Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PADA TN.

A POST OPRASI CTT dx EFUSI


FLEURA dx KONTUSIO PARU DI RUANGAN OK RSUD dr.SLAMET GARUT

Disusun Oleh :
Mona Fauziah
KHGC18089
4B S1-KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes KARSA HUSADA GARUT
2021/2022
BAB I
EFUSI PLEURA
1.1 Definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang
terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusidapat berupa cairan jernih, yang
mungkin merupakan transudat, eksudat, ataudapat berupa darah atau pus. (Baughman C Diane, 2000).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletakdiantara permukaan
visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjaditetapi biasanya merupakan penyakit sekunder
terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai
15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergeraktanpa adanya friksi
(Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang disebakan oleh banyak faktor
seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-paru.
1.2 Etiologi
Menurut jenis cairan yang terakumulasi efusi pleura dapat dibedakan menjadi :
1. Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh).
Penyakit yang menyertai transudat :
 Gagal jantung kiri.
 Sindrom nefrotik.
 Obstruksi vena kava superior
 Asites pada serosis hati
 Sindrom meig’s (asites dengan tumor
 ovarium)
2. Eksudat ( ekstravasasi cairan kedalam jaringan ).
Cairan ini dapat terjadi karena adanya :
 Infeksi
 Neoplasma/tumor
 Infark paru
1.3 Tanda dan Gejala
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelahcairan cukup
banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesaknapas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak keringat, batuk.
3. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairanakan
berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,fremitus melemah
(raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalamkeadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis EllisDamoiseu).
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpulataupun
penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dansemakin memburuk jika
penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama
sekali.Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
 Batuk
 Pernafasan yang cepat
 Demam
 Cegukan
1.4 Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam
rongga pleura.Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis 
sebesar 9 cm H2O. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan
hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan inidiserap kembali oleh kapiler paru
dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga
pasase cairan disini mencapai 1 liter perhari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara
produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan
osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena(gagal jantung).
Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan
eksudat pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningka
tan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat
dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluarlangsung dari kapiler sehingga
kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih.
Sebaliknya transudate kadar proteinnya rendahsekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
(Guytondan Hall , 1997).
1.5 Pathway
1.6 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan di dapati menghilangnya sudut
kostofrenik. Bila cairan lebih 300 ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung.
Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
 Ultrasonografi
 Torakosentesis / fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, sitologi, berat jenis. fungsi
pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8 terdapat cairan yang
mungkin serosa (serotorak),berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila
cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
 Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC),
hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,amylase, laktat dehidrogenase
(LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
 Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.
1.7 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berasarkan anamnesa teliti dan pemeriksaan fisik yang baik, foto thorak
PA dan lateral dapat membantu diagnosa, sedangkan diagnosis pasti ditegakkan melalui punksi, biopsi,
dan analisis cairan pleura.
1. Pada pemerikasaan fisik thoraks ditemukan:
Inspeksi:
 Dinding dada simetris / asimetris
 Sela iga melebar
 Cembung
 Gerakan menurun kesisi yang sehat
Palpasi :
 Gerakan fremitus suara menurun.
Perkusi :
 Redup, garis Ellis Domoiseau (+)
Auskultasi :
 Pada bagian yang sakit, suara napas menurun
2. Pada foto thoraks :
Rontgen dada. Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Gambaran Efusi pleura
akan tampak sbb:
 Cairan pleura tampak berupa perselubungan hemogen menutupi struktur paru yang biasanya
relatif radioopak dengan permukaan atas cekung.
 Perselubungan berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah.
 Kadang-kadang tampak mediastinum terdorong ke arah kontralateral.
3. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya
pneumonia, abses paru atau tumor.
4. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit,
sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
5. Torakosintesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui
sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh
pembiusan lokal).
6. Biopsi dan analisis cairan pleura
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana
contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar 20% penderita,
meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat
ditentukan.
7. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul
1.8 Diagnosis Banding
 Efusi pleura e.c TB paru.
 Emfisema paru.
 Emboli pulmonal.
 Gagal jantung.
1.9 Prognosis
Prognosis sangat bervariasi dan tergantung pada faktor penyebab dan ciri efusi pleura. Pasien yang
mencari pertolongan medis lebih dini karena penyakitnya dan dengan diagnosis yang tepat serta
penatalaksanaan yang tepat pula memiliki angka komplikasi yang lebih rendah.

