Anda di halaman 1dari 3

Telaah Puisi “Tentang Sinterklas” karya Goenawan Mohamad

Tentang Sinterklas (1973) oleh Goenawan Mohamad

Di dekat rumah yatim-piatu


Sinterklas terbunuh oleh peluru
“Piet Hitam telah menembakku!”
Dan anak-anak termangu

Di dekat persimpangan lima


Polisi menahan seorang mahasiswa Afrika
Ia memang bersenjata, dan konon berkata:
“Aku telah merdeka!”

A. Struktur Fisik
a. Diksi
Diksi dalam puisi ini tiak begitu sulit untuk dipahami. Terdapat makna
konotasi yang saya lihat di dalam puisi ini, diantaranya kata //Sinterklas// yang
menandung arti bangsa kulit putih yang menjajah, //Piet Hitam// yang berarti
bangsa kulit hitam. Dalam puisi ini juga terdapat kata //yatim-piatu// yang berarti
anak-anak yang tidak memiliki orang tua, entah ditinggalkan orang tua karena
harus diperbudak atau orang tuanya meninggal ketika peperangan. Pada kalimat
“dan anak-anak termanggu” menunjukan bahwa, penembakan adalah hal yang
sangat biasa terjadi pada saat itu, terlihat dari anak-anak tersebut hanya bisa
terdiam. Sebaliknya, biasanya anak-anak akan menangis melihat hal yang
mengerikan.
b. Bahasa kias
Menggunakan kata //Sinterklas// dan //Piet Hitam// sangatlah tepat. Karena
kedua tokoh ini cukup dikenal di masyarakat luas. Di Belanda, tempat asal tradisi
Sinterklas, sosok Piet Hitam dikenal sebagai pembantu Sinterklas ketika
membagi-bagikan hadiah kepada anak-anak. Ada pula narasi yang menyatakan
bahwa asal usul Piet Hitam tidak lepas dari sejarah perbudakan kolonial. Narasi
ini menyatakan bahwa Piet Hitam adalah warisan kolonial yang pada hakikatnya
merupakan stereotip rasis kepada orang kulit hitam di abad ke-19. Penganut narasi
ini percaya bahwa karakter Piet Hitam diciptakan untuk melegitimasi perbudakan.
Seperti diketahui, Belanda adalah salah satu negara yang lekat dengan perbudakan
sebelum menyatakan menghapus kebiasaan buruk itu pada 1863.
c. Citraan dan pengimajian
Citraan terdapat pada puisi ini, pada kata //menembakku//, pembaca
seolah-olah membayangkan bagaimana suara orang tertembak dan bagaimana
suasana pada saat itu. Pada kalimat “menahan seorang mahasiswa Afrika”,
pembaca dapat membayangkan pasti adanya perlawanan dari mahasiswa Afrika
tersebut.
d. Verifikasi
Puisi “Tentang Sinterklas” terdiri dari dua bait dengan masing-masing
empat larik. Pada bait pertama, memiliki rima u-u-u-u terlihat dari akhiran setiap
lariknya yaitu –tu, -ru, -ku, -gu. Pada bait kedua, memiliki rima a-a-a-a terlihat
dari akhiran setiap lariknya yaitu –ma, -ka, -ta, -ka.
B. Struktur Batin
a. Tema
Pada puisi ini diceritakan terjadinya penjajahan yang dilakukan oleh
bangsa kulit putih. Pada saat itu, bangsa kulit putih menjajah bangsa kulit hitam,
yaitu bangsa Afrika. Aa isu rasisme yang diceritakan pula didalam puisi ini.
Konon, bangsa kulit hitam dianggap lebih rendah dari pada bangsa kulit putih.
Karena itu, banyak bangsa kulit hitam yang dijajah ataupun diperbudak oleh
bangsa kulit putih. Bahkan isu itu masih terjadi dikehidupan saat ini. Jadi, tema
yang diangkat penyair dalam puisi ini adalah isu rasisme.
b. Perasaan (feeling)
Pada saat membaca puisi ini, pembaca dapat merasakan adanya kesedihan,
pemberontakan, kemarahan, dendam, harapan yang besar untuk merdeka,
perjuangan, dan adanya keputusasaan.
c. Nada dan suasana
Puisi ini tampak diakhiri dengan kisah yang masih menggantung atau
belum selesai, seolah-olah penyair ingin mengingatkan atau memberitahu kepada
pembaca bahwa, isu rasisme ini belum ada akhirnya, masih terjadi sampai
sekarang dan mungkin masih akan terjadi di masa depan. Oleh karena itu, perlu
dimulai sikap yang baik dari sekarang untuk semakin meminimalisir terjadinya
isu rasisme ini di masa yang akan datang. Suasana yang dirasakan pembaca
setelah membaca puisi ini adalah kesedihan, kengerian ketika adanya
penembakan, pembaca juga dapat merasakan semangat perjuangan bangsa Afrika
pada bagian akhir puisi, dimana mahasiswa bersenjata yang berusaha menggapai
kemerdekaan harus ditahan oleh pihak penjajah.
d. Pesan (Amanat)
“Piet Hitam telah menembakku” (“Tentang Sinterklas”, hlm. 53) Kutipan
pada bait puisi di atas, penanda sebagai manusia yang hidup di dunia harus saling
menghormati dan menghargai, entah itu orang dari negara berbeda, agama
berbeda, ataupun warna kulit yang berbeda. Hal itu diibaratkan “Sinterklas
terbunuh oleh peluru”, kata // Sinterklas // petanda sebagai penjajah (kulit putih),
sedangkan “Piet Hitam telah menembakku”, kata // Piet Hitam // petanda sebagai
orang kulit hitam (korban penjajahan kulit putih).

Anda mungkin juga menyukai