Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah stase keperawatan Dasar
Profesional Islami
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh
NIM 402021068
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho
dan rahmat-Nya yang maha besar penulis dapat menyelesaikan tugas karya tulis
(BPH)”.
Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, tidak sedikit kesulitan dan
hambatan yang penulis jumpai, namun puji dan syukur Alhamdulillah berkat
rahmat dan hidayah-Nya serta kesungguhan yang disertai bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan
dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya karya tulis ilmiah ini
dapat diselesaikan.
berbagai pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya
pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki, serta sarana dan prasarana lain
yang menunjang karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Bandung, 25 Oktober 2021
Penulis
Latar Belakang
Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan
disebabkan oleh dua faktor penting yaitu ketidakseimbangan hormon estrogen dan
androgen, serta faktor umur atau proses penuaan sehingga obstruksi saluran kemih
Adanya obstruksi ini akan menyebabkan, respon nyeri pada saat buang air
kecil dan dapat menyebabkan komplikasi yang lebih parah seperti gagal ginjal
akibat terjadi aliran balik ke ginjal selain itu dapat juga menyebabkan peritonitis
atau radang perut akibat terjadinya infeksi pada kandung kemih. (Andre, 2011)
terdapat 6,2 juta kasus (Purnomo, 2014). Di RS Panti Waluya terdapat 45 kasus
paling ringan yaitu secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling
berat yaitu operasi. Terdapat macam-macam tindakan bedah yang dapat dilakukan
pada klien BPH antara lain, Prostatektomi Suprapubis, Prostatektomi Parineal,
dan potensial sehingga seseorang dapat mengalami nyeri yang berdampak pada
aktivitas sehari-hari. Nyeri merupakan salah satu gejala yang sering timbul pasca
jaringan aktual atau potensial (Herdman, 2015). Nyeri pasca operasi disebabkan
karena trauma (reseksi jaringan prostat), iritasi foley kateter dan traksi kateter
pada bulan November 2017 terdapat 2 klien yang mengalami BPH dan menjalani
semakin terasa ketika beraktivitas, nyeri hilang ketika tidur, nyeri terasa seperti
disayat benda tajam, nyeri terasa pada bagian dalam organ yang dilakukan operasi
dengan skala nyeri 7, nyeri hilang timbul. Klien belum bisa mengontrol rasa nyeri
post operasi nya dan merasa tidak nyaman dengan rasa nyeri tersebut sehingga
klien sering terbangun ketika tidur. Klien 2 berumur 52 tahun mengatakan nyeri,
nyeri semakin terasa ketika bergerak, nyeri berkurang ketika tidur, nyeri terasa
seperti di tusuk-tusuk, nyeri terasa pada bagian dalam organ yang dilakukan
operasi, dengan skala nyeri 6, nyeri hilang timbul. Klien merasa tidak nyaman
dengan nyeri tersebut, akibatnya klien mengalami kesulitan saat melakukan
aktivitas.
professional dalam merawat pasien pasca operasi, karena adanya nyeri dapat
menyebabkan gangguan intake nutrisi dan aktifitas istirahat pasien, dan pada
control serta emosi yang dapat berdampak pada meningkatnya persepsi nyeri
(BPH)”.
RUMUSAN MASALAH
Hyperplasia (BPH)?”.
TUJUAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah penulis
mampu :
Hyperplasia (BPH).
Definisi BPH
kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium uretra (Smeltzer
dan Bare, 2013). Hyperplasia merupakan pembesaran ukuran sel dan diikuti oleh
penambahan jumlah sel. BPH merupakan suatu kondisi patologis yang paling
umum di derita oleh laki-laki dengan usia rata-rata 50 tahun. (Prabowo Eko dan
a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai
dengan mengejan.
b. Intermittency, yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan
uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas.
2. Gejala iritasi
a. Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
b. Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya dapat
Klasifikasi BPH
pengobatan konservatif
TUR ).
c. Derajat 3 : Reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila diperkirakan prostate
Etiologi BPH
Menurut Prabowo Eko dan Pranata Eka, (2014) etiologi BPH sebagai berikut:
3. Interaksi antar sel struma dan sel epitel prostat peningkatan kadar
Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel transit dan
Komplikasi
a) Aterosclerosis
b) Infark jantung
c) Impoten
e) Fistula
g) Infeksi
Penatalaksanaan
1. Terapi medikamentosa
2. Terapi bedah
a. Prostatektomi
1) Prostatektomi suprapubis , adalah salah satu metode mengangkat kelenjar
melalui insisi abdomen yaitu suatu insisi yang di buat kedalam kandung
dalam perineum.
melalui uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil (30
untuk pembedahan uretra yang di lengkapi dengan alat pemotong dan counter
kesan keadaan tonus sfingter anus mukosa rectum kelainan lain seperti
tidaknya infeksi dan RBC (Red Blood Cell) dalam urine yang
status fungsi ginjal. Hal ini sebagai data pendukung untuk mengetahui
6. PA(Patologi Anatomi)
lebih kuat guna melawan tahanan itu (Presti sJ, 2013). Kontraksi yang
sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary
waktu yang lama, maka penanganan yang paling tepat adalah tindakan
atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas
atau injuri. Nyeri ini awalnya datang tiba-tiba dan biasanya. Nyeri akut
imunologik.(Ardiansyah, 2012)
b. Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur super visial kulit dan jaringan
subkutis.
c. Nyeri somatic dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot
tubuh.
e. Nyeri alih, nyeri berasal dari salah satu daerah di tubuh teapi dirasakan
yang merugikan dari system syaraf tepi (SST) ke system syaraf pusat
a. Intensitas nyeri
subjektif dan individu, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama
Keterangan :
nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya.