1.10 Penatalaksana
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara
pernafasan.
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut :
1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi
pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
2. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya
pneumonia, abses paru atau tumor
3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit,
sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah
jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan
lokal).
5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana
contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun
telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.
1.11 Komplikasi
a. Fibrotoraks, Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis. Keadaan ini disebut dengan
fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada
jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu
dilakukan untuk memisahkan membran-membran pleura tersebut.
b. Atalektasis adalah pengembahan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan
akibat efusi pleura.
c. Fibrosis Paru fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai lanjutan
suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang
berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan baru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.

BAB II
CHES TUBE THORASOSTOMY
2.1 Definisi
Prosedur yang dilakukan untuk mendrainase cairan(hematothorax, efusi pleura,
chylothorax), nanah(empyema), udara (pneumothorax), atau cairan dan
udara(hematopneumothorax) dari rongga pleura.
2.2 Anatomi
 Costa I – VII
 CTT dilakukan pada ICS IVatau V
 Laki : setinggi areolamammae
 Wanita : setinggi lipatan mammae
2.3 Otot – Otot
 M. interkostalis eksterna( inspirasi )
 M. interkostalis interna( Ekspirasi )
 M. serratus anterior( inspirasi )
M. Seratus anterior sebagai otot tambahan pernafasan yangberfungsi untuk mengembangkan
rongga dada saat pasieninspirasi
2.4 Pleura
 Paru paru diliputi oleh membran yang disebut pleura.
 Pleura parietal pada dinding dada
 Pleura visceral meliputi paru paru
 Kedua pleura di pisahkan oleh cairan pleura.
 Cairan ini berfungsi sebagai pelumas
 Jumlah normal cairan pleura di produksi 0.01 ml/Kgbb/jam
 Tekanan dalam rongga pleura ketika tidak inspirasi berkisar -5 s/d - 7.5 cm H2O ini saat
inspirasi sehingga udara bisa masuk

2.5 PNEUMOTHORAX
Terjadi bila terbentuk lubang pada permukaan paru-paru,dinding dada, atau semua. Lubang
tersebut menyebabkan udara dapat memasuki rongga pleura dan terperangkap.
2.6 HEMATOTHORAX
 Hematothorax dapatterjadi pasca operasithorax atau trauma
 Rongga thorax terisioleh darah
 Tekanan negatif terganggu paru kolaps sesuai dengan jumlah darah
 Mediastinal shift jarangterjadi, lebih bermasalah perdarahannya
2.7 EFUSI PLEURA
Transudat
 Gangguan sistemik
 perubahantekanan onkotik atau hidrostatik
 akumulasi protein-poor plasma dalarongga pleura
 Disebabkan antra lain olehCHF, malnutrisi, renal danliver failure
Eksudat
 Gangguan patologis pada pleura
 perubahan karakteristikpermeabilitas capiler pleura
 akumulasi protein-rich plasma dalam rongga pleura
 Disebabkan antara lain olehmalignansi dan penyakit TBdan pneumonia
 Pemeriksaan LDH
2.8 CHYLOTHORAX
Akumulasi cairan limph (chyle) dalam rongga pleura  kebocoran thoracic duct atau salah
satu pembuluh limphatik dalam rongga pleura. Penyebab tersering antaralain lymphoma dan
traumasetelah oprasi thoraks.
2.9 EMPIYEMA
Akumulasi pus di ronggapleura yang biasanyadisebabkan sekunderkarena infeksi paru.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

