E = energi terserap (Joule)

57
“MEKANIK” Jurnal Ilmiah Teknik Mesin ITM, Vol. 7 No. 1, Mei 2021 : 51 – 59
p-ISSN : 24431184, e-ISSN : 2581-0235, http://jurnal.mesin.itm.ac.id/index.php

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan


55 10 8 80 210 2.63 mengenai pengaruh variasi temperatur temperingdan
Menurut hasil perhitungan, diketahui bahwa spesimen waktu tahan pada proses pengelasan GMAW terhadap
dengan variasi temperatur 600°C selama 90 menit kekerasan dan ketangguhan baja AISI 1045, dapat
memiliki gaya yang terserap akibat tumbukan sebesar ditarik kesimpulan sebagai berikut:
184.25 Joule dan nilai impak sebesar 2.30 Joule/mm². 1. Hasil pengujian kekerasan yang telah dilakukan
Dari kesembilan pengujian yang telah dilakukan terjadi menunjukan bahwa, semakin besar temperatur dan
kenaikan nilai ketangguhan pada sampel yang telah waktu tahan maka semakin besar nilai kekerasan.
mengalami proses pengelasan. Rata-rata kenaikan nilai Hasil pengujian kekerasan yang telah dilakukan
ketangguhan yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel pada material hasil pengelasan dapat diketahui dari
3.8. nilai kekerasan rata-rata paling tinggi didapat pada
Tabel 7 Nilai Uji Kekerasan Rata-rata spesimen temperatur 600°C selama 90 menit
Spesimen Spesimen Spesimen dengan nilai kekerasan rata-rata sebesar 56.9 HRC.
Suhu 300°C, Suhu 450°C, Suhu 600°C, Temperatur 600°C selama 90 menit merupakan
30 Menit 60 Menit 90 Menit variasi temperatur dan waktu tahan tertinggi.
2.06 Joule/mm² 2.18 Joule/mm² 2.30 Joule/mm² 2. Hasil pengujian impak yang telah dilakukan
menunjukan bahwa, semakin besar temperatur dan
waktu tahan maka semakin besar nilai
3
Nilai Impak (Joule/mm²)

2.30 ketangguhan.Hasil pengujian impak yang telah


2,5 2.18
2.06
dilakukan pada material hasil pengelasan dapat
2
diketahui dari nilai ketangguhan rata-rata paling
1,5
tinggi didapat pada spesimen temperatur 600°C
1
selama 90 menit dengan nilai ketangguhan rata-rata
0,5
0
sebesar 2.30 Joule/mm². Temperatur 600°C selama
(300°C, 30 (450°C, 60 (600°C, 90 90 menit merupakan variasi temperatur dan waktu
mnt) mnt) mnt) tahan tertinggi.
B. Saran
Gambar 6Grafik Rata-rata Nilai Impak
Pada saat pengelasan harap diperhatikan pada saat
Berdasarkan data hasil pengujian ketangguhan pada
pembersihan kerak setelah pengelasan lapis
spesimen hasil lasan dengan variasi temperatur dan
pertama, karena menggunakan pengelasan 2 lapis,
waktu. Pada temperatur 300°C selama 30 menit nilai
usahakan sampai bersih agar tidak terjadi cacat
ketangguhan rata-rata 2.06 Joule/mm², temperatur
pada hasil lasan.
450°C selama 60 menit nilai ketangguhan rata-rata
DAFTAR PUSTAKA
2.18 Joule/mm², dan temperatur 600°C selama 90
menit nilai ketangguhan rata-rata 2.30 Joule/mm². [1]. Akhmad Sofil Fuad. 2017. pengaruh variasi

Maka semakin besar temperatur dan waktu tahan yang pengelasan ulang gas metal arc welding (GMAW)

digunakan akan berpengaruh pada tingkat ketangguhan terhadap struktur mikro dan kekerasan material

material hasil lasan. baja st-37. jurusan teknik mesin fakultas teknik
universitas negeri semarang.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

58
“MEKANIK” Jurnal Ilmiah Teknik Mesin ITM, Vol. 7 No. 1, Mei 2021 : 51 – 59
p-ISSN : 24431184, e-ISSN : 2581-0235, http://jurnal.mesin.itm.ac.id/index.php

[2]. Alif Khairur Rizqi dan Akhmad Hafizh Ainur sifat mekanis pada pipa baja karbon astm a 106.
Rasyid. 2018. Pengaruh suhu tempering terhadap Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Univ.
ketahanan bending dan struktur mikro sambungan Tadulako.
las SMAW baja SS400 setelah proses quencing [8]. Awan Jaya Miharja. April 2018. Pengaruh Suhu
dengan larutan NaCI. Surabaya: Progam Studi Tempering Terhadap Kekuatan Tarik, Kekerasan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negri dan Struktur Mikro pada Sambungan Las
Surabaya. (diakses 9 Maret 2020) Shielded Metal Arc Welding (SMAW) Baja Pegas
[3]. Alip, M. 1989. Teori dan Praktik Las. Jakarta: Daun. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Proyek pengembangan lembaga pendidikan Universitas Wahid Hasyim. (diakses 28 Oktober
tenaga kependidikan. Jakarta.. 2020)
[4]. Andi Saidah. 2017. Pengaruh besar sudut kampuh [9]. Eswanto, Satri JP Sitompul,Tony Siagian, Iwan
terhadap kekuatan tarik hasil pengelasan GMAW. Gunawan, Aminur. 2020. Aplikasi PLTMH
Jakarta. Jurnal teknik mesin. Penghasil Energi Listrik Di Sungai Lawang Desa
[5]. Arief Murtiono. September 2012. Pengaruh Simbang Jaya Kecamatan Bahorok. Dinamika :
quenching dan tempering terhadap kekerasan dan Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. Vol. 11, No. 2, Mei
kekuatan tarik serta struktur mikro baja karbon 2020: 56-64. DOI: 10.33772/djitm.v11i2.11678.
sedang untuk mata pisau pemanen sawit. [10]. Bintoro, G.A. 1999. Dasar-Dasar Pekerjaan
Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatra Las.Jilid 1. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
utara. [11]. Gunawan Dwi Haryadi. April 2006. Pengaruh
[6]. Barita, Esron Rudianto Silaban, Zainuddin, suhu tempering terhadap kekerasan, kekuatan
Eswanto, 2018, Pengaruh Kinerja Kompresor tarik dan struktur mikro pada baja K-460. Staf
Pada Mesin Pendingin Dengan Penggunaan Pengajaran Jurusan Teknik Mesin FT-UNDIP.
Variasi Bahan Refrigran, Jurnal Ilmiah
“MEKANIK” Teknik Mesin ITM, Vol. 4 No. 1,
Mei 2018 : 48 – 55
[7]. Awal Syahrani, MustafaOktavianus. 2017.
pengaruh variasi arus pengelasan gtaw terhadap

59

Anda mungkin juga menyukai