Ujung kiri menandakan “tidak ada nyeri ” dan ujung kanan menandakan
2) Skala Numerik
maupun grafik. Klien harus diberikan penjelasan nilai terendah dan tertinggi dari
skor nyeri.
Menurut Judha, (2012) yang terdiri dari : Provocate / Paliatif (P), penyebab
terjadinya nyeri dari klien, hal yang membuat nyerinya lebih baik, dalam hal ini
lukanya.
oleh klien, seringkali klien mendiskripsikan nyeri dengan kalimat nyeri seperti
ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial, atau bahkan seperti di gencet.
untuk menunjukkan daerah yang nyerinya minimal sampai kearah nyeri yang
sangat. Namun hal ini akan sulit dilakukan apabila nyeri yang dirasakan bersifat
Severe(S), tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif yang dirasakan
oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri, kualitas nyeri harus
Time(T), tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi dan rangkaian nyeri.
Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa lama menderita,
1. Farmakologis
inhibitor mampu merelaksasikan otot polos prostat dan saluran kemih akan
2. Non farmakologis :
Eka, 2014)
Pengkajian
1. Anamnese :
b. Keluhan Utama : pada klien post operasi BPH biasanya muncul keluhan
hesistansi, pancaran urin lemah, intermittensi, ada sisa urine pasca miksi,
pernah diderita, dikarenakan orang yang dulunya mengalami ISK dan faal
2) Mulut dan gigi : kaji bagaimana kebersihan rongga mulut dan bau mulut,
warna bibir (pucat atau kering), lidah (bersih atau kotor). Lihat jumlah
3) Leher : Palpasi daerah leher untuk merasakan adanya massa pada kalenjar
tiroid, kalenjar limfe, dan trakea, kaji juga kemampuan menelan klien,
4) Dada : lihat bentuk dada, pergerakan dinding dada saat bernafas, apakah
5) Abdomen
a) Perkusi : Pada klien post operasi BPH dilakukan perkusi pada 9 regio
6) Genetalia
a) Pada klien post operasi BPH terpasang treeway folley kateter dan
dengan Ns 0,9% / PZ, ini tergantung dari warna urine yang keluar. Bila
urine sudah jernih spolling dapat dihentikan dan pipa spolling di lepas.
(Jitowiyono, 2010)
c) Ekstermitas
Pada klien post opersi BPH perlu dikaji kekuatan otot dikarenakan
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (biologis, zat kimia, fisik
dan psikologis)
Batasan karakteristik
Menurut Prabowo Eko dan Pranata Eka, (2014) batasan karakteristik meliputi:
2) Perilaku distraksi
3) Gangguan tidur
peningkatan
5) Mengekspresikan perilaku nyeri
terpenting menuju
peningkatan kontrol
suasana tenang.
analgesic ringan
dalam mengurangi
kekakuan dan
meningkatkan
mobilitas
Implementasi Keperawatan
(Deswani., 2009)
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap ini
N : 60-100x/menit
S : 36,5 -37,5 °C
RR : 16-24x/menit
berlangsung.
bantuan).
Andarmoyo. (2013). Skala nyeri visual analog scale. In Salemba Medika. Salemba
Medika.
Andre, T. & E. (2011). Case Files Ilmu Bedah (Edisi 3). Karisma Publishing
Group.
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. DIVA Ekspres.
Ariani, D. W. (2010). Manajemen Operasi Jasa. Rineka Cipta.
Deswani. (2009). Proses keperawatan dan berpikir kritis. Salemba Medika.
Haryono, R. (2012). Keperawatan medical bedah system perkemihan. rapha
publishing.
Herdman, T. H. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-
2016.
Jitowiyono, sugeng. (2010). Asuhan keperawatan post operas. Nuha Medika.
Joyce dkk. (2014). Medical Surgical Nursing vol 2. Salemba Medika.
Judha, M. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan nyeri persalinan. Nuha Medika.
Mangku G dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Anastesi dan reanimasi. Indeks.
Prabowo Eko dan Pranata Eka. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan sistem
perkemihan. Nuha Medika.
Presti J, et al. (2013). Neoplasm of The Prostate Gland. The McGraw Hill
Compaines Inc.
Purnomo. (2014). Dasar-dasar Urologi. CV.Agung.
Sjamsuhidajat R, dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3.
Smeltzer dan Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth edisi 8.
Suharyanto, toto. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Trans Info Me.
Widijanto G. (2011). Nursing: Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala Penyakit.
PT Indeks Permata Puri Media.