3.1 Pengkajian
 Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien.
 Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau
berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan
berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang
telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni,
gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit sebagai
penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
 Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
 Pemeriksaan Radiologi
Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak bisa terlihat.
Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukan kostofrenikus. Pada efusi pleura
sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis tampak tumpul, diafragma
kelihatan meninggi. Untuk memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang
sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit
(Hood Alsagaff, 1990, 786-787).
 Pengkajian Pola Fungsi
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
2. Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi
3. perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga
4. memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
5. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan penggunaan obat-
obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
6. Pola nutrisi dan metabolisme. Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
7. melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
8. mengetahui status nutrisi pasien. Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
dan selama
9. MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari
sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
10. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi
pleura keadaan umumnya lemah.
 Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan
sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bedrest
sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus digestivus.
 Pola tidur dan istirahat
1. Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
2. Selain itu, akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke
lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar - mandir, berisik dan lain
sebagainya.
 Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan Umum Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan
pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan 36 anamnesa, sikap dan
perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat
kecemasan dan ketegangan pasien.
2. Sistem Respirasi Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit
mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun.
Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi
trakhea dan ictus kordis. Pernapasan cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.
3. Sistem Cardiovasculer
a. Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS-5 pada
linea medio klavikula kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.
b. Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) harus diperhatikan
kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill
yaitu getaran ictuscordis.
c. Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar pekak.
Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
4. Sistem Pencernaan
a. Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut
menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi
ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
b. Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-35
kali per menit.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
ataupun potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana
tindakan asuhan keperawatan (Dinarti & Mulyanti, 2017)
Adapun dignosa yang diangkat dari masalah sebelum dilakukan tindakan infasif adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas (kelemahan otot
nafas) (D.0005)
b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis (inflamasi, iskemia,
neoplasma) (D.0077)
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056)
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019)
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. (D.0111) (PPNI,
2017)
3.3 Interview Keperawatan
Intervensi yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan
standard intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas.
(D.0005)
1. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas membaik.
2. Kriteria hasil
a) Dyspnea menurun
b) Penggunaan otot bantu nafas menurun
c) Pemanjangan fase ekspirasi menurun
d) Otopnea menurun
e) Pernapasan pursed-lip menurun
f) Frekuensi nafas membaik
3. Intervensi
Observasi
a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
b) Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing ,
c) ronchi kering)
Terapeutik
a) Pertahankan kepatenan jalan nafas head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma sevikal)
b) Posisikan semi-fowler atau fowler
c) Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
a) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis ( inflamasi, iskemia,
neoplasma) (D.0077)
1. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri menurun
2. Kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri menurun
b) Melaporkan nyeri terkontrol meningkat
c) Meringis menurun
d) Penggunaan analgetik menurun
e) Tekanan darah membaik
3. Intervensi
Observasi
a) Identifikasi skala nyeri
b) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemiihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
a) Anjurkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
c. Intoleransi aktifitas (D.0056)
1. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawaan diharapkan akitifitas pasien
meingkat
2. Kriteria hasil
a) Kemudahan melakukan aktifitas
b) Dyspnea saat beraktifitas menurun
c) Dspnea setelah beraktifitas menurun
d) Perasaan lemah menurun
e) Tekanan darah membaik
f) Frekueni nadi membaik
3. Intervensi
Observasi
a) Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas
Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,
b) suara, kunjungan)
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Melakukan aktvitas secara bertahap

DAFTAR PUSTAKA

[1] y. juliantara, "scribd.com," 14 01 2014. [Online]. Available:


https://www.scribd.com/doc/199512497/LAPORAN-PENDAHULUAN-EFUSI-PLEURA.
[Accessed 07 12 2021].
[2] L. WIJAYA, "Chest Tube Thoracostomy," 04 11 2014. [Online]. Available:
https://www.scribd.com/presentation/245428687/Chest-Tube-Thoracostomy. [Accessed 07 12
2021].

Anda mungkin juga menyukai