Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS I

Dosen Pengampu : Ns. Kholishatul Q, S.Kep

Disusun Oleh :

1. Siti Aisyah 201813099

S1 Keperawatan Tingkat 3B

STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR

KEPERAWATAN

S1 KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2018/2019


Contoh Kasus :
Sejak tanggal 25 februari 2014 klien mengalami diare hebat sekitar 12-13x/hari, tidak nafsu
makan (anoreksia), dan kesulitan untuk menelan. klien juga mengalami demam sejak 23
februari 2014 dan dibawa ke rumah sakit pada pukul 09.00 WIB. Pada saat pengkajian klien
berkata-kata dengan suara yang lirih seperti kelelahan dan mengeluhkan badan terasa lemah

Pencegahan HIV/AIDS
1. Primer
Pencegahan primer dilakukan sebelum seseorang terinfeksi HIV. Hal ini diberikan
pada seseorang yang sehat secara fisik dan mental. Pencegahan ini tidak bersifat
terapeutik, tidak menggunakan tindakan yang terapeutik dan tidak menggunakan
identifikasi gejala penyakit. Pencegahan ini meliputi dua hal, yaitu:

1. Peningkatan kesehatan, misalnya: dengan pendidikan kesehatan reproduksi


tentang HIV/AIDS, standarisasi nutrisi, menghindari seks bebas screening,
dan sebagainya.
2. Perlindungan khusus, misalnya: imunisasi, kebersihan pribadi, atau
pemakaian kondom.

2. Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) agar tidak
mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih buruk. Pencegahan ini dilakukan
melalui pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat sehingga dapat
mengurangi keparahan kondisi dan memungkinkan ODHA tetap bertahan melawan
penyakitnya. Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan
penyakit pada tahap dini. Hal ini dilakukan dengan menghindarkan atau menunda
keparahan akibat yang ditimbulkan dari perkembangan penyakit atau meminimalkan
potensi tertularnya penyakit lain.
3. Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika seseorang teridentifikasi terinfeksi HIV/AIDS
dan mengalami ketidakmampuan permanen yang tidak dapat disembuhkan.
Pencegahan ini terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit atau ketidakmampuan
melalui intervensi yang bertujuan mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan.
Kegiatan pencegahan tersier ditujukan untuk melaksanakan rehabilitasi, dari pada
pembuatan diagnosa dan tindakan penyakit. Perawatan pada tingkat ini ditujukan
untuk membantu ODHA mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan
keterbatasan yang ada akibat HIV/AIDS. Tingkat perawatan ini bisa disebut juga
perawatan preventive, karena di dalamnya terdapat tindak pencegahan terhadap
kerusakan atau penurunan fungsi lebih jauh. Misalnya, dalam merawat seseorang yang
terkena HIV/AIDS, disamping memaksimalkan aktivitas ODHA dalam aktivitas
sehari-hari di masyarakat, juga mencegah terjadinya penularan penyakit lain ke dalam
penderita HIV/AIDS. Mengingat seseorang yang terkena HIV/AIDS mengalami
penurunan imunitas dan sangat rentan tertular penyakit lain.
Selain hal-hal tersebut, pendekatan yang dapat digunakan dalam upaya pencegahan
penularan infeksi HIV/AIDS adalah penyuluhan untuk mempertahankan perilaku
tidak beresiko. Hal ini bisa dengan menggunakan prinsip ABCDE yang telah
dibakukan secara internasional sebagai cara efektif mencegah infeksi HIV/AIDS
lewat hubungan seksual. ABCDE ini meliputi:
A = abstinensia, tidak melakukan hubungan seks terutama seks berisiko tinggi
dan seks pranikah.
B = be faithful, bersikap saling setia dalam hubungan perkawinan atau
hubungan tetap.
C = condom, cegah penularan HIV dengan memakai kondom secara benar
dan    konsisten untuk para penjaja seksual.
D = drugs, hindari pemakaian narkoba suntik.
E = equipment , jangan memakai alat suntik bergantian.
Upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS dapat dilakukan dengan menyediakan
Rumah Sakit atau tempat perawatan khusus bagi pasien penderita HIV/AIDS dan
dijaga sedemikian rupa sehingga penularan kepada yang sehat dapat dicegah serta
melakukan pemantauan secara terus menerus untuk melihat perkembangan masalah
AIDS agar masalah AIDS ini dapat ditangani dengan baik

Anda mungkin juga menyukai